You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar
kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian. kanker sering dikenal
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala
benjolan tidak normal yang bukan radang.

Kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama kanker pada wanita. Dua
per tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang, termasuk indonesia. Kanker bisa
disembuhkan jika dideteksi sejak dini. Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan
memeriksakan diri.

kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan.


Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel tumbuh dan
membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel-sel
tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka. kadangkala,
proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan
mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat
membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.

ketika kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian lain tubuh, tumor baru mempunyai
macam yang sama dari sel-sel yang abnormal dan nama yang sama seperti tumor primernya.
Contohnya, jika kanker leher rahim menyebar ke paru-paru, sel-sel kanker didalam paru-paru
sebenarnya adalah sel-sel kanker leher rahim. Penyakitnya adalah kanker leher rahim yang
metastatik, bukan kanker paru-paru. Untuk sebab ini, ia dirawat sebagai kanker leher rahim,
bukan kanker paru-paru. Dokter-dokter menyebut tumor baru penyakit "jauh" atau metastatik.
Maka dari itu kami kelompok akan membahas gangguan sistem reproduksi pada perempuan
kanker

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari polip serviks?
2. Apa maksud dari kanker serviks?
3. Apa maksud dari lemioma uterin?
4. Apa maksud dari kanker endometrium?
5. Apa maksud dari neoplasia trofoblastik gestasional?
6. Apa maksud dari kista ovarium?
7. Apa maksud dari kanker ovarium?
8. Apa maksud dari neoplasma vulva?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui polip serviks
2. Untuk mengetahui kanker serviks
3. Untuk mengetahui lemioma uterin
4. Untuk mengetahui kanker endometrium
5. Untuk mengetahui neoplasia trofoblastik gestasional
6. Untuk mengetahui kista ovarium
7. Untuk mengetahui kanker ovarium
8. Untuk mengetahui neoplasma vulva

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Neoplasma Serviks
a. Polip Serviks
Sekitar 4% dari gangguan ginekologis adalah polip serviks. Ada dua macam polip
serviks : polip endoserviks yang terdapat dalam kanal serviks dan polip ekstoserviks
yang terdapat dalam kanal serviks dan menonjol ke dalam vagina. Polip endoserviks
cenderung timbul pada wanita usia tengah baya (40-65 tahun) yang multipara. Polip
ektoserviks sering ditemukan pada wanita pasca menopouse.
Sekalipun kebanyakan polip serviks adalah jinak ( benigna) ada beberapa kanker
serviks yang timbul sebagai massa polipoid. Sekitar 1% menjadi maligna. Polip bisa
timbul dari hiperplasia sebagai respons terhadap inflamasi kronis, atau respons abnormal
terhadap stimulasi hormon.

Patofisiologi

Kebanyakan polip adalah asimtomatis dan diketahui ketika pemeriksaan rutin pelvis.
Polip endoserviks nampak merah-keunguan, licin, dan lembut dengan besarnya
berdiameter mulai dari beberapa milimiter sampai 2-3 cm. Polip endoserviks menempel
pada mukosa melalui sebuah tangkai yang halus ( pedikel ) dan bisa tunggal atau
multipel. Polip ektoserviks nampak pucat, bulat, atau panjang dan menempel pada

3
mukosa melalui sebuah tangkai yang gemuk. Kedua macam polip ini adalah vaskular,
bisa terinfeksi dan bisa timbul timbul nekrosis pada ujungnya.

Gejala klasik pada polip adalah perdarahan intermeenstruasi terutama setelah


persutubuhan. Ada juga leukora, iritasi yang kronis dan perdarahan bisa mengakibatkan
servisitis, endometritis atau salpingitis.

b. Kanker Serviks

Sekalipun etiologi kanker belum diketahui, timbulnya kanker serviks berkaita erat
dengan hal berikut:
a. Kegiatan seksual persetubuhan pada umur muda.
b. Persutubuhan yang sering terjadi pada pasangan multipel
c. Infeksi serviks disebabkan oleh virus terutama human papiloma immonivirus (HPV)
yang diperoleh melalui kontak seksual.

Penelitian memperlihatkan indisen kanker serviks juga tinggi pada wanita tunasusila.
Insiden kanker serviks juga tinggi pada wanita multipara. Faktor sosioekonomi yang
memengaruhi adalah kemiskinan, perkawinan, dan persalinan pada usia muda. Juga
wanita perokok adalah risiko untuk HPV. Imunosupresi seperti wanita dengan HIV juga
berisiko tinggi terhadap kanker serviks.

4
Faktor risiko kanker serviks :

a. Status sosioekonomi yang rendah


b. Koitus pada umur muda
c. Kehamilan pertama pada usia muda
d. Pasangan seksual multipel
e. Imunosupresi seperti HIV dan HPV
f. Multiparitas
g. Prostitusi

Faktor risiko potensial kanker srviks


a. Pemakaian talek yang berlebihan
b. Perokok
c. Pemakaian kontrasepsi oral
d. Kurangnya vitamin A dan C
e. Terganggunya metabolisme asam folat
f. Diabetes

Yang mempengaruhi adalah kekurangan vitamin A dan vitamin C, dn gangguan


metabolisme asam folat.

Skrining dengan pap smear menurunkan angka kematian akibat kanker serviks di amerika
serikat sekaalipun masih ada sekitar 4000 wanita yang meninggal setiap tahun karena
kanker serviks,, dan sekitar 15000 wanita yang didiagnosis kanker serviks invansif. Di
negara – negara yang sedang berkembang,kanker serviks adalah penyebab utama
kematian karena program skrining yang tidak adekuat.

Patofisiologi

Sekitar 95 % dari kanker serviks adalah sel skuamosa yang berasal dari lapisan epidermal
serviks. Displasia sel (perkembangan sel tidak normal) menunjukkan adanya lesi lama yang
disebut neoplasia serviks intra-epitel (cervical intra-epithelial neoplasia, CIN) yang dibagi
atas tiga tahap,

CIN I displasia ringan sampai sedang.

CIN II displasia sedang sampai berat.

CIN III displasia berat sampai karsinoma in situ.

5
Tidak ada tanda atau gejala pada displasia dan diagnosis diten tukan oleh pemeriksaan
sitologis. Deteksi yang cepat atau dini dapat memberi prognosis yang positif. Pap smear rutin
dimulai pada waktu seorang wanita memulai kegiatan seksual. American College of
Obstetrics and Gynecology bersama dengan American Cancer Society menganjurkan agar
setiap wanita mendapat Pap smear setiap tahun sampai 3 kali berturut-turut dengan hasil
negatif. Semua Pap smear yang abnormal harus disusul dengan kolposkopi dan biopsi.
Kanker serviks bisa menyebar melalui peredaran darah, ekstensi langsung, dan kelenjar limfa.
Kelenjar limfa bisa membesar yang kemudian menghambat sirkulasi darah vena dan
menimbulkan ede- ma pada ekstremitas bawah. Pembesaran kelenjer limfa bisa juga me
nyebabkan obstruksi ureter dan/atau hidronefrosis. Kanker bisa me nyebar ke paru-paru,
mediastinum, hepar, dan tulang.

Kanker serviks sifatnya asimtomatis pada tahap awal. Sering perkembangannya, ada
sedikit sekresi berupa cairan dari vagina, dan sewaktu-waktu ada bloody spotting (perdarahan
sangat sedikit yang hanya menodai celana dalam) setelah persetubuhan. Kanker yang sudah
berkembang akan menimbulkan sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau karena
kerusakan jaringan epitel. Rasa nyeri adalah tanda akhir yang dirasakan pasien pada bagian
pelvis, lumbar, dan abdomen. Tumor yang membesar bisa menekan vesika urinaria dan
rektum. Perdarahan bisa timbul apabila kanker sudah mengadakan infiltrasi.

Manifestasi klinis kanker serviks

Gejala dini

a. Sedikit sekresi dari vagina berupa air


b. Bloody spotting setelah koitus.
c. Metroragia
d. Perdarahan pasca-menopause
e. Polimenorea.

Gejala lanjut

a. Sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau.


b. Nyeri pada daerah pelvis, abdomen, lumbar, bokong.
c. Berat badan menurun.
d. Anoreksia.
e. Anemia.
f. Edema ekstremitas bawah.
g. Disuria.
h. Perdarahan dari rektum.

6
B. Neoplasma Uterus

a. Leimioma uterin (fibroid)

Leimioma (mioma) adalah tumor benigna yang berasal dari sel-sel otot dan
mengandung sejumlah jaringan fibroid. Etiologi dari leimioma belum bisa di mengerti
dengan jelas. Stimulus untuk tumbuhnya tumor ini juga belum jelas, tetapi sering di kaitkan
dengan estrogen karena tumor jarang timbul sebelum menarke dan mengecil sesudah
menopause. Tumor menjadi besar dengan kehamilan dan dengan pemakaian kontrasepsi oral.
Tumor ini bisa menjadi besar sekali, bisa sampai 25kg. Tumor ini jarang menjadi malignan,
hanya sekitar 0,5% yang menjadi malignan.

Leimioma adalah tumor pelvis yang paling banyak di temukan (20-25%) pada wanita
umur reprodiktif.

Patofisiologi

Leimioma berasal dari myometrium dan di klasifikasi sesuai lokasi anatominya.


Mioma submukosa terletak di bawah endometrium dan menekan endometrium apabila tumor
membesar. Tumor bisa bertangkai (pedikel) dan bisa menonjol ke dalam rongga uterus atau
kanal serviks. Mioma intramural terletak di dalam myometrium, sedangkan tumor subserosa
terdapat pada permukaan serosa dari uterus.

7
Kebanyakan dari mioma adalah asimtomatis dan bisa berlangsung tanpa di ketahui
apabila wanita itu gemuk. Timbulnya gejala-gejala bisa di tentukan oleh besarnya tumor,
lokasinya dan keadaan tumor itu. Menoragia adalah gejala yang paling lazim. Perdarahan bisa
disebabkan oleh distorsi dan kongesti pembuluh darah sekitar, atau ulkus pada endometrium.
Pendarahan bisa dalam bentuk premonstural spotting atau pendarahan sedikit
setelah ,menstruasi. Metroragia dikaitkan dengan thrombosis atau nekrosis vena pada
permukaan tumor, khususnya apabila tumor itu masuk ke dalam serviks. Perdarahan ini bisa
banyak dan pasien bisa mengalami anemia berat (deficit zat besi) yang tidak bisa di perbaiki
dengan pengobatan zat besi.

Apabila tangkai dari tumor berbelit, pasien bisa mengalami nyeri yang sangat tiba-
tiba. Dengan tumor yang besar, pasien bisa merasa berat pada daerah pelvis. Leimioma bisa
menekan tuba fallopi dan menimbulkan masalah infertilitas, bisa juga terjadi aborsi spontan
atau menekan kanal serviks dan menimbulkan komplikasi persalinan.

C. Kanker Endometrium

Kanker pada endometrium adalah kanker ginekologis yang paling lazim yang mengenai
wanita usia lebih dari 50 tahun. Kanker ini jarang timbul sebelum umur 40 tahun. Di Amerika
Serikat, insiden kanker endometrium per tahun sekitar 33.000 kasus dan ada sekitar 4000
kematian yang dikaitkan dengan kanker endometrium. Selain umur, ada faktor lain yang
dikaitkan dengan kanker endometrium, yaitu obesitas, diabetes, nulliparitas, menopause yang
lambat (se- sudah umur 52 tahun), dan pemakaian terapi estrogen. Penambah- an progesteron
pada terapi estrogen dapat menurunkan risiko kan- ker endometrium.

8
Patofisiologi

Sebagian dari hiperplasia uterin bisa kembali ke normal. Akan tetapi ada beberapa yang
berkembang menjadi adenokarsinoma endo- metrium. Kebanyakan wanita dengan hiperplasia
endometrium di ketahui karena mereka datang ke dokter dengan keluhan perdarahan.

Kanker pada endometrium adalah contoh dari gangguan yang tergantung estrogen.
Endometrium tumbuh berlebihan sebagai respons terhadap estrogen. Estrogen yang dominan
bisa berasal dari ovarium dan bisa juga dari luar seperti pemberian estrogen sebagai terapi
setelah menopause.

Perdarahan adalah gejala yang paling lazim. Kadang-kadang ada sedikit sekresi
vaginal yang purulen dengan sedikit darah. Nyeri adalah gejala yang timbul apabila sudah
ada metastasis.

D. Neoplasia Trofoblastik Gestasional

Neoplasia trofoblastik gestasional adalah istilah yang dipakai untuk gangguan-gangguan


seperti koriokarsinoma dan penyakit terkait seperti mola hidatidosa dan mola yang invasif.
Etiologi neoplasia trofoblastik gestasional belum bisa diketahui dengan jelas. Biasanya, mola
hidatidosa mendahului kanker ginekologis. Faktor-faktor risiko yang dikaitkan dengan
kehamilan molar dan koriokarsinoma adalah kehamilan di bawah umur 20 tahun dan di atas
umur 40 tahun.

9
Patofisiologi

Neoplasia trofoblastik gestasional adalah suatu kehamilan yang ab- normal yang dicirikan
dengan suatu degenerasi atau pertumbuhan abnormal jaringan trofoblas dari plasenta, dan
biasanya tanpa ada- nya fetus yang utuh. Gangguan ini menghasilkan suatu serum yaitu,
human chorionic gonadotropine (HCG) yang jumlahnya secara lang sung dipengaruhi oleh
jumlah sel-sel tumor. Tahap-tahap dari neoplasia trofoblastik gestasional mirip dengan
kehamilan yang normal. Dengan berkembangnya neoplastik trofo- blastik gestasional,
kebanyakan wanita mengalami perdarahan per vagina. Pembesaran dari uterus menjadi cepat
dan disertai dengan mual dan muntah.

E. Neoplasma Ovarium

a. Kista Ovarium

Banyak macam tumor yang benigna mengenai ovarium (80%) yang digolongkan dalam
kelompok epitel dan termasuk dalam kelompok ini adalah serosa, musinosa, endometrium,
dan lesi mesonefroid. Tumor epitel dari jaringan penyambung dan stoma ovarium.
Neoplasma ovarium yang lain adalah kista simple dan kista non-neoplastik yang berasal
folikel gravian. Kebanyakan dari tumor ovarium adalah asimtomatis yang diketahui hanya
waktu dilaksanakan pemeriksaan pelvis rutin. Kelompok risiko tinggi adalah wanita umur 45-
60 tahun.

Kista benigna dan tumor timbul karena ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, peningkatan
hormon liteinizing bisa mengakibatkan simulasi yang berlebihan pada ovariun; tumbuhnya
kista folikular memerlukan gonadotropin kebanyakan tumor ovarium adalah asimtomatis

10
dalam waktu yang cukup lama, atau bisa juga menimbulkan gejala tetapi tidak spesifik.
Menstruasi bisa tidak teratur apabila ada keseimbangan hormonal. Kista yang membesar bisa
menimbulkan rasa nyeri tumpul, unilateral, pada kuadran bawah abdomen. Pasien bisa juga
merasa berat pada daerah pelvis yang bisa disertai dengan cepat merasa lelah. Tumor yang
besar bisa memberi tekanan pada pelvis dan pasien bisa mengalami konstipsi atau nyeri
kencing.

Karakteristik kista ovarium benigna dan kista tumor


 Kista folikular : paling sering ditemukan , sering kali multipel,
diameternya bisa dari beberapa milimeter sampai 15 cm. Tumbuh karena
adanya gonadotropin , timbul selama masih ada menstruasi ; bisa hilang dengan
spontan (tanpa tindakan). Bisa membuat menstruasi menjadi tidak teratur apabila
estrogen dalam darah meningkat.
 Kista luteum korpus : lebih jarang ditemukan , dikaitkan dengan fungsi ovarian,
atau progesteron yang tinggi. Diameternya 4 cm, nampak ungu kemerahan
karena perdarahan di dalam korpus luteum , bisa menyebabkan menstruasi
menjadi lambat karena sekresi progesteron; sering ada menoragia.
 Kista lutein teka : paling jarang ditemukan, biasanya bilateral;
ovarium bisa sangat membesar, diameternya bisa mencapai 30 cm, timbul karena
stimulasi gonadotropin yang berlebihan, dikaitkan dengan mola hidatidosa
(sekitar 50%) dan koriokarsinoma (10%).
 Tumor epitel :
 Tumor serosa : bisa mengenai semua kelompok usia, bisa menjadi sangat
besar yang bisa memenuhi rongga pelvis atau abdomen.
 Tumor musinosa : bisa bilateral, paling besar di antara tumor epitel

F. Kanker endometroid : tumor ini sering disebut “ kista cokelat” karena
Tumor Ovarium
mengandung cairan berwarna kecoklatan , potensial untuk malignasi sangat
Neoplasma yang maligna pada ovarium bisa timbul pada semua golongan umur
termasukrendah
bayi dan anak-anak. Di amerika, kanker ovarium mendapat urutan ke-5 yang lazin
pada wanita, dan diantara kanker ginekologis. Kanker ovarium mempunyai mortalitas yang
tinggi. Setiap tahun ada sekitar 22.000 kasus dan sekitar 60% dari kasus-kasus ini meninggal
dalam 5 tahun setelah diagnosis dibuat. Hal ini disebabkan karena kanker ovarium sudah
menyebar sebelum diketahui.

Etiologi dari kanker ovarium belum bisa dimengerti dengan jelas, tetapi ada beberapa
faktor yang dikaitkan dengan insiden kanker ovarium. Umur adalah faktor yang penting, dan
penyakit timbul pada usia 50-60 tahun. Faktor yang lain adalah hereditas, endokrin,

11
lingkungan, makanan, dan virus. Wanita yang masuk risiko tinggi adalah yang nulipara
dengan sosioekonomi menengah dan atas. Apabila seseorang wanita pernah mengalami
kanker payudara, kemungkinan ia akan memperoleh kanker ovarium adalah 2 kali. Insiden
kanker ovarium tinggi di daerah industry (faktor lingkungan). Kontak dengan talek dan asbes;
makanan tinggi daging, lemak hewan, konsumsi susu yang banyak (karena lemak dalam
susu), juga dikaitkan dengan insiden kanker. Angka sintasan (survival) adalah 87% apabila
penyakit diketahui dan diobati pada awal.

Tanda Dan Gejala


Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.

Patofisiologi

Kanker ovarium bisa dibagi menjadi empat kelompok, bergantung paa macam selnya.

Klasifikasi kanker ovarium.

Sumber Neoplasma Contoh


Epithelium Serosa, musinosa, endometroid
Sel germ Teratoma. Disgerminoma
Stroma gonad Granulose (teka, sel sertoli, sel leydig)
Mesenkim Fibroma, limfoma, sarcoma

Tumor sel germ maligna adalah yang paling sering ditemukan pada wanita umur di
bawah 20 tahun, sedangkan kanker epitel ditemukan terutama pada wanita umur lebih dari 50
tahun. Sekitar 90% dari kanker ovarian adalah kanker epitel.

Termasuk dala tanda-tanda klinis kanker ovarium yang sudah berembang adalah rasa
tidak enak pada daerah pelvis, nyeri pada bokong bagian bawah, perubhan berat badan, nyeri
abdomen, mual, muntah, konstipasi, dan sering kencing. Pemebsaran apapun dari ovarium
harus di evaluasi untuk menyingkirkan keganasan. Ovarium yang terpalpasi pada wanita
premenarke dan postmenopause adalah tidak normal.

12
G. Neoplasma Vulva

Kanker vulva jarang ditemukan , sekitar 5 % dari keganasan mengenai traktus genital wanita.
Penyakit ini bisa mengenai wanita umur 60 tahun. Akan tetapi karsinoma vulva in situ
(preinvansif) makin sering ditemukan pada wanita muda karena kontak mereka dengan
human papillomavirus dan HIV. Etiologi karsinoma vulva belum jelas. Ada factor- factor
yang dikatikan dengan karsinoma vulva seperti penyakit menular seksual yang mengenal
terutama vulva, pemakaian celana yang kencang, celana dalam buatan dari nilon, deodorant
perineal dan trauma.

Patofisiologi

Sekitar 90 % dari kanker vulva berasal dari skuamena . Lesi pertama membentuk nodul yang
keras yang kemudian menjadi ulkus. Untuk diagnosis pasti dilakukan biopsi . Sekitar 70%
dari lesi terdapat pada labia. Gejala-gejala yang lazim dialami pasien adalah rasa gatal dan
rasa panas pada daerah vulva.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Polip Serviks


1. Kolaboratif
Polip serviks bisa diketahui melalui pemeriksaan pelvis dan bisa diangkat di tempat
praktik dokter. Prosedur ini mengakibatkan perdarahan yang minimal saja.
Elektroakauter atau kauterisasi kimia dapat mengehntikan perdarahan. Jaringan yang
diangkat dikirim untuk pemeriksaan patologis. Pasien diberi antibiotik terutama
apabila ada servisitis atau polip nekrosis.

2. Mandiri
Perawat menganjurkan pasien untuk istirahat dan menghindari mengangkat beban
berat setelah polip diangkat. Perawat harus juga menerangkan kepada pasien untuk
melaporkan segera apabila ada perdarahan atau tanda infeksi. Pasien juga harus
melaporkan segera apabila ada perdarahan atau tanda infeksi. Pasien juga harus
menghindari pemakiaan tampon, vaginal doucer, dan persutubuhan selama satu
minggu.

B. Manajemen Asuhan Kanker Serviks

Kolaboratif Uji diagnostik. Diagnosis kanker serviks dapat dipastikan hanya dengan biopsi.
Pap smear adalah hanya uji skrining dan bukan diagnostik. Dua cara untuk memperoleh
bahan untuk biopsi serviks adalah konizasi dan punch biopsy. Punch biopsy bisa dilakukan di
tempat praktik dokter. Konizasi dilakukan untuk memastikan apabila ada kanker invasif.
Kolposkopi juga dapat dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopi dari serviks. Akurasi dari
biopsi dapat ditingkatkan dengan kolposkopi. Pemindaian computed tomography (CT
scan), pielografi intravena, sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan pemeriksaan gastrointestinal
bawah dengan barium dapat dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan.

Medikasi. Kemoterapi tidak mempunyai peranan yang berarti dalam penanganan kanker
serviks. Kanker sel skuamosa cenderung tidak responsif terhadap kemoterapi. Akan tetapi
protokol riset telah dikembangkan, kemoterapi diberikan sebelum radiasi dilakukan.
Kemoterapi ternyata bisa membuat tumor mengecil secara drastis.

Tindakan. Kanker serviks ditangani sesuai tahapnya. Karsinoma in situ ditangani dengan
eksisi konizasi, bedah krio atau bedah laser terutama apabila pasien masih menginginkan
memiliki anak. Histerektomi bisa dilaksanakan apabila infertilitas tidak menjadi masalah.

14
Kanker yang lebih invasif ditangani dengan pembedahan yang lebih luas atau dengan
radioterapi.

Tabel 4-1 Ringkasan pilihan tindakan terhadap kanker serviks.

Tanda Klinis Pilihan Tindakan Sintasan (Survival) 5


Tahun ( % )

Tahap 0 (CIN) Bedah krio, konizasi, bedah 65-100


laser, histerektomi

Tahap la Histerektomi, radiasi (implan 95-100


cesium)

Tahap lb Histerektomi radikal atau 75-85


radioterapi (ekstemal dan
implan)

Tahap lla Histerektomi radikal atau 65-80


radioterapi

Tahap llb radiasi 50-65

Tahap III radiasi 30-40

Tahap IV Radiasi, kemoterapi 5-15

Radioterapi. Radioterapi yang dipakai untuk kanker serviks adalah iradiasi pelvis eksternal
atau implan intrakavitas. Implan intrakavitas ditinggalkan dibiarkan di tempatnya (vagina dan
serviks) selama 24-72 jam. Selama implan intrakavitas berlangsung, penting sekali bahwa
jaringan yang sehat tidak mengadakan kontak dengan zat radioaktif. Enema sampai bersih
diberikan sebelum implan dimasukkan. Selama terapi, pasien diberi makan tanpa serat untuk
menghindari distensi kolon oleh feses. Juga selama terapi, kateter Foley dipasang untuk
dekompresi vesika urinaria. Tampon dimasukkan ke dalam vagina untuk mencegah kontak
rektum dan vesika urinaria dengan zat radioaktif. Posisi telentang diperlukan selama terapi
untuk menghindari keluarnya implan. Posisi yang tepat dari implan dapat dipastikan dengan
sinar X.

Adanya implan di dalam serviks bisa menstimulasi kontraksi uterus. Kontraksi ini bisa
menjadi sangat sakit. Ada sekresi dari vagina yang bau karena kerusakan sel-sel. Pasien bisa
juga mengalami sindrom radiasi berupa mual, muntah, anoreksia, dan malaise. Radiasi bisa
juga menimbulkan reaksi lokal seperti sistitis dan proktitis. Setelah pengobatan dengan
implan selesai, kateter Foley dilepas dan enema diberikan untuk memulihkan fungsi kolon.
Sekresi vagina yang bau tidak akan hilang sampai beberapa minggu, maka pasien perlu
vaginal douche setiap hari untuk mengendalikan sekresi yang bau. Juga ada sedikit

15
perdarahan per vagina dalam 1-3 bulan setelah implan. Pasien bisa pulang sehari setelah
implan dicabut.

Pembedahan. Untuk menangani kanker serviks tahap I dan II, dian- jurkan pembedahan
histerektomi simpel atau radikal. Pada histerektomi radikal, yang diangkat adalah uterus,
jaringan penyokong vagina bagian atas, dan kelenjar limfe pelvis. Apabila kanker sudah
berkembang tetapi masih terbatas pada rongga pelvis, pembedahan eksenterasi pelvis bisa
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Pembedahaan ini masih kontorversial.
Pembedahan ini menyangkut pengangkatan semua organ-organ pelvis: vesika urinaria, kolon
rektosigmoid, dan semua organ reproduksi. Angka sintasan setelah pembedahan adalah 20-
60 % . Pembedahan ini tidak dilaksanakan apabila kanker sudah meluas di luar rongga pelvis.
Perkembangan teknik pembedahan sudah memungkinkan pembuatan neovagina (rekonstruksi
vagina). Pasien ini memerlukan ileokonduit atau diversi urinarius kontinen (pengalihan urine)
dan kolostomi (pengalihan feses). Perlu dijelaskan kepada pasien komplikasi yang bisa
timbul dari pembedahan ini yang menyangkut traktus urinarius dan gastrointestinal.

Tidak jarang timbul fistula. Ada juga perubahan pada citra tubuh yang harus
dimengerti dan diterima pasien dan keluarga

Diet. Tidak ada diet khusus untuk pasien dengan kanker serviks Perubahan diet bisa terjadi
sebagai respons terhadap efek dari radiasi, kemoterapi, dan pembedahan.

Aktivitas. Tidak ada pembatasan kegiatan umum. Ada pembatasan sementara terhadap
kegiatan seksual setelah biopsi, pengobatan radiasi, atau pembedahan. Pembatasan kegiatan
lain dilakukan sebagai respons terhadap pengobatan specifik seperti implan selama implan
masih di tempat. Keperawatan

Pengkajian. Subjektif Rabas vaginal awalnya encer seperti air yang kemudian menjadí
kehitaman dan bau, bloody spotting terutama waktu persetubuhan, metroragia intermiten,
menstruasi yang banyak, menstruasi yang panjang. Nyeri pada pelvis, bokong, lumbar
abdomen, kaki dan nyeri waktu koitus. Eliminasi: disuria atau konstipasi. Keluhan umum:
anoreksia, berat badan menurun, cepat lelah.

Objektif: Serviks: pada pemeriksaan kolposkopik menunjukkan erosi epitelium, nampak lesi;
sekresi vagina yang bau; serviks membesar atau berbentuk seperti drum; serviks teraba keras
waktu palpasi. Eliminasi: hematuria atau perdarahan dari rektum. Pada pemeriksaan rektal
akan teraba massa (tahap akhir). Abdomen: rigiditas abdomen. Edema dapat terjadi di
sepanjang kaki, salah satu kaki bisa lebih besar.

Diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus ini meliputi:

Ansietas yang berhubungan dengan takut akan radiasi dan efeknya; diagnosis kanker; tidak
ada kepastian tentang penyebaran kanker. Defisit perawatan diri: higiene personal, toileting
yang berhubungan Isolasi sosial yang berhubungan dengan penetapan tentang kewas- Hasil
yang diharapkan pada pasien. Setelah dilakukan intervensi 1. a.Menyebutkan tindakan
pencegahan yang harus diikuti oleh kasus ini meliputi diagnosis kanker; tidak ada kepastian
tentang penyebaran kanker dengan pembatasan kegiatan selama implan intrakavitas. padaan

16
radiasi pada radioterapi internal keperawatan meliputi: staf dan pengunjung pasien tentang
kewaspadaan radiasi pada radioterapi internal.

Hasil yang diharapkan pasien. Setelah dilakukan intervensi keperawatan meliputi:


1. a. menyebutkan tindakan pencegahan yang harus diikuti oleh staf dan pengunjung
pasien tentang kewaspadaan radiasi untuk radioterapi internal.
b.Mengungkapkan perasaan tentang diagnosis penyakit dan pengobatannya.

c. Mengungkapkan rasa cemas berkurang yang berkaitan de- ngan pengobatan dan
jalannya penyakit.

2. Dapat menyesuaikan perawatan diri dengan pembatasan ke- giatan (waktu implan)
dan menerima bantuan yang diperlu- kannya

3. a. Bisa berinteraksi dengan staf dan pengunjung sesuai dengan ketentuan


kewaspadaan radiasi untuk radiasi internal

b.Bisa memakai rekreasi yang cocok

4. a.Memperlihatkan keterampilan dalam melakukan perawatan perineum dan vaginal


douche.

b.Bisa mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan bantuan medis.

Intervensi keperawatan. Beberapa intervensi keperawatan untuk pasien ini adalah sebagai
berikut.

Mengurangi kecemasan

Diagnosis kanker bisa menimbulkan bermacam-macam perasaan negatif yang dapat menjadi
makin berat ketika ditentukan stadium dari kankernya, serta cara pengobatan yang tepat
untuk kankernya. Perawat mendorong pasien untuk mengekspresikan emosinya dan
menerima cara pasien mengekspresikan emosi tersebut; mungkin dengan kemarahan atau
menangis. Apabila pasien sudah bisa menangani emosinya, perawat dapat mulai memberi
penjelasan tentang penyakitnya, rencana pengobatan, dan efek samping dari pengobatan yang
dipilih. Pasien serta suami dan keluarganya perlu mengerti respons kesedihan terhadap
diagnosis dan pengaruh kesedihan pada pengobatan dan penyembuhannya.

Penyuluhan kesehatan yang jelas tentang rasional dari kewaspadaan radiasi untuk
radioterapi internal harus disampaikan kepada pasien dan keluarganya. Harus juga dijelaskan
pedoman perawatan untuk pasien yang akan menerima implant.

Kewaspadaan radiasi untuk radioterapi internal:

1. Lama waktu berdekatan dengan pasien harus dibatasi, setiap kontak tidak boleh lebih
dari 30 menit.

2. Anak-anak dan ibu/staf yang hamil tidak boleh masuk di kamar pasien selama terapí
radiasi berlangsung.

17
3. Setiap staf yang mengadakan kontak dengan pasien harus memakai "dosimeter" untuk
memantau pemajanan radiasi.

4. Timah harus dipasang pada kedua sisi tempat tidur.

5. Implan tidak boleh dipegang dengan tangan melainkan meng- gunakan forsep yang
panjang. Tempat khusus (dilapisi dengan timah) untuk menyimpan implan harus ada
di dalam kamar pasien selama pengobatan dengan implan untuk menyim- pan implan
apabila terlepas atau keluar dari vagina.

6. Tanda yang jelas, cepat dilihat, bertuliskan, "BAHAYA RADIASI" harus dipasang
pada pintu kamar pasien.

7. Cara menghubungi Petugas Keselamatan Radiasi dari rumah sakit harus juga dipasang
pada pintu kamar pasien.

Pedoman perauatan pasien penerima radioterapi internal

Pada pre-implantasi:

1. Beri enema sampai bersih untuk mengosongkan kolon.

2. Pasang kateter Foley agar kandung kemih kosong. Distensi kandung kemih bisa
membuat kandung kemih mengadakan kontak dengan implan

3. Cukur daerah pubis dan beri vaginal douche dengan larutar Betadine.

4. Beri obat analgesik untuk menangani nyeri yang disebabkan kontraksi uterus.

5. Beri perawatan perineal apabila sekresi dari vagina banyak pakai pengharum ruangan
untuk menangani bau sekresi.

6. Dorong pasien untuk minum banyak, 2500-3000 ml per harl

7. Kunjungi pasien sesering mungkin dengan berdiri di depan pintu kamarnya (pasien
bisa mengerti ada bahaya radiasi) agar pasien tidak merasa sendirian.

8. Beri rekreasi yang sesuai dengan pembatasan kegiatan seperti membaca, mendengar
musik, menonton TV, menelpon teman, dan sebagainya.

9. Periksa apakah implan ada pada tempatnya; tempat khusus untuk implan dan forsep
yang panjang harus ada dalam kamar pasien untuk siap dipakai apabila implan keluar
dari vagina.

10. Monitor adanya komplikasi.

a. Infeksi: bertambah kemerahan dan pembengkakan pada vagina; bertambah, sekresi


vaginal yang kehitaman dan bau; urine keruh; ada demam,

b. Tromboflebitis, kaki bengkak dan sakit, tanda Homan positif.

18
Meningkatkan perawatan diri

Selama radioterapi internal berlangsung, pasien tidak bisa melakukan perawatan diri
karena ada bahaya implan bisa keluar dari tempatnya. Perawatan perineum perlu
diberikan untuk mencegah iritasi pada perineum dan bau. Pengharum ruangan dapat
dipakai. Pasien perlu dibantu mengubah posisinya tiap 2 jam atau apabila perlu. Masase
ringan pada bokong dapat memberi rasa nyaman. Kontraksi uterus bisa juga
menimbulkan nyeri yang sangat, maka pasien perlu diberi analgesik. Apabila pasien
mengalami sindrom radiasi, obat antiemetik dapat diberikan dan dorong pasien untuk
meningkatkan asupan cairan sebanyak 2500-3000 ml per hari. Asupan cairan yang
adekuat juga perlu untuk mencegah iritasi pada vesika urinaria. Asupan cairan yang
cukup bisa berfungsi sebagai irigasi internal untuk vesika urinaria. Karena tirah baring
berlangsung selama terapi, maka komplikasi tromboflebitis harus dicegah dengan
mendorong pasien melakukan rentang gerak aktif di tempat tidur.

Mencegah isolasi sosial

Pasien ini bisa merasa ia diasingkan, rasa depresi dapat pula dialaminya. Keluarga, teman,
staf rumah sakit (kecuali anak dan ibu hamil) bisa tetap mengadakan komunikasi dengan
pasien dengan memperhatikan "kewaspadaan radiasi". Rekreasi yang cocok dengan
pembatasan kegiatan dapat mengurangi rasa bosan.

Penyuluhan pasien/keluarga

Biasanya pada hari setelah implan dilepas, pasien sudah bisa pulang. Pasien perlu mengetahui
bahwa radioterapi bisa mem- buat ia merasa cepat lelah, maka kegiatan harus diselingi
dengan istirahat. Perlu juga dijelaskan kepada pasien tentang komplika si potential dari
radioterapi seperti vaginal stenosis, hilangnya lubrikasi vagina, dan berhentinya menstruasi
(induced menopause).

Sekresi vagina yang bau bisa berlangsung dalam beberapa minggu. Karenanya,
perawat perlu membekali pasien dengan pengetahuan dan keterampilan melakukan perawatan
perineum dan vaginal douche sendiri. Vaginal douche bisa dilakukan 2 kali/ hari. Sedikit
perdarahan bisa berlangsung dalam beberapa bulan.

Implan bisa menyebabkan penyempitan dan fibrosis vagina, maka dilasi vagina
dengan obturator manual perlu dilakukan 3 kali seminggu selama satu tahun. Pasien perlu
diberi tahu bahwa ada sedikit perdarahan dengan prosedur ini. Dianjurkan bagi pasien yang
bersuami untuk melakukan persetubuhan paling sedikit 3 kali seminggu sebagai pengganti
dari obturator manual. Apabila memakai obturator manual, obturator perlu dilubrikasi
sebelum dimasukkan ke dalam vagina dan dicuci dengan air darn sabun setelah dipakai.
Anjurkan kepada pasien untuk memakai pelumas vaginal yang larut air seperti k-Y Jelly
karena dengan implan lubrikasi vagina sudah hilang. Suami pasien harus diku sertakan dalam
penyuluhan kesehatan.

19
Penyuluhan kesehatan untuk pencegahan kanker serviks

1. Pentingnya pemakaian kondom untuk mengurangi transmisi penyakit 2 Jelaskan kepada


wanita muda pentingnya menunda koitus dan menghin- 3, Pentingnya memperoleh bantuan
medis segera dan efektif apabila ada 4. Mengikut petunjuk untuk skrining Pap smear yang
dianjurkan American menular seksual dan virus genital. dari pasangan seksual multipel.
infeksi serviks dan/atau vaginal. Cancer Society a. Setap tahun untuk wanita yang secara
seksual aktf b. Setiap tahun seumur hidup untuk wanita yang berisiko tinggi.

Penyuluhan kesehatan untuk pencegahan kanker serviks 1. Pentingnya pemakaian kondom


untuk mengurangi transmisi penyakit 2 Jelaskan kepada wanita muda pentingnya menunda
koitus dan menghin- 3, Pentingnya memperoleh bantuan medis segera dan efektif apabila ada
4. Mengikut petunjuk untuk skrining Pap smear yang dianjurkan American menular seksual
dan virus genital. dari pasangan seksual multipel. infeksi serviks dan/atau vaginal. Cancer
Society a. Setap tahun untuk wanita yang secara seksual aktf b. Setiap tahun seumur hidup
untuk wanita yang berisiko tinggi.

Evaluasi. Evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah diberi- 1. a.Menjelaskan


dengan benar rasional dari radioterapi dan per- b.Bisa mengomunikasikan perasaan, emosi,
pada suami, keluarga c. Mengungkapkan bahwa kecemasan sudah berkurang atau hi- kan
pada pasien meliputi ubahan kegiatan. staf perawatan. lang 2. Bisa melakukan perawatan diri
atau dengan bantuan. 3. a.Mengadakan interaksi dengan keluarga atau dengan staf ke
perawatan.

b.Menggunakan rekreasi yang sesuai dengan pembatasan ke- giatan seperti membaca,
mendengar musik, menonton TV, bi- cara dengan teman lewat telpon, dan sebagainya. 4. a.
Bisa menjelaskan dan mendemontrasikan perawatan di rumah (perawatan perineum, vaginal
douche, memakai obturator ma- nual). b.Menyebutkan tanda dan gejala yang perlu dilaporkan
ke dok- ter.

C. Manajemen Asuhan Lemioma Uterin

Kolaboratif

Uji diagnostik. Mioma bisa Melihat melalui pemeriksaan pelvis rutin. Palpasi menunjukkan
uterus yang tidak pada tempatnya, dan adanya nodul yang iregular pada permukaan uterus.
Pemeriksaan ini dapat dipertegas dengan MRI, CT scan, sonografi pelvis, histerografi, atau
histeroskopi. Pemeriksaan ini dapat menentukan besar dan lokasi tumor.

Medikasi. Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leiomioma,
akan tetapi agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi
estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa

20
mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa
juga mengecil setelah menopause. Sebelum tumor diangkat, biasanya agonis GnRH diberikan
untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.

Pembedahan. Leiomioma adalah indikasi yang paling lazim untuk pembedahan


histerektomi. Keputusan untuk dilakukan histerektom oleh umur pasien, beratnya gejala, dan
keinginan pasien untuk mendapat anak. Miomektomi dapat dilaksanakan apabila tumor
terletak pada dinding bagian luar dari uterus.

Asuhan keperawatan (pasien histerektomi)

Praoperasi. Biasanya histerektomi dilaksanankan untuk menangani leiomioma, kanker pada


serviks, uterus, dan ovarium, Juga prolapse uterus. Tindakan ini bisa dilakukan melalui
abdomen atau vagina.

Sedikit wanita tahu bagaimana fibroid itu tumbuh, hubungannya dengan dengan
estrogen, dan progesteron pengobatannya. Oleh karenanya penyuluhan preoperasi perlu
diberikan dan biasanya dimulai di tempat praktik dokter. Perawat yang menerima pasien ini
di rumah sakit harus menanyakan pasien supaya ia tahu sejauh mana pengetahuan pasien
tentang penyakitnya. Perawat menekankan penjelasan yang telah diberi oleh dokter dan
mengklarifikasi apa yang masih kurang dimengerti oleh pasien. Perawat perlu juga
membahas dengan pasien mengenai penanganan nyeri pasca operasi dan pentingnya
mobilisasi dan ambulasi yang cepat setelah operasi.

Termasuk dalam persiapan fisik preoperasi adalah enema atau obat laksatif sehari
sebelum operasi untuk mengosongkan dan membersihkan kolon. Malam sebelum operasi,
pasien diberi vaginal douche.

Pembedahan pada sistem reproduksi wanita

1. Ooforektomi : Pengangkatan dari ovarium.

Ada dua jenis ooforektomi: ooforektomi bilateral (kedua ovarium diangkat) dan
ooforektomi unilateral (hanya satu yang diangkat)

2. Salpingektomi : Pengangkatan dari tuba Fallopi, bisa bilateral dan bisa unilateral (kiri
atau kanan).
3. Salpingo-ooforektomi bilateral bilateral (BSO atau Bi, S & O) : Pengangkatan kedua
tuba Fallopi dan kedua ovarium
4. Histerektomi total : Pengangkatan seluruh uterus, termasuk serviks. Pembedahan ini
bisa dilakukan melalui abdomen (histerektomi abdominal) atau melalui vagina
(histerektorni vaginal)
5. Histerektomi subtotal : Pengangkatan uterus saja, serviks tidak diangkat. Tindakan
iIni jarang dilaksanakan.
6. Histero-ooforektomi : Pengangkatan uterus dan satu ovarium
7. Histero-salpingektomi : Pengangkatan uterus dan satu tuba Fallopi.

21
8. Histerektomi abdominal total dan salpingo-ooforektomi bilateral : pengangkatan
seluruh uterus, kedua tuba Fallopi, dan kedua ovarium. Pembedahan ini dulu di sebut
panhisterektomi.
9. Historaktormi radikal : Histerektomi abdominal total dan salpingo-ooforektomi
bilateral ditambah dengan vaginektomi parsial dan pengangkatan kelenjar limfa
pelvis.

Pasca operasi. Sebagian besar asuhan pasca-operasi sama dengan asuhan pasca operasi
bedah abdomen. Aspek-aspek khusus untuk histerektomi adalah :

1. Meningkatkan aktivitas. Ambulasi memulai pada hari pembedahan atau hari sesudah
pasca pembedahan. Sekalipun hanya sebentar tetapi di lakukan beberapa kali sehari.
Ambulasi yang cepat sangat di anjurkan karena ambulasi memperbaiki oksigenasi
melalui pernapasan dalam membantu mengekresi residu anesthesia, menstimulasi
pemulihan peristalsis dan menstimulasi kembalinya darah vena ke jantung.
Penggenangan darah vena dan kongesti darah pada pelvis merupakan komplikasi yang
lazim Komplikasi ini yang lazim setelah histerektomi. Komplikasi ini adalah adalah
respon inflamasi terhadap trauma pembedahan, khususnya apabila posisi litotomi di
pakai waktu pembedahan. Ada risiko tromboembolisme, maka dokter memberi
heparin subkutan. Untuk mencegah tromboembolisme, selain heparin, ada beberapa
gerakan yang perlu dilakukan:
a. Pakai stoking kompresi pada kedua tungkai bawah.
b. Latihan kedua tungkai bawah: fleksi dan ekstensi tiap 2 jam.
c. Hindari posisi lutut pasien ditinggikan.
d. Pantau rasa nyeri atau pembengkakan pada kedua betis secara lurus
2. Meningkatkan pengembalian peristaltik. Gerakan peristalsis bisa hilang setelah
histerektomi karena manipulasi organ-organ gastrointestinal ketika pembedahan.
Pasien bisa mengalami distensi ahdomen (flatulens). Komplikasi ini bisa dicegah atau
dikurangi dengan ambulansi yang cepat. Pasien dipuasakan sampai ada gerakan
peristalsis. Cairan diberikan lewat infus. Slang nasogastrik sebagai dekompresi
abdominal bisa dipasang apabila distensi menjadi berat.
3. Memberi dukungan emosi. Pengangkatan alat-alat reproduksi dan hilangnya
kemampuan reproduktif bisa mengancam harga diri dan citra diri pasien. la bisa
merasa kurang “feminin” dan tidak menarik sekalipun dengan suaminya sendiri.
Depresi dan menangis tanpa alasan bisa juga dialami terjadi setelah pembedahan.
Kesedihan karena kehilangan sesuatu yang berharga baginya adalah normal dan
sesuai. Perawat, terutama suaminya perlu memberi dukungan emosi agar pasien bisa
melewati tahap-tahap dan proses kesedihan dengan baik (Kobbler-Ross).

Pasien dianjurkan mengungkapkan perasaannya. Pasien perlu mengalami bahwa


perasaannya dimengerti dan diterima. Suami mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membantu istrinya ketika ia mengalami depresi agar harga diri dan citra diri bisa pulih
kembali.

22
Pedoman asuhan wanita dengan histerektomi

Preoperasi :

1. Kajiapakah pasien mengerti pembedahan yang akan di lakukan dan perawatan setelah
pembedahan.
2. Beri enema atau laksatif dan vaginal douche sesuai instruksi dokter
3. Lihat apakah persiapan kulit yang sesuai telah dilaksanakan
4. Tingkatkan sirkulasi darah dan oksigenasi.
a. Pakai stoking anti-embolik
b. Napas dalam, batuk efektif, ubah posisi, atau mobilisasi di tempat tidur, pakai
spirometer insentif.
c. Gerakan tungkai bawah
5. Jelaskan pada pasien pemakaian "analgesik dikontrol pasien" untuk mengendalikan
nyeri pasca-operasi.
6. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan kesulitan.

Pasca-operasi

1. Meningkatkan kenyamanan:
a. Beri analgesik, jelaskan pemakaian analgesik yang terhubung pasien.
b. Beri anti-emetik bila perlu.
2. Tingkatkan sirkulasi dan oksigenasi:
a. Dorong mobilisasi di tempat tidur, napas dalam, batuk efektif, pemakaian
spirometer, insentif
b. Gerakan ekstremitas bawah setiap 2 jam.
c. Pakai stoking anti-embolik.
d. Ambulasi sesering mungkin.
e. Kaji tanda tromboembolisme
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pantau dan catat dengan akurat
asupan dan haluaran. Selain urin, jumlah drainase lain juga dihitung.
4. Tingkatkan eliminasi.
a. Pantau urine setelah kateter Foley dilepas. Kateterisasi residu urine perlu sesuai
program dokter.
b. Pantau gerakan peristaltik
c. Beranikan pasien untuk ambulasi sesering mungkin. Tingkatkan asupan cairan
(2500-3000 ml per hari) apabila sudah diperbolehkan minum.
d. Jelaskan diet modifikasi untuk menjaga konstipasi.
5. Beri penyuluhan untuk pulang
a. Jelaskan tanda-tanda infeksi traktus urinarius.
b. Jelaskan dan demonstrasikan perawatan luka insisi.
c. Hindari duduk lama, naik mobil lama, atau mengangkat barang yang berat.
d. Beri tahu untuk tidak melakukan koitus selama 6 minggu setelah pulang; tidak
melakukan vaginal dounche kecuali bila ada petunjuk dokter. Perdarahan vagina
bisa berlangsung selama 6 minggu

23
e. Jelaskan kemungkinan timbulnya emosi yang labil.

Contoh Rencana Asuhan Keperawatan: Pasien pasca-histerektomi karena kanker


serviks

lbu Resa (42 tahun) memeriksakan diri ke ahli ginekologi karena perdarahan di antara
menstruasi dan kadang-kadang perdarahan setelah koitus. Hasil Pap smear setiap
tahun selama 5 tahun adalah negatif. Akan tetapi Pap smear yang sekarang adalah
positif. Hasil bopsi serviks menunjukkan kanker pada serviks Stadium I. Kemarn ia
masuk ke rumah sakit untuk pembedahan total histerektomi. Ibu Resa menanyakan
kepada perawat, “Apakah suami saya akan berubah setelah uterus saya diangkat?
"Pasien diantar suaminya. Suami kelihatan suportif terhadap isterinya. Mereka
mempunyai 2 anak remaja. Ibu resa mengajar di SMP dan suka membaca, menonton
TV dan mendengarkan musik klasik. la mengatakan “Saya harap dokter dapat
membuang kanker saya. Saya sudah punya 2 orang anak, dan itu sudah cukup.”

Perawat mengkaji pengetahuan pasien tentang pembedahan yang akan di


laksanakan. Perawat menerangkan bahwa pembedahan tidak akan mempengaruhi
secara fisik hubungan seksual dengan suaminya.

Ibu Resa kembali dari ruang pemulihan dalam keadaan sudah sadar. Tanda
vital sudah stabil, dengan infus terpasang. Untuk nyerinya, pasien menerima morfin
sulfat yang dikontrol pasien sendiri 1 mg per jam.

Diagnosis keperawatan: Nyeri yang berhubungan dengan insisi abdominal

Hasil yang diharapkan: Pasien mengatakan perasaan lebih enak 1-2 jam setelah tindakan
mengurangi nyeri diberikan

Intervensi

Pertahankan pemakaian analgesic di kontrol pasien dalam 24 jam setelah bedahan. Memberi
analgesik secara teratur dapat mencegah nyeni memuncak.

Dorong untuk mengubah posisi di tempat tidur dan ambulasi cepat. Aktivitas dapat
mengurangi dapat rasa nyeri dengan memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi
kekencangan otot-otot. Ambulasi bisa mempercepat peristalsis dan mengurangi nyeri karna
flatulens.

Diagnosis keperawatan: Risiko gangguan harga diri yang berhubungan dengan


pengangkataan uterus.

Hasil yarg diharapkan: mengungkapkan perasaan pengangkatan uterusnya

24
Intervensi :

Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya. Kaji persepsi suami tentang pengangkatan


uterus. Pasien bisa merasa bebas mengungkapkan perasaannya apabila di beri kesempatan
dan di dengarkan. Presepsi suami dievaluasi bila perlu.

Beri informasi yang faktual. Informasi yang faktual dapat memperbaiki presepsi yang keliru.

Anjurkan kegiatan yang dapat meningkatkan feminitasnya. Merasa feminism bisa


memulihkan citra diri sebagai wanita yang tetap buisa menarik seperti menata rambutnya,
memakai tatarias, pakaian yang cocok dsb.

Diagnosa keperawatan : risiko konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi usus ketika
pembedahan dan imobilisasi.

Hasil yang di harapakan : feses lunak

Intervensi

Pantau defekasi : frekuensi, sifat feses. Dapat merencanakan tindakan yang tepat.

Ambulasi 4 kali sehari. Ambulasi dapat meningkatkan peristalsis.

Kajia abdomen dan gerakan peristalsis. Dapat mengertahui adanya flatulens. Tingkatkan
asupan cairan apabila sudah di perbolehkan. Cairan yang cukup dapat membuat feses menjadi
lembek.

Diagnosis keperawatan : risisko perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
stasis sirkulasi vena.

Hasil yang di harapkan : sirkulasi normal tanpa timbulnya emboli, nyeri kaki dan paha.

Intervensi :

Pantau ekstresmitas bawah : warna, hangat, nyeri tanda Homan. Deteksi yang cepat dapat
memungkinkan tindakan yang cepat. Anjurkan pasien menggerakan kai di tempat tidur,
mobilisasi dan ambulasi. Gerakan dapat meningkatkan sirkulasi vena.

Jangan menaruh bantal di bawah lutut, atau fleksi lutut. Kurangi posisi fowler tinggi.
Tekanan pada vena popliteal dan fleksi lutut dapat meningkatkan stasis vena.

Pakai stoking anti embolik atau stoking kompresi intermiten. Dapat mencegah statis vena.

Ambulasi cepat dan sesering mungkin ambulasi dapat ,mempercepat aliran balik darah vena.

Diasnosis keperawatan : risiko tidak dapat mempertahankan kesehatan yang berhubungan


dengan kurang pengetahuan tentang perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit.

Hasil yang di harapkan : menjelaskan perawatan diri dengan tepat.

25
Intervensi :

Ajarkan pasien tentang :

2. Tanda flebotrombosis dan melaporkannya ke doktek. Flebotrombosis bisa timbul 7-10


hari setelah pulang dari rumah sakit.
3. Perdarahan pervagina yang banyak perdarahan yangh sedikit bisa berlangsung selama
1-2 minggu. Perdarahan yang banyak menunjukan adanya penyembuhan luka
terganggu.
4. Hindari mengendarai mobil selama 2-4 minggu dan kegiatan berat atau olahraga yang
aktif. Pemulihan kegiatan perlu di laksanakan perlahan dan bertahap.

D. Manajemen Asuhan Kanker Endometrium

Kolaboratif

Kanker pada endometrium tumbuh perlahan dan responsif terhadap pengobatan apabila
diketahui dengan cepat. Wanita yang risiko tinggi dapat memeriksakan sampel jaringan
endometrium secara periodik.

Tabel 4-2 Cara mendapatkan sampel jaringan endometrik.

Metode Keefektifan
aspirasi endometrium 70 % – 80 %

Dilatasi dan kuretase 80% – 90%


40% – 50%
Pap smear

Pengobatan yang paling banyak dilakukan adalah pembedahan histerektomi


abdominal total dengan salpingoooforektomi bilateral. Rdiasi dan pembedahan sering
dilaksanakan pada tahap awal kan ker. Apabila tumornya masih kecil, radiasi diberikan
setelah pembedahan, tetapi apabila tumornya sudah besar, radiasi diberikan sebelum
pembedahan. Untuk memperkecil tumor dan menghindari perdarahan waktu pembedahan dan
infeksi lokal. Radioterapi juga dipakai apabila pasien akan berisiko untuk pembedahan atau
pasien menolak pembedahan. Terapi hormonal dan kemoterapi dapat ditambah untuk kanker
Stadium III dan Stadium IV. Hormon progestin diberikan tiap hari per oral atau tiap minggu
secara interamuskular. Kemoterapi yang sering dipakai adalah doksorubisin, sikloposfa-mid,
dan sisplatin. Kanker endometrium diobati sesuai dengan stadiumnya

26
Tabel 4-3. Stadium kanker endometrium.

Stadium Area yang terkena


Stadium I Terbatas pada korpus uteri

Stadium II Mengenai korpus dan serviks

Stadium III Meluas dari korpus tetapi tidak di luar pelvis:


bisa menyangkut dinding vagina tetapi tidak
pada kandung kemih dan rektum

Stadium IV Mengenai kandung kemih, rectum dan


meluas di luar pelvis

Mandiri

Penyuluhan pasien/keluarga. Perawatan pasien dengan h tomi abdominal dan radioterap


telah dibahas. Perawat mem peranan yang penting dalam penyuluhan kesehatan mengeai
tingnya pengkajian terhadap semua perdarahan disfungsi ut postmenstrual. Strategi yang
paling penting adalah mengidentiflk si kanker endometrium pada tahap yang masih bisa
diobati.

E. Manajemen Asuhan Neoplasia Trofoblastik Gestasional

Kolaboratif

Diagnosis neoplasia trofoblastik gestasional bisa dilaksanakan me- lalui ultrasonografi,


amniografi, dan analisis HCG. Uji diagnostik yang lain bisa dilakukan untuk
mengesampingkan met astasis.

Kuretase suction adalah cara yang paling lazim dipakai untuk mengevakuasi
kehamilan molar. Histerektomi bisa juga dilakukan apabila pasien sudah tidak menginginkan
anak. Oksitosin intravena dipakai untuk membantu mengeluarkan jaringan yang kemudian di-
kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan patologis. Titer HCG di pantau setelah pengobatan
untuk mengkaji kemungkinan berulang- nya neoplastik trofoblastik gestasional. Pasien
dianjurkan untuk tidak hamil selama satu tahun karena kehamilan akan menyebabkan
peningkatan HCG. Kemoterapi bisa dilaksanakan apabila neoplasia trofoblastik gestasional
timbul kembali. Kemoterapi adalah peng- obatan yang paling berhasil.

Mandiri

Penyuluhan pasien/keluarga.

Dampak sosial dan emosi akibat neo- plasia trofoblastik gestasional perlu dibicarakan dengan
pasien dan keluarga. Termasuk dalam penyuluhan kesehatan adalah etiologi yang masih

27
kurang jelas, kemoterapi, dan perlunya memakai kon- trasepsi selama satu tahun setelah
penyakit telah didiagnosis

F. Manajemen Kista Ovarium

Kolaboratatif
Palpasi pelvis waktu pemeriksaan rutin bisa menunjukan adanya suatu benjolan atau
pembesaraan ovarium. Adanya suatu benjolan yang terpalpasi pada pelvis terutama pada
wanita post-menopause harus ditindaklnjuti karena waktu menopause kedu ovarium yang
normal akan mengecil (atrofi). Ultrasonografi bisa membedakan kista neoplastik dari kista
fungsi. CT Scan dapat juga mebedakan tumor padat, kista, dan asitis. Untuk
mengonfirmasikan diagnosis bisa dilakukan laparoskopi.
Apabila kista ovarium tidak mengecil, pasien dapat diberikan kontrasepsi agar tumor
bisa mengecil. Pembedahan dianjurkan apabila kista lebih besar dari 8 cm. Sistektomi
dilakukan untuk menghindari ooforektomi apabila memungkinkan.

`Mandiri
Penyuluhan pasien/keluarga. Jelaskan kepada pasien pentingnya tindak lanjut
memantau perkembangan tumor. Kebanyakan dari pasien merasa sangat takut akan implikasi
tumor pada fertilitas mereka.
Jelaskan bahwa skalipun salah satu ovarium diangkut, asal ovarium yang lain sehat,
ibu masih bisa memperoleh anak. Implikasi pengangkatan kedua ovarium pada fertilitas harus
diterangkan kepada pasien, suami/keluarganya karena pasien ini tidak bisa mendaoat anak.

G. Manajemen Asuhan Kanker Ovarium


Kolaboratif

Ultrasonografi, CT Scan, dam MRI tidak cukup untuk membedakan tumor yang benigna
dengan tumor maligna. Pembedahan laparatomi lazim dipakai untuk membuat diagnosis yang
pasti dan sekaligus bisa dilakukan penetapan stadium dari kanker ovarium. Terapi pilihan
adalah pembedahan yaitu, histerektomi abdomen total dengan salpingektomi-ooforektomi
bilateral. Cairan ascetic dikirim ke laboratorium untuk sitologi. Jaringan pelvis dikaji dan
dibiopsi. Kemotrapi lazim dipakai untuk stadium I. kanker ovarium stadium II diobati dengan

28
memasukan (instilasi) radio aktif fosfor ke dalam rongga peritoneum, atau dengan radiasi
eksternal, atau kombinasi dengan kemoterapi. Stadium III dan IV dilakukan pembedahan
untuk mengangkat sebisa mungkin tumor yang ada. Intervensi ini dilakukan untuk sintasab
(survival). Pmbedahan disusul dengan kombinasi kemoterapi.

Penetapan stadium kanker ovarium.

Stadium Area yang Terkena


I Masih terbatas pada ovarium
II Mengenai salah satu atau kedua ovarium
dengan perluasan pada pelvis
III Mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis intraperitoneal di luar pelis;
kelenjar limfe adalah positif
IV Mengenai satu atau kedua ovarium dengan
mestatasis pada organ yang jauh seperti paru-
paru, hepar, dsb

Mandiri

Pasien diberi penyuluhan standar postoperative yang menyangkut pembedahan mayor pada
abdomen. Perawat perlu menekankan penjelasan mengenai pembedahan dan terapi yang telah
diperoleh pasien dari dokternya. Kanker ovarium mempunyai prognosis yang tidak baik,
maka pasien dan keluarga memerlukan sokongan yang terus menerus.

H. Manajemen Asuhan Neoplasma Vulva

Kolaboratif

Pengobatan karsinoma vulva disesuaikan pada lokasi dan perluasan dari kanker. Kanker pre-
invasif biasanya dilakukan pembedahan sekalipun sudah lazim dipakai kolposkopi dengan
terapi laser. Standar pengobatan untuk karsinoma yang invasif adalah vulvetomi radikal.
Pembedahan ini bisa dimodifikasi untuk lesi tertentu agar cacad yang timbul bisa menjadi
lebih ringan. Valvektomi radikal meliputi eksisi pada mons pubis, uretra bagian terminal dan
vagina. Beberapa kelenjar limfa yang kena juga dieksisi Pembedahan radikal ini memberi
angka sintasan 5 tahun. Pengobatan radikal untuk kanker yang sangat lanjut masih dalam
penelitian. Kemoterapi selama ini belum memberi hasil yang memuaskan.

Komplikasi yang dikaitkan dengan vulvektomi radikal adalah infeksi luka operasi, karena
luka dibiarkan terbuka dan penyembuhan terjadi melalui penyembuhan sekunder. Komplikasi
yang biasa timbul kemudian adalah stenosis vagina (karena ada pemarutan), relaksasi otot-
otot pelvis yang biasa menimbulkan inkontinensia stress, edema pada kedua tungkai bawah
karena adanya limfangitis obstruktif.

29
Focus dari perawatan postoperative pada awal adalah rasa nyaman. Pasien ini mengalami rasa
yang sangat tidak enak ditambah dengan rasa nyeri pada luka pembedahan karena banyak
jaringan yang rusak, dan jahitan pada kedua sisi inguinal yang sangat kencang.

Pasien memerlukan banyak bantuan untuk mendapat posisi yang nyaman. Rusaknya jahitan
adalah masalah yang sering timbul. Luka operasi pada vulva dibiarkan terbuka (tidak dijahit).
Untuk membantu penyembuhan luka ini (penyembuhan sekunder), pasien diberi rendam
duduk, atau terapi kolam bergelombang, dan obat topical sesuai instruksi dokter.

Pedoman perawatan wanita dengan vubrektomi radikal

preoperatif

1. Jelaskan tindakan dan rencana perawatan


2. Enema dan vaginial douche sesuai program dokter
3. Beri dukungan emosi
4. Beri lathan napas dalam dan gerakan kedua kaki
Post-operatif

1. Pertahankan tirah baring selama 72 jam dengan posisi semi fowler


 Sokong kedua kaki dengan bantal.
 Ubah posisi tiap jam
 Napas dalam sesering mungkin, pakai spirometer insentf bila ada
 Latihan gerakan kedua kaki
 Hindari tekanan pada jahitan di kedua sisi inguinal
 Kaji tanda komplikasi (atelektasis, trombosis vena proftunda)
2. Kaji tingkat rasa nyeri atau rasa tidak nyaman dan beri analgesik yang adekuat. Pakai
pompa analgesik dikontrol pasien sesuai program dokter.
3. Pantau penyembuhan luka.
 Beri perawatan perineal care, rendam duduk, terapi kolam bergelombang, atau
obat topikal sesuai program dokter.
 Cuci luka 2 kai sehari dan setelah defekasi
 Pertahankan kepatenan dari kateter Foley
4. Beri makanan rendah serat
5. Beri kegiatan distraksi atau hiburan sesuai dengan tirah baring seperti membaca, TV,
musik, telepon, dsb.
6. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
Penyuluhan saat pulang

Penyuluhan kesehatan bagi klien ketika diperbolehkan pulang meliputi :

1. Pakai stoking penyokong selama 6 bulan. Tinggikan kedua kaki


2. Boleh melakukan kegiatan seksual setelah 4-6 minggu. Jelaskan perlunya
memakai lubrikasi vaginal sebelum koitus.
3. Tidak boleh mengejan ketika defekasi
4. Jelaskan pada pasien tanda komplikasi yang pertu dilaporkannya pada dokter

30
Mandiri

Penyuluhan pasien/keluarga

Perawat menjelaskan sangat kese kepada pasien bahwa penyembuhan luka adalah sangat
perlahan dan komplikasi infeksi bisa timbul. Pasien diberi kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan tentang pembedahan yang sulit dan menimbulkan cacat.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama kanker pada wanita. Dua
per tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang, termasuk indonesia. Kanker bisa
disembuhkan jika dideteksi sejak dini. Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan
memeriksakan diri.

kanker mulai didalam sel-sel, blok-blok bangunan yang menyusun jaringan-jaringan.


Jaringan-jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel tumbuh dan
membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel-sel
tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka. kadangkala,
proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan
mereka, dan sel-sel tuatidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat
membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.

Ada berbagai Kanker sistem reproduksi pada wanita seperti polip serviks, kanker serviks,
lemioma uterin,kanker endometrium, neoplasia trofoblastik gestasional, kista ovarium
kanker ovarium, neoplasma vulva

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan terutama perawat kita perlu tahu patofisiologi sebuah
kanker agar kita dapat menentukan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik

32
DAFTAR PUSTAKA

`Baradeo, Mary Dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksualitas. Jakarta:
EGC

33

You might also like