You are on page 1of 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematia ibu (AKI) merupakan salah satu indicator dalam
menetukan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015, berdasarkan
Survei Penduduk Antar Sensus (2015) dalam profil kesehatan Indonesia
2015, AKI di Indonesia yaitu 305/100.000 kelahiran hidup. Pencapaian ini
berhasil menurunkan AKI di tahun 2012 yang mencapai 359/100.000
kelahiran hidup. Meskipun pencapaian ini sudah cukup bagus, akan tetapi
masih jauh dari target SDGs yang menargetkan AKI 70/100.000 kelahiran
hidup. Untuk NTB AKI terbilang relative cukup rendah dibandingkan AKI
nasional yaitu 251/100.000.
Hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menurunkan AKI dengan mengupayakan berbagai program.
Pemerintah NTB juga memberikan dana khusus persalinan bagi ibu agar
melahirkan di fasilitas kesehatan sehingga dapat menekan AKI.
Penyebab Kematian Ibu yang apaling umum di Indonesia (2016)
adalah penyebab obstetric langsung yaitu; perdarahan (32%), preeklamsi
(26%), penyebab lainnya (42%). (KEMENKES RI 2017)

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta
mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah khususnya
‘‘Asuhan Kebidanan Pada Ny.”Z” G3P2A0H2 Usia Kehamilan 37-38
Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep dengan
Preeklampsia Berat” di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
dr. R. Soedjono Selong

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data
Subyektif pada klien dengan Preeklampsia Berat.
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data obyektif
pada klien Preeklampsia Berat.
c. Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis kasus pada klien
Preeklamsia Berat
d. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan tindakan/
penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan Preeklampsia
Berat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawiroharjo, 2008).

2. Proses Terjadinya Persalinan


Menurut Manuaba (2012) proses terjadinya persalinan belum
diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang
berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his. Ada 2 hormon yang
dominan selama kehamilan yaitu :
a. Estrogen yang meningkatkan sensitifitas otot rahim, memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis
b. Progesteron yang menurunkan sensitifitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis, dan
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

3. Tanda dan Gejala Inpartu


Menurut manuaba (2012) tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a. Kontraksi yang teratur 2 - 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 - 45
detik.
b. Adanya lendir bercampur darah keluar dari jalan lahir.
c. Penipisan dan pembukaan serviks.

4. Faktor - Faktor dalam Persalinan


a. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu,
keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.

3
b. Passage
Keadaan jalan lahir, panggul ibu.
c. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak
kelainan anatomik mayor)
d. (faktor “P” lainnya : psikologi, penolong)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor - faktor
“P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung

5. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I servik membuka dari
pembukaan 0 - 10 cm. Kala I dinamakan juka kala pembukaan, kala II
disebut kala pengeluaran, kala III disebut juga kala pengeluaran urie,
sedangkan kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
kemudian. (Sumarah. 2009 : 4 - 5)
a. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatanya dalam persalina kala I, jika sudah terjadi
pembukaan servik dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara 0 - 10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase,
yaitu fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 4 cm dan
fase aktif (6 jam) dimana servik membuka dari 4 - 10 cm.
(Sulistyowati. 2010 : 7)
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat. Dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, pembukaan melambat kembali. Dalam 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. (Sulistyawati, ari. 2010)
b. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosa kala II
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk

4
memastikan pembukaan lengkap dan kepala janin sudah tampak
divulva denagn diameter 5 - 6 cm. (Sulistyowati, 2010)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat dengan interval 2 - 3 menit dengan durasi 50 -
100 detik
2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran.
4. Dua kekuatan yaitu, his dan meneran akan mendorong kepala
bayi sehingga kepala bayi membuka pintu berturut - turut ubun -
ubun besar, dahi, hidung, muka, serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar yaitu
penyesuaian kepala dan punggung
6. Setelah putar paksi luar, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan berikut:
1) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian tarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan
dan cunam keatas untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi sisa air ketuban.
3) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit.
(Sulistyawati. 2010: 8)
c. Kala III (Pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda - tanda sebagai berikut :
1) Uterus berbentuk bundar
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
kradepada fundus uteri. (Sulistyowati. 2010 : 8)

5
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap pascapersalianan, paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Tingkat kesadaran pasien.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Kandung kemih
5) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 - 500 cc. (Sulistyawati. 2010 : 9)

B. Konsep Preeklamsia Berat


1. Definisi Pre Eklampsia
Preeklampsia berat adalah timbulnya hipertensi > 160/110 mmHg
disertai proteinuria > +2 pada kehamilan setelah 22 minggu. (Buku
Panduan Praktek Klinis RSUP NTB 2015-2017. Hal 22)
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)

2. Etiologi
Penyebab terjadinya makrosomia dikaitkan dengan beberapa faktor,
yaitu :
a. Bayi besar (berat badan melebihi 4000 gram) dapat diperkirakan
disebabkan oleh orang tua bayi yang juga besar (keturunan)
(Mochtar, 2012). Faktor yang memperbesar kemungkinan bayi
makrosomia adalah orang tua yang berperawakan besar,
khususnya obesitas pada ibu (Cunningham, 2006)
b. Bayi besar (berat badan melebihi 4000 gram) dapat diperkirakan
disebabkan oleh kenaikan berat badan selama kehamilan yang

6
berlebihan pada ibu dan bukan disebabkan oleh sebab lain
misalnya edema (Mochtar, 2012)
c. Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan bayi makrosomia
berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang
sama pada kehamilan berikutnya bahkan berpeluang lebih besar
dari anak terdahulu (Mochtar, 2012).
d. Bayi dari ibu yang mempunyai diabetes atau IDM (infant of a
diabetic mother) berisiko tinggi mengalami sejumlah komplikasi,
khususnya hipoglikemia. Kadar glukosa maternal yang tinggi
mengakibatkan peningkatan respon insulin janin. Peningkatan
kadar insulin ini mendorong pertumbuhan intrauteri yang
mengakibatkan makrosomia. Makrosomia terjadi pada 20% hingga
30% IDM (Green, 2012).
e. Bayi yang lahir setelah masa gestasi 42 minggu (postmatur, lewat
waktu, lewat tanggal) sebagian besar lahir dengan beratbadan
lebih dari 4000 gram (Green, 2012). Kehamilan postterm
mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal,
ataupun makrosomia (Prawirohardjo, 2009).
f. Multiparitas disebut sebagai salah satu faktor penyebab
makrosomia. Ada kecenderungan berat badan lahir anak ke dua
dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama (Cunningham,
2006).
g. Bayi berat lahir besar (makrosomia) berisiko lahir dari ibu yang
memiliki indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2 (Rahmah, 2014).
h. Kondisi lain seperti kondisi lingkungan, nutrisi, dan hormonal
kehamilan yang secara potensial diatur oleh gen, usia ibu, serta
ras dan etnik juga merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya
makrosomia pada bayi baru lahir.

3. Patofisiologi
Selama masa kehamilan terdapat sejumlah perubahan
hormonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan glukosa pada
janin. Pada trimester I kehamilan, mulai terjadi peningkatan human
placental lactogen dan prolaktin yang mencapai puncaknya pada
akhir trimester III (minggu ke-35). Human placental lactogen (hPL)

7
memiliki struktur kimia yang mirip dengan prolaktin dan growth
hormone. Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan metabolisme
glukosa (Prawirohardjo, 2009).
Kombinasi hPL dan prolaktin memicu semacam resistensi
insulin yang dapat dideteksi dengan adanya hiperinsulinemia 2 jam
pos prandial. Sebagai akibat mekanisme resistensi insulin tersebut,
pada sebagian ibu hamil akan terjadi hiperglikemia relatif (diabetes
mellitus gestasional). Keadaan hiperglikemia pada ibu tentu sangat
berpengaruh pada janin, karena transfer glukosa dari darah ibu ke
sirkulasi janin terjadi secara difusi melalui placenta, sehingga janin
juga mengalami hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia janin tersebut
selanjutnya akan memicu hiperinsulinemia pada janin dengan akibat
semakin banyak glikogen janin yang disintesis, sehingga terbentuklah
makrosomia (Current, 2007).

4. Faktor Predisposisi
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013) adalah :
a. Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram) sebelumnya
b. Orangtua bertubuh besar, terutama obesitas pada ibu
c. Multiparitas
d. Kehamilan lewat waktu
e. Usia ibu yang sudah tua
f. Janin laki-laki
g. Ras dan suku
Menurut Current (2007) faktor predisposisi makrosomia adalah :
a. Faktor ibu
1) Diabetes Melitus
Ibu dengan diabetes melitus gestasional pada janin akan
meningkatkan resiko makrosomia (Prawirohardjo, 2009). Ibu
yang mempunyai diabetes sebelum hamil, baik diabetes tipe 1
atau tipe 2 juga merupakan salah satu faktor predisposisi
makrosomia (Current, 2007).
2) Obesitas
Makrosomia dapat diperkirakan disebabkan oleh orang tua
bayi yang juga besar (keturunan) (Saifuddin, 2012). Faktor

8
yang memperbesar kemungkinan bayi makrosomia adalah
orang tua yang berperawakan besar, khususnya obesitas
pada ibu (Cunningham, 2006)
3) Pertambahan berat badan berlebih selama kehamilan.
Makrosomia dapat diperkirakan disebabkan oleh kenaikan
berat badan selama kehamilan yang berlebihan pada ibu
(Mochtar, 2012). Perempuan hamil dengan obesitas atau
dengan kenaikan berat badan waktu hamil berlebihan,
merupakan faktor resiko utama terjadinya preeklamsi, seksio
sesarea, kelahiran prematur, makrosomia janin, dan kematian
janin (Saifuddin, 2009).
4) Faktor genetik
Bayi besar (berat badan melebihi 4000 gram) dapat
diperkirakan disebabkan oleh orang tua bayi yang juga besar
(keturunan) (Mochtar, 2012). Faktor yang memperbesar
kemungkinan bayi makrosomia adalah orang tua yang
berperawakan besar, khususnya obesitas pada ibu
(Cunningham, 2013).
5) Multiparitas
Ada kecenderungan berat badan lahir anak ke dua dan
seterusnya lebih besar daripada anak pertama (Cunningham,
2013).
6) Riwayat melahirkan bayi makrosomia.
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan bayi
makrosomia berpeluang besar melahirkan anak kedua
dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya
bahkan berpeluang lebih besar dari anak terdahulu (Mochtar,
2012).
7) Usia kehamilan.
Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin lebih dari
3600 gram sebesar 44,5 % pada kehamilan posterm,
sedangkan pada kehamilan genap bulan term sebesar 30,6%.
Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram
pada kehamilan posterm meningkat 2 – 4 kali lebih besar dari
kehamilan term (Prawirohardjo, 2009).

9
8) Usia ibu
Hasil dari penelitian di Korea menunjukkan bahwa semakin
tua usia ibu, semakin tinggi peluang untuk melahirkan bayi
makrosomia (Kang, 2012).
b. Faktor janin
1) Kelainan genetik
Terjadinya kelainan pertumbuhan dari janin itu sendiri yang
disebabkan oleh gen yang dibawa oleh kromosom.
2) Jenis kelamin
Bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki hubungan yang
signifikan dengan kejadian makrosomia. Bayi lakilaki lebih
mungkin dilahirkan dalam keadaan makrosomia daripada bayi
perempuan.

5. Faktor Risiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya bayi
besar/makrosomia diantaranya, yaitu :
a. Diabetes pada ibu
Diabetes pada ibu merupakan salah satu faktor risiko yang
penting dalam terbentuknya makrosomia (Cunningham, 2006).
b. Riwayat melahirkan makrosomia Ibu yang pada kehamilan
pertama melahirkan bayi makrosomia berpeluang besar
melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada
kehamilan berikutnya bahkan berpeluang lebih besar dari anak
terdahulu (Mochtar, 2012).
c. Faktor genetik
Bayi besar (berat badan melebihi 4000 gram) dapat diperkirakan
disebabkan oleh orang tua bayi yang juga besar (keturunan)
(Mochtar, 2012). Faktor yang memperbesar kemungkinan
makrosomia adalah orang tua yang berperawakan besar,
khususnya obesitas pada ibu (Cunningham, 2006).
d. Usia kehamilan.
Rata-rata berat janin lebih dari 3600 gram sebesar 44,5 % pada
kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan
aterm sebesar 30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih

10
dari 4000 gram pada kehamilan posterm meningkat 2 – 4 kali lebih
besar dari kehamialan term (Prawirohardjo, 2009).

6. Tanda dan Gejala


Preeklampsia Berat di diagnosis pada kasus dengan salah satu gejala
berikut ini :
1. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria ≥ +2
3. Oliguria < 400 ml per 24 jam
4. Edema paru : nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi.
5. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas perut
6. Gangguan penglihatan : skotoma atau penglihatan yang berkabut.
7. Nyeri kepala yang hebat yang tidak berkurang dengan pemberian
analgetika biasa.

( Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri dan


Neonatal )

7. Klasifikasi
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Hipertensi Gestasional Tekanan distolik ≥ 90 - Proteinuria (-)
mmHg atau kenaikan 15 - Kehamilan > 20
mmHg dalam minggu.
pengukuranberjarak 1
jam.
Preeclampsia Ringan Tekanan distolik ≥ 90 Proteinuria +1
mmHg atau kenaikan 15
mmHg dalam
pengukuranberjarak 1
jam.
Preeclampsia Berat Tekanan diastolic > 110 - Proteinuria +2
mmHg - Oliguria,
Hiperfleksia,
Gangguan

11
penglihatan, Nyeri
epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang
( Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri dan
Neonatal )

8. Diagnosis Banding
1. Hipertensi Kronik
Jika tidak ada tentang tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu
maka sulit untuk membedakan preeclampsia dengan hipertensi kronik.
Kesepakatan tatalaksana hal tersebut adalah dikelola sebagai
hipertensi karena kehamilan.
2. Proteinuria
- Bedakan dengan protein dari secret vagina, darah dalam urine dan
cairan amnion.
- Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus
lama juga dapat menyebabkan proteinuria.
- Keteterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi.
3. Kejang dan Koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsy , malaria ,
serebral trauma kepala, penyakit serebrovaskuler , intoksikasi ( alcohol
, obat, racun ) , kelainan metabolisme, ensefalitis, ensefalopati,
intoksikasi, isteria dan lain-lain.

( Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri dan


Neonatal )

9. Komplikasi
1. Iskemia uteroplasenter
- Pertumbuhan janin terhambat
- Kematian janin
- Persalinan premature
- Solusio plasenta
2. Spasme pembuluh darah arteri
- Perdarahan serebral
- Gagal jantung, ginjal dan hati
- Ablasio retina

12
- Throboemboli
- Gangguan pembekuan darah
- Kebutaan akibat infusiensi korteks retina
3. Kejang dan koma
- Trauma karena kejang
- Aspirasi cairan, muntahan dengan akibat gangguan penafasan.
4. Penanganan tidak tepat
- Edema paru
- Infeksi saluran kemih
- Kelebihan cairan
- Komplikasi anastesi atau tindakan obstetric.
( Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri dan
Neonatal )

10. Pencegahan
- Pembatasan kalori , cairan dan diet rendah garam tidak dapat
mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan
janin.
- Manfaat aspirin , kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi
karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti.
- Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan
yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam
rencana pendidikan, keluarga ( suami , orang tua , mertua dll ) harus
dilibatkan sejak awal.
- Pemasukkan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru.
( Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri dan
Neonatal )

11. Pengelolaan
1. Sumber : Buku Acuan Pertolongan Pertama Gawatdarurat Obstetri
dan Neonatal

Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa


persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.

13
Pengelolaan kejang :
- Beri obat anti kejang , ( antikonvulsan )
- Peralatan penanganan kejang ( Goedel , penghisap lender, masker
oksigen, oksigen )
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan.
- Baringkan pasien pada sisi kiri , kepala sedikit lebih tinggi ( posisi
Fowler ) untuk mengurangi risiko aspirasi.
- Berikan O2 4-6 liter.

Pengelolaan umum :
- Jika tekanan diastolik > 110 mmHg , berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg.
- Pasang infuse Ringer Laktat ( jarum no. 16 atau lebih ) , perhatikan
kesinambungan cairan agar tidak timbul edema paru (harus diatasi
dengan Furosemide 40 mg IV)
- Kateterisasi urine untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria.
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai apirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
- Observasi tanda-tanda vital , reflex dan denyut jantung janin setiap 1
jam.
- Lakukan rujukan setelah antihipertensi dan antikonvulsan diberikan.
-
Anti Konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeclampsia dan eklampsia. Alternative lain
adalah Diazepam dengan resiko terjadinya depresi neonatal.

14
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis Awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit.
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g
dalam larutan Ringer Laktat selama 6 jam.
Jika kejang berulang setelah 15 menit , berikan
MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit.
MgSO4 1 g/jam melalui infuse Ringer Laktat yang
Dosis Pemeliharaan diberikan sampai 24 jam postpartum.
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml
Dosis pemeliharaan Lignokain ( dalam semprit yang sama ).
Pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4.
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit.
- Reflex patella (+)
Sebelum pemberian - Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
MgSO4 ulangan, lakukan - Frekuensi pernapasan < 16x/menit
pemeriksaan : Reflex patella (-), bradipnea (< 16x/menit )

Stop pemberian MgSO4 , Jika terjadi henti nafas :


jika : - Bantu pernafasan dengan ventilator
Siapkan antidotum - Berikan kalsium glukonas 1 g ( 20 ml dalam
larutan 10 % ) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.

DIAZEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dosis awal Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit.
Jika kejang berulang , ulangi pemberian sesuai
dosis awal.
Diazepam 40 mg dalam 500 ml laruta Ringer Laktat
Dosis pemeliharaan melalui infuse.
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi
bila dosis > 30 mg/jam.
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam

15
Anti Hipertensi
- Berikan Nifedidin ( pilihan utama ) 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam. Jika setelah 10 menit belum membaik ,
tambahkan 5 mg secara sublingual.
- Labetolol ( pilihan kedua ) 10 mg oral. Jika setelah 10 menit belum
membaik , berikan tambahan 20 mg oral.
Persalinan
- Pada preeclampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam ,
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul.
- Jika pada eklampsia terjadi gawat janin atau persalinan tidak terjadi
dalam 12 jam maka persalinan harus diterminasi melalui Secsio
Caesarea.
Perawatan Pascapersalinan
- Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang
terakhir.
- Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolic masih > 90 mmHg.
- Lakukan pemantauan jumlah urine.
Rujuk :
- Untuk petugas kesehatan ini depan setelah dilakukan restorasi cairan,
pemberian antihipertensi dan antikonvulsan segera lakukan rujukan
terutama apabila :
1. Terdapat oliguria ( < 400 ml/24 jam )
2. Terdapat sindroma HELLP
3. Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang.

2. Sumber Panduan Praktek Klinis Rumah Sakit Umum Provinsi NTB


tahun 2015-2017
a) Perawatan Konservatif
1) Bila umur kehamilan < 37 minggu , tanpa adanya keluhan
subyektif dengan keadaan janin baik.
2) Pengobatan dilakukan dikamar bersalin / ruang isolasi
a. Tirah baring dengan miring ke satu sisi ( kiri )
b. Pasang kateter tetap.
c. Pemberian obat anti kejang : Magnesium Sulfat (MgSO4).

16
- Dosis awal : 15 ml MgSO4 ( 40% ) 6 gr dalam laruta Ringer
Laktat/ Ringer Asetat selama 6 jam.
- Maintenance Dose ( Dosis Pemeliharaan ) : MgSO4 40% 1
gr/jam melalui infuse Ringer Laktat/ Ringer Asetat yang
diberikan sampai 24 jam postpartum.
- Syarat pemberian ulangan MgSO4 :
 Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Calcium
Glukonas 10% ( 1 gr dalam 10 cc ) diberikan IV pelan (
3 menit )
 Reflex patella (+)
 Frekuensi pernafasan > 16x/menit.
 Produksi urine minimal 25-30 cc/jam.
d. Pemberian antihipertensi : Nifedipin 3-4 x 10 mg , bisa
ditambahkan dengan Alphametil dopa 3 x 250 mg , jika TD
tidak turun.
e. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah lengkap ( DL )
- Urine Lengkap dan produksi urine 24 jam
- Fungsi hati
- Fungsi ginjal.
f. Konsultasi : SMF Penyakit dalam, SMF Mata, SMF Jantung.
3) Pengobatan dan evaluasi selama rawat inap di Kamar Bersalin.
a. Tirah baring.
b. Medika mentosa
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Roboransia.
c. Bila diperlukan dapat ditambah dengan Alpha metal dopa 3 x
25 mg.
d. Pemeriksaan Laboratorium :
- Hb , Trombosit , Hematokrit , asam urat.
- Urine Lengkap dan produksi urine 24 jam.
- Fungsi hati.
- Fungsi ginjal.
e. Diet biasa
f. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin ( KTG/USG )

17
4) Perawatan Konservatif dianggap gagal bila :
- Adanya tanda-tanda “ Impending Eklampsia “ ( keluhan
subyektif ).
- Penilaian kesejahteraan janin jelek.
- Kenaikkan tekanan darah pregresif.
- Adanya sindroma HELLP
- Adanya kelaianan fungsi ginjal.
5) Perawatan Konservatif dianggap berhasil apabila : penderita
sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda preeclampsia
ringan dan perawatan dilanjutkan sekurang-kurangnya selama 3
hari lagi kemudian penderita boleh pulang.
6) Bila perawatan konservatif gagal dilakukan terminasi.
b) Perawatan Aktif
1. Indikasi
- Penilaian kesejahteraan janin jelek.
- Adanya keluhan subyektif “ Impending Eklampsia “
- Adanya sindroma HELLP
- Kehamilan aterm.
- Perawatan konservatif gagal.
- Perawatan selama 2 x 24 jam , tekanan darah tetap ≥ 160/110
mmHg
2. Pengobatan medika mentosa
a. Tirah baring miring ke satu sisi ( kiri )
b. Pemberian obat anti kejang MgSO4
 Dosis awal
 Maintenance Dose ( Dosis Pemeliharaan ) : MgSO4 40%
1 gr/jam melalui infuse Ringer Laktat yang diberikan
sampai 24 jam postpartum.
 Syarat pemberian MgSO4 :
- Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Calcium
Glukonas 10% ( 1 gr dalam 10 cc ) diberikan IV pelan (
3 menit )
- Reflex patella (+)
- Frekuensi pernafasan > 16x/menit.
- Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya.

18
c. Pemberian antihipertensi ( bila tekanan diastolic ≥ 110 mmHg
).
3. Terminasi kehamilan
a. Induksi persalinan dengan drip oksitosin bila :
- Kesejahteraan janin jelek
- Skorpelvik ( Bishop ) ≥ 5.
b. Operasi Seksio Caesarea bila :
- Kesejahteraan janin jelek
- Skorpelvik ( Bishop ) < 5.
- Riwayat SC
- CPD
- Kelaian letak.

C. Konsep Pendokumentasian VARNEY


Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu system
pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan
kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (dokter, bidan, perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil merupakan bentuk catatan
dari hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu hamil, yakni mulai
dari trimester I sampai dengan semester III yang meliputi pengkajian,
pembuatan diagnosis kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap
tindakan segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga
kesehatan lain serta menyusun asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat sebelumnya.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan
tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan asuhan
pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan.Model
SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien. Seorang
bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu dengan
pasiennya. Selama antepartum, seorang bidan bisa menulis satu catatan
SOAP untuk setiap kunjungan, sementara dalam masa intrapartum, seorang
bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu
hari. Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut (Mufdlilah, 2009).

19
Menurut Hellen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP yaitu :
S : SUBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klienmelalui anamnesa sebagai langkah I varney.
O : OBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium.
A : ANALISA
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
datasubjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi.
P : PENATALAKSANAAN
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan I dan
evaluasiperencanaan (E) berdasarkan Assesment (Varney, 2007).
1. Pentingnya melakukan pendokumentasikan SOAP
a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien
b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan
c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan
d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic
mortalitas morbiditas
f. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi
pada klien
2. Alasan SOAP digunakan sebagai pendokumentasian
a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progesi informasi
yang systematis yang mengorganisir penemuan dan konklusi
bidan menjadi suatu rencana asuhan.
b. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan.

20
c. SOAP merupakan urutan - urutan yang dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran bidan dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ny.”Z” G3P2A0H2 Uk 37-38 Minggu Janin T/ H/ IU


Preskep dengan Inpartu Kala I Fase Aktif dengan Preeklamsia Berat
Di Ruang VK Bersalin di RSUD DR.R.Soedjono Selong
Tanggal 08 Maret 2018

Tanggal Pengkajian : 08 Maret 2018


Jam : 02.00 WITA
Tempat pengkajian : Ruang VK Bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong

KALA I
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Identitas Istri Suami

Nama Ny ”Z” Tn ”W”


Umur 26 tahun 36 tahun

Agama Islam Islam

Suku / Bangsa Sasak / Indonesia Sasak / Indonesia

Pendidikan SMP SMP


Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Swasta

Alamat Lendang Nangka

2. Keluhan Utama
Ibu hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian
bawah hilang timbul ingin melahirkan dan keluar air.

3. Riwayat Perjalanan Penyakit


Ibu hamil anak ketiga usia kehamilan 8 bulan mengeluh sakit pinggang
menjalar ke perut bagian bawah hilang timbul sejak tanggal 07 Maret
2018 pukul 10.00 WITA disertai pengeluaran lendir campur darah sejak
pukul 22.00 (07 Maret 2018), nyeri ulu hati tidak ada, pusing tidak ada,
pandangan kabur tidak ada, mual tidak ada lalu ibu di bawa ke

22
Puskesmas. Di Puskemas Masbagik didapatkan hasil pemeriksaan
tekanan darah ibu 180/110 mmHg, R: 20 x/menit, nadi 84 x/menit, suhu
36,7ºC, DJJ 152x/menit, VTØ 7cm, eff 75 %, ketuban (+) tipis, teraba
kepala, penurunan kepala di HII , tidak teraba bagian kecil janin atau tali
pusat. Kemudian di Puskesmas Masbagik, pasien di berikan terapi yaitu
Nifedifin pada pukul 00. 15 wita dan MgSO4 melalui drip infuse dan bolus
pada pukul 01.45 WITA kemudian pasien di rujuk ke RSUD dr.R.
Soedjono Selong. Pasien sampai di RSUD Selong Pukul 02.00 wita, hasil
pemeriksaan di VK IGD tekanan darah didapatkan hasi 160/110 mmHg,
suhu 36,5ºC, pernafasan 20 x/menit, nadi 88 x/menit, hiss 4x10’~45’’, DJJ
148 x/menit, kemudian bidan mengkonsultasikan keadaan ibu kepada
dokter spesialis ( dr.khoiron, SPOG) hasil konsultasi dari dokter spesialis
yaitu kelola PEB yakni infus drip MgS04, pemberian nifedipine 3x10 mg/
oral dan pasang Dower Cateter. Pasien di pindahkan ke ruang VK Rumah
Sakit Selong Pukul 02.20 wita.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu,
1) Jantung : Tidak ada
2) Asma : Tidak ada
3) TBC : Tidak ada
4) Ginjal : Tidak ada
5) DM : Tidak ada
6) Malaria : Tidak ada
7) HIV / AIDS : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertensi : ada
3) TBC : Tidak ada
4) Ginjal : Tidak ada
5) DM : Tidak ada
6) Malaria : Tidak ada
7) HIV / AIDS : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Jantung : Tidak ada
2) Asma : Tidak ada

23
3) Hipertensi : ada
4) TBC : Tidak ada
5) Ginjal : Tidak ada
6) DM : Tidak ada
7) Malaria : Tidak ada
8) HIV / AIDS : Tidak ada
9) Kembar : Tidak ada

5. Riwayat perkawinan
Menikah 1 x, umur 16 tahun, dengan suami umur 26 tahun, lama
pernikahan 10 tahun.
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5-6 hari
Banyaknya darah : 2-3 kali ganti pembalut
Warna : Merah tua-kekuningan
Dismenorea : Tidak ada
Flour albus : Tidak ada
HPHT : 20 Juni 2017
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha UK Tempat Penolo Jenis Penyulit BBL Ket
mil Persali ng Persalina
K nan n H B N BB JK Usia

e-
1 9 polinde Bidan Normal - - - 3000 Peremp 9 tahun Hidup
bulan s uan
2 9 polinde Bidan Normal - - - 3000 Perem 5 tahun Hidup
bulan s puan
3 Ini

c. Riwayat kehamilan
1) Hamil ke :3
2) HTP : 27 Maret 2018

24
3) Periksa sebelumnya di polindes telaga lebur sebanyak 5 kali
4) Keluhan pada kehamilan
TM I : Pusing, mual.
TM II : Muntah
TM III : Tidak ada.
TT I dan TT II : Pada kehamilan pertama.
5) Obat-obat yang dikonsumsi :
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan oleh bidan yaitu tablet tambah darah.
6) Gerakan janin pertama : ibu mengatakan pada usia kehamilan 4
bulan.
7) Kebiasaan Ibu atau keluarga yang berpengaruh terhadap
kehamilannya :
Ibu mengatakan tidak merokok tetapi suaminya merokok. Ibu dan
suami tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan
terlarang.
8) Rencana persalinan : Polindes

7. Riwayat KB
Alat kontrasepsi sebelumnya : KB suntik 3 bulan
Lama penggunaan : 3 tahun sebelum kehamilan ini
Keluhan : Tidak ada
Rencana kontrasepsi : Ibu belum merencanakan alat kontrasepsi
yang akan digunakan
8. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Pola istirahat terakhir
Istirahat siang : 1 jam (tanggal 7 Maret 2018 pukul 13.00 WITA)
Istirahat malam : ± 2 jam (tanggal 7 Maret 2017 pukul 19.00 WITA)
b. Pola aktivitas (tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 WITA)
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
membersihkan rumah, mencuci dan memasak.
c. Pola eliminasi terakhir
BAB : 1 kali, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, tidak
ada kesulitan ( Tanggal 07 Maret 2018 pukul 07.00 WITA)

25
BAK : ± 500 cc, warna coklat kemerahan. ( Terpasang Dawer
Kateter Tanggal 07 Maret 2018 pukul 23.00 WITA)
d. Pola nutrisi terakhir . ( Tanggal 7 Maret 2018 pukul 19.00)
makan 1 kali, komposisi : ikan, sayur, dan nasi.
Minum 10-12 gelas, air putih.
e. Pola kebersihan terakhir ( Tanggal7 Maret 2018 pukul 14.00 wita)
mandi 1 kali, gosok gigi 1 kali, ganti baju 2 kali.
9. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya : Ibu
mengatakan keluarga sangat senang dengan kehamilannya.
b. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ibu dan suami
c. Ketaatan beribadah : ibu taat dalam beribadah
d. Kondisi lingkungan yang berpengaruh : ibu tinggal bersama suami
dan seorang anaknya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosi : Stabil.
d. TTV
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 °C
e. BB : 73 kg, sebelum hamil : 60 kg
TB : 150 cm
LILA : 26.5 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut hitam, distribusi merata, bersih, lesi atau massa tidak
ada.

26
b. Muka
Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, oedema pada
daerah frontalis.
c. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus.
d. Hidung
Tidak ada polip hidung ,tidak ada pengeluaran abnormal.
e. Mulut
Warna bibir kemerahan, lembab, caries dentis tidak ada.
f. Leher
Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
g. Dada
Simetris, terdapat hiperpigmentasi areola,putting susu menonjol, tidak
ada retraksi /dimpling, tidak ada massa, terdapat kolostrum, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
h. Abdomen
Tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae gravidarum , terdapat
linea nigra, terdapat oedema.
Abdomen: Leopold I : TFU 3 jari dibawah px( 34 cm).
Leopold II : teraba punggung di sebelah kanan perut ibu.
Leopold III : bagian terendah janin kepala, kepala sudah
. masuk PAP
Leopold IV : Teraba kepala 2/5 bagian
TBJ : 3565 gram
His : Tidak ada.
DJJ : ( + ), frekuensi 144 x/menit, irama teratur 12-12-12
i. Genitalia
ada pengeluaran pervaginam, tidak ada oedema vulva. (terpasang
Dower Cateter/UT 500 cc)
Pemeriksaan dalam (Tanggal : 8 Maret 2018 Pukul : 02.30 WITA)
VTØ 8cm, eff 75 %, ketuban (+) tipis, teraba kepala, penurunan
kepala di H II+, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat
j. Ekstremitas atas
Simetris, tidak ada oedema.

27
k. Ekstremitas bawah
Simetris, tidak ada varises , terdapat oedema, tidak ada pucat pada
kuku, reflex patella (+ /+)
l. Anus
Tidak hemoroid.
3. Pemeriksaan penunjang (Tanggal 8 Maret 2018)
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
Golongan darah :B
HB : 12 gr%
HBSAg : Negatif

C. ANALISA
1. Diagnosa
Ny “Z” , G3P2A0H2 , usia kehamilan 37-38 minggu keadaan umum ibu
baik dengan inpartu kala I fase aktif dengnan PEB
Janin Tunggal Hidup Intra Uteri , presentasi kepala , keadaan umum
janin baik
2. Masalah potensial
Kejang.
3. Kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter SpOG

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu
baik , kesadaran compos mentis , TD : 160/90 mmHg nadi :
88x/menit , suhu : 36,50c , respirasi : 22x/menit , VT Ø 8 cm eff 25 %,
ketuban (+) tipis, teraba kepala, penurunan kepa di H I, tidak teraba
bagian kecil janin atau tali pusat, terdapat oedema pada wajah dan
ekstremitas ibu.
Ibu sudah mengetahui kondisinya
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG ( advise; Lanjutkan drip
MgSO4 28 tpm, Terapi nifedipine 3x10mg/ oral. )
Pemberian terapi dilanjutkan

28
3. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri untuk mengurangi resiko
aspirasi
Posisi pasien telah miring kiri
4. Memberikan ibu dukungan moril dengan cara tetap memberikan ibu
semangat untuk menjalani persalinannya.
Ibu merasa lebih tenang
5. Mengobsevasi kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
6. Pukul 02.40 WITA mengobservasi balance cairan
Melakukan balance cairan
Input Output
Infus 300 cc IWL 150 cc
Obat 20 cc Urine 500 cc
Minum 300 cc

620 cc 650 cc

29
Mengobservasi kemajuan persalinan
Tgl/Jam HIS DJJ TTV Pengeluar keluhan ket
Fr Lama intens + Frek Irama TD N S an
ek /- pervagina
m
8 Maret 4 x 45 Kuat + 144 12-12-12 160/110 88 36, Lendir+dar Sakit perut VT Ø 8
2018 5 ah yang cm eff 75
02.30 semakin %, ketuban
WITA kuat (+), teraba
kepala,
penurunan
kepa di HII+,
tidak teraba
bagian
kecil janin
atau tali
pusat

03.00 4x 45 Kuat + 148 12-13-13 84

03.30 5x 50 Kuat + 144 12-12-12 150/90 84 36, Lendir VT Ø 10


mmHg 5 campur cm eff
darah dan 100 %,
air ketuban ketuban
(-),
warna
jernih
teraba
kepala,
penuruna
n kepa di
H III+,
tidak
teraba

30
bagian
kecil
janin
atau tali
pusat

KALA II
Tanggal : 08 Maret 2018
Pukul : 03.30 WITA
Tempat : VK Bersalin RSUD DR. R. Soedjono Selong

A. DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah serta ingin
mengedan seperti BAB.

B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum baik
2. Tekanan darah: 150 / 90 mmHg, Nadi : 84 x / menit, Suhu :36,5˚C,
Pernapasan : 22 x / menit
3. Terdapat tanda dan gejala kala II yaitu dorongan ingin mengedan,
tekanan pada anus, perineum menonjol, serta vulva dan sfingter ani
membuka.
4. Pemeriksaan dalam : tanggal 08 Maret 2018, pukul 03.30 WITA
VT Ø 10 cm, eff 100 %, ketuban (-), warna jernih, teraba kepala,
denominator UUK di depan , penurunan kepala HIII, tidak teraba bagian
kecil janin / tali pusat.
DJJ (+), irama 12 - 12 - 12 , frekuensi 144 x / menit.
His (+), 5 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik, intensitas kuat.

C. ANALISA
G1P0A0H0, umur kehamilan 37-38 minggu, janin T / H / IU, presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik dengan dengan inpartu kala II.

31
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08 Maret 2018, pukul : 03.32 WITA
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik (TD: 150 / 90 mmHg, N: 84 x / menit, S: 36,5 0C, R :
22 x / menit, DJJ (+), Irama 12 - 12 - 12, Frekuensi 144 x / menit. Ibu dan
keluarga mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap.
2. Menganjurkan salah satu keluarga atau suami untuk membantu ibu
dalam posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan ibu kecuali
terlentang dalam waktu yang lama. Keluarga mau melaksanakannya.
3. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yakni ibu boleh meneran pada
waktunya (saat his) seperti orang BAB keras, meneran di bawah, kepala
melihat ke fundus, tangan merangkul kedua pahanya serta mengajarkan
ibu untuk menarik nafas dari hidung dan keluarkan melalui mulut. Ibu
mengerti dan mau melakukannya.
4. Pada saat kepala bayi terlihat dengan diameter 5 - 6 cm di vulva handuk
dipasang diatas perut ibu dan kain 1 / 3 bagian dipasang dibawah
bokong ibu.
5. Menolong persalinan sesuai dengan langkah APN
a. Melahirkan Kepala
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 - 6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk tidak terjadinya defleksi terlalu cepat, membantu
lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk mengedan perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal.
2) Periksa adanya lilitan tali pusat. Tunggu kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan tali pusat dilonggarkan lalu
dikeluarkan melalui kepala bayi, bila dijumpai lilitan longgar.
3) Menunggu kepala bayi hingga melakukan putaran paksi luar
secara spontan
b. Melahirkan Bahu
1) Setelah mengadakan putaran paksi luar, penolong menarik kepala
kebawah secara hati - hati sampai bahu anterior lahir, ditarik
keatas untuk melahirkan bahu posterior.

32
2) Setelah bahu lahir, tangan kanan penolong menyangga kepala,
leher dan bahu bayi bagian posterior dengan posisi ibu jari pada
leher dan keempat jari lainnya pada bahu dan punggung anterior.
3) Setelah bayi lahir, tangan kiri menelusuri punggung, bokong dan
tungkai bayi serta menyelipkan telunjuk tangan kiri diantara kedua
kaki bayi, setelah badan bayi lahir pegang bayi pada tangan
sedemikian rupa, sehingga bayi menghadap kearah penolong.
4) Kemudian lakukan penilaian bayi
5) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan vernik. Mengganti
handuk yang basah dengan handuk yang kering.
6. Pukul 03.35 WITA bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala,
langsung menangis, jenis kelamin laki - laki, APGAR SKOR pada 1
menit pertama 7.
7. Penilaian keadaan bayi
No Aspek yan dinilai 1 menit pertama Nilai

1 Apearance Badan merah, 1


ekstrimitas biru
2 Pulse rate > 100x/menit 2
3 Grimace Menangis kuat 1

4 Activity Fleksi sedikit, 1


gerakan lemah
5 Respiratory Teratur 2

Jumlah 7

33
KALA III
Tanggal : 08 Maret 2018,
Pukul : 03.35 WITA
Tempat : VK Bersalin RSUD DR. R Soedjono Selong

A. DATA SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan perutnya masih mules.

B. OBJEKTIF (O)
1. Plasenta belum lahir
2. TFU sepusat
3. Kontraksi baik
4. Terlihat tali pusat di vulva
5. Kandung kemih kosong
6. Penilaian keadaan bayi dengan APGAR SCORE

No Aspek yan dinilai 5 menit kedua Nilai

1 Apearance Badan merah, ekstrimitas 2


kemerahan
2 Pulse rate > 100x/menit 2
3 Grimace Menangis kuat 2
4 Activity Fleksi sedikit, gerakan lemah 1

5 Respiratory Teratur 2
Jumlah 9

C. ANALISA
P1A0H1 ,keadaan umum ibu baik dengan kala III

34
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08 Maret 2018, pukul : 03.36 WITA
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua,
kemudian menyuntikan oksitosin 10 IU pada 1 / 3 paha kanan luar
(aspirasi sebelum menyuntikan)
2. Mengklem tali pusat 2 - 3 cm dari umbilicus dan tali pusat di urut kearah
ibu sekita 1 cm dari klem pertama. Gunting tali pusat diantara klem, ikat
tali pusat dengan benang satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikat dengan simpul mati pada sisi lainnya.
3. Letakkan bayi diatas perut ibu untuk melakukan IMD, membungkus bayi
dengan kain kering dan berikan tutup kepala dan ibu diminta untuk
memeriksa bayinya.
4. Melakukan penegangan tali terkendali dengan memindahkan klem
berjarak 5 - 10 cm dari vulva. Letakkan tangan kiri diatas simpisis untuk
melakukan dorso cranial dan dilakukan ketika ada his. Setelah plasenta
terlihat pada vulva, plasenta ditangkap dan memutar searah jarum jam
sampai selaput plasenta terpilin.
5. Plasenta lahir pukul : 03.40 secara spontan dengan schultze, kotiledon
dan selaput ketuban lengkap, berat plasenta ± 500 gram, panjang tali
pusat ± 50 cm, diameter 18 x 17 x12 cm.
6. TFU 2 jari dibawah pusat, CUT Baik, kandung kemih kosong.
7. Melakukan massase fundus uteri selama ± 15 detik dengan cara tangan
kiri berada di atas fundus dengan gerakan memutar.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta
9. Memeriksa robekan jalan lahir, ada terdapat robekan jalan lahir derajar 2
di kulit perineum, mukosa vagina dan otot perineum
10. Keadaan umum ibu baik

35
KALA IV
Tanggal : 08 Maret 2018
Pukul : 03.40 WITA
Tempat : VK Bersalin RSUD DR. R. Soedjono Selong

A. DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan lega telah melahirkan bayi dengan selamat. Ibu mengatakan
masih merasa mules.

B. DATA OBYEKTIF
1. Plasenta sudah lahir.
2. Keadaan umum ibu baik.
3. TD: 150/90 mmH, N: 88x/menit, S:36,5oC, R: 22x/menit
4. TFU 2 jari dibawah pusat
5. Kandung kemih kosong
6. Jumlah perdarahan + 150 cc
7. Ada robekan jalan lahir pada mukosa vagina, kulit dan otot
perineum.(derajat II)

C. ANALISA
P3A0H3, keadaan umum ibu baik dengan kala IV

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08 Maret 2018, pukul : 03.45 WITA
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yaitu, keadaan
umum ibu baik
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
3. Asuhan pasca persalinan
2. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan
2) Mencelupkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin dan di rendam selama 10 menit
3) Memastikan kandung kemih kosong

36
4) Mengajarkan ibu masase uterus dan menilai kontraksi
5) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
6) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik
7) Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik
8) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan enzimatic
9) Membuang bahan - bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
10) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir, dan
darah di ranjang atau disekitar ibu dengan larutan enzimatic.
Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.
11) Memastikan ibu bahwa ibu merasa nyaman, mengajurka kepada
keluarga untuk memberikan makan dan minum kepada ibu
12) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin.
13) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin.
14) Mencuci kedua tangan
15) Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan pemeriksaan
antropometri bayi. Hasil pemeriksaan yaitu bayi dengan BB : 3100,
PB : 50 cm, LIKA : 32 cm, LIDA : 31 cm, LILA : 11 cm, A - S : 7 - 9,
Anus (+), Kelainan (-).
16) Memberikan vitamin K 1 mg di paha kiri bawah lateral pada satu
jam pertama, melakukan pemeriksaan fisik. Bayi sudah dilakukan
pemberian vitamin K.
17) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan yang digunakan untuk dekontaminasi.
18) Cuci tangan dengan sabun pada air mengalir
4. Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang :
a. Mempertahankan kehangatan bayinya dengan cara :
1) Membungkus bayi dengan kain yang kering, bersih dan hangat
2) Hindari memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir
3) Tidak membiarkan bayi ditempat yang terlalu dingin atau terlalu
panas, agar kondisi tubuh bayi tetap terjaga.
4) Ganti popok bayi bila basah.

37
b. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI pada bayi tanpa
memberikan makanan apapun selain ASI. Ibu memberikan ASI pada
bayinya.
c. Menjelaskan pada ibu perlunya melakukan gerakan - gerakan kecil
(mobilisasi dini) setelah melahirkan dimulai dari bangun tidur, turun
dari tempat tidur berdiri dan berjalan bila ibu merasa tidak kuat maka
istirahat. Ibu mengerti penjelesan yang disampaikan oleh bidan.
5. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih serta perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap
30 menit pada 1 jam kedua.

Pemantauan Kala IV
Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu Tinggi Kontrak Kandung Jumlah
ke darah Fundus si Kemih perdarahan
Uteri uterus
I 03.55 150/90 84x/menit 36,5 ˚C 2 jari Baik Kosong ± 10 cc
mmhg bawah
pusat
04.10 150/90 84x/menit 2 jari Baik Kosong ± 10 cc
mmhg bawah
pusat
04.25 150/90 82x/menit 2 jari Baik Kosong ± 10 cc
mmhg bawah
pusat

04.40 150/90 82x/menit 2 jari Baik Kosong ± 5 cc


mmhg bawah
pusat

II 05.10 140/90 80xmenit 36,5 ˚C 2 jari Baik Kosong ± 5 cc


mmhg bawah
pusat
05.40 140/90 82x/menit 2 jari Baik Kosong ± 5 cc
mmhg bawah
pusat

38
6. Keadaan umum baik, tekanan daran 140 / 90 mmhg, Nadi 82 x / menit ,
TFU : 2 jari dibawah pusat, kendung kemih kosong, perdarahan ± 45 cc.
7. Pembalut diganti dengan yang baru dan ibu telah dipasangkan sabuk.

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi


ante, intra dan post partum. Pada hari kamis 8 Maret 2018, Ny. Z datang ke VK
Bersalin bersama dengan suami dan bidan rujukan dari Puskesmas Masbagik
karena ibu mengalami tanda-tanda persalinan dengan preeklampsia berat. Ibu
mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan, ibu mengeluh nyeri perut menjalar
sampai ke pinggang sejak kemarin pukul pagi pukul 10.00 WITA disertai
pengeluaran lendir campur darah.
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat yaitu tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, protein uria lebih
dari positif 2 (++), oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam, edema
paru : nafas pendek, sianosis, ronkhi (+), nyeri daerah epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala hebat (maternal & neonatal, 2007), serta terdapat mual
sampai muntah (Manuaba, 2010). Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan
umum pada tekanan darah ibu 160/110 mmHg, TFU 34 cm, PU-KA, Presentasi
kepala, DJJ 144x/m, HIS 4x10’/45’’, VT portio teraba tipis, pembukaan 8 cm, titik
penunjuk UUK, Hodge IV dan Protein urine positif (+++), pengeluaran urine 500
cc. Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif secara sistematis
diagnosis ibu adalah Ny. Z GIIIPIIA0 hamil 39 minggu inpartu kala II dengan
Preeklampsia Berat.
Prosedur tetap pemberian MgSO4, Dosis awal : 4 gram MgSO4 40% atau
20%. Cara pemberian : 10 ml MgSO4 40% atau 20ml MgSO4 20% dilarutkan
dalam 100 ml NS atau DS %. Diberikan secara tetesan cepat dalam waktu 20
menit. Dosis maintenance : gram MgSO4 diberiakn dalam waktu 6 jam,
diberikan secara tetesan infus (drip). Cara pemberian : 15 ml MgSO4 40% atau
30 ml MgSO4 20% dilarutkan dalam 500 ml Rl atau DS%. Diberikan dalam
tetesan, 20 tetes/menit. Antihipertensi lini pertama : Nifedipine Dosis 10-20 mg
per oral diulangi setelah 30 menit maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Berkolaborasi dengan dokter, diberikan terapi MgSO4 4% dalam D5% 100 ml,
Ibu diberikan terapi Nifedipine 10 mg per oral untuk menurunkan tekanan darah.
Kemudian ibu dipimpin bersalin sesuai dengan APN 60. Bayi lahir spontan
belakang kepala, AS 7-8-9, pukul 03.35 WITA JK : laki-laki, BB 3100 gram, PB

40
50 cm. Setelah bersalin ibu diberikan Drip Oxytosin 1 ampul dalam RL 500 ml,
kemudian dilanjutkan dengan terapi MgSO4 6% dalam D5% 500 ml 28 tpm.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. Z GIIIPIIA0 hamil 37-28 minggu
dengan preeklampsia berat mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif,
penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada

41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan kebidanan pada Ny. ”Z” G3P2A0H12, usia
kehamilan 37-38 minggu keadaan umum ibu baik dengan inpartu kala I fase
aktif dengan PEB di Ruang VK Bersalin di RSUD dr. R. Soedjono Selong,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subyektif pada
persalinan pada kasus ‘‘Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada
Ny.”Z“ G3P2A0H2, usia kehamilan 37-38 minggu, Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri, presentasi kepala, dengan Pre Eklampsi Berat di Ruang
Bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong Tanggal 08 Maret 2018”
2. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data obyektif pada
persalinan pada kasus ‘‘Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada
Ny.”Z“ G3P2A0H2, usia kehamilan 37-38 minggu, Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri, presentasi kepala, dengan Pre Eklampsi Berat di Ruang
Bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong Tanggal 08 Maret 2018”
3. Mahasiswa sudah mampu menganalisis diagnosa dan masalah pada
klien dengan kasus ‘‘Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada
Ny.”Z“ G3P2A0H2, usia kehamilan 37-38 minggu, Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri, presentasi kepala, dengan Pre Eklampsi Berat di Ruang
Bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong Tanggal 08 Maret 2018”
4. Mahasiswa sudah mampu memberikan tindakan yang tepat pada pasien
dengan kasus ‘‘Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada Ny.”Z“
G3P2A0H2, usia kehamilan 37-38 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra
Uteri, presentasi kepala, dengan Pre Eklampsi Berat di Ruang
Bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong Tanggal 08 Maret 2018”

B. Saran
1. Bagi Institusi Praktik
Diharapkan Institusi lahan tetap mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan khususnya asuhan pada ibu bersalin
terutama pada ibu bersalin dengan Pre ekalamsi untuk mengurangi angka
kematian ibu .

42
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk
institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswa sehingga siap
mengeluarkan tenaga - tenaga bidan yang kompeten pada bidangnya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa untuk terus menambah keterampilan dan
pengetahuannya, dan memberi peluang bagi mahasiswa untuk
menerapkan teori - teori yang diperoleh di institusi pendidikan dalam
mendeteksi kemungkinan kelainan yang akan timbul selama persalinan
khususnya pertolongan persalinan dengan PEB..

43

You might also like