Pada penjelasan kali ini akan di bagi menjadi dua : 1. Hak-hak seorang muslim pada muslim lainnya secara umum. 2. Hak-hak seorang muslim atas muslim lainnya dalam perjuangan Islam. Bagian pertama, membicarakan hak-hak seorang muslim atas saudaranya seagama secara umum, sekaligus merupakan kewajiban seorang muslim yang harus ditunaikan bagi saudaranya seagama. Hak-hak muslim secara umum yang harus ditunaikan antar orang-orang yang berukhuwah dalam Islam pada hakikatnya merupakan etika-etika Islam yang luhur, yang umat manusia tidak pernah mengenal bandingannya dimasa- masa sebellumnhya. Bagian kedua, kami akan membicarakan hak-hak seorang muslim terhadap saudara muslim lainnya dibidang perjuangan Islam yang mengatur hubungan antar aktivis pejuang Islam. Pembahasan ini meliputi : bidang dakwah, bidang pergerakan, bidang tarbiyah, bidang transformasi, dan bidang pendelegasian. 1. HAK-HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA SECARA UMUM Ukhuwah bukan sekedar amalan yang dianjurkan dalam agama, tetapi merupakan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Islam berdasarkan ayat-ayat Al- Quran dan hadits-hadits Nabi yang mulia. Lebih dari itu, ukhuwah merupakan amalan yang dipraktikkan oleh Nabi saw. Setelah berhijrah ke Madinah Al- Munawwarah dan setelah kokohnya kedudukan Islam disana. Pada saat itu beliau mempersaudarakan kaum muslimin dari kalangan Anshar dengan kaum Muhajirin, bahkan beliau sendiri mengambil salah seorang dari mereka sebagai saudara. Ukhuwah memiliki pengaruh yang mendalam dikalangan kaum muslimin dan menopang aktivitas tolong-menolong mereka diatas kebajikan dan ketaqwaan, sampai-sampai mereka mewarisi sebagaimana keluarga sendiri. Ukhuwah dalam Islam akan membaik, menguat, dan memberikan buahnya yang paling baik apabila seseorang mampu memilih dengan baik siapa yang diangkat menjadi saudara dalam Islam. Begitu juga sebaliknya. Para pendahulu kita – dari kalangan salafush shalih rahimahullah – menjalin ikatan perjanjian ukhuwah dalam Islam, setelah mereka memilih siapa yang diangkat menjadi seorang saudara karena Allah. Ikatan perjanjian ini melahirkan hak-hak yang tidak kalah kuatnya dibandingkan dengan ikatan perjanjian lain di antara orang-orang muslim, jika memenuhi syarat ke shahihannya. Ukhuwah semacam ini dilakukan oleh sebagian besar kaum salaf, karena mereka berpandangan bahwa ukhuwah dalam Islam merupakan prinsip, dan lawan katanya adalah ‘uzlah (menyendiri). Mereka meyakini bahwa bergaul, bersahabat, dan berukhuwah dengan sesama manusia merupakan prinsip dasar berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanadnya dari para sahabat, dari Nabi saw., beliau bersabda : “Seorang muslim, jika ia bergaul dengan orang lain dan bersabar terhadap gangguan mereka, lebih baik daripada muslim yang tidak bergaul dengan orang lain karena tidak bersabar terhadap gangguan mereka.” Dan Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas ra. Dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Ukhuwah dalam Islam memiliki hak-haknya yang menonjol, diantaranya : A. Menutupi Aib Saudara Seiman Menutupi aib saudara seiman adalah hak atas seseorang yang melakukan tindak maksiat. Saudara seiman yang melihatnya melakukan tindak maksiat itu harus menunaikan hak ini. Inilah salah satu bukti keagungan ajaran Islam, yang membuka pintu taubat bagi orang yang telah bermaksiat sebelum kemaksiatan itu tersebar luas di tengah khalayak. Boleh jadi, dengan tersebarnya berita maksiat tersebut justri membuat pelakunya semakin berani melakukannya. Selain itu, setan akan terbantu untuk menjerumuskannya semakin jauh. Menutup aib seseorang pahalanya disisi Allah adalah surga dan mapunan serta ridha-Nya. Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “sebaik-baik orang yang bersahabat disisi Allah adalah yang paling baik terhadap sahabatnya, dan sebaik-baik orang yang bertetangga disisi Allah adalah yang paling baik terhadap tetangganya.” Hubungan persaudaraan dalam Islam lebih kuat dibandingkan dengan hubungan persahabatan dan pertetanggaan. Kebaikan paling utama baginya adalah menutupi aib saudaranya itu apabila melihatnya melakukan maksiat. Ath-Thabrani meriwayatkan dalam Al-Ausath Dan As-Shaghir dengan sanadnya dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim melihat aurat (cacat) saudaranya lalu menutupinya, kecuali ia pasti akan masuk surga.”