You are on page 1of 24

Asuhan Keperawatan Gerontik

Pada Lansia Terkait Keselamatan Dan Keamanan

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Cut Puja Risky T (P27220016 062)
2. Deila Tiara Sari (P27220016 064)
3. Febe Ardhina (P27220016 071)
4. Miftaqul Chusna F (P27220016 077)
5. Nur Aisyah R (P27220016 084)

Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Surakarta
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran,
emosi, status mobilisasi, gangguan sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik
yang tidak rasional, keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel
darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.
Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan
negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal
ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan
beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia
jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 2001).
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu
penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak
khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-
penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik
(Kane, 2001).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke
panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan
anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus
bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi
penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling
besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan Untuk mendapatkan
gambaran dan informasi dalam Membuat Askep Lansia pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keamanan.
b. Untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Mengerti dan memahami Pengertian Keamanan dan Keselamatan pada
Lansia
b. Dapat mengetahui dan mengerti Hal-hal yang berkaitan dengan Keamanan dan
keselamatan pada Lansia
c. Dapat Mengetahui keaadaan pasien Lansia yang harus di berikan tindakan
Keamanan dan Keselamatan.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Lansia pada
Klien dengan Gangguan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan”
E. Metode Penulisan
Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan metode :
a. Studi literatur
b. Perpustakaan
c. Internet
F. Sistematika Penulisan
Makalah Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
D. Ruang Lingkup
E. Metode Penulisan
F. Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Keamanan
C. Macam-macam bahaya / Kecelakaan
D. Pencegahan Kecelakaan di Rumah sakit
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien
F. Fungsi sistem saraf
G. Kebijakan rumah sakit terkait keselamatan dan keamanan pada pasien
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK (PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN)
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga
dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit.
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi
hidup dan keadaan klien.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN &


KEAMANAN.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi
diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori
persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan
pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor
tersebut saat merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri
sendiri.

1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari
bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh
kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-
obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat,
memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh,
dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien
disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal.
Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus
lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan
klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang
berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus.
Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab
cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

C. MACAM-MACAM BAHAYA / KECELAKAAN


Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat
pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran
yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi
jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah
terbakar, dan oksigen yang cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap
air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia,
listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah
klien yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi
akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan
yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas
kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup
sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya
atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan)
atau akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai
oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik
bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi
tinggi. Salah satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded
yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi
pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan
lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat
menyebabkan nyeri dan gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar.
Terpapar suara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak
mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau
pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur
diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang
sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen
akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara
terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik.
Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang
menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti
nafas dan henti jantung serta kematian.
9. Lain-lain
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan
baik (equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja
(procedure-related equipment).

D. PENCEGAHAN KECELAKAAN DI RUMAH SAKIT.


1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
3. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
4. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
5. Menghindari kecelakaan :
a. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
b. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.
c. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
d. Meja yang mudah dijangkau.
e. Kereta dorong ada penghalangnya.
6. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction,
kipas angin, dan lain-lain.
7. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti
tabung oksigen dan termos.
8. Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
9. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan
klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
10. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.
11. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
12. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.
13. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
14. Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANAN DAN
KESELAMATAN KLIEN
1. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu
sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya
orang akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan
sebagainya.
a) Sistem Muskuloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur
dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk
merespon terhadap hal yang membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri.
Masalah muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan
seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains
b) Sistem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan menciptakan
sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan
ke sistem saraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat
memutuskan dalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang
mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan waktu sehingga orang
akan merasa nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,
medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakit
degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala.
c) Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat karena
suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi
gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal
jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi
atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm
kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas.
d) Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan
dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang
mengancam dirinya dari luar.
e) Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya, kesulitan
mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat
diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena
berbagai macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
2. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggu
keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu.
Contoh, seseorang yang mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka
seseorang tersebut akan mengalami miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia
lakukan setelah operasi sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah
sehingga akan muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan keamanan.
Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik diri, pemalu
dan ketidakpercayaan berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu
untuk belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental.
a) Faktor Lingkungan Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan
sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di
dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga
sangat menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam,
rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam
pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.
b) Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk terjadi
injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat
seseorang bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka
seseorang sangat membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu
adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya
injuri atau kecelakaan kerja.
c) Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan,
kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain.
Sanitasi lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam
komunitas.
d) Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas
kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan
prosedur dan sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan
diperbaharui di RS sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang
ada dalam rumah sakit.
e) Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu adanya
penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan
keamanan seseorang dapat terpenuhi.
f) Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan menggangu
keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan
tanah akan menganggu ekosistem yang ada.
g) Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.
h) Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel sehingga
mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat
mengalami masalah.
3. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat
menjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan
yang baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi
nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
4. Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan kebutuhan keamanan.
Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan
seseorang dapat tercipta.

F. FUNGSI SISTEM SARAF


1. menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway
(sensorik)
2. mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3. mengolah informasi yang diterima baik di tingkat saraf (refleks) maupun di otak untuk
menentukan respon yang tepat dengan situasi yang di hadapi
4. menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi (motorik)
keorgan-organ tubuh sebagai kontrol atau memodifikasi tindakan.

G. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TERKAIT KESELAMATAN DAN


KEAMANAN PADA PASIEN
Keselamatan pasien juga dapat menurangi berdampaknya terhadap peningkatan biaya
pelayanan, dengan meningkatnya pasien rumah sakit, harapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat.
Saat ini ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit. Yakni,
keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, serta keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri.
ASKEP GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

A. PENGKAJIAN
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya
perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:
a. Halusinasi;
b. Gangguan proses pikir;
c. Kelesuan;
d. Ilusi;
e. Kebosanan dan tidak bergairah;
f. Perasaan terasing;
g. Kurangnya konsentrasi;
h. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.
2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:
a. Kesadaran menurun;
b. Kelemahan fisik;
1. c. Imobilisasi;
2. Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:


Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards
appraisal).
1. Resiko Jatuh
1) Usia klien lebih dari 65 tahun
2) Riwayat jatuh di rumah atau RS
3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)
1. Riwayat kecelakaan
Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat
sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan ituterulang kembali
2. Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi
seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.
3. Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya
proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
4. Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur,
pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat
mengakibatkan kecelakaan.
5. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi,
banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang
menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu
diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur.
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan tempat
pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal
yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan,
dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian
yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan,
mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
1. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap
tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi
dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti
cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.

2. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga
mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
 Status mental
 Tingkat kesadaran
 Fungsi sensori
 Sistem reflek
 Sistem koordinasi
 Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
 Sensivitas terhadap lingkungan
1. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
 Toleransi terhadap aktivitas
 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas saat aktivitas
 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
1. Integritas kulit
 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
 Kaji adanya luka, scar, dan lesi
 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
1. Mobilitas
 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
 Kaji range of motion klien
 Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

B. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
1. Injuri ( jatuh )
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi
lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
1. Kemungkinan berhubungan dengan:
 Kurangnya informasi tentang keamanan
 Kelemahan
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
 Perlukaan dan injuri.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.
1. Perubahan proteksi
Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginyadirinya
sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
1. Kemungkinan berhubungan dengan:
 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 Usia: kematangan, sangat tua;
 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

C. Intervensi ( Rencana Keperawatan )


Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)
1. Contoh rencana asuhan keperawatan:
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat).
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi.
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan
pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi
a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.
c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai
hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.
d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah.
e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik,
memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman).
f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien
untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil
yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi Keperawatan menurut (Tarwoto dan Wartonah)


1. Risiko injuri
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi
lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

1. Kemungkinan berhubungan dengan:


 Kurangnya informasi tentang keamanan;
 Kelemahan;
 Gangguan kesadaran;
 Kurangnya koordinasi otot;
 Epilepsi;
 Episode kejang;
 Vertigo;
 Gangguan persepsi.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
 Perlukaan dan injuri.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 AIDS;
 Demensia;
 Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
 Epilepsi;
 Penyakit perdarahan.
1. Tujuan yang diharapkan:
 Injuri tidak terjadi.
Intervensi:
a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnya
b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan
c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya
d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya
e. Kunci roda tempat tidur
f. Posisi kepala lebih ditinggikan
g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari
h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasien
i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet
j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk mencegah
dekubitus.
k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:
• Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol
• Pencegahan injuri di rumah
Rasional:
a. Pencegahan primer
b. Monitor faktor risiko
c. Mencegah terjadinya kecelakaan
d. Dibutuhkan pada saat emergensi
e. Mempertahankan keamanan
f. Mencegah aspirasi
g. Mencegah jatuh
h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori
i. Mencegah kecelakaan
j. Mencegah komplikasi akibat injuri
k. Mencegah injuri
2. Perubahan proteksi
Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya dirinya
sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
1. Kemungkinan berhubungan dengan:
 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 Usia: kematangan, sangat tua;
 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.
1. Tujuan yang diharapkan:
Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial.
Intervensi:
a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi
b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan
c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi
d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas suntikan
e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik
f. Berikan diet adekuat
g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:
• Pemberian pengobatan
• Mempertahankan keamanan
• Teknik isolasi
• Penggunaan alat-alat proteksi
Rasional:
a. Mengurangi risiko penularan penyakit
b. Mengatasi faktor penyebab
c. Mengurangi risiko infeksi
d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi
e. Menghindari pendarahan
f. Meningkatkan daya tahan tubuh
g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini
perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak
langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan,
Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

B. SARAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien
memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan
dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UI. (2000). Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta ; FKUI
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran perawat dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan
Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ; Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta ; EGC
Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta ; EGC

You might also like