Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Cut Puja Risky T (P27220016 062)
2. Deila Tiara Sari (P27220016 064)
3. Febe Ardhina (P27220016 071)
4. Miftaqul Chusna F (P27220016 077)
5. Nur Aisyah R (P27220016 084)
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Surakarta
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran,
emosi, status mobilisasi, gangguan sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik
yang tidak rasional, keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel
darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.
Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan
negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal
ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan
beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia
jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 2001).
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu
penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak
khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-
penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik
(Kane, 2001).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke
panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan
anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus
bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi
penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling
besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan Untuk mendapatkan
gambaran dan informasi dalam Membuat Askep Lansia pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keamanan.
b. Untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Mengerti dan memahami Pengertian Keamanan dan Keselamatan pada
Lansia
b. Dapat mengetahui dan mengerti Hal-hal yang berkaitan dengan Keamanan dan
keselamatan pada Lansia
c. Dapat Mengetahui keaadaan pasien Lansia yang harus di berikan tindakan
Keamanan dan Keselamatan.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Lansia pada
Klien dengan Gangguan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan”
E. Metode Penulisan
Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan metode :
a. Studi literatur
b. Perpustakaan
c. Internet
F. Sistematika Penulisan
Makalah Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
D. Ruang Lingkup
E. Metode Penulisan
F. Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Keamanan
C. Macam-macam bahaya / Kecelakaan
D. Pencegahan Kecelakaan di Rumah sakit
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien
F. Fungsi sistem saraf
G. Kebijakan rumah sakit terkait keselamatan dan keamanan pada pasien
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK (PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN)
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga
dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit.
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi
hidup dan keadaan klien.
1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari
bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh
kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-
obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat,
memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh,
dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien
disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal.
Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus
lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan
klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang
berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus.
Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab
cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
A. PENGKAJIAN
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya
perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:
a. Halusinasi;
b. Gangguan proses pikir;
c. Kelesuan;
d. Ilusi;
e. Kebosanan dan tidak bergairah;
f. Perasaan terasing;
g. Kurangnya konsentrasi;
h. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.
2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:
a. Kesadaran menurun;
b. Kelemahan fisik;
1. c. Imobilisasi;
2. Penggunaan alat bantu.
Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan,
mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
1. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap
tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi
dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun,
dan hidup sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti
cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
2. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga
mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
Status mental
Tingkat kesadaran
Fungsi sensori
Sistem reflek
Sistem koordinasi
Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
Sensivitas terhadap lingkungan
1. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
Toleransi terhadap aktivitas
Nyeri dada
Kesulitan bernafas saat aktivitas
Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
1. Integritas kulit
Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
Kaji adanya luka, scar, dan lesi
Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
1. Mobilitas
Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
Kaji range of motion klien
Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
B. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
1. Injuri ( jatuh )
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi
lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
1. Kemungkinan berhubungan dengan:
Kurangnya informasi tentang keamanan
Kelemahan
Gangguan kesadaran;
Kurangnya koordinasi otot;
Epilepsi;
Episode kejang;
Vertigo;
Gangguan persepsi.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
Perlukaan dan injuri.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
AIDS;
Demensia;
Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;
Epilepsi;
Penyakit perdarahan.
1. Perubahan proteksi
Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginyadirinya
sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
1. Kemungkinan berhubungan dengan:
Defisit imunologi;
Malnutrisi;
Kemoterapi atau efek pengobatan;
Penglihatan yang kurang;
Kurang informasi tentang keselamatan.
1. Kemungkinan data yang ditemukan:
Riwayat kecelakaan;
Lingkungan yang beresiko.
1. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
Usia: kematangan, sangat tua;
Nutrisi kurang;
Gangguan darah;
Pembedahan;
Radiasi atau kemoterapi;
Penyakit imunitas;
AIDS.
Intervensi
a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.
c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai
hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.
d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah.
e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik,
memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman).
f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta
pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien
untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil
yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
A. KESIMPULAN
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini
perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak
langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan,
Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
B. SARAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien
memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan
dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran UI. (2000). Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta ; FKUI
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran perawat dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan
Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ; Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta ; EGC
Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta ; EGC