Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang sempurna, setiap persoalan dalam kehidupan manusia
dibahas di dalam islam termasuk masalah ekonomi. Mulai dari kegiatan produksi,
konsumsi hingga distribusi. Kegiatan ekonomi di dalam islam berbeda dengan kegiatan
ekonomi konvensional. Jika di dalam ekonomi konvensional tujuan diadakannya kegiatan
ekonomi adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan di
dalam kegiatan ekonomi islam, bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat. Begitu juga di
dalam kegiatan produksinya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang produksi menurut pandangan islam dan
prinsip-prinsip ekonomi dalam islam.
III. TUJUAN
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam . Tujuan
dari makalah ini untuk mengetahui apa yang dimaksud produksi dalam Islam dan prinsip
produksi dalam ekonomi islam.
B. PEMBAHASAN
1
QS. Al- Jaatsiyah ayat 13
2
QS. Al-hadiid (57): 7
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya
bagi manusia, agar diolah untuk kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat
dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
مااءء س م
ن ال س م م ل ء ماامء ب ءن مااءء وسا من نمز م
س مشا سوال س م انل منر م
ض فءمرا ء ل ل مك م مجعم مال سذ ءين م
داءدا وسا من نت م ن
م وا ل ءل لهء ا من ن م
جعمل م نم فممل ت م ن ت رءنزءقا ل سك م ن
ملر ءن الث س م
م م
ج ب ءهه ء خمر ممااءء فما م ن
م
ونْ م ت معنل م م
م ن
3
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan dia menjatuhkan air (hujan) dari langit, kemudian dia memperoleh dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, sedangkan kamu Mengetahuinya”.
3
QS Al-Baqarah ayat 22
berpendapat bahwa produksi yaitu kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa
yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Menurut Siddiqi Produksi yang Islami (1992) yaitu penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan serta manfaat (mashlahah) bagi
masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil serta
membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami. Produksi juga mata
rantai konsumsi, dengan cara menyediakan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan
konsumen. Produsen, sebagai mana konsumen, bertujuan untuk memperoleh maslahah
maksimum melalui aktifitasnya. Oleh karena itu, produsen dalam persepektif islam
bukanlah seorang pemburu laba maksimal melainkan pemburu maslahah. Ekpresi
maslahah dalam kegiatan produksi yaitu keuntungan dan berkah sehingga produsen akan
menenukan kombinasi antara bekah dan keuntungn yang memberikan maslahah.
Oleh karena itu, tujuan produsen tidak hanya laba, tetapi pertimbangan produsen
juga bukan semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis
denga output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (nin teknis) yang ada pada
sumber daya maupun output. Misalnya untuk menghasilkan baju diperlukan kain,
benang, tenaga kerja, dan mesin jahit, produsen tidak hanya memikirkan beberapa meter
kain dan benang yang diperlukan agar labanya maksimal, namun juga memprtimbangkan
jenis kain dan benang apa dan dibeli dengan harga berapa, berapa tenaga kerja yang
diperlukan, berapa baju yang akan dibuat agar maslahah mencapai maksimal.
5. Prinsip produksi dalam ekonomi Islam yang berkaitan dengan maqashid al-syari‟ah
antara lain:
a. Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan maqashid
al-syari‟ah. Tidak memproduksi barang/jasa yang bertentangan dengan penjagaan
terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
b. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu dharuriyyat,
hajyiyat dan tahsiniyat.
Kebutuhan dharuriyyat (kebutuhan primer) merupakan kebutuhan yang
harus ada dan terpenuhi karena bisa mengancam keselamatan umat
manusia. Pemenuhan
kebutuhan dhururiyat terbagi menjadi lima yang diperlukan sebagai
perlindungan keselamatan agama, keselamatan nyawa, keselamatan akal,
keselamatan atau kelangsungan keturunan, terjaga dan terlidunginya harga
diri dan kehormatan
seorang, serta keselamatan serta perlindungan atas harta kekayaan.
Kebutuhan hajiyyat (kebutuhan sekunder) merupakan kebutuhan yang
diperlukan manusia, namun tidak terpenuhinya kebutuhan sampai
mengancam eksistensi kehidupan manusia menjadi rusak, melainkan
hanya sekedar menimbulkan kesulitan dan kesukaran.
Kebutuhan tahsiniyyat (kebutuhan tersier) merupakan kebutuhan manusia
yang mendukung kemudahan dan kenyamanan hidup manusia (Alaiddin
Koto, 2004).
c. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial, zakat, sedekah,
infak dan wakaf.
d. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, tidak berlebihan serta
tidak merusak lingkungan.
e. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan
Buruh.
C. KESIMPULAN
Dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan
eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia. Tujuan kegiatan produksi adalah
menyediakan barang dan jasa yang memberi Secara teknis produksi adalah proses
mentransformasi input menjadi output. Kegiatan produksi mashlahah maksimum bagi
konsumen yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ayoksinau.com/produksi-dalam-islam-pengertian-produksi-faktor-faktor-produksi-
prinsip-prinsip-produksi-dalam-ekonomi-islam-dan-efisiensi-produksi-lengkap/ diakses pada
tanggal 25 Februari 2019 pukul 12.56 WIB.