You are on page 1of 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


DI RUANG FLAMBOYAN RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :

UMI MAGHFIROH
P27820116023
D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
2019
I. Kasus (Masalah Utama)
Defisit Perawatan Diri

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya, sesuai dengan kondisi kesejahterannya. Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
(Gondohutomo, 2008)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemmpuan dalam dilakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian / berhias, makan dan BAB atau
BAK (toileting). (Fitria, 2009)
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
keperawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). (Nurjanah, 2004)
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. (Tarwoto, 2000)

2. Jenis-Jenis
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan diri
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas mandi/ kebersihan diri
b. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukan aktifitas makan
c. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
menyelesaikan aktifitas toileting sendiri
d. Kurang perawatan diri: berhias/berdandan
Kurang perawatan diri (berhias/berdandan) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
(Nurjanah, 2004)

3. Faktor Predisposisi
Faktor pendukung terjadinya defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
Perkembangan, keluarga terllau melindungi dan memenjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Biologis, penyakit kronik yang menyebabkan
klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Kemampuan realitas turun, klien
dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termaksud perawatan diri. Sosial, kurang
dukungan dan latihan kemampuan keperawatab diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mepengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

4. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah atau lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang mepengaruhi personal hygiene
adalah sebagai berikut: Body image, gambaran indivudu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya, dengan adanya perubahan fisik misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga tidak peduli dengan kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. Social ekonomi,
personal hygiene memerlukan memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukanuang untuk
menyediakannya. Pengatahuan, pengetahuan personal hygiege sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien
penderita diabetes militus ia harus menjaga kebersihan kakinya. Budaya,
disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
Kebiasaan seseorang, ada kebiasaan orang yang mengguanakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain. Kondisi fisik
atau psikis, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

5. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri
d. Intelektualisasi

III. A. Pohon Masalah


Resiko Gsp: halusinasi

Isolasi sosial defisit perawatan diri

HDR

B. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


Defisit perawatan diri
Data subjektif :
Klien mengatakan malas mandi karena airnya dingin, Klien mengatakan
malas makan sendiri dan tidak mampu untuk makan sendiri. Klien mengatakan
jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB dan Klien
mengatakan dirinya malas berdandan.
Data objektif :
Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri di tandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, dan kulit berdaki dan berbau serta kuku panjang dan kotor.
Ketidakmampuan makan secara sendiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandi BAB atau
BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB
atau BAK dan Ketidakmampuan berpakaian atau berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki-laki) atau tidak berdandan (wanita).

IV. Diagnosa Keperawat


Defisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri, makan mandiri,
toileting, berhias/berdandan.

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa: Defisit perawatan diri
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Klien mampu: Setelah…x SP1
1. Melakukan pertemuan, klien - Identifikasi kebersihan diri
- Jelaskan pentingnya kebersihan diri
kebersihan diri dapat menjelaskan
- Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
secara mandiri pentingnya: - Masukan dalam jadwal kegiatan klien
SP2
2. Melakukan makan - Kebersihan diri
- Makan - Jelaskan cara dan alat makan yang benar
dengan baik
- BAB/BAK  Jelaskan cara menyiapkan makanan
3. Melakukan - Berhias/berdanda  Jelaskan cara merapihkan peralatan
- Dan mampu
BAB/BAK secara makan setelah makan
melakukan cara  Praktek makan sesuai tahapan makan
mandiri
merawat diri yang baik
- Latih kegiatan makan
- Masukan dalam jadwal kegiatan klien
4. Melakkan SP3
berhias/berdand - Latih cara BAB/BAK yang baik
- Jelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
an secara baik
- Jelaskan cara membersihkan diri setelah
BAB/BAK
- Masukan dalam jadwal kegiatan klien
SP4
- Jelaskan pentingnya berhias/berdandan
- Latihan cara berhias/berdandan
 Untuk klien laki-laki meliputi cara:
berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur
 Untuk klien perempuan meliputi cara:
berpakaian, menyisir rambut dan berhias
- Masukan dalam jadwal kegiatan klien

VI. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.

VII. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
klien dapat menjelaskan pentingnya:
a. Kebersihan diri
b. Makan
c. BAB/BAK
d. Berhias/berdanda
e. Mampu melakukan cara merawat diri
Daftar Pustaka

Depkes. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pelayanan Medik
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Depkes RI
Herman, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Direja surya.
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2009. Model Praktek Keperawatan Professional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Kusumawati, F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Nurjanah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

You might also like