You are on page 1of 17

Tugas Kimia Fisika

Analisa Geokimia minyak bumi

Disusun Oleh :

Muhammad Rafly Farinda


21100116140063

Departemen Teknik Geologi


Universitas Diponegoro
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keterdapatan hidrokarbon di suatu lokasi atau wilayah, tergantung kepada beberapa
parameter, yang merupakan suatu kesatuan utuh yang dikenal sebagai petroleum system.
Petroleum System merupakan sebuah sistem geologiterintegrasi yang menghasilkan
suatu hidrokarbon baik berupa minyak bumimaupun gas bumi dan merupakan suatu sistem
geologi terintegrasi mengenaijebakan hidrokarbon dan konsentrasi hidrokarbon itu sendiri.
Petolium SistemParameter tersebut yaitu :
1.Batuan Induk (Source Rock)
Adalah suatu batuan sedimen yang sedang, akan atau telah menghasilkanhidrokarbon. Pada
umumnya batuan induk dibayangkan sebagai batuan serpihberwarna gelap, kaya akan zat
organik dan biasanya diendapkan padalingkungan marin. Pembentukannya tergantung pada
tiga factor
:a. Keberadaan akan bahan organik untuk menghasilkan hidrokarbon
b. Temperatur yang sesuai
c. Waktu yang cukup untuk pendewasaan batuan induk
d. Tekanan dan kandungan bakteria dan katalis
2. Batuan Reservoar
Yaitu suatu wadah yang berisii dan jenuh oleh minyak dan gas bumi yangpada umumnya
berupa lapisan batuan yang mempunyai sifat phorus danpermeable yang tinggii yang
terdapat diantara butiran mineral datau dapatpula di dalam suatu rekahan batuan yang
mempunyai porosits rendah.Batuan reservoar biasanya berupa batuan sedimen, sebagai contoh
batupasir,batupasir kuarsa, batupasir greywacke.
3. Jebakan
Yaitu suatu unsur pembentuk reservoir yang bentuknya sedemikian rupasehingga lapisan
beserta penutupnya berbentuk konkav ke bawah danmenyebabkan minyak dan gas bumi
berada di bagian teratas reservoir.
PEMBAHASAN
Geokimia Minyak & Gas Bumi merupakan aplikasi dari ilmu kimiayang mempelajari
tentang asal, migrasi, akumulasi serta alterasi minyak bumi(John M. Hunt, 1979). Petroleum
biasanya jug diartikan minyak dan gas bumiyang memiliki komposisi kimia berupa Carbon
dan Hidrogen. Komposisikimia ini dihasilkan dari proses pembusukan (dekomposisi) serta
kematangantermal material organik. Material organik tersebut berasal dari tumbuh2an dan
algae. Materialorganik ini ketika mati segera diendapkan. Akibat adanya suhu, tekanan
sertawaktu yang cukup, komponen tumbuhan dan algae teralterasi menjadiminyak, gas
dan kerogen. Kerogen dapat dianggap sebagai material padat sisatumbuhan. Shale dan
Limestone yang mengandung material organik disebutsebagai source rock karena batuan
tersebut merupakan batuan sumber untuk menghasilkan minyak & gas bumi.
Source Rock
Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu sebagai berikut :
1. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang memiliki
kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)
2. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau telah
menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and Cassa, 1994).
3. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang terendapkan
oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti selayaknya. Justru
karbonat terendapkan dan menjadi batu
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa
menghasilkan hidrokarbon. Pada bukti yang terdapat pada data-data geokimia, hidrokarbon
berasal dari material organik yang terkubur dalam batuan sedimen yang disebut batuan induk.
Untuk mengetahui dan memperkirakan distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan
waktu, sangat penting untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum. Lapisan batuan induk
(source beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari karbon organik yang bersikulasi dalam siklus
karbon di bumi tekubur dalam lingkungan sedimentasi dimana oksidasi terhalang untuk dapat
berlangsung.
Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :
1. Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang sudah
menghasilkan dan mengeluarkan (expelled) hidrokarbon
2. Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan sedimen yang potensi
sumbernya belum dievaluasi, tetapi mungkin telah menghasilkan dan mengeluarkan
hidrokarbon
3. Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen yang belum
matang (immature) yang kapabilitasnya dalam menghasilkan dan mengeluarkan
hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal menjadi lebih tinggi.

Kategori Batuan Induk & Kapasitas Sumbernya (waples, 1985)

Kategori Batuan Kapasitas Sumber Kapasitas sumber Hidrokarbon yang


Induk Asal * tersisa dihasilkan

Possible GO tidak terukur tidak terukur

Potential GO GO Tidak ada

Effective GO G GO-G

Effective Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Proses pematangan minyak bumi


1. Teori perbandingan karbon
White (1915) menghubungkan terjadinya perubahan minyak bumi dengan metamorfisme
regional, sebagaiman diperlihatkan pada perubahan barubara. Berdasarkan penelitiannya di
pegunungan Appalachia disimpulkannya bahwa minyak bumi yang bertingkat paling rendah
ditemukan di daerah dengan formasi yang mengandung endapan karbonan yang paling sedikit
terubah. Minyak bumi yang lebih tinggi tingkatannya ditemukan di daerah dengan perubahan zat
organik yang lebih lanjut, seperti misalnya, batubara sub-bitumina. Di daerah batubara -
bitumina tingkatan minyak buminya akan lebih tinggi lagi. Jika perubahan residu karbon
melampui 65 persen atau mungkin 75 persen dari karbon tetap dalam batubara murni, maka
distilat minyak bumi terdapat berbagai gas pada temperatur batuan. Teori ini kembali lagi
diungkapkan oleh Landes (1967) yang mengkorelasikan langsung antara cara terdapatnya jenis
minyak serta gas bumi dengan tingkatan batubara (coal ranks) dan menyebutnya sebagai proses
eometamorfisma.
2. Fraksi minyak dalam batuan (day 1916)
Teori ini mengemukakan bahwa pendewasaan disebabkan karena fraksinasi minyak bumi
dalam serpih lempung/batuan induknya. pada waktu migrasi, hidrokarbon yang tidak jenuh
(naften, aromat) akan melekat pada lempung karena kapilaritas. dengan demikian minyak bumi
yang bermigrasi akan lebih matang.
3. Hubungan berat jenis minyak bumi terhadap umur dan kedalaman.
Barton (1934) menemukan dari beberapa penelitiannya di daerah Gulfcoast, bahwa untuk
umur yang sama, maka dalam terdapatnya minyak bumi makin meningkat kadar fraksi ringan
dan derajat API-nya. Demikian pula untuk kedalaman yang sama, makin tua umurnya makin
ringan minyak buminya. Hal yang sama ditemukan oleh McNab, Smith, dan Betts (1952).
kesimpulan yang diambil yaitu : Makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua umurnya
minyak bumi makin meningkatlah perbandingan hidrogen/karbon. Namun dalam hal gas, maka
ditemukan keadaan sebaliknya, makin dalam dan makin tua gas tersebut, perbandingan
hidrogen/karbon makin menurun. Dalam hal ini sumber organik minyak bumi serta lingkungan
pengendapan batuan induk harus diperhitungkan, karena fasies merupakan faktor yang lebih kuat
daripada kedalaman dan umur. Berbagai proses pendewasaan karena kedalaman dan umur yang
telah diusulkan, yaitu :
a. Hidrogenasi dan metilisasi. Dalam proses ini hidrokarbon yang tidak jenuh dijenuhi dengan
hidrogen atau metil, dan merubah hidrokarbon siklis menjadi alifat. sebagai kemungkinan
sumber hidrogen bebas diusulkan oleh Whitehead dan Breger (1960) cara iradiasi partikel alpa,
sebagaimana tersirat dalam teorinya mengenai transformasi zat organik minyak bumi. Sumber
lain adalah hasil aktivitas bakteri seperti dikemukakan oleh Zobell (1947).
b. Reaksi katalitis dan 'cracking'. Peninggian temperatur dan pengaktifan katalisator akan
mematahkan hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon ringan/parafin.
c. aromatisasi. Erdman (1965) mengajukan proses konversi yang terjadi karena penurunan
progresif dalam daya larut minyak bumi dari zat aspal, yang khas merupakan penyusunan
minyak muda atau minyak primitif. hal ini merupakan suatu polimerisasi senyawa aromatik
menjadi kompleks aspal. Dengan demikian zat naften dan aromat akan ketinggalan, dan minyak
yang bermigrasi akan menjadi lebih bersifat parafin. Pada proses ini atom hidrogen akan
dilepaskan. d. Migrasi pemisahan dari fasa (Silverman, 1965). Konsepsi ini meliputi pemisahan
secara fisik satu fasa dari sistem reservoir minyak bumi berfasa dua, yang kemudian yang diikuti
oleh migrasi dari fasa yang telah dipisahkan dari reservoir asalnya. Hal ini meliputi pula
penurunan tekanan untuk mendapatkan dua fasa (cairan dan uap).
Proses pematangan minyak bumi mungkin lebih diyakinkan oleh konsepsi Andreev,
Bogomolov, Dobryanski dan Kartev (1958). Proses ini didasarkan atas analisa termodinamika
yang menyatakan, bahwa zat organik yang terdiri dari beraneka unsur (heteroelemental)
mempunyai energi bebas lebih tinggi, dan transformasi spontan senyawa organik akan selalu
terjadi dari enegi bebas lebih rendah. Hidrokarbon siklis yang tidak jenuh, terutama yang
asimetris mempunyai energi bebas lebih tinggi daripada molekul jenuh yang sederhana.
Penurunan kadar senyawa yang beroksigen dan dekarboxilasi dapat dipakai sebagai indeks
transformasi.Dilain pihak dari segi termodinamika, perubahan dari normal hidrokarbon menjadi
golongan metil yang bercabang lebih mungkin terjadi daripada sebaliknya, demikian pula dari
parafin siklis menjadi parafin bercabang. Hal ini sesuai dengan hukum Reznichenko (1955),
yaitu 'hukum akumulasi gugusan metil dalam reaksi kimia'. Dalam hal ini, secara termodinamika
seri parafin merupakan minyak bumi yang paling stabil.
Perubahan susunan kimia ini oleh ilmiawan soviet dinamakan sebagai : konversi geokimia
minyak bumi. Proses ini menurut Andreev (1958) meliputi 11 tahap :
1. permulaan, zat organik yang telah dideoxigenasikan dalam batuan sedimen (sapropel).
2. Zat resin sekunder, yang terbentuk dengan timbulnya hidrokarbon, termasuk senyawa
heterogen.
3. Zat resin primer, yang belum mempunyai sifat hidrokarbon. Konversi menghasilkan residu tak
larut selain hidrokarbon.
4.Senyawa aromat yang berberat molekul tinggi, terdiri dari satu atau lebih cincin sikloparafin
yang disambung oleh cincin aromat yang sebenarnya.
5. Hidrokarbon aromat bisiklis dan monosiklis yang sederhana.
6. Hidrokarbon sikloparafin-polisiklis : suatu tahap yang paling tidak stabil dan segera
berkonversi menjadi zat yang berikutnya.
7. Sikloparafin monosiklis dan bisiklis.
8.Hidrokarbon bersifat parafin : sebagai objek akhir dari semua.
9. Gas alam jenis parafin. Gas ini dipisahkan karena menunjukkan dinamika munculnya gas dari
hidrokarbon jenis yang berlainan. Gas terbentuk hanya pada stadium konversi yang kemudian.
10. Senyawa yang banyak mengandung karbon dengan berat molekul tinggi dan berstruktur
siklis, merupakan suatu hasil sekunder yang khas dan belum kehilangan daya larutnya dalam
pelarut organik. zat ini merupakan mata penghubung antara zat grafit dan bagian hidrokarbon
minyak bumi.
11. tubuh grafit, merupakan hasil akhir pengkonversian minyak bumi atau sebagian minyak
bumi.
Analisa pantulan vitrinit
Analisa ini berdasarkan pada kemampuan daya pantul cahaya vitrinit. Besarnya pantulan
vitrinit merupakan petunjuk langsung untuk tingkat kematangan zat organik, terutama humus
yang cenderung membentuk gas dan merupakan petunjuk tidak langsung untuk sapronel kerogen
yang cenderung membentuk minyak (Cooper, 1977). Kemampuan daya pantul ini merupakan
fungsi temperatur artinya dengan perubahan waktu pemanasan dan temperatur akan
menyebabkan warna vitrinit berubah di bawah sinar pantul.
Cara penganalisaan pantulan vitrinit ini yaitu dengan mengambil contoh batuan dari
kedalaman tertentu diletakkan di atas kaca preparat dan direkatkan dengan epoxyresin.
Kemudian digoskkan dengan kertas korondum kasar sampai halus dan terakhir fengan
menggunakan alumina. Selanjutnya contoh batuan tersebut diuji dalam minyak immersi (indeks
bias = 1.516) dengan menggunakan mikroskop dan suatu micro photomultiplier dan digital
voltmeter attachment. Kemudian dilakukan kalibrasi terhadap vitrinit berdasarkan suatu standart
yang terbuat dari gelas. Tabel di bawah memperlihatkan hubungan antara nilai pantulan vitrinit
dengan tingkat kematangan hidrokarbon. (Tissot and Welte, 1978).
Analisa Indeks Warna Spora
1. Tipe I, memiliki rasio atom H/C tinggi dan rasio atom O/C rendah, berasaldari lingkungan
lakustrin/danau, menghasilkan jenis hidrokarbon “waxy oil”
2. Tipe II, memiliki rasio atom H/C menengah dan rasio atom O/C jugamenengah, berasal dari
material autokhton yang diendapkan di lingkunganmarine/laut, dalam kondisi reduksi,
menghasilkan jenis hidrokarbon“naphthenic oil”
3. Tipe III, memiliki rasio atom H/C rendah dan rasio atom O/C juga tinggi,berasal dari material
terestrial dan/atau material aquatik yang diendapkandalam lingkungan dalam kondisi oksidasi,
menghasilkan jenis hidrokarbon“gas”. (Tissot et al., 1974).
4. Tissot dan Welte, 1984 menambahkan lagi satu tipe kerogen, yaitu:Tipe IV,
memiliki rasio atom H/C sangat rendah dan rasio atom O/C yangbervariasi, berasal dari material
organik hasil alterasi dan/atau hasil oksidasi,kerogen tipe ini tidak menghasilkan jenis
hidrokarbon apapun.Grafik rasio H/C dan O/C plot sering kita kenal sebagai Diagram
VanKrevelen. Diagram Van Krevelen sejatinya berasal dari hasil studi coal macerals,yang
menggambarkan perubahan komposisi tipe kerogen dikaitkan dengankematangan
(maturity).Pada dasarnya sangat jarang sebuah source rock mengandung hanya satutipe kerogen.
Sebagian besar sedimen mengandung dua atau lebih campuran tipekerogen (mixed kerogen).
Plot data biasanya berada atau masuk ke dalam duazona tipe kerogen, misal Tipe I atau Tipe II
bercampur dengan Tipe III atau TipeI, II, III bercampur dengan Tipe IV. Kemunculan
campuran tipe kerogenumumnya selalu ada dalam ploting nilai H/C dan O/C dalam
diagram VanKrevelen, hal ini akan menyulitkan interpretasi data rock eval secara pasti.
Identifikasi Kematangan (Metode Pyrolisys)
Rock-Eval Pyrolisis (REP) adalah analisa komponen hidrokarbon padabatuan induk
dengan cara melakukan pemanasan bertahap pada sampel batuaninduk dalam keadaan tanpa
oksigen pada kondisi atmosfer inert dengantemperatur yang terprogram. Pemanasan
ini memisahkan komponen organikbebas (bitumen) dan komponen organik yang masih
terikat dalam batuan induk(kerogen) (Espitalie et al., 1977).Analisis Rock-Eval Pyrolisis
menghasilkan beberapa parameter-parameter:
a.S1 (free hydrocarbon)
26S1 menunjukkan jumlah hidrokarbon bebas yang dapat diuapkan tanpa melaluiproses
pemecahan kerogen. nilai S1 mencerminkan jumlah hidrokarbon bebasyang terbentuk insitu
(indigeneous hydrocarbon) karena kematangan termalmaupun karena adanya akumulasi
hidrokarbon dari tempat lain (migratedhydrocarbon).
b.S2 (pyrolisable hydrocarbon)S2
menunjukkan jumlah hidrokarbon yang dihasil melalui proses pemecahankerogen yang
mewakili jumlah hidrokarbon yang dapat dihasilkan batuanselama proses pematangan secara
alamiah. Nilai S2 menyatakan potensimaterial organik dalam batuan yang dapat berubah
menjadi petroleum. HargaS1 dan S2 diukur dalam satuan mg hidrokarbon/gram batuan (mg
HC/g Rock).
c. S3
S3 menunjukkan jumlah kandungan CO2 yang hadir di dalam batuan. JumlahCO2 ini dapat
dikorelasikan dengan jumlah oksigen di dalam kerogen karenamenunjukkan tingkat oksidasi
selama diagenesis.
d.Tmax
Nilai Tmax ini merupakan salah satu parameter geokimia yang dapatdigunakan
untuk menentukan tingkat kematangan batuan induk. Harga Tmaxyang terekam sangat
dipengaruhi oleh jenis material organik. Kerogen Tipe Iakan membentuk hidrokarbon lebih
akhir dibanding Tipe III pada kondisitemperatur yang sama. Harga Tmax sebagai
indikator kematangan jugamemiliki beberapa keterbatasan lain misalnya tidak dapat
digunakan untukbatuan memiliki TOC rendah (<0,5) dan HI < 50. Harga Tmax juga
dapatmenunjukkan tingkat kematangan yang lebih rendah dari tingkat kematangansebenarnya
pada batuan induk yang mengandung resinit yang umum terdapatdalam batuan induk dengan
kerogen tipe II (Peters, 1986). Kombinasi parameter – parameter yang dihasilkan oleh
Rock-EvalPyrolisis dapat dipergunakan sebagai indikator jenis serta kualitas batuan induk,
antara lain :
a.Potential Yield (S1 + S2)Potential Yield (PY)
menunjukkan jumlah hidrokarbon dalam batuan baikyang berupa komponen volatil
(bebas) maupun yang berupa kerogen. Satuanini dipakai sebagai penunjuk jumlah total
hidrokarbon maksimum yang dapatdilepaskan selama proses pematangan batuan induk
dan jumlah inimewakili generation potential batuan induk.
b.Production Index (PI)
Nilai PI menunjukkan jumlah hidrokarbon bebas relatif (S1) terhadap jumlahtotal
hidrokarbon yang hadir (S1 + S2). PI dapat digunakan sebagai indikatortingkat kematangan
batuan induk. PI meningkat karena pemecahan kerogensehingga S2 berubah menjadi S1.
c. Hydrogen Index (HI) dan Oxygen Index (OI)HI
merupakan hasil dari S2 x 100/TOC dan OI adalah S3 x 100/TOC. Keduaparameter ini harganya
akan berkurang dengan naiknya tingkat kematangan.Harga HI yang tinggi menunjukkan batuan
induk didominasi oleh materialorganik yang bersifat oil prone, sedangkan nilai OI tinggi
mengindikasikandominasi material organik gas prone. Waples (1985) menyatakan nilai HIdapat
digunakan untuk menentukan jenis hidrokarbon utama dan kuantitasrelatif hidrokarbon yang
dihasilkan.

Penentuan tipe kerogen berdasarkan analisis rock-eval pyrolisis dapatdilakukan dengan


mengeplotkan nilai – nilai HI dan OI pada diagram "pseudo"van Krevelen, atau dengan
menggunakan plot HI – Tmax.
Eksplorasi
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi
yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan
pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah
pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja
pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses
pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geofisika, terutama seismik, yang
dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi
deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu
pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta
jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah
permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote
sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments.
Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-
morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak
dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air
misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk
lokasi deposit mineral lebih besar.

Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu


citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan
unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian,
karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi
gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada
spektrum pertengahan infra-merah (1,3-3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral
dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan
karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan,
mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis
tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan
demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah
dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan
keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan
cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan
karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan
cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat
membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.
Metode Evaluasi Type Material OrganikSource Rock
Tipe Kerogen, dan Potensial Hidrokarbon Source Rock Source rock HC merupakan
sedimen berukuran butir halus(fine grain) yang secara alami sudah menghasilkan, sedang
menghasilkan, atauakan menghasilkan cukup HC membentuk suatu akumulasi minyak dan gas
bumi(Brooks et al. 1987). Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggidan menjadi
hal yang menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock HCmengeluarkan hanya sedikit
minyak dan gas bumi per unit volume batuan yangterakumulasi dalam batuan reservoar.
Pengawetan material organik tersebutmerupakan suatu fungsi kandungan
oksigen, tingkat sedimentasi, danintensitas kehidupan bentonik. Menurunnya tingkat
oksigenasi dan aktifitasbentonik menyebabkan meningkatnya tingkat fermentasi metana oleh
bakteri.Akibatnya ada banyak atau sedikit material organik yang tersimpan di dalamsedimen.
Ketika terkubur dan dengan bertambahnya temperatur, materialorganik mengalami
beberapa reaksi geokimia mulai dari biopolymer hinggageopolymer.Tingkat sedimentasi yang
rendah pada kondisi oksidasi lebihmenghasilkan inertinite, dan sebaliknya pada
kondisi anoxic (reduksi) lebihmenghasilkan liptinite yang kaya H. Material organik pada
source rock HCdibagi dalam 2 kelompok :
1. Bitumen : material organik larut yang hanya sedikit menunjukkantotal TOC
2. Kerogen : material organik yang tidak larut yang lebihmenjunjukkan total TOC
Kematangan termal suatu material organik atau kerogen dapat dievaluasisehingga informasi
kematangan material organik tersebut dapat diinterpretasikan.
sebagai ukuran potensial pembentukan minyak dan gas (oil and gas generation).Evaluasi
kematangan termal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa carasebagaimana
dijelaskan dalam tulisan berikut:
1. Vitrinite reflectance
Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yangpaling sering
digunakan, dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil). Nilai Rountuk mengukur partikel-
partikel vitrinite yang ada dalam sampel amat bervariasi.Untuk menjamin kebenaran
pengukuran, maka penentuan nilai Ro diperlukansecara berulang pada sampel yang sama.
Bila distribusi dari vitrinitereflectance adalah bimodal, maka ada kemungkinan telah
terjadi reworking.Skala vitrnite relectance yang telah dikalibrasikan oleh berbagai
parameter.
2. Analisis element38
Derajat kematangan termal kerogen dapat dilihat melalui analisis karbon,hidrogen dan
oksigen elemental. Pada proses pematangan termal oksigendieliminasi dari kerogen
dalam bentuk CO² dan H2O, hidrogen dalam bentukhidrokarbon dan H2O serta karbon dalam
bentuk hidrokarbon dan CO2. Kerogenpenghasil minyak memiliki rasio H/C sekitar 1 sampai
1,5 dengan kandungan Hsebesar 6% atau lebih dan rasio O/C antara 0,05 sampai 0,13.
Sedangkan untukkerogen penghasil gas memiliki rasio H/C di bawah 0,8 dan rasio O/C di
bawah0,1. Kerogen yang berasal dari sedimen dangkal memiliki rasio O/C dan H/C yangtinggi.
Perbandingan elemental ini digunakan untuk membuat hubungankematangan termal pada
diagram van Krevelen.
PENUTUP
KESIMPULAN
Analisis geokimia pada minyakbumi sangatlah berperan besar di dalammengetahui kualitas
kematangan minyak bumi dengan menggunakan beberapametode analisa seperti : 1. Analisa
Jumlah Material Organic Dalam Batuan Induk2. Tingkat Kematangan Minyak Bumi (Metode
Bissada)3. Analisa Pantulan Vitrinit4. Analisa Indeks Warna Spora5. Identifikasi Kematangan
(Metode Pyrolisys)Kesemua metode analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui: Untuk
mengidentifikasi source rock dan menentukan jumlah, tipe,dan tingkat kematangan material
organik,Mengevaluasi perkiraan kapan migrasi minyak & gas bumi dari sourcerock ,
Memprediksi jalur migrasi ,Korelasi komposisi minyak & gas bumi yang berada di
dalamreservoar, rembesan (seeps) untuk mengetahui keberadaannya.
REFERENSI
, K.K., 1985, Geochemical Constraints On Petroleum Generation AndMigration – A Review,
Houston Research Centre, Texas, 25p + 17 fig.Koesoemadinata. 1980.

Geologi MInyak dan Gas Bumi Jilid Dua. ITB Bandung.Praptisih, Katmono, dkk., 2009.
Karakteristik Batuan Sumber (Source Rock)Hidrokarbon pada Formasi Batuasih di daerah
Sukabumi, Jawa Barat.Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 167-175.

PusatPenelitian Geoteknologi LIPI, Jln. Sangkuriang Gedung 70, BandungTissot, B. P., Welte,
D. H., Petroleum Formation And Occurrence, New York –Springer Verlag (1984

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA


LAPANGAN “BEAR” CEKUNGAN SUMATRA TENGAH ,(Studi kasus PT Chevron Pacific
Indonesia) Eko Vidhotomo1, A. M. Juwono M.Sc1, Rinie Mekarsari M.Sc2, 1)Jurusan Fisika
FMIPA Univ. Brawijaya 2)PT. Chevron Pacific Indonesia Email: eko.vidhotomo@gmail.com

PERKEMBANGAN TAMBANG MINYAK BLOK CEPU DAN PENGARUHNYA


TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LEDOK

NORTHEAST JAVA SEA BASIN SOURCEROCK AND PETROLEUM GEOCHEMISTRY


ANALYSIS TO DETERMINE HYDROCARBON GENETIC AND CORRELATIONS IN WEST
(aasdasasdasd, asdasd)MADURA OFFSHORE FIELD ,Qi Adlan ,Fakultas Teknik Geologi,
Universitas Padjadjaran

Kajian Biomarka Fraksi Hidrokarbon Alifatik Minyak Mentah Lapangan Ujung Pangkah, Gresik
Yoga Hardianto, R.Y. Perry Burhan dan Agus Wahyudi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya E-mail:
pburhan@chem.its.ac.id
KANDUNGAN BAHAN ORGANIK, N-ALKANA, AROMATIK DAN TOTAL
HIDROKARBON DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN RAHA KABUPATEN MUNA,
SULAWESI TENGGARA ,Muhajir Marsaoli Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Khairun, Ternate, Indonesia
Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di PerairanBlok Ambalat Dengan Metode
Gravitasi Lutfia P.I.A, Mahmud Musta’in, Mukhtashor, Syaiful Bachry Teknik Kelautan,
Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman
Hakim, Surabaya 60111 E-mail: mmustain@its.ac.id

KAJIAN KORELASI GENETIKA GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI


,CEKUNGAN SUMATRA TENGAH, RIAU ,Emrizal Mahidin Tamboesai ,Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau ,Kampus Bina Widya Km
12,5 Simpang Panam, Pekanbaru-28293 ,E-mail: emrizaltamboesai@gmail.com

Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Bengkulu ,Rachmat Heryanto ,Pusat


Survei Geologi, Jln. Diponegoro No. 57 Bandung

EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI


LAUT NATUNA BAGIAN UTARA LAUT YURIDIKSI NASIONAL UNTUK
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KEPULAUAN NATUNA
Annisa Purwatiningsih dan Masykur ,Universitas Tribhuwana Tunggadewi dan Universitas
Kanjuruhan Malang

GEOKIMIA SISTEM MINYAK BUMI ASAL RIAU DAN INDONESIA UMUMNYA


,Emrizal Mahidin Tamboesai ,Jurusan Kimia, Universitas Riau, Pekanbaru

KAJIAN GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI ,SUMURPRODUKSI DURI,


LANGGAK DAN MINAS, RIAU ,Emrizal Mahidin Tamboesai ,Jurusan Sain Kimia Universitas
Riau ,Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Panam, Pekanbaru-
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 9-18

Berg, Robert R., Exploration for Sandstone Stratigraphic Traps, ContinuingEducation Course
Note Series #3: Tulsa, AAPG Department of EducationBissada, K.K., 1985,

Geochemical Constraints On Petroleum Generation AndMigration – A Review, Houston


Research Centre, Texas, 25p + 17 fig.Busch, Daniel A., 1974,

Stratigraphic Traps in Sandstones -ExplorationTechniques, Memoir 21: Tulsa,


AAPGKoesoemadinata. 1980.

Geologi MInyak dan Gas Bumi Jilid Dua. ITB Bandung.Payton, Charles E., ed., 1977, Seismic
Stratigraphy-Applications toHydrocarbon Exploration, AAPG Memoir 26: Tulsa,
AAPGPraptisih, Katmono, dkk., 2009.

Karakteristik Batuan Sumber (Source Rock)Hidrokarbon pada Formasi Batuasih di daerah


Sukabumi, Jawa Barat.Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 167-175.

You might also like