You are on page 1of 14

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH TOKSIKOLOGI

TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT

DISUSUN OLEH

NAMA : JESSY PUTRI CERLIN SILAJA


NIM : AK.15.019

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Logam berat yang ada di lingkungan, tanah, air dan udara dengan suatu
mekanisme tertentu masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Tanaman yang
menjadi mediator penyebaran logam berat pada makhluk hidup, menyerap logam
berat melalui akar dan daun (stomata). Logam berat terserap ke dalam jaringan
tanaman melalui akar, yang selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai
makanan.
Kontaminasi logam berat merupakan salah satu aspek kimia yang harus
diwaspadai karena dapat mengancam kesehatan dan keamanan konsumen. Logam
berat seperti merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), besi (Fe), dan radioaktif
pada konsentrasi tinggi dapat menimbulkan pengaruh toksisitas yang besar. Racun
logam berat ini bersifat akumulatif dan menyebabkan berbagai penyakit
degeneratif pada manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1) Untuk menjelaskan tentang definisi logam berat.
2) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Timbal (Pb).
3) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Merkuri (Hg).
4) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Arsen (As).
5) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Kadmium (Cd).
6) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Besi (Fe)
7) Untuk menjelaskan tentang toksisitas Radioaktif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Logam Berat


Logam berat adalah unsur dengan bobot jenis lebih besar dari 5 g/cm3.
Logam berat memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S, terletak pada sudut
bawah daftar periodik pada periode 4-7 dengan nomor atom 22-92. Logam berat
dapat membentuk mineral atau senyawa logam bila bercampur dengan komponen
tertentu yang ada di bumi. Logam berat ada yang bersifat esensial bagi tubuh,
tetapi bila tidak terkontrol dapat berbahaya. Berdasarkan penelitian terhadap
organisme air, urutan toksisitas akut logam berat dari yang paling tinggi adalah
Hg2+, Cd2+, Ag+, Ni2+, Pb2+, As3+, Cr2+, Sn2+, dan Zn2+ .
Logam berat dapat masuk ke tubuh manusia melewati rantai pangan
pendek (hewan-manusia) atau lewat rantai pangan panjang (tumbuhan-hewan-
manusia) yang disebut pencemaran dakhil. Di samping melalui mulut dari
makanan dan minuman, unsur logam berat juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan dan kulit. Logam berat juga mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap senyawa-senyawa sulfida, seperti sulfhidril (-SH) dan disulfida (-S-S).
Gugus-gugus ini banyak terdapat dalam enzim, sehingga dengan terikatnya logam
berat pada gugus-gugus ini, logam berat dapat menghambat kerja enzim tertentu.
Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang tidak dapat
diuraikan secara biologis dan stabil, sehingga dapat tersebar jauh dari tempatnya
semula. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno dan Salirawati (1993) yang
menyatakan ada 2 hal yang menyebabkan logam berat termasuk sebagai pencemar
yang berbahaya, yaitu :
a. Tidak dihancurkan oleh mikroorganisme yang hidup di lingkungan
b. Terakumulasi dalam komponen-komponen lingkungan, terutama air dan
membentuk kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorpsi
dan kombinasi.
Pemakaian logam berat sangat luas, seperti untuk pereaksi atau katalis
dalam berbagai proses industri. Bersamaan dengan produk industri yang
dihasilkan, dihasilkan pula limbah yang tidak berguna, bahkan dalam jumlah
tertentu dapat membahayakan kehidupan manusia. Salah satu zat dalam limbah
adalah logam berat yang akan masuk ke lingkungan, seperti sungai, danau, tanah,
dan udara dan dapat mengalami magnifikasi biologis pada tumbuhan dan hewan
yang akan dikonsumsi manusia sehingga mempengaruhi kesehatannya.

2.2 Toksisitas Timbal


Timbal adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai
dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Pada anak-anak, timbal
mennurunkan tingkat kecerdasan, pertumbuhan, dan pendengaran, menyebabkan
anemia dan dapat menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan
tingkah laku. Pemaparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang
parah atau kematian.
Sumber timbal ada di Cat, pabrik, air, tanah, udara, makanan, minuman, panik dan
peralatan dapur serta keramik yang dipoles, obat-obat tradisional. Gejala
keracunan timbal: gejala penyakit yang timbul setelah mencerna, menghisap dan
menghirup timbal.3 Keracunan timbal ada beberapa yaitu akut, subakut dan
kronis. Nilai ambang toksisitas timbal adalah 0,2 miligram /m3.
Keracunan akut, Keracunan ini jarang terjadi. Keracunan biasanya terjadi karena
masuknya senyawa timbal yang larut dala asam atau inhalasi uap timbal. Efek
adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa mulut terbakar.
Gejala lain mual, muntah berwarna putih seperti susu karena Pb chlorida dan rasa
sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau menyengat.
Pada gusi terdapat garis biru, tinja berwarna hitam dapat disertai diare atau
konstipasi. System syaraf juga terpengaruh dapat ditemukan vertigo dan kebas.
Pergelangan tangan dan kaki terkulai (wrist and foot drop).
Keracunan subakut, Terjadi karena pemaparan berulangkali dengan dosis kecil.
Gejala yang timbul adalah rasa kebas, kaku otot dengan kejang-kejang dan koma.
Penderita mengalami gangguan system pencernaan, pengeluaran urin sangat
sedikit, berwarna merah. Dosis fatal:20-30 gram. Periode fatal : 1-3 hari.
Keracunan kronis, Keracunan kronis dapat mempengaruhi system syaraf dan
ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas,
menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat
muncul kemudian.

2.3 Toksisitas Merkuri


Timbal adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai
dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Pada anak-anak, timbal
mennurunkan tingkat kecerdasan, pertumbuhan, dan pendengaran, menyebabkan
anemia dan dapat menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan
tingkah laku. Pemaparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang
parah atau kematian.
Sumber timbal ada di Cat, pabrik, air, tanah, udara, makanan, minuman, panik dan
peralatan dapur serta keramik yang dipoles, obat-obat tradisional. Gejala
keracunan timbal: gejala penyakit yang timbul setelah mencerna, menghisap dan
menghirup timbal. Keracunan timbal ada beberapa yaitu akut, subakut dan kronis.
Nilai ambang toksisitas timbal adalah 0,2 miligram /m3.
Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri pada umumnya
bersifat permanen, masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan
karakteristik yang berbeda seperti daya racunnya, distribusi, akumulasi atau
pengumpulan, dan waktu retensinya (penyimpanan) di dalam tubuh. Apabila
semua komponen merkuri berada dalam jumlah yang cukup, maka akan beracun
terhadap tubuh. Merkuri dapat berpengaruh terhadap tubuh karena dapat
menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran
dari dinding sel akan rusak karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas
sel dapat terganggu. Kondisi yang akut dapat menyebabkan kerusakan perut dan
usus, gagal kardiovaskular (jantung dan pembuluhnya), dan gagal ginjal akut yang
dapat menyebabkan kematian.
2.4 Toksisitas Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya
dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga
acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik
digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi
pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi
hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsenik (As), dapat berakibat buruk
terhadap mata, kulit, darah , dan liver. Efek Arsenic terhadap mata adalah
gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga
mengganggu daya pandang (visual fields) mata. Pada kulit menyebabkan
berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti
bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker
(carcinogenic). Pada darah, menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan
terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver,
mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis),
berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma
GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi
jaringan ikat danascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). Pada ginjal,
Arsen (As) akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi
ichemia and kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan
timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula
menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat Arsen dapat
menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit
arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh
karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah
perifer (varises, penyakit bu rger). Pada sistem reproduksi, efek arsen terhadap
fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu
dilahirkan, lazim disebut effek malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi
penurunan daya tahan tubuh / penurunan kekebalan, akibat nya peka terhadap
bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek
terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan
turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada Gastrointestinal (saluran pencernaan)
, Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual
(nausea) dan muntah (vomiting).

2.5 Toksisitas Cadmium


Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang
toksisitasnya tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia
melalui makanan dan rokok. Waktu paruh kadnium kira-kira 10-30 tahun.
Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain.
Dalam tubuh manusia kadnium terutama dieleminasi melalui urine.
Hanya sedikit kadnium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi
faktor diet sep erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng
(Zn). Proporsi yang besar adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara 10 -
40% tergantung keadaan fisik wilayah. Uap kadnium sangat toksis dengan lethal
dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit terpapar samp ai dengan 190
mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat menimbulkan
kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek),
batuk -batuk dan lemah. Terpapar akut oleh kadnium (Cd) menyebabkan gejala
nausea (mual), muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan
lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan
degenerasi testicular (Ragan & Mast , 1990). Perkiraan dosis mematikan ( lethal
dose) akut adalah sekitar 500 mg/kg untuk dewasa dan efek dosis akan nampak
jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware, 1989) .
2.6 Toksisitas Besi
Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukkan Fe adalah
usus halus. Bagian dari usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus ekskresi
Fe yang tidak diserap. Besi dari usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana
bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Feritin masuk kedalam
darah berubah bentuk menjadi transferin. Dalam darah tersebut besi berstatus
sebagai besi bervalensi tiga (trivalent) yang kemudian ditransfer ke hati dan limpa
yang kemudian disimpan dalam organ tersebut sebagai cadangan dalam bentuk
feritin dan hemosiderin. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan (kejenuhan)
dalam ikatan tersebut.
Toksisitas akut Fe pada anak terjadi karena anak memakan sekitar 1 g
Fe dan mungkin lebih banyak. Kandungan asupan besi pada anak secara normal
adalah sekitar 10-20 mg/kg berat badan. Setiap tahun dilaporkan sekitar 2500
kasus keracunan Fe pada anak dibawah umur 6 tahun dan merupakan salah satu
kasus keracunan yang terbanyak yang menyebabkan kematian pada anak.
Jumlah zat besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 g
tergantung dari jenis kelamin, berat badan, dan hemoglobin. Besi di dalam tubuh
terdapat dalam haemoglobin sebanyak 1,5-3,0 g dan sisa lainnya terdapat di dalam
plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut
“transferin” yaitu sebanyak 3-4 g. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu
status esensial dan bukan esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai
untuk pembentukan Hb maupun keperluan lainnya.

2.7 Toksisitas Radiokatif


Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah Uranium. Pada tahun
1898, Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie menemukan Polonium dan Radium
yang jauh lebih aktif dari uranium. Ternyata, banyak unsur yang secara alami
bersifat radioaktif. Semua isotop yang bernomor atom di atas 83 bersifat
radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang
stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat radioaktif disebut
isotop radioaktif atau radioi isotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut
isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil.
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi
yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas 2 jenis berdasarkan
muatannya. Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang
bermuatan negatif diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard
menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar
gamma.
a. Sinar alfa (α)
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel
sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma.
Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa
dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena
memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara
sinar-sinar radioaktif. Di udara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak
dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa.
Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media
yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami
ionisasi. Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi
atom helium.
b. Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta
merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang
bemuatan -le dan bermassa 1/836 sma. Energi sinar beta sangat bervariasi,
mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih
lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam uadara
kering dan dapat menembus kulit.
c. Sinar gamma (γ)
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetik berenergi tinggi, tidak
bermuatan, dan tidak bermassa. Sinar gamma mempunyai daya tembus. Selain
sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan sinar X
dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.
Secara alami kita mendapat radiasi dari lingkungan, misalnya radiasi
sinar kosmis atau radiasi dari radioakif alam, serta dari berbagai kegiatan, seperti
diagnosa atau terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang yang tinggal di
sekitar instalasi nuklir juga mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih dalam
batas aman.
Radiasi dapat mengganggu fungsi normal tubuh manusia, dari taraf
yang paling ringan hingga fatal. Derajat taraf ini tergantung pada beberapa faktor,
yaitu :
1. Jenis radiasi
2. Lamanya penyinaran
3. Jarak sumber dengan tubuh
4. Ada tidaknya penghalang antara sumber dengan tubuh
Apabila tubuh manusia terkena radiasi maka partikel-partikel radiasi
akan secara langsung mengadakan interaksi dengan bagian yang terkecil dari sel,
yakni atom-atom yang ada di sel. Adapun interaksi tersebut dapat berlangsung
secara langsung maupun tidak langsung.
Interaksi langsung terjadi apabila penyerapan energi langsung pada
molekul-molekul organik dalam sel yang mempunyai arti biologik penting, seperti
DNA. Sedangkan interaksi radiasi tidak langsung terjadi bila interaksi radiasi
dengan molekul-molekul air dalam sel berlangsung lebih dahulu, kemudian
efeknya mengenai molekul-molekul organik yang penting. Hal ini terjadi karena
80% tubuh manusia terdiri dari air. Akibat interaksi ini, terjadi proses ionisasi atau
eksitasi atom-atom dalam sel yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan
struktur kimiawi dari molekul DNA, atau terjadi mutasi titik (point mutation)
dalam sel tersebut. Ini menyebabkan perubahan yang berat dari struktur
kromosom (chromosome aberration).
Perubahan struktur kromosom kemungkinan menyebabkan kerusakan
pada tingkatan tertentu dalam suatu organ. Hal ini akan terjadi pada sel yang peka
terhadap radiasi (sensitive organ). Namun, bisa terjadi sebaliknya, yaitu akibat
interaksi dengan radiasi bisa sembuh dengan sendirinya melalui proses biologis
dalam sel, disebut dengan proses perbaikan sendiri (cell repair). Hal ini
tergantung pada kemampuan dan macam sel yang bersangkutan. Jika
perbaikannya tidak sempurna, akan menghasilkan sel yang tetap hidup, tetapi
sudah berubah. Di lain, pihak partikel radiasi dapat pula mengadakan interaksi
dengan molekul air dalam sebuah sel. Dimungkinkan juga terjadi perubahan-
perubahan sehingga terbentuk molekul-molekul baru, yaitu H2O2 dan HO2 yang
amat beracun yang mengakibatkan kerusakan-kerusakan jaringan tubuh. Selain
melalui kedua proses tersebut, radiasi dapat pula menyebabkan terjadinya reaksi-
reaksi kimiawi lain dalam organ atau jaringan tubuh, seperti reaksi protein
denaturalisasi dan perubahan enzimatis. Juga reaksi hormonal dalam jaringan,
yang pada akhirnya akan lebih mempercepat proses kerusakan yang kronis dan
tetap, terutama pada organ-organ yang tetap.
Beberapa efek biologi pada tubuh manusia :
1). Efek genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada
sperma atau ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi
dengan makro molekul DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini
dengan cara memecah kromosom atau mengubah jumlah DNA yang
terdapat dalam sel melalui perubahan informasi genetik sel. Tipe ini
dapat menimbulkan penyakit genetik yang diteruskan ke generasi
berikutnya.
2). Efek somatik
Bila organisme seperti manusia yang terkena radiasi mengalami
kerusakan biologi sebagai akibat penyinaran, efek penyinaran tersebut
diklasifikasikan sebagai efek somatik. Efek ini tergantung pada
lamanya terkena radiasi sampai pertama timbulnya gejala kerusakan
radiasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Logam-logam berat seperti Merkuri (Hg), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Besi (Fe), dan Radioaktif memiliki pengaruh yang besar apabila masuk ke
dalam tubuh, terutama mempengaruhi sel-sel dan organ-organ, sehingga perlu
dihindari terjadinya pemaparan terhadap logam-logam tersebut. Logam berat
termasuk bahan berbahaya dan beracun yang biasanya dihasilkan oleh industri
berupa limbah. Logam berat yang lazim terdapat dalam limbah industri adalah
logam timbal (Pb),merkuri (Hg), kadnium (Cd), dan arsenicum (As)

3.2 Saran
Sebagai generasi penerus, maka sebaiknya kita harus bijakasana
dalam menjalani hidup ini. Perlu ditanamkan bahwa kesehatan adalah sesuatu
yang harus dan mesti dipertahankan. Dengan pola hidup sehat, maka bukan hanya
kita yang dapat merasakan arti kesehatan itu, tapi juga orang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,K dan Scoot,R. (1982). Fundamental of Industrial Toxicology.


Michigan: Ann Arbor Science Publisher.

Bernard S, Enayati A, Binstock T, Roger H, Redwood L, McGinnis W (2000).


Autism: A Unique of Mercury Poisoning. ARC Research Cranford, NJ
07016.

Casarett & Doull’s. (2001). Toxicology the Basic Science of Poissons. New York:
McGraww-Hill Medical Publishing Division.

Eddie, W.S. (2005). Limbah B3 dan Kesehatan. http:


//www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200504121503 -
LIMBAH%20B-3.pdf. 18 Desember 2005.

Gayer, RA. (1986). Toxic Effects of Metal. In C.D.Klaasen, M.O.Amdur, and


J.Doul. (Eds). Toxicology the Basic Science of Poisons.3rd ed. New
York: Mac Millan Publishing Co.

Mukono, H.J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya:


Airlangga University Press.

Mukono, H.J. (2002). Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University


Press.

Mukono J., Koeswadji H., Sugijanto, Laksminiwati E. (1991). Laporan


Penelitian: Status Kesehatan dan Kadar Pb (timah hitam) Darah pada
Karyawan SPBU di Jawa Timur. Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga.

Ringo,HS. and Damon, LE. (1990). Occupational Hematology. In J.LaDou (eds).


Occupational Medicine. San Fransisco: Riantice Hall
International,Inc.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB.I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………….
BAB II.PEMBAHASAN
2.1 Definisi Logam Berat…………………………………………………..
2.2 Toksisita Timbal………………………………………………………...
2.3 Toksisitas Merkuri……………………………………………………...
2.4 Toksisitas Arsen………………………………………………………...
2.5 Toksisitas Cadmium…………………………………………………….
2.6 Toksisitas Besi………………………………………………………….
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

You might also like