Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
2.1.1 Pengertian
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-
2002). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras
dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
2.1.2.1 Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat
terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai
peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003).
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat,
dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah :
Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton,
seperti zat – zat yang relatif alkali.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar
lumpur melampaui 1 %, maka agregat kasar harus dicuci
Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton
berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 (lihat Tabel
2.2).
Diameter Saringan
(mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%)
25 100 100
19 90-100 95
12,5 – –
9,5 20-55 37,5
4,75 0-10 5
2,36 0-5 2,5
(Sumber: ASTM 33/03)
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan
kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Susunan oxide dari semen Portland (Antono, 1995), seperti berikut ini:
Oksida % rata-rata
Kapur (CaO) 63
Silika (SiO2) 22
Alumunia (Al2O3) 7
Besi (Fe2O3) 3
Magnesia (MgO) 2
Sulfur (SO3) 2
2.1.2.3 Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampurdan
pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat
diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini
harus bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang
terlalu banyak, dan bebas dari material organik (Mindess et al.,2003).
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan
penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual. Tidak boleh mengandung benda-benda
tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan
dapatmerusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari
15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
4. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia
dan dievaluasi.
2.2 Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi merupakan beton yang mempunyai sifat khusus yang
berbeda dengan beton biasa, seperti tingkat susut (shrinkage) rendah,
permeabilitas rendah, modulus elastisitas tinggi, dan kuat tekan tinggi.
Beton mutu tinggi umumnya memiliki faktor air semen yang rendah
dengan rentang 0,2-0,35. Semakin rendah fas, maka porositas beton juga
cenderung rendah.
Kriteria beton mutu tinggi selalu berubah sesuai dengan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai. Tahun 1950-an, beton dengan kuat
tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Tahun
1960-an hingga awal 1970-an, criterianya lebih lazim menjadi 40 MPa.
Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan di atas 50 MPa-80 MPa
(Supartono, 1998).
Sementara itu, Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang tercantum
dalam SNI 03-6468-2000 (Pd T-18-1999-03) didefinisikan sebagai beton
yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan
41,4 MPa. Upaya untukmendapatkan beton mutu tinggi yaitu dengan
meningkatkan mutu material pembentuknya, misalnya kekerasan
agregat dan kehalusan butir semen.
Menurut Amecican Concrete Institude (ACI) Committee, Beton Mutu
Tinggi adalah beton yang memenuhi kombinasi kinerja khusus sesui
dengan yang diinginkan yang tidak ditemui secara rutin pada beton
konvensional, diantaranya:
Mudah pengerjaan
Berkekuatan tinggi di usia dini
Kedap dan padat
Durable terhadap lingkungan, kekerasan yang memadai
Umur layan lebih lama (lebih dari 75 tahun)
Panas hidrasi rendah
Stabilitas volume yang memadai
Kemampuan mengalir yang memadai
Perbedaan perancangan beton mutu tinggi dengan beton normal adalah,
bagaimana mencari susunan gradasi ukuran butir yang dapat mengisi
ruang kosong pada matrix semen. Sedangkan, pada beton mutu tinggi
dengan filler nanomaterial ukuran butir yang digunakan dalam rentang
nanometer, yang disingkat nm. Dengan pemilihan degradasi yang tepat,
akan diperoleh kepadatan per satuan volum (packing density).
BAB III
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH
TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI
3.1.2 Sifat-sifat
3.1.2.1 Sifat Fisik
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash)
mempunyai butiran yang halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili
micron) 5-27 %. Fly Ash umumnya berbetnuk bola padat atau
berongga. Abu terbang memiliki densitas 2,23 gr/cm3, dengan kadar air
sekitar 4%. Fly ash memiliki specific gravity antara 2,15-2,6 dan
berwarna abu-abu kehitaman. Ukuran partikel abu terbang hasil
pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Fly ash
memiliki luas area spesificnya 170-1000 m2/kg. Ukuran partikel rata-
rata abu terbang batu bara jenis sub bituminous 0,01 mm – 0,015 mm,
luas permukaannya 1-2 m2/g, bentuk partikel mostly spherical, yaitu
sebagian besar berbentuk bola, sehingga menghasilkan kelecakan yang
lebih baik (Nugroho, P dan Antoni, 2007).
Komposisi dan Klasifikasi Fly ash dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda). Untuk
fly ash tipe C, kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%. Kadar CaO mencapai
10 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash yang digunakan
sebanyak 15%-35% dari berat silinder.
1. Kelas F
Fly ash tipe F mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran anthracite atau bitumen batubara. Fly ash tipe F
mempunyai kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 70%. Kadar CaO fly ash tipe F
kurang dari 5 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash yang
digunakan sebanyak 15%-25% dari berat silinder.
1. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara
lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff, dan abu vulkanik, baik
yang diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses
pembakaran.
Perbandingan fly ash dengan semen Portland dapat ditinjau dari tiga
kemiripan sifat ke dua material tersebut, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan
sifat pozzolan.
Variabel
pembanding Fly Ash Semen Portland
5-27% lolos saringan 80% lolos saringan 44
Kehalusan butir 45 mili micron mikron
Berat jenis 2,15 – 2,8 g/cm3 3,15 g/cm3
Waktu pengikatan
awal 423 menit 60-120 menit
Specific gravity 2,15-2,6 3,15
Suhu pengikatan 24-270 C 350 C
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Beton merupakan material utama konstruksi. Kekuatan tekan beton
merupakan salah satu sifat utama yang menjadikannya sebagai material
penting dalam konstruksi Beton sebagai material konstruksi banyak
digunakan karena sifatnya yang mudah dibentuk, kedap terhadap air,
mudah diperoleh, dan biaya yang murah.
Dalam lomba kuat tekan beton mutu tinggi yang diadakan oleh
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kami menggunakan kadar fly ash
sebesar 15% dari berat semen untuk kuat rencana 45 MPa. Adanya
jumlahan persentase yang digunakan dilandaskan pada kadar optimum
yang disarankan jika menggunakan fly ash kelas F. Selain itu, pemilihan
persentase tersebut juga didasarkan pada hasil penelitan yang telah
dilakukan.
4.2 Saran
1. Penambahan material fly ash dalam memproduksi beton mutu tinggi
merupakan hal yang penting, karena sifat fisis dan kimiawi fly ash
menunjukkan kapasitas sebagai material alternatif untuk menggantikan
sejumlah berat semen yang direncanakan.
2. Kegunaan fly ash dalam produksi beton mutu tinggi dapat
memberikan keuntungan dalam hal mengurangi pencemaran udara yang
diakibatkan oleh fly ash. Selain itu, emisi CO2 yang dihasilkan dari proses
pembuatan semen dapat dikurangi dengan cara mengurangi produksi
semen.
3. Persentase penggunaan fly ash harus dalam kadar yang optimum,
agar beton yang dihasilkan tidak mengalami reduksi kekuatan.
DAFTAR PUSTAKA