You are on page 1of 1

2.3.

6 Diagnosis

Diagnosis kusta menurut Kosasi, dkk tahun (2003) dibagi menjadi dua pemeriksaan

1. Pemeriksaan Bakterioskopi

Pemeriksaan bakterioskopi digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibauat dari kerokan kulit atau
mukosa hidung yang diwarnadi dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam,
antara lain dengan ZIEHL NEEL-SEN. M. Leprae tergolong basil tahan asam
(BTA), akan berwarna merah pada sediaan. Dibedakan bentuk batang utuh (solid),
batang terputus (fragmented), dan butiran (granular). Bentuk solid adalah basik
hidup, sedangkan fragmented dan granular adalah bentuk mati. Secara teori penting
membedakan bentuk hidup dan mati, sebab bentuk hidup itulah yang lebih
berbahaya..

2. Pemeriksaan Histopatologik

Makrofag dalam jaringan yang berasal dari monosit di dalam darah ada yang
mempunyai nama khusus antara lain sel kupffer dari hati, sel alveolar dari paru, sel
glia dari otak, dan yang dari kulit disebut histiosit. Salah satu tugas makrofag adalah
melakukan fagositosis. Jika terdapat kuman M. Leprae akibatnya akan bergantung
pada sistem imunitas selular. Datangnya histiosit ke tempat kuman oleh karena
proses imunologik dengan adanya kemotaktik. Kalau datangnya berlebihan akan
menimbulkan tuberkel yang menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat.
Granuloma adalah akumulasi makrofag dan atau derivat-derivatnya. Gambaran
histopatologik bagi tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih
nyata.

Dafpus

A kosasih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin,2001. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

You might also like