You are on page 1of 92

TATA LAKSANA IBU HAMIL TERINFEKSI HIV

Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tata laksana Ibu Hamil terinfeksi HIV,
Sifilis dan Hepatitis B sesuai standar

Tujuan Khusus :
1. Melakukan penatalaksanaan antenatal bagi ibu dengan HIV dan ibu yang belum
diketahui status HIV , Sifilis dan Hepatitis B nya.
2. Melakukan penatalaksanaan persalinan bagi ibu dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dan ibu yang belum diketahui statusnya.
3. Melakukan penatalaksanaan nifas bagi ibu dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dan
ibu berisiko yang status HIV, Sifilis dan Hepatitis B nya belum diketahui.
4. Memberikan pilihan kontrasepsi yang dapat dipilih oleh ibu dengan HIV, Sifilis dan
Hepatitis
Pokok Bahasan
1. Penatalaksanaan antenatal bagi ibu:
• Penatalaksanaan antenatal bagi ibu dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis
• Penatalaksanaan ibu yang belum diketahui statusnya
2. Penatalaksanaan persalinan bagi ibu:
• Penatalaksanaan persalinan bagi ibu dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
• Penatalaksana persalinan ibu yang belum diketahui statusnya.
3. Penatalakasanaan nifas bagi ibu dengan atau tanpa diketahui HIV,
Sifilis dan Hepatitis B
4. Kontrasepsi yang dapat dipilih oleh ibu dengan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B
Pentingnya PPIA
◼ Pad tahun 2016, dari 726.764 ibu hamil yang melakukan
konseling dan tes HIV terdapat 4.389 {0,6%) terinfeksi
HIV.
◼ > 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV (+).
◼ Penularan tersebut dapat terjadi pada sat kehamilan,
persalinan, selama menyusui.
Panduan PPIA 2013

❖ Peningkatan cakupan :
semua ibu hamil ditawarkan untuk tes HIV

❖ Penawaran dilakukan dengan cara PITC.

❖ Semua ibu hamil dengan HIV (+) diberi ARV tanpa memandang
CD4 nya & usia kehamilan

❖ ARV diteruskan seumur hidup


❖ Persalinan aman untuk Ibu HIV(+) sama kewaspadaan standar : Boleh
lahir normal dengan syarat pemberian ARV (minimal 6 bulan) dan UP
yang sama dengan persalinan Ibu tanpa HIV

❖ Kondom hanya digunakan untuk pencegahan IMS, tetap harus


menggunakan kontrasepsi mantab/jangka panjang untuk KB

❖ Pemberian nutrisi pada bayi :


Boleh ASI dgn syarat pemberian ARV pada ibu dan bayinya pada masa
menyusui dan tidak mix feeding
CONTINUUM OF CARE PPIA
•ART
• Kespro remaja (PKPR)
•Penyiapan pengungkapan status HIV
• Konseling: Gizi HIV/AIDS,NAPZA
dll
• ABAT • ART
• Terapi • Pemantauan
Pelayanan bagi anak
ARV (ART) pertumbuhan &
• Konseling Kespro SD
• KIE Kespro Catin Pelayanan bagi anak SMP/A Pelayanan bagi perkembangan
• Pelayanan KB & remaja balita • PMT
• Perencanaan kehamilan
Pelayanan Pelayanan bagi bayi
PUS & WUS
Lansia
Pemeriksaan Persalinan, nifas &
Kehamilan neonatal • Pemberian makanan pada
bayi: ASI eksklusif
• Imunisasi dasar lengkap • Kualitas
• ANC terpadu (gizi, ATM, PTM, • Persalinan aman: • ARV profilaksis • Hambat
IMS, imunisasi) partus normal/SC • Kotrimoksasol profilaksis Degeneratif
• Tes HIV (TIPK) • ART • Diagnosis HIV
• ART • Konseling menyusui • ART
• Konseling persalinan aman, (manajemen laktasi)
pemberian makanan pada bayi, • IMD
KB pasca persalinan • ASI eksklusif
• KB pasca persalinan
Meningkatkan Penemuan Kasus
(HIV, Sifilis & Hepatitis)
PEMERIKSAAN ANTENATAL TERPADU
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Beri tablet tambah darah (tablet zat besi).
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus) →HIV, Sifilis & Hepatitis
9. Tatalaksana/penanganan sesuai kondisi yang ditemukan.
10. Konseling.
Sumber: Buku KIA 2016
SPM Bidang Kesehatan
PMK No. 43/2016
Tantangan

• Tes HIV dan Sifilis sudah menjangkau bumil di layanan Puskesmas dan
jaringannya, belum menjangkau ibu hamil yang ANC di Klinik swasta, BPM,
dan Rumah Sakit
• Pemeriksaan Hepatitis harus menjangkau bumil di layanan primer
sampai tersier
• Ibu hamil yang dirujuk untuk tes HIV tidak datang ke puskesmas yang
melayani tes HIV
• Terdapat kesalahan pemahaman penggunaan informed consent.
KIA adalah PITC, bukan VCT → Semua ibu yang ANC, ditawarkan dan di tes
HIV. Apabila menolak, baru menandatangani informed consent tersebut
Tantangan

• Keterbatasan reagen akibat efisiensi anggaran daerah untuk


pengadaan reagen

• Kebutuhan reagen untuk tes HIV belum disediakan secara khusus


untuk ibu hamil.

• Masih ada SpOG/RS yang menolak/tidak menerima persalinan baik


spontan/SC di tempat bertugas/wilayah kerjanya
Tantangan

• Layanan yang menyediakan ARV masih terbatas, dan banyak di


Rumah Sakit. Belum banyak Puskesmas yang menyediakan ARV
• Tidak ada mekanisme rujukan balik dari RS ke PKM Pengirim
• Pendampingan bumil ODHA belum optimal
• Stigma dan diskriminasi terhadap bumil ODHA
• Konseling dan tes pada pasangan masih rendah
Meningkatkan Bumil HIV mendapat terapi ARV
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi tanpa
intervensi PPIA
Periode transmisi Risiko
•Kehamilan 5 - 10 %
•Persalinan 10 - 20 %
•Menyusui 10 - 15 %
Total 25 - 45 %

Risiko tertinggi

Sumber: de Cock dkk, 2000


Mazami Enterprise © 2009
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK

Masa kehamilan Persalinan Post partum melalui ASI


36 mg- Selama
0-14 mg 14-36 mg kelahiran persalinan 0-6 bln 6-24 bln

1% 4% 12% 8% 7% 3%

Semua tanpa ASI 15-25 %


Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82


Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Tujuan Penatalaksanaan Obstetri

Persalinan yang aman


Kondisi ibu baik
Tidak terjadi penularan
Ke Bayi
Ke Tim Penolong
Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
Penatalaksanaan Antenatal Bagi
Ibu terinfeksi HIV
Penatalaksanaan Antenatal 1/4

Asuhan Antenatal 10 T
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan darah, Ukur Status Gizi,
Tinggi Fundus Uteri,Presentasi Janin dan DJJ, Pemberian Tablet
Tambah Darah, Status Tetanus Toksoid, Tes Laboratorium, Tata
laksana kasus, dan Konseling
Untuk tes laboratorium : Hemoglobin, Glukoproteinurin, Golongan
darah, HIV, HBsAg, Sifilis

Pelihara kesehatan secara umum


Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol,
olahraga teratur, istirahat cukup)
Minum roboransia

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Antenatal 2/4

Kurangi jumlah virus (Viral Load)


Minum ARV secara teratur, sedini mungkin

Deteksi dini dan terapi faktor penyulit

Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma akuminata,


Hepatitis B & C dll),
Malaria
Tuberkulosis
Ketergantungan narkoba

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Antenatal 3/4

Hindari penularan ke pasangan


Perilaku seksual sehat, setia pada pasangan
Selalu menggunakan kondom
Periksa status serologis HIV pasangan seksual
Konseling persiapan persalinan
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga
mengenai manfaat dan risiko persalinan pervaginam dan persalinan
dengan seksio sesarea berencana
Cara persalinan: Seksio sesarea/ pervaginam
Tempat persalinan dianjurkan di RS/Puskesmas yang tersedia
pelayanan PPIA

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Antenatal 4/4

Konseling pemberian makanan bayi


Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga
mengenai manfaat dan risiko pemberian ASI Eksklusif dan Susu
Formula Eksklusif
Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai keputusan terhadap
pilihan pemberian makanan bayi.
Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan mengenai
manajemen laktasi.
Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka dijelaskan
mengenai syarat AFASS dan cara mencapainya.

Mazami Enterprise © 2009


PPIA 2013 :
❖ Peningkatan cakupan :
semua ibu hamil ditawarkan untuk tes HIV

❖ Penawaran dilakukan dengan cara PITC.

❖ Semua ibu hamil dengan HIV (+) diberi ARV tanpa memandang
CD4nya & usia kehamilan

❖ ARV diteruskan seumur hidup


PPIA 2013 :
❖ Persalinan aman untuk Ibu HIV+ :
Boleh lahir normal dengan syarat pemberian ARV (minimal 6
bulan) dan kewaspadaan standar yang sama dengan
persalinan Ibu tanpa HIV

❖ Kondom hanya digunakan untuk pencegahan IMS, tetap harus


menggunakan kontrasepsi mantab/jangka panjang untuk KB

❖ Pemberian nutrisi pada bayi :


Boleh ASI dgn syarat pemberian ARV pada ibu dan bayinya
pada masa menyusui.
Pasal 22
Pemeriksaan Diagnosis Dini HIV harus dilakukan dengan persetujuan pasien.
………………………

Pasal 24
1). ……………
2). TIPK tidak dilakukan dalam hal pasien menyatakan tidak bersedia secara tertulis.
3). dst
Penggunaan ARV selama kehamilan akan
menurunkan jumlah virus dalam darah ibu

Menurunkan kemungkinan bayinya terpajan HIV

Semua ibu hamil dengan HIV yang tidak memenuhi syarat secara medis untuk
ARV Terapi (ART)
diberi ARV untuk PPIA segera setelah diketahui hamil
dan akan diteruskan seumur hidupnya
Prinsip Pengobatan

Pengobatan dasar
Pengobatan Dasar

❖ Gizi yang sesuai

❖ Obat simptomatik

❖ Vitamin

❖ Olah raga

❖ Dukungan Psikososial
Prinsip Pengobatan

ART

Pengobatan IO

Pengobatan dasar
Turunkan Viral Load serendah-rendahnya
Sikap:
Minum ARV teratur
Memulai ARV pada kehamilan
secepatnya
Menunda untuk memulai ARV
• Ibu sering mengalami mual dan muntah berlebihan (hiperemesis)
• Berada pada Trimester 1 dan ibu sangat khawatir tentang risiko ARV
terhadap janinnya

Tetapi
Jika status klinis atau status imun ibu dalam keadaan SAKIT BERAT, maka
manfaat ARV terapi DINI lebih baik dibanding risiko terhadap janinnya
Manfaat antiretroviral

• Memperbaiki status kesehatan dan kualitas hidup


• Menurunkan angka rawat inap akibat HIV
• Menurunkan angka kematian terkait AIDS
• Menurunkan terjadinya penularan dari ibu ke bayi
Penurunan CD4 & komplikasi HIV

HAART

Pemakaian HAART akan mencegah terjadinya komplikasi infeksi oportunistik


pada pasien dengan HIV
Modul
HAART= Highly Active Anti Retroviral Therapy 3a, Halaman 35
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil
• Siap : dalam menerima ARV, mengetahui efek ARV terhadap infeksi HIV
dengan benar.
• Adherence: kepatuhan minum obat
• Disiplin: dalam minum obat dan kontrol ke dokter.
• Aktif: dalam menanyakan dan berdiskusi dengan dokter mengenai terapi.
• Rajin: dalam memeriksakan diri jika timbul keluhan.
Tatacara ART 2012
1
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
▪ ODHA dengan indikasi ART dan kemungkinan hamil atau • AZT (2x300mg) + 3TC (2x150mg) + NVP
sedang hamil (1x200mg,setelah 2 minggu 2x200mg)
• TDF (1x300mg) + 3TC(or FTC) (2x150mg) +
▪ ODHA hamil dan belum ada indikasi ART NVP (2x200mg)

▪ ODHA hamil dengan indikasi ART, tetapi belum Alternatif:


menggunakan ARV • AZT (2x300mg) + 3TC (2x150mg) + EVF
(1x600mg)
▪ ODHA datang pada masa persalinan dan belum • TDF(1x300mg) + 3TC(or FTC) (1x300mg) +
mendapat ART EVF(1x600mg)

▪ ODHA yang menyusui bayinya


Tatacara ART 2012
2
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan

• ODHA sedang menggunakan ART dan • Lanjutkan rejimen (bila menggunakan EFV
kemudian hamil diteruskan, tidak perlu diganti)
• Lanjutkan dgn ARV yg sama selama dan
sesudah persalinan
Tatacara ART 2012
3
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan

• ODHA hamil dengan hepatitis B yang • TDF (1x300mg) + 3TC(or FTC) (2x150mg)
memerlukan terapi + NVP (2x200mg) atau

• TDF(1x300mg) + 3TC(or FTC) (1x300mg) +


EVF(1x600mg)
Tatacara ART 2012
4
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
• OAT yg sesuai tetap diberikan
• ODHA hamil dengan tuberkulosis Rejimen untuk ibu (2-4minggu)
aktif Bila pengobatan mulai trimester II dan III:

• AZT (d4T) + 3TC + EFV


Keamanan obat ARV untuk kehamilan
• Semua obat ARV mempunyai efek toksik
• Risiko toksisitas pada ibu dan janin bervariasi tergantung pada
• Usia Kehamilan
• Lama terapi
• Jumlah obat yang digunakan
• Obat ARV dapat digunakan selama kehamilan
• Sebagai terapi kombinasi yang poten untuk ibu hamil
• Sebagai profilaksis tidak ada lagi
Meminimalkan paparan janin/bayi dengan cairan tubuh
ibu HIV positif
Sikap:
1. Kehamilan: Ibu minum ARV
2. Persalinan:
• Seksio sesarea atau
• Pervaginam tanpa trauma ke ibu & janin BILA ARV teratur minimal 6 bulan

3. Laktasi:
• Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)
• ASI Eksklusif (max 6 bln) dgn ARV bagi ibu dan bayi

Tidak boleh Makanan Campuran (Mix Feeding) !!!


Optimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif

Sikap:
1. Minum Roboransia
2. Pola Hidup Sehat:
• Cukup nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga
• Tidak merokok, tidak minum alkohol

3. Menggunakan kondom:
• Mencegah infeksi baru (bila pasangan non odha)
• Mencegah superinfeksi (bila pasangan odha)
Concentration of HBV in Body
Fluids
High Low/Not Detectable

Moderate

Blood Semen Urine


Serum Vaginal Fluid Feces

Wound exudates Saliva Sweat


Tears
Breast Milk
Penatalaksanaan Persalinan Bagi
Ibu terinfeksi HIV
Risiko penularan masa persalinan

His → tekanan pada plasenta meningkat


Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi
Lebih sering terjadi jika plasenta meradang/ terinfeksi

Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada saat


melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan darah dan
lendir serviks pada saat resusitasi

Mazami Enterprise © 2009


WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK

Masa kehamilan Persalinan Post partum melalui ASI


36 mg- Selama
0-14 mg 14-36 mg kelahiran persalinan 0-6 bln 6-24 bln

1% 4% 12% 8% 7% 3%

Semua tanpa ASI 15-25 %


Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82


Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Penatalaksanaan Persalinan

Pemilihan rute persalinan tergantung


Status obstetri
Status PPIA: ARV & viral load
Kesiapan petugas medis: Kewaspadaan universal, SDM,
sarana medis & non medis

Persyaratan untuk persalinan pervaginam


Ibu minum ARV teratur lebih dari 6 bulan, dan/atau
Muatan virus/ viral load tidak terdeteksi
Penatalaksanaan Persalinan 2/4

Kewaspadaan standar
Dilakukan pada SEMUA penatalaksanaan persalinan baik per vaginam
maupun seksio sesaria

Prinsip kewaspadaan standar


Cuci tangan
Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata, masker, apron, sarung
tangan, sepatu) untuk mencegah transmisi infeksi melalui cairan
Penanganan alat medis tajam, baik dalam penggunaan, serah terima,
penyimpanan maupun pembuangan sebagai limbah medis
Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan kamar bersalin

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Persalinan 3/4

Seksio sesarea elektif


Merupakan cara persalinan yang memiliki risiko
transmisi terkecil
Akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sebesar 50-66%

Persalinan pervaginam
Risiko penularan meningkat apabila terjadi Proses
Persalinan (inpartu) dan Ketuban Pecah Dini
Bila terjadi KPD 4 jam atau lebih, pertimbangkan
percepat persalinan

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Persalinan
Metode persalinan Keuntungan Kerugian
Pervaginam 1. Mudah dilakukan di sarana 1. Risiko penularan pada bayi relatif tinggi 10-
Syarat: kesehatan yang terbatas. 20% (kecuali ibu telah minum ARV teratur dan
1. Pemberian ARV ≥ 6 bulan 2. Masa pemulihan pasca persalinan kadar viral load tidak terdeteksi).
2. Viral load < 1000 singkat
kopi/mm3 3. Biaya rendah

Seksio Sesarea Elektif 1. Risiko penularan yang rendah (2- 1. Lama perawatan bagi ibu lebih panjang.
(Bedah sesar terencana) 4%), atau dapat mengurangi resiko 2. Perlu sarana dan fasilitas pendukung yang
penularan sampai 50-66% lebih memadai
2. Terencana 3. Risiko komplikasi bedah dan anestesi selama
operasi dan pasca operasi
4. Biaya lebih mahal.
PRINSIP PENULARAN HIV
• E = Exit
(virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi)
• S = Survive
(virus harus bertahan hidup diluar tubuh)
• S = Sufficient
(J=jumlah virus harus cukup untuk dapat menginfeksi)
• E = Enter
(virus masuk ketubuh orang lain melalui aliran darah)
IMD pada operasi SC
dengan HIV
Penatalaksanaan Nifas Bagi Ibu
terinfeksi HIV
Penatalaksanaan Nifas 1/2

Perawatan nifas umum


Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus
Higiene genitalia dan payudara
Nutrisi cukup, istirahat cukup

Perawatan nifas khusus


Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian makanan untuk bayi
Supresi laktasi apabila ibu memilih untuk tidak menyusui

Mazami Enterprise © 2009


Penatalaksanaan Nifas 2/2

Perawatan berkelanjutan pasca nifas


Hasil pemeriksaan/tes HIV pada bayi diinformasikan kepada dokter
spesialis obsgin yang merawat ibu, sebagai bagian penilaian
keberhasilan penerapan PPIA dalam institusi kesehatan, serta
memperkuat kinerja Tim PPIA
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (CST) lanjutan bagi Odha,
termasuk penatalaksanaan infeksi oportunistik
Pemeriksaan ginekologi rutin, Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan
Pap smir (bila memungkinkan)

Mazami Enterprise © 2009


Perencanaan Kehamilan dan Pencegahan kehamilan yang tidak
direncanakan pada perempuan dengan HIV
Perencanaan Kehamilan

Kegiatan yang dilakukan meliputi:


1.pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV melalui
konseling dan penyediaan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif
2.perencanaan dan persiapan kehamilan yang tepat, jika ibu ingin
hamil.
Perencanaan kehamilan
Bila perempuan dengan HIV dan pasangannya memutuskan ingin punya anak,
maka kehamilan perlu direncanakan dengan matang. Persyaratan mencakup
aspek medis dan aspek sosial sebagai berikut.

Aspek medis meliputi hal-hal sebagai berikut :

1.Viral load tidak terdeteksi: bila viral load sudah tidak terdeteksi, maka
kemungkinan penularan HIV dari ibu ke bayi rendah.

2.Kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3: kadar CD4 yang tinggi merupakan tanda
bahwa kekebalan tubuh ibu cukup baik dan layak untuk hamil. Dengan kadar
CD4 kurang dari 350 sel/mm3 maka ibu akan rentan terhadap infeksi
sekunder yang akan membahayakan ibu dan dan janin di masa kehamilannya.
Perencanaan kehamilan
Aspek sosial mencakup hal-hal di bawah ini :

1.Perencanaan kehamilan oleh pasangan: kedua belah pihak


(laki-laki dan perempuan) benar-benar memahami risiko dan
konsekuensi kehamilan, persalinan dan aspek pengasuhan
anak.

2.Kesepakatan/persetujuan dari keluarga: untuk menghindari


penelantaran pengasuhan anak di kemudian hari akibat
keterbatasan orang tua yang menderita HIV, perlu
dipertimbangkan adanya persetujuan keluarga agar bersedia
mengasuh anak tersebut apabila terjadi kendala pada orang
tuanya.
Perencanaan kehamilan
Persiapan perempuan dengan HIV yang ingin hamil seperti
berikut :

1.Pemeriksaan kadar CD4 dan viral load, untuk mengetahui apakah sudah
layak untuk hamil.
2.Bila VL tidak terdeteksi atau kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3, sanggama
tanpa kontrasepsi dapat dilakukan, terutama pada masa subur.
3.Bila kadar CD4 masih kurang dari 350 sel/mm3, minum ARV secara teratur
dan disiplin minimal selama enam bulan dan tetap menggunakan kondom
selama sanggama.
Perencanaan kehamilan
Persiapan pasangan dari perempuan dengan HIV yang ingin
hamil :

1.Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan


pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak perempuan
dipastikan layak untuk hamil.
2.Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan pemeriksaan
viral load, untuk mengetahui risiko penularan.
3.Apabila VL tidak terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi dapat
dilakukan pada masa subur pasangan.
4.Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350
sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
PRINSIP KONTRASEPSI

1. Setiap perempuan dengan HIV diberikan konseling mengenai risiko


penularan HIV terhadap bayi yang dikandungnya
2. Tundalah kehamilan sampai kesehatan secara umum baik
3. Sebaiknya perempuan dengan HIV tidak hamil lagi, kontrasepsi
mantap dianjurkan
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV

Pilihan kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk ibu


dengan HIV :

1. Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko


penularan HIV ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki
jumlah anak yang cukup, dipertimbangkan kontrasepsi mantap.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV

2. Kontrasepsi jangka panjang:


a.Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): metoda ini
disarankan bila risiko IMS rendah dan pasangannya tidak
berisiko IMS. Sebaiknya pemasangan dilakukan segera
setelah plasenta lahir, walaupun tidak tertutup
kemungkinan dipasang pada fase interval. Syarat-syarat
pemasangan AKDR mengikuti standar yang berlaku. Perlu
perhatian khusus bila ada keluhan efek samping, seperti
nyeri dan perdarahan.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV

2. Kontrasepsi jangka panjang:


b. Hormonal (lihat Tabel 6):

i. Pil KB kombinasi: aman dan efektif untuk perempuan dengan HIV


yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat lain yang dapat
meningkatkan enzim hati. ARV dapat menurunkan efektivitas pil
KB kombinasi.

ii. Pil progesteron: direkomendasikan bagi perempuan dengan HIV


yang tidak dalam terapi obat ARV, karena ARV menurunkan
efektivitas pil progesteron.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV

2. Kontrasepsi jangka panjang:


a. Hormonal (lihat Tabel 6):
iii. Suntik progesteron jangka panjang: DMPA dapat digunakan bagi
perempuan dengan HIV yang diberi ART tanpa kehilangan
efektivitas kontrasepsi. Metabolisme DMPA tidak dipengaruhi
oleh obat ARV dan tetap dapat diberikan dengan interval 12
minggu.

iv. Implan progesteron: implan etonorgestrel adalah kontrasepsi


yang amat efektif dan aman pada perempuan dengan HIV yang
tidak dalam terapi obat ARV.
Pilihan Kontrasepsi Berdasarkan urutan Prioritas

Perempuan HIV
Kontrasepsi hormonal
Dalam terapi ARV Tidak dalam terapi
ARV
Pil KB kombinasi √

Pil progesteron √

Suntik progesteron jangka panjang √ √


(DMPA)
Implan progesteron √

Hormon estrogen mempunyai efek menurunkan efektivitas ARV. Progesteron


mempunyai efek sedikit meningkatkan efektivitas ARV. Namun, sebaiknya tetap
diperhatikan pada penggunaan polifarmasi (misalnya perempuan HIV dengan
tuberkulosis), karena semua kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati, demikian
juga ARV. Penggunaan keduanya dalam jangka panjang memperberat fungsi hati.
Mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada Ibu dengan HIV

Karena adanya risiko MTCT, maka pada dasarnya Odha perempuan


tidak dianjurkan untuk hamil lagi

Pilihan kontrasepsi dan alasannya


• Vasektomi & Tubektomi Bila tidak ingin anak lagi
• AKDR Dianjurkan,sifatnya jangka panjang
• Suntik & Implan Interaksi obat dengan ARV
• Spons & Diafragma Kurang efektif
• Kondom Hanya untuk pencegahan IMS

1 2
Kurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif
Sikap:
1. Cegah HIV pada seluruh wanita usia reproduksi
2. Cegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita usia
reproduksi terinfeksi HIV
Keputusan untuk hamil:
• Pasangan
• Konseling • Dukungan Keluarga
• Pengobatan
• Pemantauan Pertimbangan dokter:
• CD4 > 500
• Viral load tidak terdeteksi
• Minum ARV teratur 6bln
Ringkasan
Semua ibu hamil harus ditawarkan pemeriksaaan HIV
Pada perempuan hamil dengan HIV positiv pemberian ARV penting untuk
mencegah tranmisi infeksi ke bayi
Masa persalinan mempunyai risiko tertinggi dalam penularan HIV dari Ibu ke
Bayi dibanding masa kehamilan dan nifas
Pada dasarnya persalinan ibu dengan HIV dapat dilaksanakan di semua
fasilitas kesehatan, dengan menerapkan kewaspadaan universal standar
Partus pervaginam tidak menjadi masalah asalkan ibu sudah minum ARV
minimal 6 bulan. Seksio sesarea berencana merupakan pilihan apabila
fasilitas memadai
Kondom tetap digunakan, namun hanya merupakan proteksi untuk
pencegahan infeksi
Penjelasan

Diagnosis HIV pada perempuan hamil biasanya dibuat berdasarkan


laboratorium (darah, IMS) dalam pemeriksaan antenatal. Namun, kepada
perempuan hamil harus dijelaskan lebih dahulu mengenai cara pemeriksaan
sampai kemungkinan hasil positif terhadap HIV. Jika hasilnya sero-positif,
perempuan hamil tersebut harus diberi konseling tentang pengobatan dan
tindak lanjutnya.
Penjelasan

Untuk perempuan yang sero-negatif, gaya hidupnya


menempatkannya sebagai golongan risiko tinggi untuk terjadinya
infeksi, juga perlu diberi konseling untuk mengurangi risiko.
Penjelasan

Kerahasian perlu dijaga dalam melaporkan kasus-kasus sero-positif.


Dalam hal ini diserahkan kepada perempuan bersangkutan untuk
menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasangannya atau pihak
ketiga lainnya, karena ia mempunyai hak dan tanggungjawab
untuk itu.
Penjelasan

Jika keadaan perempuan hamil tersebut membahayakan pasangannya,


perlu dipertimbangkan untung ruginya membuka rahasia medis.
Tentunya dengan membuka rahasia ini akan berpengaruh terhadap
hubungan perempuan tersebut dengan keluarga, teman-teman dan
lingkungan kerjanya. Bisa juga menyebabkan hilangnya kepercayaan
pasien terhadap dokternya.
Pasal 40

Bagi pasangan infertilitas yang salah satu atau keduanya


terinfeksi HIV adalah etis untuk diberi pelayanan reproduksi
buatan, bila mereka menginginkan.
Penjelasan

Dengan kemajuan pengobatan saat ini, pasien HIV dapat


hidup lebih lama, risiko penularan baik dari ibu ke anak
maupun penularan dari pasangan HIV positif ke HIV negatif
menjadi berkurang.
Pasal 41

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi wajib memberikan


pertolongan yang profesional pada pasien perempuan
terinfeksi HIV, sebagaimana pada pasien lainnya.
Penjelasan

Perempuan yang terinfeksi HIV berhak untuk mendapatkan pelayanan


obstetri dan ginekologi yang profesional, seperti pasien lainnya. Selain itu
dokter spesialis obstetri dan ginekologi harus mengusai cara pencegahan
penularan, baik ke penderita lain maupun petugas rumah sakit dan diri
sendiri dengan menerapkan Universal Precautions/kewaspadaan standar.
Terimakasih

You might also like