Professional Documents
Culture Documents
Pengkajian Kasus
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Tn. Parman berusia 103 tahun pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas lahir di
Bandung tepatnya di Riung Bandung 28 Desember 1915, suku bangasa Indonesia, Tn Parman
menikah dan mempunyai istri, Istrinya sedang di rawat di Rumah Sakit. Tn. Parman beragama
Islam, Tn Parman terdiagnosa medis Reumatoid Artritis. Tidak ada identitas keluarga yang
dapat dihubungi karena saudara-saudaranya sudah meninggal dunia, Tn. Parman tidak memiiki
anak, sehingga tidak ada keluarga yang menghubungi. Tanggal pengkajian 15 Desember 2018
di BPSTW Ciparay tepatnya di Wisma Plamboyan
Tidak ada identitas keluarga yang dapat dihubungi. anak, dan klien mempunyai sodara
kandug
Pekerjaan Tn. Parman sebelumnya sebelum masuk ke panti Werda dia bekerja sebagai
nakhoda pengahsialannyapun cukup untuk menghidupi keluarganya. Tetapi pada saat ini Tn.
Parman tidak mempunyai pekerjaan, sehingga tidak mempunyai pendapatan, semua biaya
hidup di tanggung oleh BPSTW.
4. Aktivitas rekreasi
Aktivitas sehari – hari klien tidak banyak aktivitas, tidak pernah bepergian, tidak
mengikuti organisasi, di BPSTW klien mengikuti aktivitas senam, keagamaan.
5. Riwayat Keluarga
Klien mempunyai saudara kandung 10 semua saudara klien sudah meninggal dunia,
sudah lebih dari 20 tanun terakhir saudara yang meninggal. Tn. Parman sudah tidak dikunjungi
oleh keluarganya karena keluarganya sudah meninggal dan Tn. Parman tidak mempunyai anak
sehingga tidak ada yang mengunjungi.
B. Pola Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Pola kebiasaan sehari-hari klien makan 3x/hari dengan jenis makanan yang beragam seperti
sayur, daging , ikan telor, tidak ada penurunan nafsu makan, klien mengatakan tidak ada
pantangan makan, alergi makanan pun tidak ada.
2. Eliminasi
Pada saat dikaji pola Eliminasi klien mengatakan BAK 7x/hari atau lebih , dan pada
malam hari Tn.Parman sering BAK dengan warna urine kuning jernih tidak ada keluhan dan
BAB 1x/hari pada pagi hari dengan kosistensi lembek warna kuning khas feces.
3. Personal higine
Klien mandi 2x/hari pada pagi hari dan sore hari , oral higine 3x/hari pada saat mandi
dan malam hari. Klien pun sudah menggunting rambutnya 1hari yang lalu sehingga klien
menjadi rapih. Klien menggunting kuku 1minggu satu kali atau menyesuaikan panjangnya
kuku, menggunting kukunya oleh petugas Panti.
4. Istirahat tidur
Pola tidur klien, klien tidur 6 jam dimalam hari, klien tidak terbiasa tidur siang. Klien
mengatakan tidak ada keluhan tidur
Setelah aktivitas dipanti, klien biasanya mengisi waktu luang dengan mendengarkan
radio
Tidak terdapat kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan seperti merokok dan alkohol
klien juga tidak ketergantungan obat.
7. Kegiatan sehari-hari
klien biasanya rutin mengikuti senam pagi pada pagi hari sekitar 30 menit kemudian
kegiatan keagaamaan yang diselengarakan panti sekitar 1 jam .
C. Status Kesehatan
Status kesehatan klien saat ini yaitu sakit pada ekstremitas bawah kanan dan kiri
dengan gejala sakit pada saat digerakan. Klien tidak mengatakan ada faktor pencetus terhadap
nyerinya. Biasanya klien mengurangi nyerinya dengan mengusap-usap ekstremitas bawahnya
dan meminum obat.
Tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit. Klien pun
mengatakan tidak ada riwayat pemakaian obat, klien pun tidak mengeluh adanya penyakit
dahulu yang diderita.
Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan hasil, compos mentis dengan membawa tongkat
S : 36oC TD (normal) : 140/80 (Normal) N : 72x/menit, RR (normal) 22x/menit (normal)
dengan TB : 156 cm, BB: 54
2. Masalah emosional : Tidak ada gangguan tidur, klien tidak terlihat gelisah, tidak murung,
tetapi klien terlihat menarik diri, dan terlihat dalam sosialisasi kurang baik. klien tidak was
was dan tidak khawatir.
3. Status fungsional
a. Katz index : normal dengan hasil A dengan kategori makan mandiri tidak dibantu,
berpindah sendiri dengan memakai tongkat, ke kamar mandi, berpakaian dan mandi
dilakukan sendiri.
c. SPSMQ : Pengkajian status mental gerontik (SPSMQ) normal dengan nilai salah 0
(Fungsional intelektual utuh).
d. MMSE : Hasil pengkajian MMSE 30 (aspek kognitif dari fungsi mental baik. Status
psikologi tidak terkaji, tidak ada dukungan dari keluarga.
Status psikologi klien tidak terkaji, dan tidak ada dukungan dari keluarga
Lingkungan tempat tinggal klien saat dikaji ruangan bersih dan rapih semua benda atau
barang tertata pada tempat semestinya dan bersih, penerangan cukup baik , sirkulasi udarapun
baik banyak celah-celah ventilasi melalui jendela , keadaan kamar mandi dan WC bersih , tidak
berbau dan airnya pun tidak keruh , sumber air minum klien menggunakan air isi ulang, adanya
tempat pembuangan yang khusus untuk sampah, adanya pemabakaran sampah, dan polusi
udara, tetapi tidak terlalu mencemari panti. Halaman yang sangat luas, bersih, cukup sejuk
karena banyak tanaman hijau, membuat halaman terlihat asri. Tidak ada privasi klien terbuka,
tidak ada resiko injury.
F. Analisa Data
Nyeri
DS : mengeluh tidak Tenosinovilis Hambatan Mobilitas Fisik
dapat beraktivitas
bebas karena
jalanpun memakai
alat bantu Invasi kolagen
1. Nyeri b.d sinovitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri kaki saat digerakan kanan dan
kiri, memegang lutut ditandai dengan klien mengeluh nyeri kaki kanan dan kiri saat
digerakan kanan, jalan tidak seimbang (memakai alat bantu : tongkat) memegang lutut dan
mengusap- usap lutut
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Ruptur tendon secara persial atau total mengeluh tidak dapat
beraktivitas bebas karena jalanpun memakai alat bantu
3. Gangguan penglihatan b.d proses degeneratif ditandai dengan klien tidak dapat meihat
dengan jelas dan baik kekeruhan pada sklera ditandai dengan klien mengeluh mata kirinya
tidak dapat melihat jelas dan terlihat kekeruhan pada lensa
4. Risiko tinggi isolasi sosial b.d kelemahan dan kesulitan ambulasi ditandai dengan klien
menarik diri, menyendiri
Diagnosis keperawatan : Nyeri b.d sinovitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri kaki
saat digerakan kanan dan kiri, memegang lutut.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24jam nyeri klien berkurag.
KH : a. Klien melaporkan penurunan nyeri.
b. Menunjukkan perilaku yang lebih relaks.
c. memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan
keberhasilan.
d. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri Membantu dalam menentukan
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta kebutuhan manajemen nyeri dan
catat lokasi dan intensitas, faktor - efektivitas program.
faktor yang mempercepat, dan
respons rasa sakit nonverbal.
2. Berikan matras/kasur keras, bantal Matras yang empuk/lembut, bantal
kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai yang besar akan menjaga
kebutuhan. pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
tepat, menempatkan stres pada sendi
yang sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
nyeri.
3. Biarkan klien mengambil posisi Pada penyakit yang berat/
yang nyaman waktu tidur atau eksaserbasi, tirah baring mungkin
duduk di kursi. Tingkatkan istirahat diperlukan untuk membatasi
di tempat tidur sesuai indikasi. nyeri/cedera.
4. Tempatkan/ pantau penggunaan Mengistirahatkan sendi-sendi yang
bantal, karung pasir, gulungan sakit dan mempertahankan posisi
trokanter , bebat atau brace. netral. Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri /kerusakan pada
sendi. Imobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan hilang mobilitas
/fungsi sendi.
5. Anjurkan klien untuk sering Mencegah terjadinya kelelahan
merubah posisi. Bantu klien untuk umum dan kekakuan sendi.
bergerak di tempat tidur, sokong Menstabilkan sendi, mengurangi
sendi yang sakit di atas dan di bawah, gerakan/rasa sakit pada sendi.
serta hindari gerakan yang
menyentak.
6. Anjurkan klien untuk mandi air Meningkatkan relaksasi otot dan
hangat. Sediakan waslap hangat mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
untuk kompres sendi yang sakit. menghilangkan kekakuan pada pagi
Pantau suhu air kompres, air mandi, hari. Sensitivitas pada panas dapat
dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan.
7. Berikan masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
8. Dorong penggunaan teknik Meningkatkan relaksasi, memberikan
manajemen stres, misal relaksasi rasa kontrol nyeri, dan dapat
progresif, sentuhan terapeutik, meningkatkan kemampuan koping.
biofeedback, visualisasi, pedoman
imajinasi, hipnosis diri, dan
pengendalian napas.
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan Memfokuskan kembali perhatian,
sesuai dengan jadwal aktivitas klien. memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat.
10. Beri obat sebelum dilakukan Meningkatkan relaksasi, mengurangi
aktivitas/ latihan yang direncanakan tegangan otot/ spasme, memudahkan
sesuai petunjuk. untuk ikut serta dalam terapi.
11. Kolaborasi
Berikan obat sesuai petunjuk:
· Asetilsalisilat (Aspirin). · Bekerja sebagai antiinflmasi dan
efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas. ASA harus
dipakai secara reguler untuk
mendukung kadar dalam darah
terapeutik. Riset mengindikasikan
bahwa ASA memiliki indeks
toksisitas yang paling rendah dari
NSAID lain yang diresepkan.
Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b.d Ruptur tendon secara persial
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
KH: a. Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
b. Tidak terjadi kontraktur sendi.
c. Bertambahnya kekukatan otot.
d. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas, mempertahankan
koordinasi mobilitas sesuai tingkat optimal.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Evaluasi/ lanjutan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan tergantung
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada dari perkembangan resolusi proses
sendi. inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistemik dianjurkan selama
duduk jika diperlukan. Buat jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase
aktivitas yang sesuai dengan toleransi penyakit yang penting, untuk
untuk memberikan periode istirahat mencegah kelelahan, dan
yang terus-menerus dan tidur malam mempertahankan kekuatan.
hari yang tidak terganggu.
3. Bantu klien latihan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan
pasif/ aktif, demikian juga latihan fungsi sendi, kekuatan otot, dan
resistif dan isometrik jika stamina umum. Latihan yang tidak
memungkinkan. adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam Menghilangkan tekanan pada
dengan bantuan personel yang cukup. jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Demonstrasikan/ bantu teknik Mempermudah perawatan diri dan
pemindahan dan penggunaan bantuan kemandirian klien. Teknik
mobilitas. pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan Meningkatkan stabilitas jaringan
bantal, kantung pasir, gulung (mengurangi risiko cedera) dan
trokanter, bebat, dan brace. mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran tubuh
serta dapat mengurangi kontraktur.
6. Gunakan bantal kecil/ tipis di bawah Mencegah fleksi leher.
leher.
7. Dorong klien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi,
postur tegak dan duduk, berdiri , mempertahankan mobilitas.
berjalan.
8. Berikan lingkungan yang aman, Menghindari cedera akibat
misal menaikkan kursi/ kloset, kecelakaan/ jatuh.
menggunakan pegangan tangga pada
bak/ pancuran dan toilet, penggunaan
alat bantu mobilitas/ kursi roda.
9. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi fisik/ Berguna dalam memformulasikan
okupasi dan spesialis vokasional. program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam
mengidentifikasi alat/ bantuan
mobilitas.
10. Berikan matras busa/pengubah Menurunkan tekanan pada jaringan
tekanan. yang mudah pecah untuk mengurangi
risiko imobilitas/terjadi dekubitus.
11. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Obat-obatan :
· Agen antireumatik, misal garam· Krisoterapi (garam emas ) dapat
emas, natrium tiomaleat. menghasilkan remisi dramatis/terus-
menerus tetapi dapat mengakibatkan
inflamasi rebound bila terjadi
penghentian atau dapat terjadi efek
samping serius, misal krisis nitrotoid
seperti pusing, penglihatan kabur,
kemerahan tubuh, dan berkembang
menjadi syok anafilaktrik.
Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi isolasi sosial b.d kelemahan dan kesulitan ambulasi
ditandai dengan klien menarik diri, menyendiri
No INTERVENSI RASIONAL
1. Bina hubungan saling percaya Agar klien lebih bisa
mengungkapkan perasaanya
2. Observasi perilaku pasien saat Melibatkan pasien dalam interaksi
berhubungan sosial, beri motivasi sosial akan mendorong pasien untuk
dan bantu pasien untuk berkenalan / melihat dan merasakan secara
berkomunikasi dengan pasien lain langsung manfaat dari hubungan
sosial serta meningkatkan konsep diri
pasien
NO Hari / tanggal Implementasi TTD
DX
Mandiri
mengkaji keluhan nyeri, skala nyeri,
serta catat lokasi dan intensitas,
faktor - faktor yang mempercepat,
dan respons rasa sakit nonverbal.
Memberikan matras/kasur keras,
bantal kecil. Tinggikan tempat tidur
sesuai kebutuhan.
· D-penisilamin (cuprimine).
· Antasida.
· Produk kodein.
· Steroid .
· Implan sendi.
3 Mengorientasikan klien tehadap
lingkungan.
Memperhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi mata,
dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.
Berkolaborasi dengan dokter untuk
intervensi selanjutnya
4 Membina hubungan saling percaya
Mengobservasi perilaku pasien saat
berhubungan sosial, beri motivasi dan
bantu pasien untuk berkenalan /
berkomunikasi dengan pasien lain