You are on page 1of 15

Asuhan Neonatus Adaptasi BBL Terhadap Perubahan Suhu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan kondisi suhu terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu
tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan
neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas
metabolismenya.Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Suhu
permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan
suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada ilmu penyakit anak, pengaturan tersebut
masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting
yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas
tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar
pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui
lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama
panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi,
konduksi, konveksi atau evaporasi.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi pengetahuan pada pembaca tentang adaptasi bayi baru lahir terhadap perubahan suhu.
2. Untuk memenuhi tugas asuhan neonates.

C. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, pembaca diharapkan dapat memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang adaptasi bayi baru lahir terhadap perubahan suhu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus . Apabila terjadi gangguan adaptasi maka bayi
akan sakit.Terutama pada bayi yang kurang bulan, biasanya terdapat berbagai gangguan
mekanisme adaptasi.Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi,
respirasi , susunan saraf pusat, pencernaan , metabolism, dan pengaturan suhu).

Adaptasi pengaturan suhu merupakan proses penyesuaian pusat pengaturan suhu di


hypothalamus yang belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum
berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan
lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit
mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum
efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Adapun keadaan bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang
akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang
bayi baru lahir. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Adapun proses mekanisme kehilangan panas (hipotermia) pada bayi baru lahir dapat
terjadi melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi:

1. Konveksi : panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. (jumlah
panas yang hilang tergantung kepda kecepatan dan suhu udara.
Contoh : bayi baru lahir diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
Pencegahan : Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)

2. Evaporasi : panas hilan melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap)
Contoh : bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
Pencegahan :
 Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.
 Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah

3. Radiasi :panas dipancarkan dari bayi baru lahir , keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)
Contoh: bayi baru lahir diletakkan ditempat yang dingin.
Pencegahan :
 Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)
 Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.

4. Konduksi : panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi. (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung)
Contoh : popok bayi baru lahir basah tidak langsung diganti.
Pencegahan : Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan
pemberi perawatan, baju, sprei)
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat
mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat
bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat. . Cegah
kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir dengan upaya antara lain :

 Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh


 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
 Tutupi kepala bayi.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi dilingkungan hangat

B. CARA MENGATASI
Cara mengatasi perubahan adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Apabila kondisi suhu BBL di bawah normal, dapat diatasi dengan cara:
 Selimuti dengan dua selimut
 Pasang tutup kepala
 Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas
 Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang lebih ahli.
 Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan
2. Apabila kondisi suhu BBL diatas normal, dapat diatasi dengan cara:
 Lepaskan selimut
 Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan
 Kaji suhu lingkungan sekali lagi
 Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, segara laporkan ke dokter.
C. Upaya Untuk Mencegah Kehilangan Panas pada BBL
 Mengeringkan bayi
 Menyelimuti bayi dengan kain bersih,kering dan hangat
 Menutup bagian kepala bayi
 Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukkan bayinya
 Jangan segera menimbang atau mamandikan bayi baru lahir

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya yang berhubungan
dengan lingkungannya, bayi akan terancam bahaya hipotermi jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan. Sehingga terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir ke lingkungannya yaitu secara konduksi, konveksi,radiasi dan evaporasi.

B. SARAN
Untuk bayi baru lahir disarankan untuk segera menyelimutinya dengan kain atau alat penghangat
dengan keadaan bayi apapun terutama bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya hipotermi pada
bayi. Kesigapan tenaga kesehatan yang menangani dan adanya fasilitas yang menunjang untuk
perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

 Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya. Yogyakarta


 Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal).
Superbidanhapsari.wordpress.com
 Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV. Trans
Info Media. Jakarta Timur.
 Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
 Tucker, Martin, Susan. Canobbio, M, Marry. Paquette, Valgor, Eleano.Wells, Fyfe, Majory.
1999. Proses Keperawatan, Doagnosis Dan Evaluasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS
Setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui system
sirkulasi pernafasan sendiri yang baru,mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar
gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana
semua fungsi ini sebelumnya silakukan oleh placenta.
Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini
dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada system pernafasan dan sirkulasi, system
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa (PUSDIKNAKES,
2003, hal.3).
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi menerima
beberapa rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan termik. Hasil perangsangan ini
membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan lain-lain
(Prawirodihardjo, 2002, hal.219).
A. Perubahan Metabolik
Pada akhir persalinan terjadi pengurangan oksigen dan pertambahan karbondioksida yang
dapat mengakibatkan asidosis respiratorik. Bayi normal dapat mengatasi keadaan ini.
B. Perubahan Sistem Pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi terjadi normal dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran.
Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal dari susunan syaraf pusat dan perifer yang
dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka
terhadap kekurangan oksigen ; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam
uterus dan di luar uterus.
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan
rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan
rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru
yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari
cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang,
sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula (Prawirodihardjo, 2002, hal.219).
erkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari phaynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah
kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester
kedua dan ketiga. Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan
hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilam 24 minggu yang disebabkan oleh keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupi jumlah
sulfaktan.
Awal adanya nafas
Ada dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi, yaitu :
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang
merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskular dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
urfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
 Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
 Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang
mengakibatkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan pengguna lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini dapat menyebabkan stress pada byi yang
sebelumnya sudah terganggu.
Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan didalam paru-parunya. Saat bayi melalui jalan lahir
selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan melalui secsio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa tarikan nafas
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan
didalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

5. Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskular


Oksigenasi yang memadai faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-
paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (PUSDIKNAKES,
2003, hal.4-5).

C. Perubahan Sistem Sirkulasi


Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru, untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk mengadakan
sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan, yaitu :
 penutupan foramen ovale pada atrium jantung
 penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat.
Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi
pembuluh-pembuluh darah paru-paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini
menyebabkan darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah, yaitu :
 Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun. Tekanan atrium kanan menurunkarena berkurangnya aliran darah keatrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir keparu-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.

 Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru).
Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan.dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium
kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)
Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

D. Perubahan Lain
Bayi baru lahir segra mengadakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, yaitu :
1. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami
stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang
jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat diseluruh tubuh, dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah panas menjadi lemak. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat iniakan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stres dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak
persediaan lemak bayi.
etabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak, memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan trun dalam waktu
cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat
mungkin setelah lahir).
b. Melalui cadangan glikogen (glikogenolisis)
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen atau glikogenolisis. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai
glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim.
Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia
akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa
sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai hingga 3 sampai 4 jam pertama pada bayi yang cukup bulan dan sehat. Jika
semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi
baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam lahir dan distres janin
merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir
(PUSDIKNAKES, 2003, hal.9).
erubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan ”gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri
sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung
ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan
makan yang sering oleh bayi sendiri penting.
Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri sehingga tidak
mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya. Pada bayi baru lahir kurang efisien
dalam mempertahankan air dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih
serius pada neonatus (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 10).
erubahan kekebalan tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi yaitu :
ungan oleh kulit membran mukosa
saringan saluran nafas
ntukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
ungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru
lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum
matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (PUSDIKNAKES,
2003, hal.11).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya. Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi,
yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1
bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

B. Saran
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk
dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan
diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya
masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang benar
terkait dengan bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/adaptasi-fisiologi-bbl-
terhadap.html diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 21.27 WIB

http://www.now-whats.com/search/adaptasi-bayi-baru-lahir-terhadap-kehidupan-diluar-
uterus diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 21.29 WIB

You might also like