You are on page 1of 25

PROPOSAL PERMOHONAN SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR

BATAN

GEOLOGI DAN KETERDAPATAN UNSUR THORIUM


DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Oleh:

PRAYOGA ADRYANTO
111.130.090

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 2
1.4 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 3
1.5 Hasil Penelitian Skripsi .............................................................................. 3
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.7 Alternatif Judul Penelitian Skripsi ............................................................. 5
1.8 Pembimbing Penelitian .............................................................................. 5
BAB 2. TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN ............................ 6
2.1 Metode dan Tahapan Penelitian ................................................................. 6
2.1.1 Studi Pustaka .................................................................................... 6
2.1.2 Tahap Penelitian Lapangan .............................................................. 6
2.1.3 Tahap Analisis dan Pengolahan Data............................................... 8
2.2 Peralatan Penelitian .................................................................................... 10
BAB 3. DASAR TEORI .................................................................................. 11
BAB 4. GEOLOGI REGIONAL DAERAH TELITIAN ................................ 14
4.1 Fisiografi Daerah Telilitian ........................................................................ 14
4.2 Stratigrafi Regional Daerah Telitian .......................................................... 15
4.3 Struktur Geologi Regional ......................................................................... 18
BAB 5. PENUTUP .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Tahap Penelitian .................................................... 9
Gambar 4.1 Penyebaran Granit Jalur Timah .................................................... 14
Gambar 4.2 Penyebaran Granit tipe S dan tipe I di Pulau Bangka .................. 15
Gambar 4.3 Geologi Regional Daerah Telitian................................................ 17
Gambar 4.4 Kolom Stratigrafi Daerah Telitian................................................ 17
Gambar 5.5 Peta Geologi Regional yang disederhankan ................................. 18

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Skripsi ................................... 3
Tabel 3.1 Karakteristik Granit tipe S dan tipe I (menurut B.W Chappel, et al dalam Two
Contrasting Granite Types, 1974) .............................................................................. 13

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah salah satunya keterdapatan Thorium. Dengan potensi sumber Thorium
ini diharapkan mampu sebagai sumber energi masa depan bagi Indonesia. Potensi
Thorium ini tersebar di Bangka, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat. Thorium
ini masih berbentuk batuan belum dimanfaatkan sama sekali. Potensi thorium di
berbagai belahan dunia diperkirakan mencapai 3 - 4 kali lebih banyak
dibandingkan dengan uranium. Di Indonesia sendiri, potensi kandungan thorium
diperkirakan mencapai 210.000 - 270.000 ton (menurut redaksi BATAN tentang
Indonesia Kaya Thorium, Bagaimana Prospeknya , edisi 4 februari 2016).

Thorium saat ini sudah digunakan sebagai bahan bakar reaktor riset di
India, Rusia, Jepang, Amerika Serikat dan Kanada. Negara-negara tersebut sedang
mengembangkan thorium agar dapat pula digunakan sebagai bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai pengganti uranium sehingga
selain uranium, thorium juga merupakan bahan yang bernilai ekonomi sangat
strategis. Menurut International Atomic Energy Agency (IAEA) memperkirakan
bahwa potensi sumber daya thorium adalah antara tiga dan empat kali lebih
banyak daripada potensi sumber daya uranium dan juga jauh lebih efisien dalam
siklus bahan bakar.

Dengan kebutuhan energi yang meningkat maka penelitian ini diharapkan


dapat melihat potensi Thorium pada daerah-daerah yang telah diketahui prospek
keberadaan unsur tersebut. Daerah penelitian berada di Kepulauan Riau, Bangka
Belitung yang memiliki potensi Thorium yang keterdapatanya di dalam mineral
monasit yang merupakan mineral ikutan dalam penambangan timah (kasiterit)
baik penambangan timah primer pada batuan granit maupun penambangan timah
sekunder pada endapan aluvial. Kegiatan skripsi ini diharapkan mengetahui
persebaran unsur Thorium dengan menerapkan prinsip ilmu geologi dan dari
kegiatan skripsi ini diharapkan dapat menghasilkan individu yang ahli dan
profesional di bidang geologi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai


berikut:

1.Bagaimana kondisi geologi daerah telitian ?


2. Bagaimana persebaran Thorium di daerah telitian?
3. Bagaimana pengaruh litologi dengan keterdapatan thorium?
4. Bagaimana sejarah geologi di daerah telitian?

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi kurikulum sebagai syarat


kelulusan untuk mendapat gelar kesarjanaan program pendidikan Strata Satu (S1)
di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta, tahun ajaran 2015/2016.

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi


daerah telitian, persebaran Thorium, pengaruh litologi dengan keterdapatan
thorium, serta mampu menjelaskan sejarah geologi daerah telitian

2
1.4 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian skripsi ini direncanakan selama 2 bulan yaitu 10 April


2017 – 10 Juni 2017 atau dapat menyesuaikan dengan waktu yang tersedia pada
Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN. Sedangkan lokasi penelitian
skripsi merupakan bagian dari kawasan studi Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir
di daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tabel 1.1 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Skripsi

Apr-17 Mei-17 Juni-17


KETERANGAN Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Studi Pustaka
Presentasi Proposal
Pemetaan Geologi
Lapangan
Observasi
Pengambilan Data dan
Dokumentasi
Sampling
Pengukuran kadar Throium
Analisa Laboratorium
Petrografi
Analisis butir mineral berat
Laporan
Pembuatan Peta
Analisi Struktur
Isi Laporan Skripsi
Presentasi Laporan

1.5 Hasil Penelitian Skripsi

Hasil penelitian skripsi ini berupa peta geomorfologi, peta lintasan, peta
geologi daerah telitian, peta persebaran kadar, genetis dan karakteristik litologi
daerah telitian, kontrol struktur geologi, serta informasi-informasi lainnya.

3
1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian skripsi bermanfaat bagi :


1. Mahasiswa
- Sebagai suatu kesempatan bagi para mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya di bangku kuliah
- Sebagai waktu yang baik untuk melakukan tahapan-tahapan penelitian
yang cermat dan baik, serta mengaplikasikan metoda- metoda
pekerjaan lapangan.
- Dapat mengetahui dan memahami genetis karakteristik, persebaran
litologi yang mengandung Throium berdasarkan faktor-faktor
pengontrolnya.
- Dapat menyelesaikan kurikulum Prodi Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta dan mendapatkan gelar sarjana pada program pendidikan
strata satu (S1).
2. Institusi
- Menambah koleksi perpustakaan UPN “Veteran” Yogyakarta,
khususnya Program Studi Teknik Geologi.
- Mengenalkan kampus UPN “Veteran” Yogyakarta, khususnya
Program Studi Teknik Geologi kepada masyarakat.
3. Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN
- Memberikan informasi geologi daerah telitian, termasuk data – data
hasil analisa daerah telitian.
- Pemahaman tentang kondisi geologi daerah penelitian dan dapat di
aplikasikan untuk kegiatan eksplorasi selanjutnya.

4
1.7 Alternatif Judul Penelitian Skripsi

1. Studi Geologi dan Mineralisasi berdasarkan Keterdapatan Thorium


Daerah Telitian .

2. Atau dapat menyesuaikan dengan alternatif judul yang diajukan Pusat


Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN dengan mempertimbangkan
efektifitas, efisiensi dan ketersediaan data-data yang ada pada Pusat
Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN.

1.8 Pembimbing Penelitian

Mahasiswa berharap mendapatkan pembimbing lapangan dari Pusat


Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN demi kelancaran pelaksanaan penelitian
skripsi ini.

5
BAB 2

TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN


2.1 Metode dan Tahapan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian skripsi ini digunakan metode pendekatan


supaya mencapai tujuan penelitian, sebagai berikut :

2.1.1 Studi Pustaka

Hal – hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengkajian materi
penelitian dengan memanfaatkan literatur yang ada seperti textbooks, hasil
penelitian, atau dari berbagai sumber yang berhubungan dengan topik yang akan
dikerjakan. Pada tahap ini peneliti melakukan studi geologi regional dan
memahami unsur Thorium di daerah telitian.

2.1.2 Tahap Pemetaan Lapangan

Pada tahapan ini penelitian dilakukan dengan pengamatan, pencatatan,


pendataan, serta pengujian data primer dan data sekunder yang diperoleh di
lapangan. Data primer didapatkan dari pengambilan data lapangan dan pemetaan
geologi daerah telitian, deskripsi batuan, pengambilan sampel batuan,
dokumentasi, pengukuran data Thorium dengan gamma spektrometer RS 125,
serta perekaman data yang mendukung lainnya. Data sekunder diharapkan dapat
diperoleh dari bagian eksplorasi Pusdiklat BATAN yang meliputi peta geologi,
analisis kimia untuk mengetahui kadar Thorium, dan data-data geologi lain yang
menunjang penelitian.

1. Observasi Geomorfologi

Pengamatan morfologi dan bentang alam pada daerah penelitian, seta


penentuan satuan geomorfologi. Pada observasi geomorfologi ini juga
dilakukan pengambilan foto morfologi dan bentang alam.

6
2. Pengamatan Singkapan Batuan

Pengamatan langsung singkapan batuan pada beberapa lokasi singkapan


dengan menggunakan bantuan loupe (kaca pembesar) untuk mengetahui
jenis batuan tersebut dan kemudian mencatat hasilnya pada buku lapangan.

3. Ploting Lokasi Pengamatan

Titik lokasi pengamatan dan pengambilan contoh batuan di lapangan


diukur menggunakan GPS dan selanjutnya dilakukan pengeplotan pada
peta dasar.

4. Pengambilan Data-data Struktur Geologi

Mengukur struktur-struktur geologi yang ada pada singkapan batuan


dengan menggunakan kompas geologi dan mencatat data-data yang
didapat.

5. Pengambilan Foto (Dokumentasi)

Pengambilan foto dilakukan pada setiap lokasi pengamatan dan fenomena


geologi yang ada di lapangan.

6. Pengambilan Sampel Batuan

Pengambilan sampel batuan yang bertujuan untuk bahan uji di


laboratorium. Pengambilan sampel batuan ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan palu geologi. Selanjutnya dilakukan penomeran
pada sampel tersebut sesuai dengan nomer lokasi pengamatan untuk
dimasukkan ke tabel tabulasi data.

7. Pengukuran Kadar Th

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat gamma spektrometer


RS 125 pada singkapan batuan sehingga nantinya dapat melihat persebaran
unsur Thorium pada daerah telitian.

7
2.1.3 Tahap Analisis dan Pengolahan Data

Pada tahapan ini merupakan tahapan setelah penelitian lapangan. Tahapan


ini meliput analisis laboratorium serta pengolahan data yang didapat dari tahap
penelitian lapangan. Analisis laboratorium terdiri dari:

1. Analisis Petrografi

Analisis petrografi dilakukan untuk menentukan mineral dan nama


batuan berdasarkan atas komposisi penyusun batuan melalui sayatan
tipis. Selain itu untuk mengamati dan mengidentifikasi mineral-mineral
pembawa unsur Thorium.

2. Analisis Butir Mineral Berat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui mineral radioaktif dengan cara


mendulanag material yang telah lapuk menggunakan alat pendulang
tradisionla. Sehingga mineral yang mengendap dikeringkan dan diamati
dengan mikroskop analisi kualitatif dan kuantitatif (mikroskop stereo).

Setelah dilakukan analisis laboratorium maka tahap selanjutnya adalah


pengolahan data. Pengolahan data meliputi analisis stereografi yang dilakukan
untuk analisis data – data struktur geologi yang terdapat di daerah telitian yang
nantinya akan mengontrol proses dan sebaran Thorium. Tabel histogram dan
variabilitas kadar unsur.

Tahap terakhir adalah interpretasi hasil penelitian dengan menyimpulkan


genetis dan karakteristik litologi pembawa thorium berdasarkan data yang sudah
diperoleh sebelumnya serta kajian komponen – komponen pengontrolnya.

8
Gambar 2.1 Diagram Alir Tahap Penelitian

9
2.2 Peralatan Penelitian

Beberapa peralatan dan bahan yang digunakan untuk kelancaran penelitian ini
adalah :

 Peta topografi daerah telitian.


 Peta geologi regional dan peta geologi lokal
 Palu geologi
 Lup
 Komparator ukuran butir dan mineral
 Plastik sampel batuan
 Kompas Geologi
 Buku catatan lapangan
 Clipboard
 Alat Tulis
 Busur derajat dan Penggaris
 Kamera saku atau kamera digital
 HCL 0,1M
 GPS
 Gamma spektrometer RS 125

10
BAB 3
DASAR TEORI
Unsur radioaktif adalah zat yang mengandung inti yang tidak stabil atau
unsur yang secara spontan memancarkan radiasi. Ketidakstabilan inti ini
disebabkan perbandingan proton dan neutronnya tidak sama dengan 1:1 sehingga
unsur tersebut secara spontan akan melepaskan satu atau lebih partikel dalam
proses perubahan menjadi atom baru yang lebih stabil.
Thorium merupakan bahan baku untuk pembuatan bahan bakar nuklir
masa depan sebagai pengganti uranium. Saat ini thorium sudah digunakan sebagai
bahan bakar reaktor riset diIndia, Rusia, Jepang, Amerika Serikat, dan Canada.
Negara-negara tersebut sedang mengembangkan thorium agar dapat digunakan
sebagai bahan bakar nuklir untuk pembangkit tenaga listrik sebagai pengganti
uranium.
Beberapa kelebihan thorium sebagai bahan bakar dibanding uranium
adalah sebagai berikut (Menurut Wickleder et al 2006):
a. Sebagai bahan bakar reaktor, thorium tidak perlu pengkayaan.
b. Produk limbahnya tetap berbahaya tetapi hanya untuk jangka waktu
yang jauh lebih pendek dibandingkan limbah uranium
c. Di kerak bumi keterdapatan thorium lebih melimpah dibandingkan
uranium dengan perbandingan sekitar 4 : 1.
d. Thorium lebih aman dibanding uranium karena dari hasil percobaan
dalam reaktor air ringan tradisional, uranium-235 berinteraksi dengan
uranium-238 menghasilkan plutonium-239 sebagai produk sampingan-
isotop radioaktif yang dapat berubah menjadi Plutonium-240 untuk
digunakan dalam 2 (dua) tujuan yang berbeda yaitu sebagai bahan bakar
reaktor plutonium, dan bahan baku senjata nuklir (bom plutonium).
Uranium, thorium dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir.
Meskipun tidak bersifat fisil, thorium-232 akan menyerap netron secara
pelan berubah menjadi Th-233 yang secara betha decay berubah
menjadi protactinium-233 yang kemudian secara perlahan menjadi U-
233 yang bersifat fisil dan berumur panjang, serta fertil seperti U-235.
Kelebihan utama U-233 dibandingkan U-235 maupun Th-239 adalah

11
karena U-233 lebih banyak menghasilkan netron per netron yang
diserap olehnya.
e. Itu berarti bahan nuklir “grade senjata” tidak diproduksi, yang secara
teoritis akan menghilangkan beberapa masalah keamanan terkait
dengan PLTN saat ini.
f. Jumlah thorium yang digunakan untuk bahan bakar reaktor lebih sedikit
dibanding uranium yaitu sekitar 1 berbanding 10.

Thorium ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa batuan dan tanah. Di


kerak bumi jumlah thorium tiga kali lebih banyak daripada timah. Tanah
umumnya mengandung thorium rata-rata sekitar 12 ppm. Thorium terdapat pada
beberapa mineral antara lain thorite (ThO2), thorianite (ThO2+UO2), monasit
(Ce,La,Th)PO4, zirkon (ZrSiO2), xenotim (YPO4) dan alanit (Ca, Ce, La,Y)2(Al,
Fe)3(SiO4)3(OH). Thorianite adalah mineral yang mengandung sekitar 12%
thorium oksida. Monasit mengandung thorium 2,5%, alanit 0,1-2% dan zirkon
0,4%. Keberadaan thorium dalam kerak bumi pada kondisi umum beberapa kali
lebih berlimpah dari semua isotop uranium, bahkan kelimpahan thorium 232
beberapa ratus kali lebih banyak daripada uranium-235.
Di Pulau Bangka dan Belitung, thorium dan uranium terutama terdapat di
dalam mineral monasit yang merupakan mineral ikutan dalam penambangan
timah (kasiterit) baik penambangan timah primer pada batuan granit maupun
penambangan timah sekunder pada endapan aluvial. Cebakan monasit primer
terbentuk melalui beberapa fase, yaitu pertama fase pneumatolitik, selanjutnya
fase kontak pneumatolitik–hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal–
mesotermal. Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam
penambangan karena mempunyai arti ekonomis dimana larutan yang mengandung
timah dan monasit dengan komponen utama silika (SiO2) mengisi perangkap pada
jalur sesar, kekar, dan zona lemah lainnya. Sedangkan untuk cebakan monasit
sekunder terbentuk dari cebakan monasit primer yang mengalami pelapukan,
tererosi, tertransportasi, dan terendapkan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial,
aluvial sungai, maupun aluvial lepas pantai. Endapan monasit primer pada
umumnya terdapat pada batuan granit tipe S dan daerah kontak dengan batuan

12
yang lebih tua, sedangkan endapan monasit sekunder terdapat pada sungai-sungai
tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut.
Granit tipe S berasal dari pencairan sebagian batuan sumber metasedimen,
prosesnya disebut anatexis atau ultra metamorfosa sedangkan granit Tipe I berasal
dari batuan sumber berkomposisi batuan beku yang belum mengalami proses
pelapukan permukaan atau dari fraksinasi kristal magma (Kanen, 2001).Penentuan
tipe granit dapat dilakukan dengan metoda pengamatan megaskopis, petrografis,
dan geokimia. Berdasarkan kombinasi ketiga metoda tersebut, karakteristik tipe
granit.

Tabel 3.1. Karakteristik Granit tipe S dan tipe I (menurut B.W Chappel, et al dalam Two
Contrasting Granite Types, 1974)
Granit Tipe S Granit Tipe I
a. Pengamatan megaskopis: a. Pengamatan megaskopis:
- K-feldspar sebagai megakristal, tekstur - K-feldspar biasanya berwarna merah
fanerik kasar–pegmatitik jambu
- K-feldspar biasanya berwarna abu-abu - Kemungkinan berupa dike mafik
atau putih, umumnya berupa mikroklin -Umumnya dijumpai xenolith hornblend
-Umumnya dijumpai xenolith metasedimen

b. Pengamatan petrografi: b. Pengamatan petrografi:


- K-Feldspar umumnya berupa mikroklin - K-Feldspar bukan berupa mikroklin
- Biotit selalu hadir umumnya berwarna - Tekstur equigranular atau inequigranular
merah foxi, kecoklatan atau hijau gelap - Dicirikan oleh kehadiran mineral
- Dicirikan oleh kehadiran mineral ilmenit magnetit
- Mineral asosiasi terdiri atas muskovit, - Mineral asosiasi terdiri atas hornblenda
monasit (mineral radioaktif), kordirit, dan dan sphene
garnet - Komposisi magma kisaran dari diorit,
- Komposisi magma kisaran dari tonalit, granodiorit sampai monzogranit
monzogranit sampai granodiorit

c. Karakter geokimia: c. Karakter geokimia:


- Kandungan sodium relatif rendah - Kandungan sodium relatif tinggi
- Rasio isotop stronsium 87/stronsium 86 > - Rasio isotop stronsium 87/stronsium 86 <
0,708 0,708
- Berasal dari magma berkomposisi asam - Berasal dari magma berkomposisi asam
hingga menengah

13
BAB 4
GEOLOGI REGIONAL DAERAH TELITIAN

4.1 Fisiografi Daerah Penelitian


Secara fisiografis daerah penelitian terletak di jalur endapan timah terkaya
di dunia, yang membujur mulai dari Cina bagian selatan, Myanmar, Thailand,
Malaysia, dan berlanjut ke Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke
selatan yaitu dari Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka,
Bangkinang (Sumatera bagian tengah) serta terdapat tanda-tanda di Kepulauan
Anambas, Natuna, dan Karimata. Daerah telitian merupakan bagian luar cekungan
busur belakang sumatera dan termasuk kedalam kerak benua.

Gambar 4.1. Penyebaran Granit Jalur Timah.

14
Gambar 4.2. Penyebaran granit tipe S dan tipe I di pulau Bangka.

4.2 Stratigrafi Regional Daerah Telitian


Secara stratigrafi regional, pulau Bangka tersusun oleh beberapa formasi atau
satuan batuan secara urut dari tua ke muda yaitu:
1. Komplek Pemali
Komplek Pemali (CPP) tersusun oleh filit, sekis dan kuarsit.
Terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan diterobos oleh granit Klabat. Filit bewarna
kelabu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa. Sekis, kelabu kehijauan,
struktur mendaun, terkekarkan, setempat rekahanya terisi kuarsa atau oksida besi
sedangkan kuarsit bewarna putih kotor, kecoklata, keras tersusun oleh kuarsa dan
feldspar. Kompleks Pemali ditindih secara tidak selaras oleh formasi
Tanjunggenting (TRt). Umur diduga Permian dengan lokasi tipe di daerah Pemali.
2. Formasi Tanjunggenting (TRt)
Formasi Tanjunggenting terdiri dari perselingan batupasir malih,
batupasir, batu pasir lempungan dan batulempung dengan lensa batugamping,
setempat dijumpai oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan
tersesarkan; tebalnya 250 sampai 1.250 m. Di dalam batu gamping dijumpai fosil
Entrocus sp, dan Encrinus sp, fosil ini menunjukkan umur trias; lingkungan
pengendapan diperkirakan laut dangkal. Lokasi tipe terdapat di Tanjunggenting

15
dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan. Formasi ini tidak selaras diatas
komplek Pemali.
3. Granit Klabat ( TRJkg)
Granit Klabat terdiri dari granit biotit, granodiorit, granit genesaan. Granit
biotit bewarna kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-
kasar. Granodiorit bewarna putih kotor, berbintik hitam. Granit genesan bewarna
kelabu dan berstruktur perdaunan. Umur satuan granit adalah trias-jura (graha,
1990). Granit klabat ini menerobos formasi tanjung genting dan komplek Malihan
Pemali.
4. Formasi Ranggam (TQr)
Formasi Ranggam terdiri dari perselingan batupasir, konglomerat,
batulempung tufaan dengan sisipan batulanau dan bahan organik. Batupasir, putih
kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, berlapis baik,
struktur silangsiur, perlapisan sejajar, setempat ditemukan lapisan batubara dan
mengandung pasir timah sekunder yang bercampur dengan batupasir kuarsa.
Batulempung yang mengandung material organik. Konglomerat terdiri dari
fragmen granit, kuarsa, dan batuan malihan. Fosil yang dijumpai terdiri dari fosil
moluska yaitu Turitella terebra, Olivia tricineta Mart dan fosil foraminifera
bentos antara lain Calcarina sp. , Amonia sp., Triloculina sp. Berdasarkan fosil-
fosil tersebut formasi Ranggam diduga berumur miosen akhir-plistosen awal dan
lingkungan pengendapan dilingkungan fluvial. Tebal formasi ini diperkirakan 150
m ( cobbing, 1984) dan menindih tidakselaras diatas formasi-formasi yang lebih
tua.
5. Endapan Kuarter
Endapan kuarter terdiri dari Pasir kuarsa ( Qak), Endapan Rawa ( Qs) dan
Endapan Alluvium. Endapan ini berkomposisi lumpur, lempung, pasir, kerikil,
kerakal.

16
Gambar 4.3 Geologi Regional daerah Telitian ( Peta geologi Lembar Bangka Selatan,
Sumatera)

Gambar 4.4. Kolom Stratigrafi Daerah Telitian.

17
4.3 Struktur Geologi Regional
Struktur pada geologi regional berupa kelurusan, lipatan dan sesar.
Kelurusan terutama pada granit dengan arah yang beragam. Lipatan terdapat pada
satuan batupasir dan batulempung formasi Tanjunggenting dan formasi Ranggam.
Sedangkan sesar yang berkembang di daerah ini berupa sesar mendatar dan sesar
normal. Sesar mendatar berarah timur laut-barat daya, sesar normal berarah barta
laut-tenggara. Batuan Granit yang menerobos batuan Komplek Malihan Pemali
yang diperkirakan sebagai batuan dasar, membentuk kontak struktur, pada lapisan
kontak struktur membentuk sedimen hasil rombakan dan pelapukan.

Gambar 4.5. Peta Geologi Regional, yang disederhanakan ( Margono dkk, 1995)

18
BAB 5
PENUTUP
Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian
skripsi pada kawasan studi Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN di
daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dapat membuka wawasan bagi
mahasiswa geologi untuk lebih memahami pengetahuan yang telah didapatkan di
bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam dunia kerja. Dalam kesempatan ini
mahasiswa akan memanfaatkanya semaksimal mungkin selanjutnya hasil dari
penelitian skripsi ini dibuat dalam bentuk laporan Tugas Akhir yang akan
dipertanggungjawabkan dalam bentuk sidang pendadaran di universitas (jurusan).
Mahasiswa mengucapkan terimakasih atas perhatian yang diberikan Pusat
Teknologi Bahan Galian Nuklir BATAN dan berharap mendapat kesempatan
untuk dapat melakukan penelitian skripsi di Kawasan studi tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

BOYLE, R.W., ”Geochemical Prospecting for Thorium and Uranium Deposits”,


Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam

FATHURRACHMAN, 2015, PLTN Fissi Thorium Lebih Aman dibandiing PLTN


Uranium, available at
http://energibarudanterbarukan.blogspot.co.id/2011/03/pltn-fissi-thorium-
paling-aman.htm l. 24 November 2015 ( diakses pada 17 November 2016)
KURNIAWAN D.S., NGADENIN, 2013, ”Geologi Daerah Muntok dan Potensi
Granit Menumbing sebagai Sumber Uranium dan Thorium”, Eksplorium
Buletin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Vo.34 No. 2, Jakarta,
November 2013

NGADENIN, dkk, 2014, “Potensi Thorium Dan Uranium Di Kabupaten Bangka


Barat”, Eksplorium Buletin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir,
Vo.35 No. 2, Jakarta, November 2014.

PADMAWIDJAJA ,TATANG, 2013, “Deliniasi Endapan Timah Berdsarkan


Analisis Anomali Gayaberat di Daerah Bangka Selatan” , Makalah Ilmiah,
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jalan Diponegoro No. 57 Bandung.
U. MARGONO dan E. PARTOYO “Peta Geologi Lembar Bangka Selatan,
Sumatera”, P3G Bandung, 1995.
WALUYO SOEGENG, SUCIPTA, 2012, “Tinjauan Geologi Regional Bangka
Belitung Untuk Calon Tapak Disposal Limbah Radioaktif PLTN”,
Prosiding Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2012.
Pusat Pengembangan Geologi Nuklir- Badan Tenaga Nuklir Nasional.

You might also like