You are on page 1of 5

ASYIKNYA MERAKIT SENTER SEDERHANA

Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik,
antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa.
Dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi
proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut
berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak
adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dan segala isinya.
Belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga
pengetahuan awal siswa. Pengetahuan ini tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Hal ini sejalan
dengan pendapat Piaget yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses adaptasi terhadap
lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus ke dalam struktur
kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk ke dalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan
terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Sehingga pembelajaran yang menyenangkan menjadi dambaan setiap guru dan peserta
didik, karena pembelajaran yang menyenangkan akan membawa dampak yang besar bagi
perkembangan otak dan emosional guru serta peserta didik. Untuk itu dalam kegiatan belajar
mengajar seorang guru hendaknya dapat menyusun dan merangkai skenario pembalajaran yang
menyenangkan, agar dapat merangsang keingintahuan dan keterampilan peserta didik. Sehingga
pembelajaran menyenangkan berbasis otak, saya terapkan dalam penyampaian materi Ilmu
Pengetahuan Awal (IPA) tentang membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik
yaitu merakit senter sederhana pada siswa kelas VI SD Negeri Kayu Agung.
Adapun langkah-langkah yang saya terapkan dalam proses pembelajaran berbasis otak
tentang materi merakit senter sederhana, yaitu :
A. Kegiatan Awal
Dalam proses pembelajaran seringkali informasi yang diterima otak tidak dapat
diekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang telah
dipelajari disebabkan karena tidak optimalnya fungsi otak kiri dan otak kanan dalam proses
pembelajaran.
Untuk itu pada kegiatan awal pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan otak kiri dan
otak kanan peserta didik, saya memberikan stimulus yang dapat memunculkan semangat dan
gairah dalam pembelajaran dengan menyapa para peserta didik berkata “Apa kabarnya hari ini?”,
serentak para peserta didik menjawab “Alhamdulillah...., Luar Biasa...., Allahu Akbar....”. Setelah
menyapa peserta didik saya memberikan ice breaking berupa gerakan Froggy Dance melalui layar
proyektor, kemudian peserta didik diminta untuk mengikuti gerakan Froggy Dance tersebut selama
kurang lebih 10 menit. Kenapa 10 Menit??? Karena rentang fokus optimal manusia adalah usia
dijadikan menit, dengan rentang fokus maksimal selama 30 menit. Jadi, para peserta didik dengan
rentang usia 10 – 12 tahun memiliki rentang fokus optimal selama kurang lebih 10 menit. Oleh
sebab itu, penggunaan rentang fokus optimal, saya gunakan untuk menyampaikan konsep
pembelajaran melalui permainan Ice Breaking.

Gambar 1.1
Peserta didik melakukan gerakan Froggy Dance

B. Kegiatan Int
Setelah kegiatan awal berlangsung sangat menyenangkan, hal ini terlihat dari antusiasnya
para peserta didik dalam mengikuti gerakan Froggy Dance, dan mengetahui tujuan pembelajaran
yaitu merakit senter sederhana. Saya membagi siswa dalam 9 kelompok, dimana setiap kelompok
terdiri dari 4 -5 peserta didik.
Setelah membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mengkondisikan kelas. Saya
menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan para peserta didik dalam merakit senter
sederhana dengan alat dan bahan sederhana berupa 2 buah batu baterai, kabel, lampu kecil,
kertas karton, karet gelang, isolasi dan gunting. Serta memberikan waktu kurang lebih 45 menit
kepada para peserta didik dalam merakit senter sederhana.
Kemudian setelah mengetahui tahapan dan aturan yang disepakati, peserta didik secara
berkelompok mulai merakit senter sederhana tersebut. Selama proses perakitan senter banyak
hal-hal menarik yang saya temukan sebagai seorang guru, diantaranya adalah antusias dan
bersemangatnya peserta didik perempuan dalam mengelupas kulit karet yang menyelimuti kabel
menggunakan gunting. Adanya peserta didik yang tersengat aliran listrik dari batu beterai. Serta
canda dan tawa ceria ketika lampu kecil menyala akibat aliran listrik yang dihasilkan batu baterai.
Dalam proses pembelajaran tersebut, saya yakin dapat berperan terhadap proses
pengkayaan (enrichment) otak pada para peserta didik. Adanya pengalaman-pengalaman baru
mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak peserta didik.

Gambar 2.1
Merakit senter sederhana
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, saya meminta para peserta didik secara berkelompok untuk membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipraktekan dalam sebuah lembar kerja siswa yang telah
disiapkan. Kemudian masing-masing kelompok mengutus perwakilannya untuk membacakan
hasil diskusi kelompoknya di depan kelas secara bergantian.
Setelah semua perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya, saya memberikan
flashback berupa hal-hal apa saja yang didapat selama proses pembelajaran baik dari aspek
pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut dirasa penting untuk merefresh kembali
pengalaman belajar yang didapat peserta didik agar merangsang daya ingat peserta didik sebagai
sebuah pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.
Gambar 3.1
Kegiatan diskusi kelompok

Pembelajaran sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis
untuk mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan
memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar. Pendidikan sains diarahakan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, tidak
terkecuali siswa sekolah dasar. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa dilatih berpikir,
membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berpikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal
nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Sehubungan
dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai
dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah siswa akan
begairah dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar
mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses
pembelajaran.
PROFIL PENULIS

Aldi Qoridatullah atau biasa dipanggil Aldi oleh orang-orang di


sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pria kelahiran Tangerang pada
tanggal 14 Desember 1985 ini beralamat di Jalan Raya Pakuhaji
Kampung Pisangan I RT.001/003 Desa Sarakan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang 15520, dengan nomor kontak 085285477659.
Anak bungsu dari pasangan Bapak Nean dan Ibu Awi ini, kini
bertempat tugas di SD Negeri Kayu Agung Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Ayah dua anak ini
mempunyai hobi membaca dan menonton. Semoga hasil tulisan ini
menjadi langkah awal untuk terus berkarya.

You might also like