Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Ni Made Putri A
1702011099
Latar Belakang
Khusus untuk rumah sakit swasta, tidak sedikit dari rumah sakit yang
baru dibangun belakangan ini meng-klaim sebagai rumah sakit berstandar
internasional. Rumah sakit semacam ini umumnya dilengkapi dengan berbagai
peralatan medis canggih terbaru dan fasilitas bak hotel mewah serta berlokasi
di
kawasan-kawasan elit perkotaan. Tidak dapat dipungkiri, masuknya investor
swasta, perkembangan populasi kelas menengah atas, membaiknya tingkat
pendapatan per-kapita, dan semakin kritisnya masyarakat dalam menjaga
kesehatan dan memilih tempat untuk berobat menjadi salah satu alasan
peningkatan trend pembangunan rumah sakit kelas atas ini.
Besarnya potensi pengembangan rumah sakit di Indonesia dapat
ditunjukkan dari masih tingginya tingkat kebutuhan akan jasa layanan
kesehatan yang dapat diukur dari derajat kesehatan masyarakat. Umumnya,
derajat kesehatan masyarakat ini diukur dengan beberapa indikator mortalitas
seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu Maternal (AKI), Angka Kematian Kasar (AKK), dan
Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH). Secara umum, indikator-indikator
tersebut telah membaik dari tahun ke tahun, namun angkanya masih cukup
tinggi yang menunjukkan masih relatif rendahnya derajat kesehatan
masyarakat.
Salah satu kendala utama dalam bisnis rumah sakit swasta adalah kurangnya sumber
daya kesehatan yang berkualitas dan memadai. Sebagai contoh, sekitar 80% dari dokter
spesialis yang bekerja di rumah sakit swasta saat ini juga merangkap bekerja di rumah
sakit milik pemerintah. Hal ini disinyalir sebagai akibat masih relatif langkanya
keberadaan para dokter spesialis ini, padahal kebutuhan akan jasa mereka sangat tinggi. Di
samping itu, ketersediaan sumber daya manusia kesehatan saat ini juga sangat
terkonsentrasi di pulau Jawa saja, sehingga dapat menjadi penghalang bagi pengembangan
rumah sakit di luar pulau Jawa. Namun demikian, pemerintah saat ini telah membuka
peluang bagi tenaga medis ahli dari luar negeri untuk berkarir di Indonesia sehingga
diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi faktor kelangkaan sumber daya manusia.
3. Perubahan Paradigma Dalam Dunia Kesehatan
Singapura dan Malaysia masih menjadi tujuan utama turis kesehatan Indonesia.
Sejumlah negara lain kini mulai melirik calon pasien dari Indonesia, seperti Thailand,
China, India, atau Jepang. Manajer Senior Pengembangan Perusahaan, Pusat Mata
Nasional Singapura (Singapore National Eye Centre/SNEC) Tricia Tan dalam Media Visit
to SNEC, Singapura, Selasa (26/2), mengatakan, tiap tahun ada 18.000 pasien
mancanegara dan 275.000 pasien Singapura yang berobat ke SNEC.
Manajer Senior Pengembangan Perusahaan, Pusat Mata Nasional Singapura
(Singapore National Eye Centre/SNEC) Tricia Tan dalam Media Visit to SNEC,
Singapura, Selasa (26/2), mengatakan, tiap tahun ada 18.000 pasien mancanegara dan
275.000 pasien Singapura yang berobat ke SNEC. Pasien asing berasal dari sejumlah
negara, termasuk Indonesia. Selain berobat atas inisiatif sendiri, sebagian pasien dirujuk
dokter di Indonesia. Sementara itu, pasien Indonesia yang berobat di sejumlah rumah sakit
anggota kelompok Parkway Health, Singapura, tahun 2010 mencapai 60 persen dari total
pasien asing. Jumlah pasien asing di grup rumah sakit swasta ini 30 persen dari jumlah
total pasien yang dilayani .
Alasan penduduk Indonesia berobat ke luar negeri antara lain mencari teknologi
pengobatan yang lebih canggih, mencari layanan kedokteran lebih unggul, serta mendapat
layanan keperawatan lebih baik. Ada pula yang berobat ke luar negeri karena lebih murah.
Pengobatan di beberapa rumah sakit Malaysia, khususnya untuk operasi-operasi besar,
diakui banyak pihak lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Selain itu, sistem kerja
penuh waktu dokter di rumah sakit Malaysia membuat pasien merasa aman saat berobat.
Di Indonesia, untuk mendapat penghasilan cukup, banyak dokter berpraktik di banyak
rumah sakit.
Mahal