You are on page 1of 29

A.

PENGERTIAN
Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) merupakan
kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit
yang memungkinkan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
profesional bagi pasien. SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik
dimana seluruh komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara
profesional (Sitorus, dalam Rantung 2013).

SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang


merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).

Komponen-komponen yang terlibat yaitu perawat, pasien, sistem pemberian


asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana
serta dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
DEPKES RI, 2009). Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer).
Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :

1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara


berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP ,
perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
3. Pada metode keperawataan primer , hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP.
4. hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap
PP merawat 9-10 klien.
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting

1
sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua
asuhan yang diberikan.

B. Perbedaan MPKP dan SP2KP


Dalam model MPKP tidak terdapat PP (perawat primer), jika di SP2KP mengenal
mengenai PP dan PA (perawat associate). Kelebihan dari SP2KP adalah pelayanan
keperawatan kepada pasien lebih terstruktur dan kinerja perawat lebih professional.
Lebih terstruktur, terorganisir SP2KP karena SP2KP merupakan bantuk pengembangan
dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan
asuhan keperawatan terhadap klien.

C. Hambatan dalam penerapan SP2KP dan MPKP


Adapun hambatan dalam penerapan MPKP dan SP2KP adalah kurangnya sumber
daya manusia yang kompeten,
1. MPKP (model keperawatan tim) diubah menjadi SP2KP (model keperawatan
profesional)
2. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan psecara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan professional
3. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP ,
perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
4. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.

D. Anggota Dalam Pelaksanaan SP2KP Peran Managerial dan Leadership


Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,
mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan
sebagian tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan
bersama-sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

2
Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk
klien yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab
profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien
masuk dan dievaluasi setiap hari. PP dituntut untuk memiliki kemampuan
mendelegasikan sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada PA.
pembagian tanggung jawab terhadap klien yang menjadi tanggung jawab tim, didasarkan
pada tingkat ketergantungan pasien dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.
Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP
bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu
memberikan asuhan keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan tersebut
dapat dilaksanakan secara langsung, misalnya mendampingi PA saat melaksanakan
tindakan tertentu pada klien atau secara tidak langsung pada saat melakukan konferens.
PP juga harus senantiasa memotivasi PA agar terus meningkatkan
keterampilannya,misalnya memberikan referensi atau bahan bacaan yang diperlukan.
Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari peran
kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk mengatasi
konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana
sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu
memberikan asuhan keperawatan.

E. Komunikasi tim melalui renpra, konferensi, dan ronde keperawatan


1. Komunikasi Tim Melalui Renpra
Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan
kerjasama profesional tim antara PP-PA. Komunikasi tersebut dapat melalui; renpra,
konferensi, dan ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal. Rencana asuhan
keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai:
a) Pedoman bagi PP-PA
b) Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan.
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada
PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian

3
tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit
untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan
asuhan keperawatan (renpra ). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat
bukan sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan dalam menentukan
akreditasi rumah sakit ). Renpra seharusnya dibuat sesegera mungkin, paling lambat
1 kali 24 jam setelah pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media
komunikasi.
Berdasarkan ketentuan tugas dan tanggung jawab PP tidak sedang bertugas (
misalnya pada malam hari atau hari libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan
dapat melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa keperawatan yang
terkait dengan kebutuhan dasar pasien. Selanjutnya segera setelah PP bertugas
kembali maka pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan dilengkapi.
Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh semua
PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-istilah
keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP
menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output =
pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".
Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor
I/O, contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien
dan keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang
sama tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus
menjelaskan kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut. Pendelegasian
tindakan keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih dahulu harus
memiliki kemampuan masing-masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada
PA adalah tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville dan McCuock,
2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA, PP tetap berkewajiban untuk tetap
memonitor dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh PA.

2. Komunikasi tim oleh konferensi


Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk
membahas kondisi pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi
biasanya merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan
lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam
konferensi. Konferensi akan efektif jika

4
telah membuat renpra, dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam
konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang
rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.

3. Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan
ronde keperawatan yang dilakuan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde
keperawatan dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang
diberikan.
a) Kerjasama dengan tim lain
Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf
laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut
adalah :
 Mengkolaborasikan.
 Mengkomunikasikan.
 Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat
pendidikan dalam pengalamannya.
PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang
terkait dengan perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi
tenaga kesehatan lain, sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan
membantu perkembangan pasien selama dalam perawatan, agar PP melakukan
komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain tersebut, maka haruslah
disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang
lain, misalnya melalui ronde antar profesional.

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan


komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim
kesehatan dapat juga terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi
tersebut dibuat oleh PP tetapi sebelumnnya.

5
F. Metode Tim
a. Peran Kepala Ruang dalam tahap:
1. Pengkajian: Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
 Menunjuk ka Tim
 Mengikuti serah terima klien
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien
 Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
 Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
 Melakukan pendokumentasian
Peran Kepala Ruangan ( KARU)
 Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU dan melakukan
ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat.
 Memimpin sharing pagi.
 Memimpin operan.
 Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pagi hari.
 Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik,
meliputi: pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan
penunjang (Hasil Lab), dll.
 Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
 Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area
tanggung jawabnya.
 Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

3. Implementasi:
Fungsi pengorganisasian
 Merumuskan sistem penugasan

6
 Menjelaskan rincian tugas ketua Tim
 Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
 Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
Fungsi pengarahan:
 Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim
 Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
 Membimbing bawahan
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
 Melakukan supervisi
 Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
yankep diruangan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
 Mengevaluasi kinerja katim
 Memberikan umpan balik pada kinerja katim
 Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
 Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b. Peran Ketua Tim dalam tahap


1. Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
 Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim
keperawatan di bawah koordinasinya pada saat Pre Croference
 Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan
yang tepat untuk pasiennya.

7
 Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat PP
 Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di
bawah koordinasinya pada saat Post Conference.
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
 Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
 Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
 Menyusun rencana asuhan keperawatan
 Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
 Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
 Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
3. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
 Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
 Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
 Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
 Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim
kesehatan lain
 Mengatur waktu istirahat anggota tim
 Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Fungsi pengarahan:
 Memberikan pengarahan kepada anggota tim
 Memberikan bimbingan pada anggota tim
 Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
Mengawasi proses pemberian askep

 Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan


 Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

8
4. Evaluasi:
Fungsi pengendalian:
 Mengevaluasi asuhan keperawatan
 Memberikan umpan balik pada pelaksana
 Memperhatikan aspek legal dan etik
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
c. Peran pelaksana dalam tahap
1. Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri
untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
 Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
 Menerima pembagian tugas dari katim
 Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
 Mengikuti ronde keperawatan
 Menerima klien baru
Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien
yang menjadi tanggung jawabnya, merencakan asuhan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow Up)
perkembangan pasien.

 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan oleh


PA
 Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
3. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
 Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
 Menerima pembagian tugas
 Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
 Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
 Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
 Melaksanakan asuhan keperawatan

9
 Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan
Fungsi pengarahan:
 Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
 Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan
askep dengan etik dan legal
 Memehami pemahaman yang telah dicapai
 Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
 Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.
Peran Karu, Perawat primer dan perawat asosiat dalam MPKP
(metode primary team) yang dilaksanakan di ruangan:
1. Peran Kepala Ruang
 Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer
 Orientasi dan merencanakan karyawan baru
 Menyusun jadwal dinas
 Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
 Evaluasi kerja
 Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf

2. Peran Perawat Primer


 Menerima pasien
 Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
 Membuat tujuan
 Membuat rencana keperawatan
 Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada
PA yang menjadi anggota timnya.
 Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama
PA yang menjadi anggota timnya.
 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

10
 Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan
keperawatan.
 Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
 Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
 Menerima dan menyesuaikan rencana
 Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
 Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan
tindakan keperawatan)
3. Peran Perawat Asosiat
 Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang asuhan
yang direncanakan oleh PP.
 Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP
 Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP tentang
klien untuk keperluan asuahan keperawatan selanjutnya.
 Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam
catatan tindakan keperawatan.

G. OPERAN (OVERHAND / TIMBANG TERIMA)


1. Pengertian Operan
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien.

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu


diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Clair dan Trussel
(dalam Kerr, 2001) menyusun pengertian darihandover adalah komunikasi
oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada

11
pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Menurut Kuntoro (2010) Operan adalah teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan klien.

Handoff juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,


tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan. Runy (2008), menyatakan
handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akuta
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan
yang akan terjadi dan antisipasinya.

Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam


menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat.

2. Tujuan Operan
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
e) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
f) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.
g) Terlaksananya Asuhan Keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
h) Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang

12
relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja.

3. Manfaat Operan

a) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh


perawat pada shift berikutnya.

b) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan


dengan keadaan klien yang sebenarnya.

c) Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang


belum terungkap.
4. Fungsi Operan

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:


a) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN KLIEN (BERDASARKAN TEORI


OREM : SELF CARE)

No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA YA TIDAK KET


I. MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan :
1. Mampu naik turun tempat tidur.
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
3. Mampu makan dan minum sendiri.
4. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan.
5. Mampu membersihkan mulut ( sikat gigi sendiri ).

13
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit
bantuan.
7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
2. Status psikologis stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
4. Operasi ringan.

II. PARTIAL CARE


1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat
tidur.
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan.
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.
4. Membutuhkan bantuan untuk makan ( disuap ).
5. Membutuhkan bantuan dalam membersihkan mulut.
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan
berdandan.
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK ( tempat
tidur / kamar mandi ).
2. Pascaoperasi minor ( 24 jam ).
3. Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor.
4. Fase awal dari penyembuhan.
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
6. Gangguan operasional ringan.

III. TOTAL CARE


1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawat yang lebih lama.
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari
tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda.
2. Membutuhkan latihan pasif.

14
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan di penuhi melalui intravena
(infus) atau NG Tube (sonde).
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan
berdandan.
6. Dimandikan perawat / keluarga.
7. Dalam keadaan inkontinensia, pasien menggunakan
kateter.
2. Setelah 24 jam pascaoperasi mayor.
3. Pasien dalam keadaan tidak sadar.
4. Keadaan pasien tidak stabil.
5. Observasi TTV setiap kurang 2 jam.
6. Perawatan luka bakar.
7. Perawatan kolostomi.
8. Menggunakan alat bantu pernafasan.
9. Menggunakan WSD.
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus.
11. Menggunakan alat traksi ( skeletal traksi ).
12. Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher.
13. Gangguan emosional berat, bingung disorientasi.

15
CONTOH OPERAN KEPERAWATAN

Skenario :

RS. Raja Ahmad Thabib merupakan salah satu Rumah Sakit Tipe B dan
merupakan salah satu RS. di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang terus
mengembangkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Di Salah Satu Ruangan di
RS. Raja Ahmad Thabib ini yakni Ruang Perawatan Bedah, telah menerapkan
salah satu metode profesional dalam pemberian Asuhan Keperawatannya yaitu
Metode TIM. Metode ini terbagi menjadi dua Tim yakni Tim A dan Tim B.
Perawat yang bertugas dalam Ruangan ini terdiri dari 10 Perawat. Masing-
masing TIM A terdiri dari 1 prawat primer dan 4 perawat pelaksana dan Tim B
terdiri dari 1 Perawat Primer dan 3 perawat Pelaksana. Ruang Perawatan Bedah
ini dapat menampung 10 pasien, dengan pembagian masing-masing 5 pasien per
Timnya.

Selain itu, Ruang Perawatan Bedah juga menerapkan pembagian shift kerja
menjadi 3 shift : Pagi, Sore, dan Malam. Untuk TIM A, pembagian jadwal dinas
terdiri dari: Shift Pagi 2 perawat, shift sore 2 perawat, dan shift malam 1
perawat. Begitu pula dengan TIM B, dengan pembagian Shift Pagi 2 perawat,
shift sore 1 perawat, dan shift malam 1 perawat.

Pada Tanggal 30 Januari 2018 pukul 14.20 WITA, seperti biasanya perawat
yang berjaga pagi akan bersiap melakukan pergantian shift dengan perawat
yang akan berjaga sore. Perawat Pagi yang bertugas telah menjalankan
Tugasnya pada hari itu dalam memberikan Asuhan Keperawatan ke Pasien
sesuai dengan SOP dan rencana tindakan yang ada. Selanjutnya, perawat yang
akan bertugas di sore ini bersiap menerima rencana tindakan yang belum di
lakukan oleh perawat yang bertugas di dhift pagi tadi. Hal ini dilakukan, untuk
meneruskan Asuhan Keperawatan yang diberikan ke pasien sehingga dapat
terus berjalan dan tidak terputus yang dapat merugikan pasien nantinya.

16
Waktu Pergantian Shift Pagi Ke shift Siang.

1. Pre Konferens Operan

Kepala Ruangan : Membuka dan Fasilitator

Ketua Tim : Membuat intervensi selanjutnya,Melakukan validasi

data

Perawat Pelaksana : Menjelaskan data pasien,Menjelaskan implementasi

yang sudah dilakukan ,Menjelaskan intervensi yang


akan dilakukan, Melakukan evaluasi (SOAP)

Setting : Nurse Station Ruang Perawatan Bedah

Pukul : 14.50 wib

Dialog :

Kepala Ruangan : Assalamu’alaikum wr wb. (Sambil menatap semua


perawat) Sebelum kita melakukan operan jaga atau
timbang terima, marilah kita ucapkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT. karena rahmat serta
karuniaNya lah kita dapat berkumpul disini, pada
siang hari ini hari Rabu 30 Januari 2019 akan
dilakukan kegiatan operan yang rutin kita lakukan
setiap pergantian shif. Kepada perawat pelaksana
yang

Perawat Pelaksana Tim A : Assalamu’alaikum Wr .Wb, Terima Kasih Untuk


KesempatanYang Diberikan Kepada Saya Untuk
Menjelaskan Kondisi Pasien Saat Ini, Jumlah Pasien
Dari Tim A Saat Ini Adalah X orang Dengan Tingkat
Ketergantungan Minimal X Parsial X Total X
Identitas Pasien Yang Pertama

17
Nama: Ny Nisa, Umur 42 tahun, Tingkat
Ketergantugan Parsial.

Diagnosa Medis: Ca.Mammae post mastektomi,


KU: baik,

komposmentis. TTV terakhir pukul 13.00 dengan


TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Pasien mengeluhkan: nyeri pada luka lengan atas
sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan
yang ditemukan : Nyeri, Resti infeksi dan gangguan
integritas kulit. Intervensi yang sudah dilakukan:
monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut,
Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg.
Intervensi yang belum dilakukan: Kaji tanda-tanda
infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol
3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20
tts/mnt. Persiapan lain tidak ada. disi masing-masing
pasien saat ini ke perawat pelaksana yang dinas sore.
Dan untuk masing-masing ketua tim saya persilahkan
memvalidasi data yang sudah ada untuk
merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.

Identitas pasien kedua :

Nama : Ny. Dewi,

umur : 41 thn, tingkat ketergantungan Minimal,

Diagnosa Medis : Ca.Mammae, KU: baik, komposmentis. TTV terakhir pukul 13.15 WITA
dengan TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan pasien : takut kalau mau
dioperasi. Masalah keperawatan yang ditemukan : Ansietas. Rencana yang sudah dilakukan:
monitor TTV, Motivasi individu. Rencana yang belum dilakukan: Relaksasi, Pendidikan
klien. Terapi: Vitamin x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral. Persiapan lain : x
500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral. Persiapan lain : Cek darah rutin.

18
Demikian Yang Dapat Saya Sampaikan Tentang Keadaan Pasien Di Kamar 1
(Cempaka) Saat Ini, dan begitu juga pada perawat pelaksana tim B melaporkan keadaan
pasien saat ini.

Perawat Pelaksana Tim B : Assalamu’alaikum Wr Wb, Terima kasih untuk kesempatan


yang diberikan kepada saya untuk menjelaskan kondisi pasien saat
ini, jumlah pasien dari Tim B saat ini adalah X orang dengan
tingkat ketergantungan minimal x Parsial x Total 0.

Identitas Passien Pertama:

Nama : Ny. Ira

Umur : 37 Tahun, Tingkat Ketergantungan Minimal

Diagnosa medis : Ca Recti, KU : lemah, komposmentis, pucat, anemis. TTV terakhir


pukul 13.00 dengan TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea
anal, skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor
TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat
500 mg peroral. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet. Persiapan
lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke Internis, Persiapan kolon in loop.

Identitas Passien Kedua:

Nama : Ny. Ira

Umur : 37 Tahun, Tingkat Ketergantungan Minimal

Diagnosa medis Ca Recti, KU : lemah, komposmentis, pucat, anemis. TTV terakhir


pukul 13.00 dengan TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea
anal, skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor
TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat
500 mg peroral. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet. Persiapan
lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke Internis, Persiapan kolon in loop.
Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg. Persiapan lain: Program operasi ditunda
besok pagi.

19
Demikian Yang Dapat Saya Sampaikan Tentang Keadaan Pasien Di Kamar 2
(Cempaka) Saat Ini.

Kepala Ruangan : Terima kasih untuk perawat pelaksana masing-


masing TIM yang telah menyampaikan kondisi dari
semua pasien saat ini, mungkin ada yang perlu
ditambahkan dari masing-masing tim untuk
memvalidasi data saya persilahkan. Kalau tidak ada
tambahan mari kita langsung saja menuju ke
ruangann pasien. (Berdiri sambil menuju ke Ruangan
Pasien).

2. Operan Ke Ruangan Pasien

Setting : Ruang Cempaka


Kamar 1

Pukul : 15.00 WIB

TIM A Ruangan
Kepala :Assalamualaikum…(Masuk Ke kamar pasien
Bersama Perawat lainnya). Permisi Ibu, dengan Ibu
Nisa yang dari Kijang.

Pasien 1 : WaAlaikumsalam, Iya betul Suster (sambil


berdiri menghampiri Perawat)

Kepala Ruangan : Oh iya bu, Bagaimana Keadaannya ibu Nisa Saat


Ini?..

pasien 1 : Masih terasa nyeri katanya suster. (Sambil menunjuk


daerah yang sakit)

Kepala Ruangan : Oh iya bu,Nanti akan diberikan obat. Namun


sebelumnya, Seperti biasa Ibu kita di sini akan
melakukan Kegiatan operan yang rutin setiap
pergantian shift dari yang jaga pagi tadi ke jaga siang.

20
Pasien 1 : Iya Sus, silahkan (Sambil menarik kursi dan duduk)

Kepala Ruangan : Baik bu. Sebelumnya saya jelaskan dulu tujuan


dari operan Ini adalah mengkomunikasikan
keadaan keluarga Ibu sekarang, memperkenalkan
perawat penganti yang akan membantu ibu jika
ada keluhan nantinya, dan Menyampaikan
Informasi yang penting antar Shift Jaga.
Sebelumnya ibu sudah mengenal perawat pagi
kan,??

pasien 1 : Iye, sudah.. Yang ini Ns. deri dan ini Ns. elha
(sambil menunjuk ke2 Perawat)

Kepala Ruangan : Baiklah Bu, selanjutnya saya Perkenalkan kepada


perawat pelaksana sore ini dari Tim A ada Ns. nana
dan Ns. elsy yang akan bertugas menggantikan
perawat pelaksana yang bertugas pagi ini dan
membantu Ibu jika ada yang ibu perlukan. Saya
persilahkan untuk masing-masing perawat
pelaksana dari tim A yang dinas pagi untuk
membacakan laporan hasil intervensi yang
dilakukan.

Derry : Terima kasih, saya Ns. Dery akan


mengkonfirmasi kembali Intervensi yang telah
diberikan pada Ny. Nisa. Nama : Ny. Nisa, umur 42
thn dengan Diagnosa : Ca.Mammae post
mastektomi. Rencana yang sudah dilakukan :
monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut,
Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg.
Rencana yang belum dilakukan: Kaji tanda-tanda
infeksi, Kaji Luka dan nyeri Tramadol 3x1 amp,
Cefotaxim 2500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan

21
lain tidak ada. Itu tadi beberapa Rencana lanjutan yang
dapat di lakukan, sekian dari saya.

Fitri korina : Oh, iya, Cefo nya berapa tadi?? (bertanya ke shift
Pagi)

Ns. Dery : Cefotaximnya 2 x 500 Mg.

Fitri korina : : (Bertanya Ke pasien) Bagaimana Perasaan ta’ Saat


ini Bu, apakah sudah ada perkembangan yang lebih
baik dari sebelumnya? Keluarga pasien 1 : Sudah
mulai ada perkembangan suster di banding
kemarin.Tapi tadi ibu Nisa mengeluh sakit suster di
daerah bekas Operasi.

Ns. Indriani ( fiiri korina ): Iya Bu, sakit dan nyeri yang dirasakan merupakan
efek dari proses pembedahan kemarin, namun ibu
jangan terlalu khawatir karena sudah ada terapi obat
penghilang Nyeri yang di berikan dokter untuk
mengatasi masalah ibu Nisa saat ini (Sambil Melihat
kondisi luka )

Ny. Hasmidar ( keluarga pasien 1) : Ohh begitu suster

Ns. Rini (deri) : Selain itu Bu, Ibu bisa terus mengajarkan teknik
relaksasi ke Ibu Nisa yang tadi pagi saya ajarkan ke
Ibu, jika Ny. Nisa mulai merasakan nyeri, ibu bisa
ajarkan biar nyerinya berkurang

Ny. Hasmidar ( keluarga pasien ) : Oh iye Suster (sambil mengangguk


mengerti)

Kepala Ruangan : Baiklah Bu, Jika ada yang Ibu perlukan bisa ke Ruang
Perawat, kami siap membantu ibu. Baiklah Bu, Kami
Permisi dulu yah, Mari Bu… (Bersama perawat
lainnya keluar dari kamar pasien)

Ny. Hasmidar ( keluarga pasien ) : Terima kasih banyak suster

22
Setting : Ruang Cempaka
Kamar 2

Pukul : 15.15 WIB

TIM B Kepala Ruangan : Assalamualaikum…(Masuk Ke kamar pasien


Bersama Perawat lainnya). Permisi Ibu, dengan Ibu
Ira dari kawal.

Ny. Ira( pasien 2) : WaAlaikumsalam, Iya betul Suster (sambil


menatap Perawat)

Kepala Ruangan : Oh iya bu, Bagaimana Keadaannya ibu Ira Saat Ini?

Ny. Ira( pasien 2) : (Tampak Meringis kesakitan) masih sakit suster di


belakang.

Kepala Ruangan : Oh iya bu, memang akan semakin terasa nyeri, tapi
nanti ibu akan diberi obat penghilang nyeri. Tapi
Sebelumnya Bu, Seperti Biasa Ibu Kita Disini Akan
Melakukan Kegiatan operan Yang Rutin Setiap
Pergantian Shift dari yang jaga pagi tadi ke jaga
siang. Bisa Bu??

Ny. Ira( pasien 2) : Iya Sus, silahkan (berbaring di tempat tidur)

Kepala Ruangan : Baik bu. Sebelumnya saya jelaskan dulu Tujuan dari
Operan Ini adalah mengkomunikasikan keadaan ibu
sekarang memperkenalkan perawat penganti yang
akan membantu ibu jika ada keluhan nantinya.
Sebelumnya ibu sudah mengenal perawat pagi kan,??

Ny. Ira (keluarga pasien) : Iye, sudah.. Yang ini Ns. pipi dan ini Ns. pace
(sambil menunjuk ke2 Perawat)

Kepala Ruangan : Baiklah Bu, selanjutnya saya Perkenalkan kepada


perawat pelaksana sore ini yaitu perawat TIM B Ns
Dhea yang akan bertugas menggantikan perawat

23
pelaksana yang bertugas pagi ini dan membantu Ibu jika
ada yang ibu perlukan. Saya persilahkan untuk masing-
masing perawat pelaksana dari tim B yang dinas
pagi untuk membacakan laporan hasil intervensi yang
dilakukan

Ns. Nurlaila ( PIPI ) : Terima kasih, saya Ns. Nurlaila ( PIPI ) akan
mengkonfirmasi kembali Intervensi yang telah
diberikan Ny. Ira. Nama : Ny. Ira, umur 47 tahun dengan
Diagnosa : Ca.Rekti. Rencana yang sudah dilakukan:
monitor TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang
belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg
peroral. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B
kompleks 3 x 1 tablet. Persiapan lain: USG abdomen
dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke Internis,
Persiapan kolon in loop. Itu tadi beberapa Rencana
lanjutan yang dapat di lakukan, sekian dari saya.

Ns. Hastati ( DHEA ) : Oh, iya konsul ke Iternisnya besok?? (bertanya ke shift
Pagi)

Ns. Nurlaila ( PIPI ) : Iya, Besok.

Ns. Hastati ( DHEA ) : (Bertanya Ke pasien) Bagaimana Perasaan ta’ Saat ini
Bu, apakah sudah ada perkembangan yang lebih baik
dari sebelumnya?

Ny. Ira ( PASIEN 2 ) : Belum suster,, masih terasa sakit baru takut ka’
suster dengan operasinya nanti (tampak meringis)

Ns. Hastati ( DHEA ) : Iya Bu, sakit dan nyeri yang dirasakan itu efek dari
proses penyakitnya, namun ibu jangan terlalu
khawatir karena sudah ada terapi obat penghilang
Nyeri yang diberikan. selain itu bu, ibu jangan takut
dengan operasinya nanti sebelumnya ibu akan di
suntik dan ibu tidak akan merasakan apa-apa selama

24
operasi nanti (menjelaskan ke pasien mengenai
tindakan operasi)

Ny. Ira ( PASIEN) : Oh iya Suster.

Ns. Nurlaila ( PIPI ) : Selain itu, Ibu bisa perbanyak Doa agar ibu di beri
kesehatan dan kesembuhan oleh Tuhan (menghampiri
pasien dan memegang pundak pasien).

Ny. Ira ( PAIEN ) : Oh Begitu,, (sambil mengangguk mengerti)

Kepala Ruangan : Baiklah Bu, Jika ada yang Ibu perlukan bisa ke Ruang
Perawat, ami siap membantu ibu. Baiklah Bu, Kami
Permisi dulu yah, Mari Bu… (Bersama perawat lainnya
keluar dari kamar pasien)

Ny. Ira ( PASIEN ) : Terima Kasih suster

3. Post Conferens Operan Perawat


Kepala Ruangan : Kita tadi sudah bersama-sama melakukan kegiatan
Operan, saya berharap dengan adanya kegiatan ini
proses pendelegasian tugas antar shift bisa jelas dan
terstruktur. Mungkin dari pasien tadi ada yang masih
harus didiskusikan lagi?

PP TIM B (Sore) ( pace ): Iya, ada tambahan dari pasien kamar 2 atas nama ibu
Ira mengeluhkan takut dan cemas dengan tindakan
operasi nantinya.

PP TIM B (Pagi) :Nah, Dapat di jelaskan lebih rinci mengenai tindakan


operasi yang nantinya akan dilakukan

Kepala Ruangan : Terima kasih atas kerjasamanya dari masing-


masing TIM A dan TIM B beserta perawat
pelaksana yang telah bekerja dengan baik.
Demikian tadi Operan ini semoga apa yang telah
kita lakukan hari ini memberikan banyak
keuntungan bagi kita semua, dan kita diberikan

25
kelancaran dalam melaksanakan tugas masing-
masing. Demikian saya akhiri. Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.

26
DOKUMENTASI OPERAN KEPERAWATAN

OPERAN TIM A

NO NAMA/UMUR/NO.REG/ DX/DR. LAPORAN KEGIATAN

1. Ny. Nisa (42 thn) (5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik,
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri
pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri,
Resti infeksi dan gangguan integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor
TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim
500 mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji
nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt.
Persiapan lain tidak ada.
2. Ny. Dewi (41 thn) (5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan takut
kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas. Rencana yg sudah dilakukan:
monitor TTV, Motivasi individu. Rencana yg belum dilakukan: Relaksasi,
Pendidikan klien. Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1
tablet peroral. Persiapan lain : Cek darah rutin
OPERAN TIM B

NO. NAMA/UMUR/NO.REG/ DX/DR. LAPORAN KEGIATAN

1. Ny. Ira (47 thn) (5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah, komposmentis pucat,
anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea anal,
skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor
TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian
asam mefenamat 500 mg peroral. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit.
B kompleks 3 x 1 tablet Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi,
Konsul ke Internis, Persiapan kolon in loop.
2. Ny. Masamah (67 thn) (5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU : baik
komposmentis. TD: 150/80, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri skala
7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Resikio tinggi infeksi gangguan integritas kulit.
Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi, ganti balut,
Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam

27
mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg,
Cefotaxim 2 x 500 mg. Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

28
29

You might also like