Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN PENGUATAN
Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang
baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan.
a. Penguatan Verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa
agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan
kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke
dalam penguatan verbal.
Guru menanggapi, “Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny.”
2) Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa ujung
paku dibuat runcing?”
Sally menjawab, “Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil,
sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar.”
Guru menanggap balik, “Iya, lengkap sekali jawaban Santi,” atau “Betul, tepat
sekali!!”
3) Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan
aplikasi konsep pemuaian di kehidupan sehari-hari.
Siswa tersebut menjelaskan, “Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu
dengan lainnya, sehingga pada saat panas batang tersebut memiliki tempat untuk
memuai.”
Guru memberikan tanggapan balik, “Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!!”
4) Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa
kurang benar. Guru tidak boleh berkata, “Jawabanmu salah!!” atau “Bodoh sekali,
Kamu!”. Seharusnya guru berkata, “Ya, jawabanmu sudah baik tetapi masih kurang
tepat. Ada pendapat yang lain?”.
Beragam ucapan-ucapan lain yang bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang
digunakan diusahakan bervariasi agar tetap segar dan bersemangat. Dengan ucapan
atau tanggapan balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan
yang tidak kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat
bermanfaat bagi dia.
Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih
berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian
penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa.
Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam kategori berikut.
Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi
secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif tersebut guru secara
berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk penguatan
tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa
takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-lain.
Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
2) Mendekati
Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi
harapan tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat
siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan,
atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik,
tetapi digabung dengan bentuk penguatan yang lain, sehingga tidak terkesan hambar
atau dingin.
3) Sentuhan
Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi
sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan,
melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan
atau meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan
menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai kepala siswa atau sentuhan lain
yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di
dalam belajar fisika. Misalnya, apabila kelas tersebut dinominasi oleh siswa yang
senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa siswa
ke lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak melingkar,
ataupun gerak pada bidang miring.
Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah
berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis,
atau mungkin hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara
aktif di dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia
untuk tampil lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih
bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan
prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat memberi kebanggaan dan
mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan berikutnya.
Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau tidak
benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan
tetapi tidak penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”.
Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan
sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun
juga tidak salah.
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di
dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan,
sebagai berikut.
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak mampu
diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan
memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila
pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan
oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut
dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di
hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas, mengantuk, capek,
atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi
apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap
antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.
b. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa. Mereka
merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil
dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental
mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin
tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi
lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa
terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat mereka jadi
tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab
pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membuat mereka
penasaran atau bingung.
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam kelas
atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha
membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan
atau menghakimi siswa di hadapan teman-temannya. Contoh.
Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan.
Guru berpikir mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak
menarik buat dia.
Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong.
Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca
hasil pengukuran dan menyampaikan kepada teman-temannya.
Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung menyalahkan
atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan
pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas itu dan siswa tadi
disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan tugas tadi guru memberi
penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan dorongan agar belajar lebih
tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan,
“Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya siswa yang
mendapat perlakuan tidak enak saja yang terpengaruh, siswa lain akan ikut terkena
dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah menjadi
tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya
santai dan nyaman bagi sebagian siswa berubah menjadi menegangkan. Akibatnya
mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang sama menimpa
mereka.
Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan atau bersifat
negatif, bukannya akan menjadi bersemangat. Tetapi malah semakin mundur. Dia
malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa diadili, dipersalahkan, dinilai tidak
mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini dapat berakibat tumbuhnya rasa antipati
terhadap guru dan pelajaran fisika dan menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih
ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa benci. Jadi sebaiknya guru tidak pernah
memberikan tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau
memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan penuh rasa kasih orang tua kepada
siswanya.
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau
respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan
menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan
hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang
diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan
dengan penguatan yang diberikan.
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2 jam pelajaran,
sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga
interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan
semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu tersebut.
Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan
pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan
penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus pintar
memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan bagus, pada
kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil menganggukan
kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan
yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya “Bapak sangat
senang kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik”. Dapat juga memberikan sebuah
penghargaan lain.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian
penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi
bersifat materialistis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan kepada pribadi
tertentu dan penguatan kepada kelompok.
Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut akan menyebabkan siswa enggan belajar. Pemberian penguatan yang
berlebihan juga akan berakibat fatal.
B. SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca terutama untuk para calon
guru atau pendidik dapat lebih mengetahui keterampilan dalam memberikan
penguatan dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara guru dan siswa
dapat terjalin dengan baik, dan suasana di dalam kelas tercipta menyenangkan dan
tidak tegang.
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik yang sebelumnya tidak
pernah atau jarang dalam memberikan penguatan menjadi tahu bahwa penguatan
dalam proses pembelajaran sangat penting dikarenakan dapat memotivasi siswa dalam
belajar. Sebaiknya para pendidik menghindari respon negatif, karena hal tersebut
dapat membuat siswa tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2010. Keterampilan Memberi Penguatan, (Online),
(http://zanuraini.blogspot.com, diakses tanggal 25 Agustus 2011).