You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu
bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004)
Kebutuhan cairan menurut berat badan
NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24JAM)

1 3 hari 3,0 250-300

2 1 tahun 9,5 1150-1300

3 2 tahun 11,8 1300-1500

4 6 tahun 20 1500-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

2. Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (burner& sudarrth.2002)

a. Ketidakseimbangan volume cairan


1) Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah dari fistula
atau selang.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan obat-
obatan diuretic.
2) Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron dan
steroid di dalam serum, asupan natrium berlebih.
3) Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar
4) Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis ketoasidosis
diabetic, pemberian cairan hipertonik.
5) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih

b. Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau kehilangan
cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat luka
bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

3. Faktor Predisposisi (Burner & Suddarth.2002)


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Kondisi stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.
5. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1) Tanda dan gejala umum defisit cairan dan elektrolit, adalah :
· Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik)
· Kulit dan selaput lendir jelek
· Berat badan menurun
· Output urine menurun akibat produksi urine menurun
· Rasa lemah serta lemas
· Gemetar dan pucat
· Tachicardi dan dyspnca
· Eritrosit dan Hb serta Hematrokit meningkat
· Ubun-ubun cekung
· Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypavole

2) Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah:
· Kalium
- Hypokolemia : Mual, muntah, aritmia, kembung dan otot yang lembek dan
kendor.
- Hyperkolemia : Mual, kejang perut, oligerta, takikardi dan akhirnya bradikardi
lemas dan
· Natrium
- Hyponatremia : Kejang, mual dan muntah.
- Hypernatremia : Kulit terasa panas temperature tubuh dan tekanan darah
meningkat,lidah kering dan kasar.
· Kalsium
- Hypokalsemia : Rasacemas, iritabilitas dan tetani (kedutan sekitar mulut,
kesemutan dan boal pada jari-jari spasme kompo peda, kontraksi spasmudik spasme
laring dan kejang.
- Hyperkalsemia : otot-otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertuang dan
terjadinya batu ginjal dengan komposisi kalsium.

4. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. Produksi urin untuk semua usia 1ml/kg/jam. Pada
orang dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/ hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh
ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperature lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut
juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang
sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan
atau demam.
5. Patofisiologi Terjadinya Penyakit (Faqih,2011)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit dalam jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya gangguan ini di awali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju
intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Secara umum,
deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan pergerakan cairanke lokasi
ketiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari sisi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum,
pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya
cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan
( Faqih, 2011).
7. Klarifikasi ( Brunner & Suddarth.2002)
a. Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio
elektrolit serum terhadap air tetap sama.
1. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES)
2. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3. Hipovolekmia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES).
b. Keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
cairan intraseluler atau interstisial.
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total yang ada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total.

8. Gejala Klinis ( Burner& Suddarth.2002)


Tanda dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada klien hipovolemia
antara lain: pusing, kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, haus, muntah,
kekacauan mental, konstipasi. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia
dapat disertai dengan ketidakseimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompetensi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsangan system syaraf simpatis ( peningkatan frekuensi jantung,
inotropik ( kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone
antideuritik (ADH) dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
- PH dan Berat jenis urine.
- Pemeriksaan elektrolit serum.
- Analisa gas darah (astrup)

PENATALAKSANAAN MEDIS
1.Terapi cairan IV.
2.Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
3.Terapi obat-obatan.
4.Transfusi darah (jika diperlukan).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal
MRS, No registrasi, dll.
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit
d. Status gizi pasien dapat dikaji dengan pedoman A,B,C,D
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, TTV, perilaku, ekspresi wajah.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Ada beberapa diagnose yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yaitu:
a. Defisit Nutrisi
b. Resiko Hipovolemia
c. Resiko ketidakseimbangan cairan
3. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di tetapkan, di lakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kerja.
Daftar Pustaka

Potter, perry. 2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta : EKG


Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta : EKG
Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
kep.jakarta :EGC
Nanda.2011. Diagnosa kep 2009-2011.Jakarta : EGC
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

You might also like