Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Merencana survei
Menentukan Biaya
target
Spesifikasi
survei
Mengumpulkan data
Mengukur di
lapangan
Mengontrol
kualitas
Mereduksi
data
Menggunakan data
- Mengolah
- Membuat model
- Menginterpretasi
Tabel 1.1
TAHAPAN PEKERJAAN SURVEI GEOFISIKA DAN
MASALAH-MASALAH UMUMNYA
Tahapan Pekerjaan
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
Merencana survei Mengumpulkan data Menggunakan data
1. Mengukur di 1. Mengolah data
Macam lapangan 2. Membuat model
Pekerjaan Merencana survei 2. Mereduksi data 3. Menginterpretasi
3. Mengontrol kualitas
data
1. Menentukan target 1. Kualitas data 1. Kompilasi data
2. Biaya survei 2. Manajemen nama 2. Pemilihan filter
Macam potensi 3. Menentukan stasion pengukuran 3. Pemilihan metoda
Problem atau spesifikasi survei 3. Manajemen data olah data lanjut
Problem mentah dan tereduksi 4. Evaluasi terpadu
4. Komunikasi dengan kondisi
5. Logistik geologi
6. Kesulitan medan
Pada saat merencana survei selalu bertemu dengan dilema target, biaya dan
spesifikasi survei. Ketiganya merupakan variabel yang saling berkaitan dan dalam
membuat rencana survei harus dapat dioptimasikan.
Pada pengumpulan data di lapangan, dilema akan selalu terjadi pada kelogistikan,
kesulitan medan, komunikasi, manajemen nama stasion, data dan kualitas data.
Semua dilema tersebut terdapat pada pekerjaan mengukur, mereduksi data dan
mengontrol kualitas. Untuk dapat mencapai data lapangan sesuai spesifikasi yang
telah direncanakan, diperlukan koordinator dan pengontrol kualitas survei yang
bijak, agar pekerjaan di lapangan berjalan lancar dan optimal.
Dalam tulisan ini hanya dititik beratkan pada bagian merencanakan survei dan
mengontrol kualitas survei di lapangan, sedang pengolahan data lanjut,
pemodelan dan interpretasi yang biasanya dilakukan pengguna data, tidak
dibahas.
1.3. Perolehan Perkiraan Angka-Angka Dan Pernyataan-Pernyataan
Manajemen Geofisika
Pada tulisan ini akan banyak dijumpai perkiraan angka-angka dan pernyataan-
pernyataan manajemen geofisika yang diungkapkan dalam bentuk tabel dan
diagram alir.
Angka-angka dan pernyataan-pernyaatan tersebut diperoleh dari hasil studi
penulis berdasarkan kejadian-kejadian dari pengalaman pribadi, pengalaman
kelompok dan hasil wawancara dari pelaksana-pelaksana survei geofisika yang
telah lampau. Pengalaman kejadian tiga hingga sepuluh kali, dijadikan sebagai
dasar penentuan besarnya angka-angka dan pernyataan-pernyataan geofisika
manajemen. Sebagai bahan pertimbangan tingkat kepercayaan tulisan ini,
dilampirkan pengalaman penulis sebagai operator, ahli geofisika atau koordinator
survei geofisika dari tahun 1980 hingga awal 1998 dalam gambar yang
dilampirkan pada tiap-tiap akhir bab. Data wawancara dengan pelaksana-
pelaksana survei geofisika di luar proyek-proyek yang dijelaskan di atas
digunakan juga sebagai penentuan angka dan pernyataan geofisika dengan
batasan minimal diperoleh dari 10 orang.
Angka-angka dan pernyataan manajemen geofisika pada tulisan ini relatif dapat
berubah dengan bertambahnya data empiris yang dikumpulkan penulis.
Diharapkan beberapa tahun mendatang angka-angka dan pernyataan-pernyataan
manajemen geofisika dalam tulisan ini dapat berubah lebih akurat.
Perlu diketahui bahwa kesuksesan suatu rencana survei tergantung pada tujuannya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka secara rinci akan dijelaskan konsep dasar
menentukan tujuan teknis pada sub-bab 2.1.
Konsep dasar survei geofisika secara umum dapat didekati dari hasil survei dan
kerapatan data. Kedua konsep pendekatan tersebut digunakan bersama-sama agar
survei geofisika berjalan dan bermanfaat optimal. Dalam penjelasan konsep-konsep
dasar survei geofisika didekati dengan pendekatan hasil survei dan pendekatan
kerapatan data, masing-masing diuraikan pada sub-bab 2.2 dan 2.3.
SANGAT DETIL
DETIL
KETELITIAN
SEMI DETIL
REGIONAL
L
BIAYA
Tabel 2.1
KLASIFIKASI SURVEI GRAVITASI
Kerapatan data
Kontur Ketelitian Ketelitian Luas area Jarak stasion
Interval Skala peta Maksimum Maksimum per stasion Dalam lintasan
(mgal) Pengukuran Pengukuran (km2) (m)
Gravitasi Gravitasi
(mgal) (mgal)
0.2 – 0.25 1 : 10.000 (0,08 – 0,1) (0,06 – 0,08) 0,02 –0,1 50 – 150
1 : 5.000
Survei regional
spesifikasi
regional
Anomali
regional
Survei semi detil
spesifikasi
semi detil
Dana
Anomali
semi detil
dan
Survei micro
Spesifikasi
micro wak
tu
Anomali
detil
Survei detil
spesifikasi
detil
Anomali mikro
Gambar 2.3
ALUR KONSEP MERENCANA SURVEI DENGAN CARA
MENENTUKAN TARGET DAN MENCAPAI TARGET
Target
Target
Perkiraan
dimensi & magnitude
anomali
Pelaksanaan
survei
Hasil survei
Sesuai target
Pada pendekatan ini "spesifikasi survei ditentukan oleh perkiraan hasilnya" selalu timbul
dilema ketelitian dan kerapatan data. Hal ini dibahas secara lebih rinci pada bagian
"pendekatan kerapatan data" berikut.
2.3.2.Pilihan Blunder
Telah diketahui diatas bahwa pilihan keempat harus benar-benar dihindari oleh
setiap perencana survei geofisika. Meskipun demikian banyak para perencana
survei secara tidak sadar "memilih" pilihan keempat. Biasanya perencana survei
yang terperosok pada pilihan keempat ini terjadi karena tidak sengaja.
Sebenarnya mereka memilih pilihan kedua tetapi tidak disadari bahwa
pelaksanaan surveinya tidak menggunakan pengontrol kualitas yang baik
sehingga kualitas datanya turun.
Gambar 2.4
DIAGRAM HUBUNGAN ANTARA
KERAPATAN DATA, BIAYA DAN TINGKAT KETELITIAN
DIMANA BIAYA SEBAGAI VARIABEL TETAP
Kera pata n Data
r
a
es
b
kin
a
m
se
ya
a
Bi
Ketelitia n
Gambar 2.5
DIAGRAM HUBUNGAN ANTARA
JUMLAH DATA, BIAYA DAN TINGKAT KETELITIAN
DIMANA TINGKAT KETELITIAN SEBAGAI VARIABEL TETAP
Gambar 2.6
DIAGRAM HUBUNGAN ANTARA
JUMLAH DATA, BIAYA DAN TINGKAT KETELITIAN
DIMANA KERAPATAN DATA SEBAGAI VARIABEL TETAP
KERAPATAN DATA 1
KERAPATAN DATA 2
KERAPATAN DATA 3
KETELITIAN DATA
MAKIN RAPAT
BIAYA
Khusus pada survei gravitasi, hampir dapat dipastikan bahwa penurunan kualitas
data tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan pengukuran gravitasi tetapi
karena kesalahan pengukuran yang lain (kesalahan elevasi, posisi atau koreksi
medan). Pada survei magnetik, tahanan jenis dan survei-survei geofisika lainnya
biasanya disebabkan oleh kesalahan pengukuran geofisikanya sendiri, bukan
akibat kesalahan-kesalahan pengukuran yang lain. Mengingat banyaknya kasus
tersebut pada survei gravitasi, sengaja buku ini akan membahas hal tersebut
dibagian merencana survei gravitasi secara rinci sampai pada alternatif
pengukuran koordinat dan elevasinya.
Metoda Geofisika
Tahan- Polarisasi Self Tahanan Magneto- Elektro-
Obyek an Terimbas Poten- Jenis Telluric Mag- Gravi- Mag- Seis- Seis-
Penerapan Jenis (IP) sial Kompleks (MT) Netik tasi netik mik mik
(SP) (EM) Pasif aktif
Eksplorasi V V V V V V V
geotermal
Eksplorasi minyak V V V V V
Eksplorasi V V V V V V V V V
mineral
Primer
Eksplorasi V V V V
mineral
Sekunder
Eksplorasi bahan V V V
galian C
Eksplorasi air V V V V
tanah
Penelitian geologi V V V V
Teknik
Penelitian V V V V
Lingkungan
Monitoring V V V V
Lingkungan
Penelitian V V
geodinamika
Bila hasil survei hanya dapat diinterpretasi dalam arah lateral, didekati dengan rumus:
M = L.Hl - Kl.Hl
Dimana
M adalah nilai manfaat hasil survei ($ atau Rp.)
L adalah luas target (m2)
Hl adalah harga satuan target ($/m2 atau Rp./m3)
Kl adalah luas kesalahan target hasil survei (m2).
Pendekatan matematis diatas hanya berlaku pada benda anomali yang masih
mungkin dapat dihitung dan tidak berlaku pada survei-survei yang masih bersifat
mencari indikasi saja.
Gambar 2.7
DIAGRAM ALUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENGGUNAAN JENIS DAN METODA SURVEI GEOFISIKA
Evaluasi perkiraan
Kedalaman dan dimensi anomali
Igneous rock
Metamorphic rocks
Clay
Soft shale
Hard shale
Sand
Sandstone
Porous limestone
Dense limestone
(Ohm-m) 1 101 102 103 104 105 106
Igneous rocks
Limestone
Limestone
Shale
Sandstone
Salt
1800
1600
1400
1200
1000
800 Acid igneous
647
600
Metamorphic
400 349
6527 44-9711
BAB 3
PENGETAHUAN DASAR UNTUK MELAKUKAN
MANAJEMEN SURVEI GEOFISIKA
Pada bab ini pertama-tama menjelaskan tentang sumberdaya manusia mengenai cara
membina pelaksana survei geofisika agar menjadi pelaksana yang benar-benar
profesional. Penjelasan pendekatan dasar mengenai tindakan mengontrol kualitas
survei geofisika ditunjukkan pada sub-bab kedua. Sub-bab berikutnya menjelaskan
tentang beberapa potensi problem global dalam pengontrolan pelaksanaan survei
geofisika beserta antisipasinya.
Melatih memilih
Salah dan benar
Kurang
Melatih mengkonsistenkan pelaksanaan
sukses
Kebijakan geofisika
Sukses
terlatih
Kesuksesan operator dalam membina refleks bacaan gravitymeter dapat dimonitor dari
nilai bacaan stasionernya tiap 10 menit secara kontinyu selama beberapa hari (tiap hari
minimal 12 jam). Bila Perbandingan bacaannya antara waktu yang satu dengan waktu
yang lainnya telah smooth (mengecil errornya) hingga suatu titik optimal maka operator
tersebut dapat dikatakan sukses dalam melatih refleks bacaannya. Biasanya seorang
pemula dengan kondisi fisik normal, memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu untuk
mencapai refleks tersebut sedang seorang operator gravitimeter hanya memerlukan
waktu 1-3 hari saja.
Dengan demikian agar menjadi seorang operator profesional membaca gravitymeter
diperlukan waktu tertentu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Waktu tersebut harus
selalu disediakan sebelum melakukan survei gravitasi. Latihan tersebut dapat
dianalogikan dengan seorang pembantu pilot yang harus menempuh jam terbang
tertentu untuk dapat menjadi pilot.
Di dalam dunia geofisika, belum ada yang mengembangkan ketentuan-ketentuan
mengenai jenis pelatihan. Dalam buku ini sengaja menunjukkan pentingnya hal
tersebut. Dari kajian pengalaman geofisika manajemen, dapat ditunjukkan perkiraan
waktu pelatihan-pelatihan tersebut pada Tabel 3.2. Meskipun belum selengkap yang
diharapkan, Tabel 3.2 dapat dijadikan sebagai acuan dari masing-masing jenis
pekerjaan untuk mencapai predikat professional mengoperasikan alat.
Meskipun predikat profesional dalam membaca atau mengoperasikan alat geofisika
telah disandang, belum tentu seorang dapat dikatakan profesional dalam arti yang luas.
Di dalam dunia survei geofisika masalah yang dihadapi tidak hanya membaca alat atau
mengoperasikan alat tetapi masalah-masalah non-teknis jauh lebih banyak.
Keprofesionalan menangani masalah-masalah non teknis sangat tergantung dari
pengalaman dan tanggung jawab pelaksana survei masing-masing.
Pelatihan dalam survei geofisika tidak hanya dilakukan untuk membaca atau
mengoperasikan alat tetapi harus dilakukan juga pada olah data dan interpretasi
sementara untuk mengontrol kualitas data. Tabel 3.3 ditunjukkan perkiraan waktu atau
volume pelatihan agar benar-benar mencapai predikat profesional sebagai pengontrol
kualitas data.
Pelaksana
Pemula Pernah melakukan
Jenis pekerjaan Keterangan
Secara propfesional
Paduan ketiga unsur di atas yang serasi akan dapat meningkatkan semangat kerja
pelaksana survei sekaligus dapat memperlambat waktu penurunan mental.
Pengetahuan ini penting diketahui oleh perencana-perencana survei geofisika agar
dapat merencana dengan hasil yang optimal.
Dalam buku ini belum dijelaskan secara rinci mengenai sebab-sebab detil penurunan
mental pelaksana survei geofisika dan teknik penanggulangannya.
Tabel 3.3
PERKIRAAN VOLUME PELATIHAN UNTUK MEMPEROLEH
REFLEKS PENGONTROL BEBERAPA MACAM
KUALITAS SURVEI GEOFISIKA
Pelaksana
Pernah melakukan
Jenis pekerjaan Pemula Keterangan
Secara profesional
Matching atau modeling 30 – 60 stasion 10 – 15 stasion Dengan berbagai tipe
Sounding tahanan jenis model
Tujuan survei
Mendefinisikan
menjabarkan
tujuan survei
Identifikasi
potensi problem
survei
Analisa
potensi problem
survei
Antisipasi dan
Mencegah potensi
Problem survei
Kendala
- dana
- teknologi Mengatasi
- kemampuan Problem survei
tenaga kerja
Survei berhasil
3.2.2. Mengidentifikasi potensi problem
Untuk mencapai tujuan yang telah didefinisikan dan ditentukan batasan-batasannya
bukan suatu yang mudah. Dalam perjalanan mencapai tujuan tersebut selalu bertemu
dengan problem-problem. Agar tidak terjadi ketidak siapan mengatasi problem, maka
semua potensi problem dalam rangka mencapai tujuan harus sudah dapat diidentifikasi
sebelum terjadi.
Pencarian potensi problem dilakukan dengan cara antara lain menginventarisasi
kemungkinan problem sekecil-kecilnya atau dengan cara membuat skenario untuk
mendapatkan kemungkinan potensi problem yang baru.
Potensi problem tersebut harus dapat didefinisikan dan ditentukan batasan-batasannya
secara jelas. Batasan-batasan potensi problem yang dibuat harus benar-benar dapat
membedakan mana yang disebut potensi problem dan mana yang disebut bukan
potensi problem. Dengan mengetahui batasan-batasan dan potensi problem tersebut,
diharapkan dapat mempermudah analisanya.
Gambar 3.3
CONTOH MATRIKS MENENTUKAN RANGKING
PRIORITAS POTENSI PROBLEM
Parameter Penilaian
Total
Dampak Biaya Kesulitan
Kesalahan pengukuran pelaksanaan nilai
Gravitasi 2 2 2 6
POTENSI PROBLEM PENGUKURAN
Sket medan 2 1 2 5
Koordinat 1 3 3 7
Elevasi 3 3 3 9
Contoh evaluasi potensi problem pada pengukuran survei gravitasi.
Nilai 1 (kecil), diartikan sebagai kurang diprioritaskan.
Nilai 2 (sedang), diartikan sebagai penting diprioritaskan.
Nilai 3 (besar), diartikan sebagai sangat penting diprioritaskan.
3.2.4. Tindakan penyelamatan
Pada sub-bab di atas telah diterangkan bagaimana teknik global merencana
pencegahan potensi problem dan melaksanakan menanggulangi problem. Pada sub-
bab ini membahas bila suatu survei sudah tidak dapat mengatasi problem.
Suatu potensi problem dapat benar-benar menjadi suatu problem. Sifat problem
tersebut dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu:
a. Problem terjadi sesuai potensi problem yang telah diantisipasi semula.
b. Problem terjadi dengan sedikit menyimpang dari problem yang telah diantisipasi
semula tetapi masih dapat terkendali.
c. Problem yang tiba-tiba muncul tetapi masih dapat terkendali.
d. Potensi problem yang diantisipasi berubah menjadi problem baru atau muncul
problem baru sama sekali yang kedua-duanya tidak dapat diatasi.
Jenis problem a, b dan c tidak perlu dibahas karena telah dapat diatasi. Jenis problem d
perlu dievaluasi dan dikaji secara cermat.
Untuk mengatasi jenis problem d harus mengevaluasi kembali batasan-batasan dana
dan segala jenis kemampuan yang dimiliki. Terobosan untuk meningkatkan dana atau
kemampuan ini harus dilakukan terlebih dahulu dengan cara :
a. Mencari tambahan dana
b. Mencari teknik-teknik baru
c. Menekan dana atau kemampuan-kemampuan melakukan pekerjaan di sektor-sektor
lain, dialihkan untuk mengatasi problem tersebut sepanjang tidak mengganggu
program dan kualitas sektor lain tersebut.
Bila cara-cara tersebut masih belum dapat mengatasi problem maka pengontrol kualitas
survei bekerja sama dengan koordinator survei mengevaluasi kembali tujuan survei.
Modifikasi tujuan beserta penjabarannya harus secepatnya dilakukan agar diperoleh
suatu hasil yang optimal. Tindakan ini disebut sebagai "tindakan penyelamatan survei".
Tindakan ini harus dilakukan secepat mungkin dengan dukungan komunikasi yang baik
dengan semua personel yang terlibat.
3.3. Beberapa Potensi Problem Global dan Teknik Pencegahannya Di
Lapangan
Pengawasan survei geofisika sangat perlu dilakukan untuk memperoleh hasil sesuai
tujuan dan spesifikasinya. Pelaksanaan pengontrolannya harus dilakukan seefisien dan
sebijak mungkin. Pada sub-bab ini dijelaskan beberapa potensi problem global dalam
melaksanakan survei geofisika di lapangan. Diharapkan, potensi problem global ini
dapat diantisipasi sedini mungkin oleh perencana dan pengontrolan kualitas survei.
Untuk memperoleh hasil optimal pengontrolan kualitas, harus dilakukan dengan skala
prioritas. Prioritas tinggi diberikan pada pelaksanaan-pelaksanaan yang berpotensi
problem tinggi (beresiko salah tinggi), sedang prioritas rendah diberikan pada
pelaksanaan-pelaksanaan yang berpotensi problem kecil (beresiko salah kecil). Prinsip
ini diterapkan untuk mengontrol peralatan, metoda dan manusia pelaksananya.
Masing-masing bidang survei geofisika mempunyai skala prioritas yang berbeda-beda,
hal ini akan dijelaskan secara rinci pada bab-bab yang berisi bidang-bidang survei yang
bersangkutan. Meskipun tiap bidang geofisika mempunyai prioritas pengawasan yang
berbeda-beda tetapi secara global selalu harus diperhatikan hal-hal penting dengan
potensi problem tinggi yaitu :
a. Manajemen tentang nama lintasan dan stasion.
b. Manejemen tentang data mentah dan tereduksi.
c. Komposisi tim dan jadwal pengukuran lapangan.
d. Komunikasi.
e. Manajemen tentang pelaksanaan logistik
f. Kerawanan lingkungan.
g. Kondisi medan terhadap kualitas data.
Potensi-potensi problem beserta antisipasi penanggulangan hal-hal tersebut, dijelaskan
dalam uraian berikut ini.
3.3.4.Komunikasi
Sistem komunikasi pada pelaksana survei geofisika merupakan potensi problem yang
cukup serius. Komunikasi antara tim satu dengan lainnya dan antara tim dengan
koordinator sangat menentukan optimasi survei, terutama pada survei-survei yang
cukup besar volumenya. Maksud komunikasi dalam hal ini bukan masalah bahasa
(Inggris, Indonesia, daerah, dll.) tetapi komunikasi dalam arti yang luas.
Kesalahan komunikasi akan dapat menurunkan efisiensi dan sekaligus akan
menurunkan optimasi survei. Kesalahan komunikasi ini dapat mengakibatkan kerugian
hingga 10% dari nilai total pekerjaan. Untuk menghindari hal-hal tersebut harus
ditempuh jalan sebagai berikut:
a. Memilih pelaksana-pelaksana survei yang kompak, dapat bekerja sama dan
berkomunikasi antara sesama pelaksana lapangan dan antara pelaksana lapangan
dengan koordinator lapangan.Meskipun seseorang sangat ahli dalam bidangnya tapi
bila sulit bekerja sama dan berkomunikasi, disarankan untuk tidak digunakan dalam
melaksanakan survei.
b. Pelaksanaan komunikasi diharuskan dengan cara yang sederhana, mudah
dimengerti dan tidak mempunyai arti ganda.
c. Menyeragamkan isyarat komunikasi, nama dan sistematika berpikir.
d. Segala komunikasi harus disampaikan secara jelas dan lengkap, tidak boleh
memotong informasi dengan mengasumsikan bahwa yang diajak berkomunikasi
sudah mengetahui maksudnya.
e. Tidak boleh mencampurkan antara data, interpretasi dan asumsi.
f. Mengusahakan sesering mungkin mengadakan rapat lapangan bersama, dengan
selalu menyimpulkan semua hasil pembicaraan dan tindakan yang harus
dilaksanakan.
Dengan dilaksanakannya hal-hal tersebut di atas, diharapkan dapat memperkecil
kesalahan komunikasi sehingga akan memperkecil pula kerugian yang diakibatkannya.
Kondisi musim
Medan survei
Elevasi di atas Hujan dan sering Kadang-kadang Tidak hujan dan kadang-
1500 – 2000 m berkabut setelah jam hujan dengan angin kadang berkabut setelah
13.00 kencang dan sering jam 13.00
berkabut setelah jam
13.00
Kajian mengenai optimasi penggunaan alternatif tersebut tidak dapat diuraikan di buku
ini karena memerlukan uraian dan studi kasus yang cukup banyak. Biasanya optimasi
ini dihitung bersamaan dengan optimasi transportasi secara terpadu.
Dalam bab ini diuraikan mengenai merencana dan mengontrol kualitas survei gravitasi
secara berurutan. Selain itu, diuraikan juga beberapa contoh kasus merencana dan
mengontrol kualitas survei gravitasi di daerah khusus.
Target
Pra model
Perkiraan
Dimensi & magnitude
Biaya
5 Gravitasi udara 2
6 Gravitasi satelit 5
Spesifikasi survei gravitasi di udara dan di laut sangat tergantung pada alat yang
digunakan. Pada saat ini, alat-alat yang digunakan sudah cukup canggih dan
perbedaan kualitasnya tidak terlalu menyolok. Hal tersebut sangat memudahkan untuk
mengambil keputusan pada rencana survei gravitasi di udara dan di laut. Dilema yang
mungkin timbul biasanya adalah kerapatan lintasan, cuaca dan biaya.
Menentukan spesifikasi survei gravitasi di darat mempunyai masalah lebih banyak
dibandingkan di udara, laut dan zona transisi, karena penyebab kesalahan harga
anomali Bouguer di darat lebih banyak macamnya. Maka pada tulisan ini selanjutnya
akan dititik beratkan pada bahasan survei gravitasi di darat. Untuk memahami hal
tersebut perlu disegarkan kembali mengenai harga anomali bouguer. Penjelasan ini
ditunjukkan pada Apendiks Gravitasi.
4.1.2. Kajian penyebab kesalahan survei gravitasi di darat
Meskipun banyak faktor penyebab kesalahan, tetapi kesalahan-kesalahan utama survei
gravitasi di darat disebabkan oleh:
a. pengukuran elevasi
b. koreksi medan
c. pengukuran gravitasi.
Dibalik penyebab kesalahan ada pula penghilang kesalahan, yaitu suatu penerapan
teknik filter.
Gambar 4.5
ALUR KONSEP
PERENCANAAN SURVEI GRAVITASI DARAT
Evaluasi perbandingan
biaya
Gambar 4.6
PERKIRAAN KISARAN MAGNITUDE KESALAHAN DALAM
SURVEI GRAVITASI DARAT
No Penyebab Magnitude Kisaran kesalahan (mgal)
. Kesalahan (mgal) 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
1.50 1.75
1 Koreksi 0.00 –
medan 2.00
2 Elevasi 0.01 –
2.00
3 Posisi 0.00 –
0.50
4 Gravitasi 0.01 –
0.10
5 Lain-lain Tidak
tentu
Elevasi daerah survei gravitasi berkisar 0 – 2000 m.
4.1.3.4. Paduan cara mengurangi kesalahan
Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pengukuran elevasi, koreksi
medan, posisi, gravitasi dan lain-lain perlu pengetahuan mengenai sifat-sifatnya. Sifat-
sifat kesalahan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.7, sedang alur teknik
menguranginya disajikan pada Gambar 4.8. Kesalahan bersifat random dapat dikurangi
dengan menggunakan filter yang cocok, kesalahan bersifat sistematis dikurangi dengan
teknik-teknik tertentu, sedang yang disebabkan oleh blunder atau gangguan lokal dapat
dibuang atau diedit datanya.
4.1.4. Pemilihan waktu dan pelaksana survei gravitasi
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam merencana survei adalah waktu
dilaksanakan pengukuran di lapangan dan memilih personel pelaksana pengukurannya.
4.1.4.1. Waktu pelaksanaan survei gravitasi
Pelaksanaan survei harus diusahakan pada musim kemarau, kecuali pada tempat-
tempat susah air diperlukan pertimbangan khusus. Penurunan produksi survei di waktu
kerja pada musim hujan dapat mencapai 30% dari kondisi normal, konsekuensinya
adalah biaya produksi per unit pengukuran akan membesar. Kondisi ini biasanya susah
dimengerti oleh para birokrat.
Umumnya di Indonesia pelaksanaan survei sangat efisien dilakukan pada musim
kemarau yaitu bulan April hingga September. Tetapi anehnya banyak proyek-proyek
gravitasi dari pemerintah dilaksanakan pada musim hujan yaitu bulan september hingga
Maret.
Tabel 4.2
RINCIAN KESALAHAN BERBAGAI PARAMETER DALAM
SURVEI GRAVITASI
Terbuka Diff. GPS dan Diff. GPS dan Diff. GPS dan
Sipat datar Sipat datar Sipat datar
4.1.4.2. Pemilihan pelaksana survei gravitasi
Agar survei dapat terlaksana baik, sesuai dengan rencananya, diperlukan pelaksana-
pelaksana yang handal. Pengalaman real di lapangan dari para pelaksana sangat
berperan besar dalam kesuksesan survei, sedang latar belakang pendidikan para
pelaksana hanya merupakan penunjang.
Menurut pengalaman beberapa pelaksana survei, masalah lapangan berupa non teknis
sangat mendominasi dibanding masalah teknis. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka pemilihan pelaksana survei dilakukan dengan syarat seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.9.
Khusus pada jenis survei gravitasi dengan cara mengumpulkan data berketelitian baik
tetapi dengan jumlah yang pas-pasan atau melakukan survei gravitasi di daerah
dengan topografi bergelombang besar, harus menggunakan pelaksana koordinator dan
pengontrol kualitas yang benar-benar handal. Koordinator dan pengontrol kualitas data
adalah kunci keberhasilan survei gravitasi dengan jenis atau lokasi-lokasi tersebut di
atas.
Gambar 4.7
PERKIRAAN SIFAT KESALAHAN DALAM
SURVEI GRAVITASI DARAT
Data
tereduksi
Pengejaran Perapatan
anomali data
Data
siap pakai
Gambar 4.9
ALUR KONSEP
PEMILIHAN PELAKSANA SURVEI GRAVITASI
Komposisi
pelaksana
Biaya
Pengukuran data di lapangan merupakan pekerjaan vital kedua setelah perencanaan
survei gravitasi, sedang pengolahan data lanjut dan interpretasi adalah bagian
pekerjaan dengan urutan ketiga. Urutan kevitalan tersebut terjadi karena bila ada
kesalahan pengukuran data di lapangan, sulit untuk diulang lagi setelah demobilisasi.
Pengolahan data lanjut dan interpretasi dapat diulang beberapa kali oleh beberapa ahli
yang berlainan dengan data lapangan yang sama.
4.2. Pengontrolan Kualitas Data Gravitasi
Untuk melakukan pengontrolan data, terlebih dahulu harus dimengerti alur pelaksanaan
survei gravitasi mulai dari rencana hingga interpretasi. Untuk mengingatkan kembali
tentang alur global pelaksanaan survei gravitasi, pada bagian ini dijelaskan secara
singkat melalui diagram alur pada Gambar 4.10. Pada Gambar tersebut dapat dipahami
bahwa posisi pengontrolan data terdapat di lapangan pada saat dilakukan pengukuran
gravitasi dan parameter pendukung survei gravitasi. Tugas pengontrol data telah
berakhir pada saat ahli-ahli olah data melakukan usaha memperjelas anomali dan pada
saat ahli-ahli interpretasi melakukan interpretasi kualitatif dan membuat model
kuantitatif.
Penjelasan rinci mengenai alur pengontrolan kualitas data di lapangan ditunjukkan pada
Gambar 4.11. Tugas pengontrol kualitas data terbatas pada saat pengumpulan data di
lapangan dan bertanggung jawab penuh atas kualitas data sesuai spesifikasi yang
direncanakan dan dapat mengejar perolehan anomali target hingga tuntas.
Sesuai dengan konsep pengontrolan data, pengukuran di lapangan harus dilakukan
dengan skala prioritas. Pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai kemungkinan kesalahan
besar harus dikontrol lebih ketat dibanding dengan pekerjaan-pekerjaan yang kecil
kemungkinan salahnya. Dari Tabel 4.3 dapat memberikan gambaran bahwa urutan
penyebab kesalahan besar dan sekaligus menjadi urutan prioritas pengontrolan kualitas
data.
Meskipun pada tiap kondisi medan memerlukan pengkajian khusus tetapi secara umum
dapat diketahui urutan prioritasnya sebagai berikut:
a. Pengukuran elevasi
b. Koreksi medan
c. Pengukuran gravitasi atau posisi
d. Penyebab-penyebab lain.
Prioritas, jenis data beserta obyek pengontrolan dijelaskan pada Tabel 4.6. Selain
prioritas-prioritas tersebut di atas, perlu dikontrol pula hal-hal yang telah dijelaskan pada
bagian 3.2.
4.2.1. Pengontrolan data penyusun Anomali Bouguer
Data lapangan penyusun Anomali Bouguer terdiri dari data posisi, elevasi, koreksi
medan inner zone dan data gravitasi. Data topografi berupa peta atau digital
merupakan data penyusun Anomali Bouguer yang diperoleh dari hasil pemetaan yang
telah lalu.
4.2.1.1. Data elevasi
Agar dapat mengontrol kualitas data pengukuran elevasi, ahli pengontrol kualitas harus
mengetahui benar mengenai teknik pengukurannya, baik menggunakan metoda
differential GPS, sipat
Gambar 4.10
ALUR KONSEP UMUM
PELAKSANAAN SURVEI, OLAH DATA DAN INTERPRETASI
Pengejaran anomali
Perapatan data
Temuan anomali
Usaha memperjelas
anomali dengan cara
mengolah data
Interpretasi Interpretasi
kualitatif kualitatif
Hasil pengukuran GPS dapat dikontrol dengan melihat ketelitian base line, ketelitian
hasil perhitungan network dan koreksi geoidnya. Pengukuran elevasi dengan GPS ini
dapat juga diulang beberapa kali pada titik yang sama dan dihitung simpangan
kesalahan hasil pengukurannya.
Seorang pengontrol kualitas data tidak boleh hanya melihat hasil ukurannya saja tetapi
harus dapat memberikan jalan pemecahannya bila nilai kesalahan yang diperoleh
melebihi spesifikasi yang ditentukan meskipun sudah diulang.
Gambar 4.11
ALUR PENGONTROL KUALITAS DATA DI LAPANGAN (QC)
Reduksi data
gravitasi
Perapatan data
Pengejaran anomali
Anomali Bouguer
(simple Bouguer)
siap pakai
Untuk pengukuran sipat datar dan tachiometry dapat dikontrol dari hasil tutupan
loopnya. Perbedaan hasil penutupan ini dapat dicocokan dengan toleransi
kesalahannya terhadap panjang pengukurannya. Misalnya untuk metoda sipat datar
toleransi kesalahannya 4mm √ D, 8mm √ D, 12mm √ D, dan sebagainya; D dalam
kilometer. Misalnya untuk metoda tachiometry kesalahannya 4cm √ k, 8cm √ k, 12cm √
k, dan sebagainya; k dalam kilometer.
Seperti halnya pada pengukuran GPS, bila terjadi kesulitan dalam pengukuran ini, ahli
pengontrol kualitas harus dapat mencari jalan pemecahannya.
Pengukuran dengan menggunakan barometer/altimeter biasanya mempunyai
kesalahan relatif besar. teknik pengontrolannya dapat dilakukan dengan cara mengukur
ulang beberapa stasion untuk dihitung standard deviasi dari hasil pengulangan tersebut.
Nilai deviasi mencerminkan kesalahan dari pengukurannya.
Banyak teknik untuk menekan kesalahan pengukuran elevasi dari berbagai alat dan
metoda pengukurannya. Hal ini belum dijelaskan dalam tulisan ini.
4.2.1.2. Data koreksi medan inner-zone
Telah dijelaskan di bagian 4.1.3.2 bahwa koreksi medan dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu inner zone, middle zone dan outer zone. Harga koreksi inner zone harus dikontrol
mulai dari diperolehnya data sket lapangan hingga teknik perhitungannya. Untuk
memperkecil kesalahan inner zone, dalam tulisan ini dijelaskan dengan cara mengikuti
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Untuk memperkecil koreksi ini, harus menempatkan stasion gravitasi di daerah
relatif datar.
b. Sket lapangan diusahakan mulai dari 0 m hingga 160 m, bila hal tersebut tidak
mungkin dibuat mulai dari 0 m hingga 60 m.
c. Menghitung koreksi terrain dengan metoda yang cocok dengan bentuk-bentuk hasil
sketnya.
d. Melakukan pengulangan beberapa stasion untuk mengetahui harga
penyimpangannya. Standar deviasi harga penyimpangan tersebut dijadikan sebagai
evaluasi kesalahan data.
Harga koreksi middle zone dapat dihitung mulai 60 m atau 160 m hingga 2000 m.
Metoda perhitungannya harus lebih teliti dibanding dengan perhitungan pada outer
zone. Perhitungannya sebaiknya dibantu dengan komputer, dengan menggunakan data
elevasi dari grid sebesar 500 x 500 m atau lebih kecil. Harga koreksi outer zone
dilakukan dengan bantuan komputer dengan data elevasi grid tiap 50 x 50 m, 100 x 100
m, atau 250 x 250 m. Pembuatan grid untuk keperluan koreksi medan harus
menggunakan peta terbaik yang ada dan disesuaikan semua sistemnya.
Dalam tulisan ini belum dibahas mengenai kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan peta dasar dan cara menanggulanginya
4.2.1.3. Data posisi dan gravitasi
Pengontrolan pengukuran posisi menggunakan teknik yang sama seperti pada
pengontrolan pengukuran elevasi. Pada pengukuran gravitasi sebenarnya banyak cara
untuk melakukan pengontrolan kesalahan harganya, tetapi dalam tulisan ini akan
menunjukkan suatu teknik pengontrolan yang praktis dan mudah dilakukan. Kesalahan
harga gravitasi yang telah dikoreksi dengan pasang surut dan drift alat dilakukan
dengan cara mengulang pembacaan pada stasion-stasion sama. Pengulangan tersebut
dilakukan sebanyak 10% - 20% dari semua stasion gravitasi yang diukur. Perbedaan
dua atau beberapa harga gravitasi dalam satu stasion pengukuran, dapat dihitung
deviasinya. Statistik harga deviasi tersebut dimonitor terus menerus seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.12. Moda histogram pada kisaran kesalahan 0.001 mgal hingga
0.02 mgal mencerminkan hasil pengukuran gravitasi yang baik. Selain memonitor harga
kesalahan tersebut, dimonitor pula harga drift tiap hari dan kalibrasi alat secara periodik
(1 bulan sekali).
100%
90%
80%
70%
FREKUENSI KEJADIAN
61.6%
60%
50%
40%
30%
1 4.8%
20%
14.8%
10% 9.6%
6.1%
2.6% 3.5%
1.8%
0%
0.005 0.015 0.025 0.035 0.045 0.045 0.055 0.065 0.075 0.085 mgal
4.2.2.1. Pengontrolan kualitas melalui profil
Profil lintasan gravitasi dapat digunakan sebagai sarana pengontrol kualitas data. Profil
dibuat dari harga Anomali Bouguer atau Sample Bouguer, harga elevasi dan koreksi
medan pada posisi yang sama dengan skala yang sesuai, akan sangat membantu
mengontrol kualitas data.
Pola kesinambungan profil Anomali Bouguer atau Sample Bouguer berpola normal dan
smot, mencerminkan kualitas data baik, sedang adanya lonjakan-lonjakan atau ketidak
teraturan profil menunjukkan adanya kesalahan. Kesalahan tersebut dapat diusut dari
pola profil elevasi atau profil koreksi medan.
Pola profil bergerigi menunjukkan adanya kesalahan random pada tiap-tiap stasion
gravitasi. Kesalahan yang mengakibatkan lonjakan profil dan gerigi profil ini biasanya
sulit diketahui dari hanya mengontrol pada tiap-tiap data pendukung Anomali Bouguer.
Selain untuk mengontrol kualitas data, profil dapat digunakan sebagai alat untuk melihat
ada tidaknya anomali efek geologi. Dengan teknik melihat yang benar, anomali efek
geologi dapat diketahui dimensi dan magnitutnya.
Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan pada stasion gravitasi atau diketahuinya
anomali efek geologi maka akan dapat mempermudah memper-baiki kesalahannya dan
dapat mengejar anomali efek geologi yang menarik.
Allis, R.G. dan T.M. Hunt,1984, Modelling the Gravity Changes at Wairakei Geothermal
Field: Proc. 6th NZ Geothermal Workshop, p.117-121.
Allis, R.G., 1984, Precise Gravity Changes Over Exploited Geothermal Fields.
Defense Mapping Agency Aerospace Center (1987), WGS84 Ellipsoidal Gravity
Formula and Gravity Anomaly Correction Equation: Memorandum, April 4,
1989, 10 p.
Federal geodetic Control Committee (1989), Geometric Accuracy Standards and
Specifications for Using GPS Relative Positioning Techniques: Report, version
5.0/1988, corrected 1989 reprint.
Geoservices, P.T., Laporan-Laporan Survei Gravitasi, GPS, Topografi dan Elevasi Teliti
dari Tahun 1980 - 1995 (bersifat tertutup).
Grannell, R.B., J.H. Whitcomb, P.S. Aronstam, dan R.C. Clover, 1981, An Assessment
of Precise Surface Gravity Measurements for Monitoring the Response of a
Geothermal Reservoir to Exploitation: Geothermal Subsidence Research
Management Program, University of California, Lawrence Berkeley laboratory,
Earth Sciences Division.
Granser, H., 1987, Topographic Reduction of Gravity Measurements by Numerical
Integration of Boundary Integrals: Geophys. Prosp., 35, p.71-82.
Hammer, S., 1939, Terrain Corrections for Gravitymeter Stations: Geophysics 4, p.184-
194.
Hunt, T.M., 1977, Recharge of Water in Wairakei Geothermal Field Determinded from
Repeat Gravity Measurements: N.Z. Journal of Geology and Geophysics, vol.
20, no. 2, p. 303-317.
--------------, 1983, Recharge in Wairakei Geothermal Field for 1974-1983 : Proc. 5th
N.Z. Geothermal Workshop 1983, p. 49-54.
--------------, 1984, Recharge at Broadlands (Ohaaki) Geothermal Field 1967-1983 :
Proc. 6th N.Z. Geothermal Workshop 1984, p. 195-200.
Krohn, D.H., 1976, Gravity Terrain Corrections using Multi-quadric Equations:
Geophysics 41, p.266-275.
Longman, I.N., 1959, Formulas for Computing the Tidal Acceleration Due to the Moon
and the Sun: Journ of Geophys. Research, 64, p.2354-2355.
Mark Parker, 1994, Training Manual for Integrated Interpretation of Gravity and
Magnetic Data, Planning and QC of Potential Field Surveys, ARK-Geoservices
(Ltd.), Jakarta.
Nettleton, L.L., 1976, Gravity and Magnetics in Oil Prospecting: McGraw-Hill Book Co.,
U.S.A.
Richard von Blaricom, 1992, Practical Geophysics II for the Exploration Geologist,
Northwest Mining Association, U.S.A.
Robbins, S.L., dan H.W. Oliver, 1970, On Making Inner Zone Terrain Correction to
Gravity Data : U.S. Geological Survey, 16 p.
Robert E. Syarif, 1978, Geophysical Exploration and Interpretation, International Human
Resources Development Corporation, Boston.
Robertson A., 1984, Analysis of Subsurface Compaction and Subsidence at Wairakei
Geothermal Field : Proc., 6th N.Z. Geothermal Workshop 1984, p. 217-224.
Sazhina, N., Grushinsky N., 1971, Gravity Prospecting, Mir Publisher, Moscow.
Suprijadi, 1982, Penentuan Pengisian Kembali (recharge) Lapangan Panasbumi
dengan Pengukuran Gaya Berat Berulang dan Kemungkinan Aplikasi di
Indonesia: Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan VII, Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia, Bandung, 1982.
APENDIKS GRAVITASI
Reduksi Gravitasi
Anomali Bouguer diperoleh dari pengukuran harga gravitasi direduksi dari pengaruh-
pengaruh yang bukan dari efek geologi. Macam reduksi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Reduksi pasang surut gravitasi; magnitude reduksi ini biasanya berkisar antara -0,15
mgal hingga 0,15 mgal.
b. Reduksi drift peralatan gravitymeter, sebesar :
((t - t0)/(t1 - t0))(gt1 - gt0) mgal,
dimana t = waktu pengukuran pada stasion yang direduksi
t0 = waktu pengukuran pertama di base stasion
t1 = waktu pengukuran pada saat menutup kembali di base stasion
gt1 = harga pengukuran gravitasi pada saat menutup kembali di base
stasion sesudah direduksi dengan efek pasang surut (mgal)
gt0 = harga pengukuran gravitasi pada saat pertama mengukur di
base stasion sesudah direduksi dengan efek pasang surut
(mgal)
c. Reduksi udara bebas, sebesar:
0,3086 . Z mgal,
dimana Z = elevasi titik pengukuran (m)
d. Reduksi Bouguer, sebesar:
- 0,04193. Z . d mgal,
dimana d = berat jenis permukaan dihitung dengan cara Parasnis, Nettleton
atau dari hasil pengukuran contoh batuan di laboratorium
(gr/cc).
Z = elevasi titik pengukuran (m).
e. Reduksi lintang, misalnya dengan mengikuti rumusan tahun 1967, sebesar :
97803.185(1 + 0.005278895sin2 + 0.000023462sin4) mgal,
dimana = lintang dari stasion pengukuran
f. Reduksi medan; dihitung dari efek medan sekitar titik pengukuran. Medan tersebut
dapat diukur berdasarkan sket lapangan dan peta topografi yang telah ada.
g. Reduksi-reduksi lain; dihitung berdasarkan pendekatan matematis dan fisis dari tiap-
tiap kasus yang dijumpai.
BAB 5
MAGNETIK
Pada bab ini diuraikan mengenai merencana dan mengontrol kualitas data survei
magnetik di darat.
Koreksi
diurnal
Intensitas magnetik
terkoreksi stasion
lapangan
IGRF atau intensitas
magnetik regional
Anomali magnetik
di stasion lapangan
Gambar 5.2
GAMBARAN UMUM TENTANG
ANOMALI MAGNETIK DI DAERAH EQUATOR MAGNETIK
Tabel 5.2
PILIHAN ALAT PENGUKUR POSISI STASION MAGNETIK
Kondisi Medan
Pepohonan Pepohonan terbuka
Luas Tertutup Ketelitian 1-5 m Ketelitian 50 m
daerah
Survei
Anomali
buatan
Paduan nois buatan Jarak stasion
Anomali buatan diperlebar
Nois
buatan
Jarak stasion
optimal
Gambar 5.7
CONTOH DESIGN LINTASAN MAGNETIK BENAR DAN SALAH
Telah diketahui bahwa survei tahanan jenis (resistivity) dapat dilakukan dengan cara
profiling atau mapping, serta sounding dengan berbagai macam konfigurasi elektroda.
Ada beberapa konfigurasi biasa dilakukan dan telah populer di Indonesia, yaitu
Schlumberger dan Wenner. Konfigurasi-konfigurasi tersebut dilakukan untuk penetrasi
dalam (lebih dari 300 m), sedang (50 hingga 300 m) dan dangkal (kurang dari 50 m)
untuk tujuan berbeda-beda. Tujuan, penetrasi dan konfigurasi tersebut secara umum
dapat dikelompokkan pada Tabel 6.1.
Untuk mengingatkan kembali mengenai konfigurasi, pada gambar 6.1 dijelaskan
dengan beberapa gambar dari macam-macam konfigurasi pengukuran tahanan jenis.
Dalam bab ini akan dijelaskan survei tahanan jenis mengenai cara merencana dan cara
mengontrol kualitasnya.
Tabel 6.1
KONFIGURASI SURVEI TAHANAN JENIS LAZIM DIGUNAKAN
DI INDONESIA
Robert E. Syarif
6.1. Merencana Survei Tahanan Jenis
Berbeda dengan survei gravitasi dan magnet, survei tahanan jenis relatif lebih dapat
mengurangi efek ambiguitas. Pada metoda sounding efek tersebut relatif kecil dan
bahkan sebagian ahli eksplorasi mengatakan bahwa sounding hampir dapat disebut
sebagai pemboran semu. Hasil relatif baik tersebut harus dibayar dengan teknik
pelaksanaan yang relatif sulit pula.
Pada kasus-kasus tertentu jumlah sounding dapat dikurangi dengan cara melakukan
pengukuran profiling (mapping) terlebih dahulu. Kadang-kadang pengukuran profiling
(mapping) dapat mengarahkan lokasi-lokasi menarik. Pada lokasi-lokasi menarik saja,
dilakukan pengukuran sounding sehingga daya gunanya dapat lebih efisien dan efektif.
Perlu diketahui bahwa tidak selalu hasil pengukuran profiling (mapping) dapat
membantu melokalisir daerah menarik, bahkan kadang-kadang dapat menyesatkan bila
dilakukan dengan desain penetrasi yang salah. Desain penetrasi, jarak stasion dan
lintasan harus disesuaikan dengan dimensi target. Sehubungan dengan dilema tersebut
di atas maka merencana survei tahanan jenis harus dilakukan secara baik agar
mendapat hasil yang optimal. Optimasi tersebut dilakukan pada parameter-parameter
berikut:
a. Kedalaman terhadap luas atau volume target
b. Ketelitian dan kerapatan data terhadap lebar dan magnitude anomali (pengertian
lebar dan magnitude anomali dijelaskan pada Gambar 6.2).
c. Konfigurasi elektroda dan pemilihan sounding atau mapping.
Optimasi dari parameter-parameter di atas dijelaskan melalui diagram alir dan uraian
berikut.
Pada prinsipnya alur konsep merencana survai tahanan jenis optimal ditunjukkan pada
Gambar 6.3. Alur tersebut masih bersifat sangat umum sekali. Untuk menjelaskan alur
konsep merencana suatu survei tahanan jenis optimal secara rinci, dipisah-pisahkan
menurut tujuan surveinya. Pada sub-bab 6.1.1 hingga 6.1.3 akan dijelaskan tahapan-
tahapan merencana survei tahanan jenis masing-masing untuk penetrasi dalam,
sedang dan dangkal. Penetrasi dalam biasanya digunakan untuk eksplorasi geotermal,
penetrasi sedang untuk eksplorasi air tanah, mineral primer, dan penetrasi dangkal
hingga sedang untuk eksplorasi mineral sekunder, penelitian lingkungan dan geologi
teknik.
6.1.1. Merencana survei tahanan jenis untuk penetrasi dalam
Sebagaimana diketahui bahwa pengukuran tahanan jenis penetrasi dalam, biasanya
digunakan untuk eksplorasi geotermal dan mineral primer yang dalam. Biasanya survei
ini mempunyai target besar dan luas. Hampir dapat dipastikan bahwa untuk keperluan
eksplorasi geotermal baik di Jawa ataupun diluar Jawa daerah surveinya sangat
berundulasi, terletak pada elevasi di atas 1000 m dan berhutan lebat.
Agar diperoleh hasil optimal maka perencanaan survei tahanan jenis untuk penetrasi
dalam tahap awal, sebaiknya mengikuti konsep pada Gambar 6.4. Konsep tersebut
menjelaskan mengenai tahapan penerapan metoda-metoda survei tahanan jenis yang
terdiri dari pengukuran profiling (mapping) dan sounding. Pada tahap penentuan lokasi
sounding dapat direncanakan secara detil atau cukup hanya untuk mengecek indikasi
prospeknya saja.
Gambar 6.2
PENJELASAN LEBAR DAN MAGNITUDE ANOMALI TAHANAN JENIS DARI
PENGUKURAN DIPOLE-DIPOLE
Target
atau
Anomali
Biaya Survei
Design Survey
Gambar 6.4
ALUR KONSEP MERENCANA SURVEI TAHANAN JENIS
UNTUK EKSPLORASI PENETRASI DALAM
Menentukan target
Data geologi
Hasil akhir
Pada tahap detil biasanya dilakukan dengan cara merapatkan stasion sounding
Schlumberger dengan AB/2 hingga 2000 m atau lebih. Selain itu dilakukan juga
pengukuran dengan konfigurasi head on untuk menentukan sesar pada tempat-tempat
dianggap penting.
Untuk memperoleh data akurat, pengukuran tahanan jenis harus menghindari beberapa
kesalahan yang bersifat blunder, sistimatis, random, teoritis dan kekurang rapatan data.
Kajian mengenai potensi problem penyebab kesalahan pengukuran, kerapatan data
dan design survei tahanan jenis dijelaskan pada uraian berikut:
6.1.1.1 Kajian kesalahan pengukuran dan penanggulangannya
Kesalahan harga tahanan jenis semu hasil pengukuran lapangan biasanya bersifat
blunder, sistimatis dan random. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain:
a. Kemampuan penetrasi alat pengukur tahanan jenis.
b. Kesalahan posisi elektroda.
c. Perubahan kontak porouspot (elektroda potensial).
d. Kontak porouspot dan elektroda arus.
Pada metoda Schlumberger dengan AB/2 di atas 500 m, arus yang dipancarkan
transmitter harus berupa arus DC dan besar magnitudenya di atas 1 Amper agar
receiver dapat dibaca pada satuan m-volt. Biasanya untuk mencapai hal tersebut harus
menggunakan tenaga generator minimal 3 kVA.
Gambar 6.5
PENGUKURAN KONFIGURASI GANDA DAN SIMULTAN
DARI METODA SCLUMBERGER
Menentukan
target
Menentukan Menentukan
perapatan Melakukan profiling
sounding sounding (mapping)
Melakukan Melakukan
perapatan profiling
sounding (mapping)
Hasil akhir
Baik pada survei tahanan jenis penetrasi dangkal, sedang maupun dalam, selalu
diperlukan evaluasi magnitude anomali untuk menentukan ketelitian data yang sedang
diukur. Guna mempertajam kemampuan evaluasi magnitude anomali seorang
perencana dan pengontrol kualitas survei tahanan jenis, hendaknya harus mempunyai
banyak perbendaharaan model interpretasi anomali. Interpretasi data sounding 1-
dimensi tidak terlalu sulit mengevaluasinya, sedang interpretasi 2-dimensi atau 2,5-
dimensi benar-benar memerlukan banyak pengalaman dan perbendaharaan modelnya.
Berikut ini disajikan serangkaian model interpretasi 2,5-dimensi dari model pengukuran
dipole-dipole pada Gambar 6.10 hingga Gambar 6.15. Gambar 6.10 dan 6.11
menunjukkan model blok benda konduktif di permukaan dan di kedalaman. Contoh
tersebut disalin dari “Practical Geophysics II”.
Gambar 6.10
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA KONDUKTIF DI PERMUKAAN
Gambar 6.11
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA KONDUKTIF DI KEDALAMAN
Gambar 6.12 dan 6.13 masing-masing menunjukkan suatu model benda vertikal
konduktif di permukaan dan benda vertikal konduktif hingga sangat dalam tanpa
gangguan overburden. Contoh tersebut disalin dari “Practical Geophysics II”.
Gambar 6.12
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA TEGAK KONDUKTIF DI PERMUKAAN
Gambar 6.13
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA TEGAK KONDUKTIF HINGGA SANGAT DALAM
Gambar 6.14 dan 6.15 masing-masing menunjukkan model benda vertikal konduktif
hingga sangat dalam tanpa gangguan overburden buatan dan benda vertikal konduktif
hingga sangat dalam dengan gangguan overburden buatan. Contoh tersebut disalin
dari “Practical Geophysics II”.
Gambar 6.14
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA TEGAK KONDUKTIF HINGGA SANGAT DALAM
TANPA OVERBURDEN
Gambar 6.15
MODEL 2,5 DIMENSI BENDA TEGAK KONDUKTIF DITUTUP OVERBURDEN
6.2.1 Mengontrol kualitas survei tahanan jenis penetrasi dalam
Kualitas survei tahanan jenis penetrasi dalam sangat tergantung pada pengontrolan
datanya. Teknik pengontrolan yang baik akan menghasilkan data bermutu tinggi dan
mempermudah pelaksanaan operasi lapangan. Mengontrol kualitas survei diawali dari
pengontrolan spesifikasi alat pokok, sarana penunjang, penyediaan rintisan stasion
pengukuran hingga diakhiri dengan mengontrol kualitas data pengukuran.
Untuk memperoleh data berkualitas baik harus menggunakan peralatan dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Kekuatan transmitter minimal 3 KVA
b. Receiver harus dapat menghilangkan self potensial (SP) dan dapat dibaca dengan
baik hingga 0,001 mVolt. Akan sangat baik bila pengukuran dicatat secara kontinu
dalam suatu "recording paper" atau menggunakan penekanan noise dengan cara
staking.
c. Didukung dengan sarana komunikasi lapangan yang memadai.
Gambar 6.9
ALUR KONSEP MERENCANA SURVEI TAHANAN JENIS
UNTUK EKSPLORASI PENETRASI DANGKAL
Menentukan target
Menentukan
- konfigurasi mapping
- penetrasi
- kerapatan stasion
Hasil akhir
Sebelum pengukuran tahanan jenis dimulai terlebih dahulu dibuat lintasan-lintasan
stasion pengukurannya. Tanda patok elektroda arus sangat menentukan kebenaran
pengukuran tahanan jenis. Tanda patok yang sulit dipahami akan menimbulkan
kekeliruan pemasangan elektroda arus. Kekeliruan tersebut akan mengakibatkan
kesalahan pengukuran. Posisi titik-titik elektroda harus diukur minimal dengan peralatan
teodolit T0.
Sebagai kunci dari keberhasilan mengontrol kualitas data tahanan jenis penetrasi
dalam, terutama sounding harus ditempuh hal-hal sebagai berikut:
a. Harus melakukan pengeplotan data pada saat dilakukan pengukuran.
b. Kesinambungan kurva sounding atau harga mapping (profiling) dapat dilihat dari
hasil pengeplotan tersebut.
c. Ketidak sinambungan kurva sounding atau harga mapping (profiling) merupakan
manifestasi dari kesalahan pengukuran.
d. Untuk mengurangi efek statik diusahakan agar selalu ada pengukuran overlap
(pengulangan) pada setiap perpindahan elektroda potensial.
Hal tersebut harus langsung diatasi pada saat melakukan pengukuran di stasion.
6.2.2. Mengontrol kualitas survei tahanan jenis penetrasi sedang
Survei tahanan jenis penetrasi sedang relatif lebih mudah dibanding dengan penetrasi
dalam. Hampir semua pelajaran dibangku kuliah geofisika memper-siapkan survei
tahanan jenis penetrasi ini. Pemilihan alat relatif lebih mudah karena hampir semua
resistivitymeter telah diuji pabrik pembuatnya pada survei tahanan jenis penetrasi
sedang. Khusus di daerah yang benar-benar resistif dan kering permukaannya, harus
menggunakan alat dengan spesifikasi seperti digunakan pada survai penetrasi dalam.
Penentuan posisi stasion dan titik-titik elektroda arus kadang-kadang dapat dilakukan
hanya menggunakan kompas dan meteran pada daerah survei yang sempit dan datar.
Biasanya lokasi surveinya terletak didaerah datar, mudah dicapai dan tidak luas. Bila
survei dilakukan di daerah yang luas dan berundulasi, pengukuran posisi stasion dan
titik-titik elektroda arusnya harus diukur menggunakan alat minimal seperti teodolit T-0.
Seperti halnya pada penetrasi dalam, pengontrolan pengukuran kurva sounding harga
pengukuran mapping (profiling) harus dilakukan pada saat melakukan pengukuran di
lapangan. Loncatan data pada kurva sounding dapat langsung dicari dan diatasi
penyebabnya.
Untuk menekan efek statik, setiap perpindahan elektroda potensial harus dibuat data
pengukuran overlap (pengulangan). Perbedaan harga pengulangan dapat digunakan
sebagai acuan mengoreksinya.
Telah banyak buku menerangkan prinsip dasar atau filosofi pengukuran IP. Dalam buku
ini hanya dititik beratkan pada manajemen penerapan IP pada eksplorasi mineral.
Meskipun telah ada studi tentang penerapan IP pada geologi teknik dan eksplorasi
minyak tetapi dalam buku ini belum membahasnya.
Ada dua metoda dalam mengukur IP, bahkan dapat dikatakan ada 3 metoda dalam
mengukur IP di lapangan, yaitu:
a. Frekuensi domain, dikenal dengan sebutan frekuensi domain IP
b. Time domain, dikenal dengan sebutan TDIP
c. Phase domain, dikenal dengan sebutan RPIP.
Pada pengukuran frekuensi domain IP diperoleh dua parameter yaitu tahanan jenis
(ohm-m) dan persen frekuensi efek (%fe), TDIP diperoleh parameter tahanan jenis
(ohm-m) dan chergeability (m), sedang pada RPIP diperoleh paramater tahanan jenis
(ohm-m) dan phase (miliradian). Dari ketiga metoda tersebut dapat dibuat smoot
modelnya. Contoh hasil pengukuran dan hasil smoot model ditunjukkan pada Gambar
7.1. Ketiga metoda tersebut sama-sama menunjukkan adanya kandungan sulfida yang
ada pada mineral target. Kandungan sulfida di bawah 5% masih dapat dideteksi pada
pengukuran IP. Hal tersebut tidak dapat dilakukan pada jenis-jenis survei lainnya.
Telah banyak pabrik peralatan geofisika membuat peralatan pengukur IP, dari power
transmitter kecil hingga 30 KVA. Biasanya tiap alat hanya menggunakan satu atau dua
metoda mengukur IP saja. Sangat jarang ketiga metoda tersedia dalam satu unit
peralatan. Pada peralatan buatan Zonge Engineering, ketiga metoda tersebut tersedia
dalam satu unit alat dan bisa mengukur secara bergantian tergantung dari ahli geofisika
memilihnya.
Zonge Engenering
Menurut penulis, frekuensi domain IP sangat cocok diterapkan pada daerah yang relatif
bernois tetapi mempunyai magnitude anomali target relatif besar, sedang TDIP cocok
pada tempat yang benar-benar bebas nois (di hutan) dengan magnitude anomali target
relatif kecil. RPIP kondisinya relatif sama dengan TDIP.
Zonge Engenering
Gambar 7.3
CONTOH PENGUKURAN IP DENGAN CARA RECEIVER DITENGAH
Zonge Engenering
Gambar 7.4
CONTOH PENGUKURAN IP DENGAN
RECEIVER DITENGAH DAN TRANSMITTER DISALAH SATU SISI
Zonge Engenering
Beberapa model IP dan contoh-contoh pengukuran IP beserta kontrol pemborannya
ditunjukkan pada sub-bagian 7.3. Diharapkan dari contoh-contoh tersebut dapat
mempertajam kemampuan ahli geofisika untuk merencana survei IP.
Untuk memperoleh efisiensi yang relatif besar dan hasil relatif baik, pada rencana
survai harus mencantumkan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Membuat panjang lintasan survai dipole-dipole IP berkelipatan bulat dari jarak satu
set rangkaian bentangan kabel pengukuran.
b. Menggunakan tenaga ahli yang telah berpengalaman cukup pada pengukuran
konfigurasi domain IP, TDIP, dan RPIP serta dapat berkomunikasi baik dengan
buruh lokal.
c. Menyediakan buruh dan kabel yang cukup agar dapat memasang rangkaian
bentangan kabel terlebih dahulu sebelum peralatan datang mengukurnya.
d. Menyediakan sarana komunikasi yang baik.