You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi beton menunjukkan peningkatan yang
signifikan dari masa ke masa (Oscar dkk, 2011). Terminologi beton pada
masa purba merujuk pada apa yang disebut dengan mortar yang
tersusun atas campuran batuan, semen yang terbuat dari batu kapur,
pasir, dan air. Sejarah menunjukkan, keberadaan beton pertama kali
pada 12 juta tahun sebelum masehi di Israel (www.auburn.edu). Pada awal
abad ke-20, perkembangan kemajuan teknologi beton sangat pesat, mulai
dari pembangunan apartemen August Perret pada tahun 1902, sampai
pembangunan waduk Three Gorges Dam di Yiling Districk, Propinsi
Hubei pada tahun 2009. Beton sebagai bahan bangunan banyak
digunakan dalam konstruksi karena sifatnya yang kedap air, mudah
dibentuk, relatif murah, dan mudah diperoleh. Kekuatan tekan beton
merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat tekan beton ditentukan
oleh proporsi bahan, yaitu agregat halus, agregat kasar, semen, dan air
sebagai komponen pembentuk beton.
Salah satu tonggak sejarah terpenting dalam teknologi beton adalah
ditemukannya Semen Portland oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824
(Engineer’s Outlook, 2011). Nama ‘Portland’ pada Semen Portland
merujuk pada suatu bangunan berkualitas prima yang dijumpai di
Portland, Inggris. Joseph Aspdin memperkenalkan metode pabrikasi
semen Portland dengan cara pembakaran batu kapur pecah dengan
lempung dan meleburnya hingga memperoleh bubuk semen. Semen
Portland sebagai material dasar pembentuk beton didasari pada sifat
kimiawi semen tersebut yang menunjang proses pembentukan beton.

Dewasa ini, pembuatan beton mutu tinggi menjadi permasalahan utama


pada masyarakat konstruksi. Hal ini didasari adanya urgensitas beton
sebagai material utama konstruksi dan kekuatannya dalam menunjang
konstruksi. Untuk menghasilkan beton mutu tinggi, salah satu hal yang
utama untuk dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu material
pembentuknya, misalnya kekerasan agregat dan kehalusan butir semen.
Adanya kontradiksi kekuatan tekan beton yang dibutuhkan dengan
ketersediaan mutu material memunculkan polemik tersendiri
didalamnya.

Salah satu indikator untuk menghasilkan beton mutu tinggi adalah


tingkat porositas beton. Sifat porositas beton dipengaruhi oleh gradasi
agregat dan kehalusan butir semen. Keterbatasan tingkat kehalusan butir
semen menjadi persoalan utama dalam menghasilkan beton mutu tinggi,
jika ditinjau dari segi porositas. Untuk mengatasi hal ini, berbagai
penelitian dilakukan untuk mencari alternatif penggunaan semen sebagai
material pembentuk beton. Material-material yang diuji memiliki sifat
kimiawi yang sama dengan semen.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifai Syakuri dan


Haryadi (1997), adanya penambahan fly ash pada campuran beton
menghasilkan kuat desak yang paling maksimum dibandingkan dengan
beton normal biasa (…..). Penggunaan material fly ash sebagai material
pembentuk beton didasari pada sifat material ini yang memiliki
kemiripan dengan sifat semen. Kemiripan sifat ini dapat ditinjau dari dua
sifat utama, yaitu sifak fisik dan kimiawi. Secara fisik, material fly ash
memiliki kemiripan dengan semen dalam hal kehalusan butir-butirnya.
Menurut ACI Committee 226, fly ash mempunyai butiran yang cukup
halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili micron) 5-27 % dengan specific
gravity antara 2,15-2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat kimia
yangdimiliki oleh fly ash berupa silica dan alumina dengan presentase
mencapai 80%. Adanya kemiripan sifat-sifat ini menjadikan fly ash
sebagai material pengganti untuk mengurangi jumlah semen sebagai
material penyusun beton mutu tinggi.

Penggunaan fly ash sebagai material pembentuk beton memberikan


dampak positif jika ditinjau dari segi lingkungan. Fly Ash merupakan sisa
pembakaran batu bara yang sangat halus. Kehalusan butiran fly ash ini
berpotensi terhadap pencemaran udara. Selain itu, penanganan fly
ash pada saat ini masih terbatas pada penimbunan di lahan kosong.

Dalam makalah ini, penulis akan mengidentifikasi penggunaan Fly Ash


sebagai material tambahan pembentuk beton. Indentifikasi material fly
ash menitikberatkan pada pengaruh penambahan material ini terhadap
kuat tekan beton mutu tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Beton Mutu tinggi?
2. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash pada beton mutu tinggi?

1.3 Batasan Masalah


Dalam penulisan Makalah ini,

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
2.1.1 Pengertian
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-
2002). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras
dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.

Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan


tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan
luas (Tri Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan
melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun
kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai
mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian
dengan menggunakan alat compression testing machine.

2.1.2 Material Dasar Pembentuk Beton


Beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi
sejumlah material pembentuknya (Nawy, 1985: 8). Untuk memahami dan
mempelajari perilaku beton, diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik masing-masing komponen pembentuknya. Bahan
pembentuk beton terdiri dari sejumlah campuran agregat halus dan
agregat kasar dengan air dan semen sebagai pengikatnya.

2.1.2.1 Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat
terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai
peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003).
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat,
dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah :

1. Agregat halus (pasir alami dan buatan).


Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75
mm (ASTM C 125 – 06). Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2
mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075
mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK SNI
T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi
ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03
“Standard Spesification for Concrete Aggregates”.
Table 2.1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus
Diameter Saringan
(mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%)
9,5 100 100
4,75 95-100 97,5
2,36 80-100 90
1,18 50-85 67,5
0,6 25-60 42,5
0,3 5-30 17,5
0,15 0-10 5
1. Àgregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnance)
Menurut ASTM C 33 – 03 dan ASTM C 125 – 06, agregat kasar adalah
agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm. Ketentuan
mengenai agregat kasar antara lain :

 Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
 Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
 Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton,
seperti zat – zat yang relatif alkali.
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar
lumpur melampaui 1 %, maka agregat kasar harus dicuci
Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton
berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 (lihat Tabel
2.2).

Diameter Saringan
(mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%)
25 100 100
19 90-100 95
12,5 – –
9,5 20-55 37,5
4,75 0-10 5
2,36 0-5 2,5
(Sumber: ASTM 33/03)

2.1.2.2 Semen (Portland Cement)


Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton
dan pasangan batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi
satu kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang digunakan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton,
dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang distandardisasi di
Indonesia. Menurut ASTM C150, semen Portland dibagi menjadi lima
tipe, yaitu :

Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk


penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus (panas
hidrasi, ketahanan terhadap sulfat, kekuatan awal).

Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan


terhadap sulfat sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang.

Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan
kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)

Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang


memerlukan panas hidrasi rendah, dengan kekuatan awal rendah.

Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang


tahan terhadap kadar sulfat tinggi.

Susunan oxide dari semen Portland (Antono, 1995), seperti berikut ini:

Oksida % rata-rata
Kapur (CaO) 63
Silika (SiO2) 22
Alumunia (Al2O3) 7
Besi (Fe2O3) 3
Magnesia (MgO) 2
Sulfur (SO3) 2

2.1.2.3 Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampurdan
pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat
diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini
harus bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang
terlalu banyak, dan bebas dari material organik (Mindess et al.,2003).
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan
penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual. Tidak boleh mengandung benda-benda
tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan
dapatmerusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari
15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
4. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia
dan dievaluasi.
2.2 Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi merupakan beton yang mempunyai sifat khusus yang
berbeda dengan beton biasa, seperti tingkat susut (shrinkage) rendah,
permeabilitas rendah, modulus elastisitas tinggi, dan kuat tekan tinggi.
Beton mutu tinggi umumnya memiliki faktor air semen yang rendah
dengan rentang 0,2-0,35. Semakin rendah fas, maka porositas beton juga
cenderung rendah.
Kriteria beton mutu tinggi selalu berubah sesuai dengan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai. Tahun 1950-an, beton dengan kuat
tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Tahun
1960-an hingga awal 1970-an, criterianya lebih lazim menjadi 40 MPa.
Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan di atas 50 MPa-80 MPa
(Supartono, 1998).

Sementara itu, Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang tercantum
dalam SNI 03-6468-2000 (Pd T-18-1999-03) didefinisikan sebagai beton
yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan
41,4 MPa. Upaya untukmendapatkan beton mutu tinggi yaitu dengan
meningkatkan mutu material pembentuknya, misalnya kekerasan
agregat dan kehalusan butir semen.
Menurut Amecican Concrete Institude (ACI) Committee, Beton Mutu
Tinggi adalah beton yang memenuhi kombinasi kinerja khusus sesui
dengan yang diinginkan yang tidak ditemui secara rutin pada beton
konvensional, diantaranya:

 Mudah pengerjaan
 Berkekuatan tinggi di usia dini
 Kedap dan padat
 Durable terhadap lingkungan, kekerasan yang memadai
 Umur layan lebih lama (lebih dari 75 tahun)
 Panas hidrasi rendah
 Stabilitas volume yang memadai
 Kemampuan mengalir yang memadai
Perbedaan perancangan beton mutu tinggi dengan beton normal adalah,
bagaimana mencari susunan gradasi ukuran butir yang dapat mengisi
ruang kosong pada matrix semen. Sedangkan, pada beton mutu tinggi
dengan filler nanomaterial ukuran butir yang digunakan dalam rentang
nanometer, yang disingkat nm. Dengan pemilihan degradasi yang tepat,
akan diperoleh kepadatan per satuan volum (packing density).

BAB III
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH
TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

3.1 Fly Ash


3.1.1 Pengertian
Sejak Indonesia mengalami krisis bahan bakar minyak, penggunaan batu
bara menjadi alternatif utama sebagai sumber energy masyarakat, baik
masyarakat umum maupun masyarakat industriawan. Semua sumber
tenaga yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
jika memungkinkan, dapat digantikan dengan batu bara. Badan Pusat
Statistik Review of Energi (2004) mencatat, Indonesia mempunyai
cadangan batu bara terbesar ke lima dunia, setelah Amerika Serikat,
Jerman, Afrika Selatan, dan Ukraina.

Saat ini penggunaan batu bara di kalangan industry semakin meningkat


volumenya, karena harga yang relatif murah dibandingkan harga bahan
bakar minyak untuk industri. Penggunaan batu bara sebagai sumber
energy pengganti BBM, di satu sisi sangat menguntungkan, namun di sisi
lain dapat menimbulkan masalah. Masalah utama dari penggunaan batu
bara adalah abu batubara yang merupakan hasil sampingan
pembakaran batubara. Sejumlah penggunaan batubara akan
menghasilkan abu batubara sekitar 2-10 %. Pada saat ini, pengelolaan
limbah abu batu bara hanya terbatas pada penimbunan di areal pabrik
(ash disposal).

Abu batubara merupakan bagian dari sisa pembakaran batubara yang


berbentuk partikel halus amorf. Abu tersebut merupakan bahan
anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan mineral (mineral
matter) karena proses pembakaran. Proses pembakaran batubara pada
unit pembangkit uap (boiler) akan membentuk dua jenis abu, yaiti abu
terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi abu batu bara
terdiri dari 10-20 % abu dasar dan 80-90% berupa abu terbang. Abu
terbang ditangkap dengan electric precipitator sebelum dibuang ke udara
melalui cerobong.

3.1.2 Sifat-sifat
3.1.2.1 Sifat Fisik
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash)
mempunyai butiran yang halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili
micron) 5-27 %. Fly Ash umumnya berbetnuk bola padat atau
berongga. Abu terbang memiliki densitas 2,23 gr/cm3, dengan kadar air
sekitar 4%. Fly ash memiliki specific gravity antara 2,15-2,6 dan
berwarna abu-abu kehitaman. Ukuran partikel abu terbang hasil
pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Fly ash
memiliki luas area spesificnya 170-1000 m2/kg. Ukuran partikel rata-
rata abu terbang batu bara jenis sub bituminous 0,01 mm – 0,015 mm,
luas permukaannya 1-2 m2/g, bentuk partikel mostly spherical, yaitu
sebagian besar berbentuk bola, sehingga menghasilkan kelecakan yang
lebih baik (Nugroho, P dan Antoni, 2007).

3.1.2.2 Sifat Kimiawi


Sifat kimia dari fly ash dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar,
teknik penyimpanan, dan penanganannya. Pembakaran batu bara lignit
dan sub-bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan
magnesium oksida lebih banyak daripada jenis bituminous. Komponen
utama fly ash batu bara adalah silica (SiO2), alumina (AleO3), besi oksida
(Fe2O3), kalsium (CaO); dan magnesium , potassium, sodium, titanium,
dan belerang dalam jumlah yang sedikit. Rumus empiris abu terbang
adalah: Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011.

Komposisi dan Klasifikasi Fly ash dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Komposisi dan Klasifikasi Fly ash

Komponen Bituminus Sub-bituminus Lignit


SiO2 20-60 40-60 15-45
Al2O3 5-35 20-30 20-25
Fe2O3 10-40 4-10 4-15
CaO 1-12 5-30 15-40
MgO 0-5 1-6 3-10
SO3 0-4 0-2 0-10
Na2O 0-4 0-2 0-6
K2O 0-3 0-4 0-4
LOI 0-15 0-3 0-5
3.1.2.3 Sifat Pozolan
Menurut SK SNI S-04-1989-F (DPU: 1989), pozolan merupakan bahan
yang mengandung silika. Penambahan mineral berupa silika ke dalam
campuran beton merupakan salah satu cara meningkatkan mutu semen,
yang berarti juga meningkatkan mutu beton yang dihasilkan. Adapun
persyaratan kimia pozolan yang dapat digunakan sebagai bahan
campuran beton menurut SK SNI S-04-1989-F dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 3.1 Persyaratan Kimia Pozolan

No Senyawa Kadar (%)


1 Jumlah oksida SiO2 +Al2O3+Fe2O3 70
2 SiO2 Maksimum 5
3 Hilang pijar maksimum 6
4 Kadar air maksimum 3
Total alkali dihitung sebagai Na2O
5 maksimum 1,5
Abu terbang tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen,
namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus, oksida silika
yang dikandung di dalam fly ash akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan yang mengikat
(Djiwantoro, 2001).

Abu batubara dapat digunakan pada beton sebagai material terpisah


atau sebagai bahan dalam campuran semen dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat beton. Fungsi abu batubara sebagai bahan aditif
dalam beton bisa sebagai pengisi (filler) yang akan menambah internal
kohesi dan mengurangi porositas daerah transisi yang merupakan
daerah terkecil dalam beton, sehingga beton menjadi lebih kuat. Pada
umur sampai dengan 7 hari, perubahan fisik abu batubara akan
memberikan konstribusi terhadap perubahan kekuatan yang terjadi pada
beton, sedangkan pada umur 7 sampai dengan 28 hari, penambahan
kekuatan beton merupakan akibat dari kombinasi antara hidrasi semen
dan reaksi pozzolan. (Jackson, 1977).
3.1.3 Jenis-Jenis Fly Ash
Berdasarkan ACI Manual of concrete Practice 1993 Part I 226.3R-3), Fly
Ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis:

1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda). Untuk
fly ash tipe C, kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%. Kadar CaO mencapai
10 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash yang digunakan
sebanyak 15%-35% dari berat silinder.

1. Kelas F
Fly ash tipe F mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran anthracite atau bitumen batubara. Fly ash tipe F
mempunyai kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 70%. Kadar CaO fly ash tipe F
kurang dari 5 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash yang
digunakan sebanyak 15%-25% dari berat silinder.

1. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara
lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff, dan abu vulkanik, baik
yang diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses
pembakaran.

3.1.4 Perbandingan Fly Ash dan Semen Portland


Fly ash digunakan untuk menggantikan semen Portland pada beton,
karena mempunyai sifat pozzolanic. Hal ini memungkinkan terjadinya
peningkatan kekuatan dan durabilitas dari beton. Adanya penggunaan
fly ash dapat menjadi faktor kunci pada pemeliharaan beton tersebut.

Pada umumnya, penggunaan fly ash sebagai pengganti sebagian berat


semen terbatas pada fly ash tipe F. Fly ash tersebut dapat menggantikan
semen sampai 30% berat semen yang dipergunakan dan dapat
menambah daya tahan dan ketahanan terhadap kimia. Fly ash juga
dapat meningkatkan workability dari semen dengan berkurangnya
pemakaian air. Produksi semen sedunia pada tahun 2010 diperkirakan
mencapai 2 miliar ton. Hal ini memberikan sebuah solusi, dimana
penggunaan fly ash dapat mengurangi emisi gas carbon secara
signifikan.

Perbandingan fly ash dengan semen Portland dapat ditinjau dari tiga
kemiripan sifat ke dua material tersebut, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan
sifat pozzolan.

3.1.4.1 Perb andingan Sifat Fisik


Fly ash dan semen mempunyai kemiripan jika ditinjau dari sifat fisik.
Kemiripan sifat fisik ke duanya dapat ditinjau dari beberapa variabel.
Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen Portland dapat dilihat pada
tabel berikut:

Variabel
pembanding Fly Ash Semen Portland
5-27% lolos saringan 80% lolos saringan 44
Kehalusan butir 45 mili micron mikron
Berat jenis 2,15 – 2,8 g/cm3 3,15 g/cm3
Waktu pengikatan
awal 423 menit 60-120 menit
Specific gravity 2,15-2,6 3,15
Suhu pengikatan 24-270 C 350 C

3.1.4.2 Perbandingan Sifat Kimia


Fly ash dan semen Portland mengandung kapur, silika, alumina, dan
oksida besi. Ke empat unsur ini merupakan unsur-unsur poko ke dua
material ini, karena unsur-unsur tersebut mempengaruhi fungsi dari
material. Perbandingan sifat kimia antara fly ash dan semen Portland
dapat dilihat pada tabel berikut:

Komponen % rata-rata untuk % rata-rata untuk


Pembanding fly ash semen Portalnd
Kapur, CaO 1-12 60-65
Silika, SiO2 20-60 17-25
Alumina, AL2O3 5-35 3-8
Besi, Fe2O3 10-40 0,5-6
Magnesia, MgO 0-5 0,5-4
Sulfur, SO3 0-4 1-2
Soda/Potash, Na2O +
K2O 0-7 0,5-1

3.1.5 Berbagai Penelitian Pengaruh Penambahan Fly Ash Pada


Pembuatan Beton Mutu Tinggi
3.1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Mardiono, Teknik Sipil Universitas
Gunadarma Jakarta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kuat tekan
betonmutu tinggi dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penggantian semen dengan abu terbang (Fly Ash) terhadap mutu kuat
tekan beton. Komposisi penggantian semen dengan abu terbang (Fly
Ash) sebanyak 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% dari berat semen, dengan
penambahan Superplasticizer Sika Viscocrete 10 sebanyak 1% dan faktor
air semen ditentukan sama pada semua variasi campuran. Sampel yang
digunakan adalah berbentuk kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm), mutu beton
yang direncanakan 40 MPa pada umur 28 hari. Sampel diuji pada umur
7, 14, 21, dan 28 hari, dengan terlebih dahulu dilakukan perawatan
sebelum pengujian. Jumlah sampel sebanyak 60 sampel, terdiri dari 5
variasi dan masingmasing variasi sebanyak 12 sampel. Dari penelitian
diperoleh bahwa kuat tekan beton yang tertinggi terdapat pada
campuran beton penggantian semen dengan Fly Ash 10% (B10), yaitu
sebesar 41,57 MPa dan kuat tekan beton yang terendah terdapat pada
campuran beton dengan Fly Ash 40% (B40), yaitu sebesar 33,91 MPa.
Pengaruh Fly Ash dalam beton mutu tinggi adalah butiran Fly Ash yang
halus membuat beton lebih padat karena rongga antara butiran agregat
diisi oleh Fly Ash, sehingga dapat memperkecil pori-pori yang ada dan
memanfaatkan sifat pozzolan dari Fly Ash. Selain itu penggunaan Fly
Ash dengan takaran tertentu terbukti dapat meningkatkan kekuatan
beton.
3.1.5.2 Surya Sebayang, Pengaruh Kadar Abu Terbang Sebagai Pengganti
Sejumlah Semen Pada Beton Alir Mutu Tinggi
Beton alir dapat mengalir dan menghasilkan adukan yang homogeny
ketika mengisi daerah penulangan yang padat. Beton alir digunakan
untuk mengurangi bahkan meniadakan kebutuhan pemadatan,
mengurangi biaya konstruksi, dan mempercepat waktu konstruksi. Beton
alir mutu tinggi pada penelitian yang dilakukan oleh Surya Sebayang
menggunakan abu terbang yang berasal dari Suralaya Banten sebagai
bahan pengganti sejumlah semen. Pengujian yang dilakukan meliputi
kelecakan adukan, waktu pengikatan beton, berat volume beton, dan kuat
tekan beton. Perancangan campuran beton menggunakan metode ACI
211-4R-1993 yang dikombinasikan dengan metode Hashimoto. Adukan
beton terdiri dari 5 variasi, yaitu kadar abu terbang )5, 3%, 6%, 9%, 12%,
dan 15%. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa semakin besar kadar abu
terbang pada adukan beton, maka kelecakan beton semakin bertambah.
Penggunaan abu trbang ternyata dapat membuat adukan menjadi
kohesif dan tidak terjadi segregasi pada adukan beton. Penggunaan abu
terbang pada adukan beton memperlambat waktu pengikatan awal dan
pengikatan akhir beton. Kuat tekan beton alir abu terbang pada umur 7
hari, 14 hari, dan 28 hari masih lebih rendah dibandingkan dengan kuat
tekan beton tanpa abu terbang dengan umur yang sama. Kuat tekan
optimum beton abu terbang sebesar 48,607 MPa pada umur 56 hari,
dengan kadar abu terbang 9% sebagai bahan pengganti sejumlah semen
3.1.5.3 I Wayan Suamita, Kuat Tekan Beton dengan Penambahan Fly Ash
dari PLTU Mpanau Tavaeli
Kebutuhan bahan bangunan makin meningkat seiring dengan
meningkatnya laju pembangunan fisik. Perlu diusahakan adanya bahan
bangunan pengikat alternatif yang diperuntukan pada bangunan
struktural dan nonostruktural. Salah satu bahan pengikat alternatif
adalah fly ash (abu terbang). Abu terbang memiliki sifat pozzolan dan
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu ruang dengan media air dan
membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh abu terbang terhadap kuat tekan beton. Penentuan
komposisi campuran berdasarkan SK SNI T-15-1990-03. Penelitian ini
memvariasikan bahan tambah abu terbang antara 5%, 10%, 15%, 20%
dan 25% sebagai bahan tambah Hasil pengujian di
laboratorium menunjukkkan bahwa beton dengan penggunaan abu
terbang sebagai bahan tambah dalam campuran beton mengalami
peningkatan kuat tekan antara 5,088%, 9,473%, 12,103%, 14,034%
hingga 15,437% dari beton normal.

3.2 Lomba Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi


3.2.1 Perencanaan Campuran (Mix Design)
3.2.2 Prosedur Lomba

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Beton merupakan material utama konstruksi. Kekuatan tekan beton
merupakan salah satu sifat utama yang menjadikannya sebagai material
penting dalam konstruksi Beton sebagai material konstruksi banyak
digunakan karena sifatnya yang mudah dibentuk, kedap terhadap air,
mudah diperoleh, dan biaya yang murah.

Pada masa sekarang, beton mutu tinggi merupakan suatu kebutuhan


urgen pada masyarakat konstruksi. Tuntutan material menjadi
permasalahan mendasar untuk menciptakan kekuatan beton dengan
mutu tinggi. Adanya faktor pembatas dari jenis material yang digunakan
dalam pembuatan beton mutu tinggi menuntut untuk digunakannya
material-material tambahan. Fly ash merupakan solusi alternatif yang
dapat digunakan untuk menciptakan beton mutu tinggi.
Fly ash merupakan bagian dari sisa pembakaran batubara yang
berbentuk partikel halus amorf. Fly ash memiliki sifat fisik berupa bentuk
partikel yang halus, yaitu lolos ayakan 45 mili micron. Sifak kimiawi
pada fly ash memiliki kemiripan dengan sifat pada semen Portland.
Adanya kemiripan sifat fisik dan kimiawi antara fly ash dan semen
Portland menjadikan material fly ash dapat digunakan sebagai alternatif
dalam pembuatan beton mutu tinggi. Lebih lanjut, bentuk partikel fly ash
yang lebih halus memberikan keuntungan, dimana penggunaannya
dapat memperkecil porositas beton. Hal ini memberikan keuntungan
dalam hal peningkatan kekuatan beton.

Berbagai penelitian memberikan kesimpulan yang positif terhadap


kegunaan material fly ash dalam produksi beton mutu tinggi. Beberapa
penelitian menunjukkan, kadar optimum fly ash yang dapat digunakan
dalam pembuatan beton berkisar antara 9%- 16 % dari berat semen.

Dalam lomba kuat tekan beton mutu tinggi yang diadakan oleh
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kami menggunakan kadar fly ash
sebesar 15% dari berat semen untuk kuat rencana 45 MPa. Adanya
jumlahan persentase yang digunakan dilandaskan pada kadar optimum
yang disarankan jika menggunakan fly ash kelas F. Selain itu, pemilihan
persentase tersebut juga didasarkan pada hasil penelitan yang telah
dilakukan.

4.2 Saran
1. Penambahan material fly ash dalam memproduksi beton mutu tinggi
merupakan hal yang penting, karena sifat fisis dan kimiawi fly ash
menunjukkan kapasitas sebagai material alternatif untuk menggantikan
sejumlah berat semen yang direncanakan.
2. Kegunaan fly ash dalam produksi beton mutu tinggi dapat
memberikan keuntungan dalam hal mengurangi pencemaran udara yang
diakibatkan oleh fly ash. Selain itu, emisi CO2 yang dihasilkan dari proses
pembuatan semen dapat dikurangi dengan cara mengurangi produksi
semen.
3. Persentase penggunaan fly ash harus dalam kadar yang optimum,
agar beton yang dihasilkan tidak mengalami reduksi kekuatan.
DAFTAR PUSTAKA

Oscar dkk. 2009. Sustainability in the Construction Industry: A Review of


Recent Developments Basen on LCA. Construction dan Building Materials,
vol. 23.

www.auburn.edu, diunduh pada tanggal 18 Maret 2014


Engineer’s Outlook. 2011. History of Reinforced Concrete and Structural
Design. Engineersoutlook.wordpress.com
Sebayang, Surya. 2002. Pengaruh Kadar Abu Terbang Terhadap Kuat
Tekan Beton Alir Mutu Tinggi. Jurnal Penelitian Rekayasa Sipil dan
Perencanaan. Edisi Ke enam

Mulyono,Tri,Ir,MT, Teknologi Beton, Andi Yogyakarta,2004.

Departemen Pekerjaan Umum, SK SNI T- 15-1991-03 Tata cara


Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, J

You might also like