You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG FLAMBOYAN RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :

UMI MAGHFIROH
P27820116023
D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
2019
I. Kasus (Masalah Utama)
Risiko Perilaku Kekerasan

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampakan/ditampilkan oleh individu
dalam menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap
stessor, dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan
setiap bermusuhan. (Rasmun, 2001)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. (Yosep, 2007)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan
diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Klien yang dibawa ke
rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat
harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukan selama di rumah. (Yusuf, 2015)
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kekerasan adalah
seseorang melakukan tindakan yang berakibat tidak baik pada dirinya sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

2. Tanda dan Gejala


Menurut (Radjiman, 2003), tanda dan gejala yang mucul pada perilaku kekerasan
atau agresifitas dilihat dari tingkah laku klien yaitu :
a. Menyatakan perilaku kekerasan
b. Mengatakan perasaan jengkel atau kesal
c. Sering memaksakan kehendak
d. Merampas atau memukul
e. Tekanan darah meningkat
f. Wajah merah. Pupil melebar
g. Mual
h. Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot
3. Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata – kata ancaman dengan rencana melukai\
d. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai

4. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Somatik
Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapi Somatik
adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptife menjadi perilaku adaktif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis
klien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-
30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2
kali).

5. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Gambar: Rentang Respon Marah (Stuart dan Sundeen, 1998)

Respon Adaptif
a. Asertif adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b. Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang
dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau
menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan.
Selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya
dan terlihat pasif.
Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah
diri atau kurang menghargai dirinya.
Respon maladaptive
Agresif adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan
mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol.
Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif
agresif.
1) Pasif agresif adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka
asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan.
2) Aktif agresif adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras,
cenderung menu0ntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai
kekerasan.
Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
(Stuart and Sudeen, 1998)

6. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor Predisposisi
Menurut Kelliat (1999), faktor predisposisi didapat dari berbagai
pengalaman yang dialami tiap orang artinya mungkin terjadi (mungkin tidak
terjadi) perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
- Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
- Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
- Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisif).
- Neurobiologis, banyak pendapat bahwa kekerasan system limbic, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
b. Stressor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), menyatakan bahwa factor presipitasi
dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain,
- Kondisi klien
Seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
kurang, dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
- Situasi lingkungan
Lingkungan yang ribut, padat kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dapat pula memicu
perilaku kekerasan.

7. Mekanisme Koping
Kemarahan merupakan ekspresi diri dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasarna pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada suatu objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukaanya dan keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
yang mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
Tuhan, sehingga perasaan benci ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
d. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 5 tahun marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

III. A. Pohon Masalah


Risiko Menciderai Diri, Orang Lain dan Lingkungan Akibat

Perilaku Kekerasan Core problem

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Penyebab

Gambar: Pohon Masalah Perilaku Kekerasan (Kelliat, 1998, hal. 3)

B. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Data subjektif: Klien mengatakan akan memukul orang lain atau dirinya
sendiri dan mengancam orang lain.
Data objektif: Mengepalkan tangan, merusak benda di sekitar, peningkatan
aktifitas motorik, mondar-mandir dan mudah marah.
b. Perilaku kekerasan
Data subjektif: Klien mengatakan kesal dengan orang lain.
Data objektif: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
memukul.
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data subjektif: Klien mengatakan malu terhadap diri sendiri, merasa bersalah
terhadap diri sendiri.
Data objektif: Menarik diri, percaya diri kurang, kontak mata kurang dan
mencederai diri.

IV. Diagnosa Keperawatan


Menurut kelliat (2006) mengatakan bahwa masalah keperawatan perilaku
kekerasan adalah:
1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan
3. Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Perencanaan
N
Keperawa Krteria
No. Tujuan Intervensi Rasional
tan Evaluasi
1. Resiko Klien mampu : Setelah…….pert SP 1 (tgl ………. ) - Dengan
Perilaku - Mengidentifik emuan klien - Identifikasi mengenal
Kekerasan asi penyebab mampu : penyebab, tanda perilaku
tanda perilaku - Menyebutkan gejala serta akibat kekerasan, klien
kekerasan penyebab, perilaku dapat
- Menyebutkan tanda, gejala kekerasan mengetahui
- Latih cara fisik 1;
jenis perilaku dan akibat tentang
tarik nafas dalam
kekerasan perilaku penyakitnya dan
- Masukan dalam
yang perilaku kekerasan mengetahui cara
jadwal harian
kekerasan - Memperagaka mengatasinya.
klien
- Menyebutkan n cara fisik - Agar klien dapat
akibat dari untuk mengendalikan
perilaku mengontrol rasa marahnya
kekerasan perilaku - Agar klien
yang kekerasan mengingat
dilakukan jadwal
- Menyebutkan kegiatannya
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
- Mengontrol
perilaku
kekerasan
secara; fisik,
sosial/verbal,
spiritual,
terapi
psikofarmaka
Setelah…… SP.2 (tgl……….)
pertemuan klien - Evaluasi kegiatan - Mengingatkan
mampu : yang lalu (SP.1) kegiatan yang
- Latih cara fisik 2;
- Menyebutkan sudah
pukul
kegiatan yang dilakukan
kasur/bantal - Mengekspresi
sudah - Masukan dalam kan rasa
dilakukan jadwal harian marahnya pada
- Memperagaka
klien objek yang
n cara fisik
tidak
untuk
berbahaya
mengontrol - Agar klien
perilaku mengingat
kekerasan jadwal
kegiatannya
Setelah……… SP.3 (tgl………..) - Mengingatkan
pertemuan klien - Evaluasi kegiatan tindakan yang
mampu : yang lalu (SP.1 sudah
- Menyebutkan dan SP.2) dilakukan
- Latih secara - Melatih klien
kegiatan yang
sosial/verbal berbicara
sudah
 Menolak
dilakukan dengan baik
dengan baik - Agar klien
- Memperagaka
 Meminta
n cara verbal mengingat
dengan baik
untuk jadwal
 Mengungkap
mengontrol kegiatannya
kan dengan
perilaku baik
kekerasan - Masukan dalam
jadwal harian
klien

Setelah……… SP.4 - Mengingatkan


pertemuan klien (tgl…………) tindakan yang
mampu : - Evaluasi kegiatan sudah dilakukan
- Menyebutkan yang lalu (SP.1, - Melatih

kegiatan yang SP.2 dan SP.3) menenangkan


- Latih secara rasa marah klien
sudah
spiritual dengan
dilakukan
- Berdoa
- Memperagaka keyakinan
 Shalat
n cara spiritual - Masukan dalam spiritualnya
- Agar klien
jadwal harian
mengingat
klien
jadwal
kegiatannya
Setelah……… SP.5 - Mengingatkan
pertemuan klien (tgl…………) tindakan yang
mampu : - Evaluasi kegiatan sudah dilakukan
- Menyebutkan yang lalu (SP.1, - Dengan

kegiatan yang SP.2, SP.3 dan dijelaskan

sudah SP.4) pentingnya


- Latih patuh obat program
dilakukan
 Minum obat
- Memperagaka pengobatan,
secara teratur
n cara patuh dapat
dengan prinsip
obat memotivasi
5B
klien untuk
 Susun jadwal
patuh berobat
minum obat
- Agar klien
secara teratur
mengingat
- Masukan dalam
jadwal
jadwal harian
kegiatannya
klien

Keluarga Setelah…..perte SP.1 ( Tgl……….) - Dengan


mampu: muan keluarga - Identifikasi mengetahui
Merawat klien mampu: masalah yang masalah yang
dirumah - Menjelaskan dihadapi keluarga dihadapi
penyebab dalam merawat keluarga,
tanda, gejala, klien keluarga mampu
akibat serta - Jelaskan tentang mengantisipasi
mampu resiko perilaku masalah yang
memperagaka kekerasan muncul
- Dapat
n cara  Pengertian
membuat
merawat perilaku
keluarga klien
kekerasan
 Penyebab lebih memahami
perilaku perilaku
kekerasan kekerasan
 Akibat - Dapat

perilaku mengetahui
kekerasan sejauh mana
 Cara merawat keluarga dapat
klien dirumah merawat klien
(cara - Agar jadwal
berkomunikasi perawatan
dan terorganisir
memberikan dengan baik
obat)
- Latih cara
merawat
- RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
klien
Setelah… SP.2 - Mengingat
pertemuan (Tgl………….) kan kegiatan
keluarga - Evaluasi SP.1 yang sudah
mampu: - Latih (simulasi) dilakukan
- Melatih
- Menyebutkan cara untuk
kelurga merawat
kegiatan yang merawat klien
klien
sudah - Latih langsung
- Keluarga
dilakukan dan ke klien
mampu merawat
mampu - RTL keluarga /
klien dengan
merawat serta jadwal keluarga
benar
dapat untuk merawat - Agar
membuat RTL klien jadwal
perawatan
terorganisir
dengan baik
Setelah… SP.3 (Tgl………) - Mengingat
pertemuan - Evaluasi SP.1 kan kegiatan
keluarga dan SP.2 yang sudah
mampu: - Latih langsung dilakukan
- Keluarga
- Menyebutkan ke klien
mampu merawat
kegiatan yang - RTL keluarga /
klien dengan
sudah jadwal keluarga
benar
dilakukan dan untuk merawat
- Agar
mampu klien
jadwal
merawat serta
perawatan
dapat
terorganisir
membuat RTL dengan baik

Setelah….perte SP.3 (Tgl……) - Mengingatkan


muan keluarga - Evaluasi SP.1, kegiatan yang
mampu: SP.2 dan SP.3 sudah dilakukan
- Dapat
- Menyebutkan - Latih langsung
mengetahui
kembali ke klien
sejauh mana
kegiatan yang - RTL keluarga:
kemampuan
sudah - Follow up
keluarga
dilakukan - Rujukan
- Agar jadwal
- Melaksanakan
perawatan
follow up
terorganisir
rujukan
dengan baik

VI. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.

VII. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
a. Klien menyebutkan penyebab, tanda, gejala dan akibat perilaku kekerasan
b. Klien emperagakan cara fisik untuk mengontrol perilaku kekerasan
c. Klien memperagakan cara verbal untuk mengontrol perilaku kekerasan
d. Klien memperagakan cara spiritual
e. Klien memperagakan cara patuh obat
f. Klien menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
Daftar Pustaka

Depkes. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pelayanan Medik
Keliat, Budi Ana.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
_______________2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga Edisi 1. Jakarta: CV Agung Seto
Stuart dan Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psykiatric Nursing. St.Louis
Mosby Year Book
Yosep. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung: PT Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

You might also like