You are on page 1of 6

ANALISA JURNAL

KEPERAWATAN HIV AIDS

Family Functioning, cognitif disortion and Resilience among Client Under


Treatment in Drug Rehabilitation Centres in Malaysia

Mata Kuliah : HIV dan AIDS


Dosen Mata Kuliah : Addi Mardi Harnanto, MN

Kelompok 3

Fajar Kurniansyah Qori Dian Laksita


Feriadianto Vera Rizki Febriana
Fika Dwi Nurbaiti Widya Fuji Aldiana
Nicky Putri Capindo Yossie Gustin Chandra W
Nurul Apriliani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI-NERS
TAHUN 2018
A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan zat adalah masalah serius di suatu negara karena dapat
mempengaruhi keluarga, masyarakat dan negara. Di Malaysia, tren
kecenderungan penyalahgunaan zat dan narkoba selama 5 periode (2007 samapi
2011) menunjukkan kenaikan dan penurunan tapi masih dalam kondisi stabil
(National Anti-Drug Agency, 2011). Pada tahun 2007, sekitar 14.489 pecandu
narkoba tertangkap dan di tahun berikutnya, sekitar 12.252; 15.736 (2009) dan
23.642 (2010). Adapun penyalahgunaan narkoba telah terjadi peningkatan yang
konsisten sebesar 150% dari tahun 2007 yaitu sebesar 26.6763 hingga 72.369
pada tahun 2011 (National Anti-Drug Agency, 2011).
Menurut Bozarth (1990) faktor-faktor utama yang berkaitan dengan
alasan untuk terlibat dalam penyalahgunaan tahap awal kecanduan narkoba adalah
factor social, kepribadian dan kognisi. Factor resiko yang terkait dengan
kecanduan narkoba yaitu termasuk harga diri yang rendah, ketidakmampuan
untuk mengendalikan perilaku untuk memenuhi kebutuhan, persepsi negative,
hubungan yang kurang baik dengan responden tua dan memiliki permasalahan
dalam keluarga, tidak asertif dan memiliki masalah psikopatplogi (Lang, 1983;
Newcomb & Bentler, 1986; Pinger et. al, 1998; Sh edler & Block, 1990; Kumpfer
& Bluth, 2004).
Meskipun telah banyak penelitian yang sama terkait dengan kecanduan
narkoba di Malaysia (Mohamad Husin & M ustafa, 2001; Fauziah & Naresh,
2009) terutama dalam aspek perawatan dan rehabilitasi, bagaimanapun fokus
permasalahan psikologi para pecandu narkoba yang sedang menjalani perawatan
masih tetap langka. Ini menjadi sangat penting untuk menilai status kejiwaan
kelompok ini dalam aspek fungsi keluarga dan factor psikologis lainnya untuk
berbagai intervensi dan strategi yang dapat diimplementasikan oleh National Anti-
Drug Agency (NADA)
Penelitian sebelumnya menunjukkan keluarga memainkan peranan
penting dalam perkembangan fisik dan psikologis seresponden individu.
Menanamkan keyakinan, nilai dan perilaku yang dapat diterima dalam masyarakat
sejak masa kanak-kanak merupakan fungsi dasar keluarga. Fungsi keluarga dalam
penelitian ini mengacu kepada kohesi keluarga dan kemampuan beradaptasi.
Kohesi keluarga adalah ikatan emosianal anggota keluarga, situasi dimana setiap
anggota keluarga memiliki rasa tanggung jawab satu sama lain, sementara
kemampuan beradaptasi mangacu pada perluasan system keluarga yang fleksibel
terhadap perubahan.
Distorsi kognitif mengacu kepada keyakinan yang tidak biasa yaitu
tentang menyalahkan diri sendiri, mengkritik diri sendiri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan (Abela, et, al, 1989). Chabon dan Robins (1986), mengemukakan
bahwa sebanyak 52 pecandu yang mabuk sangat depresi terlihat sangat tinggi
tingkat distorsi kognitifnya yang berhubungan dengan ketidakberdayaan dan
memiliki ide untuk bunuh diri. Selain itu ketahanan didefinisikan sebagai
kemampuan serorang individu untuk menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.
Menurut Masten, et, al, (1990), ketahanan adalah proses, kemampuan serorang
individu untuk beradaptasi dengan situasi yang menantang dan berhasil.
Ketidakmampuan berada pada situasi yang sulit dan beresiko ini akan
menyebabkan perilaku yang beresiko yang dapat meliputi kecanduan narkoba.

B. TUJUAN
mengetahui tingkat fungsi keluarga, distorsi kognitif dan ketahanan di antara
klien di Care Center And Cure Rehabilitation (CCRC) and Care & Cure
Clinic (C&C Clinic
1. Hubungan antara fungsi keluarga, distorsi kognitif dan ketahanan di
kalangan pecandu narkoba dengan pengobatan
2. Tingkat fungsi keluarga, distorsi kognitif dan ketahanan di antara pecandu
narkoba dengan pengobatan.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan tiga set
kuisioner yang terdiri dari FACES III (Family Adaptability and Cohesion
Evaluation Scale III) untuk mengukur fungsi keluarga, skala distorsi kognitif
(CDS) untuk mengukur distorsi kognitif dan skala ketahanan untuk mengukur
tingkat ketahanan klien. Sebanyak 493 pecandu narkoba yang menjalani
perawatan di pusat rehabilitasi di Malaysia merupakan bagian dari penelitian
ini.

D. HASIL DAN DISKUSI


Pada tabel I merupakan hasil korelasi antara fungsi keluarga, distorsi
kognitif dan ketahanan. Hasil menunjukkan bahwa fungsi keluarga yang
positif mencerminkan distorsi kognitif yang lebih rendah dengan r=-0.186**.
Untuk korelasi antara fungsi keluarga dan ketahanan, kembali menunjukkan
korelasi positif dengan r=0.391** yang mununjukkan bahwa fungsi keluarga
yang positif akan semakin tinggi tingkat ketahanannya. Namun sepertinya
tidak ada hasil yang signifikan antara ketahanan dengan distorsi kognitif yaitu
dengan r= 0.025.
Pengaruh keluarga selalu menjadi hal yang sangat penting untuk
mempengaruhi substansi yang digunakan, aspek fungsi keluarga sebagai
konflik keluarga dan kohesi serta komunikasi yang menjadi pemicu untuk
menciptakan tujuan pembanguanan yang sangat kuat. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fisher (2003) yang menjelaskan
bahwa eksistensi korelasi positif antara ketahanan dan adaptasi keluarga serta
kohesi keluarga merupakan dimensi dari fungsi keluarga. Sama halnya
dengan Kim dan YooHai (2010) yang juga menyebutkan bahwa terdapat
hasil signifikan antara hubungan ketahanan dengan adaptasi keluarga.
Tabel 1: Korelasi antara fungsi keluarga , distorsi kognitif, dan ketahanan
Variabel Distorsi kognitif ketahanan
Fungsi keluarga r=-.186** r=.391**
ketahanan r=.025
**p<.05
Tabel 2 menunjukkan hasil tingkat fungsi keluarga, distorsi kognitif dan
ketahanan pada pecandu narkoba dalam masa perawatan. Untuk fungsi keluarga,
mayoritas responden memiliki fungsi keluarga sedang yaitu 338 responden
(68.3%) diikuti oleh fungsi keluarga yang tinggi yaitu 145 responden (29.3%) dan
12 responden (2.4%) responden yang mengalami tingkat rendah dalam fungsi
keluarga. Sedangkan untuk distorsi kognitif, mayoritas responden memiliki
tingkat yang rendah. 1 dari distorsi kognitif itu adalah 262 responden (52.9%)
diikuti oleh tingkat sedang yaitu 214 responden (43.2%) dan 19 responden (3.8%)
pada tingkat yang tinggi. Sebanyak 253 responden (51.1%) responden yang
memiliki tingkat ketahanan yang tinggi diikuti oleh 232 responden (46.9%)
dengan tingkat ketahanan yang sedang dan 10 responden (2%) dengan tingkat
ketahanan yang rendah. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa klien
yang menjalani perawatan rehabilitasi narkoba atau intervensi yang terdiri dari
konseling, program spiritual akan berpengaruh pada tingkat fungsi keluarga dan
ketahanan menjadi sedang atau tinggi. Program rehabilitasi yang ditawarkan di
masing-masing pusat perawatan memilki kontribusi hasil yang positif dalam
fungsi keluarga, distorsi kognitif dan ketahanan untuk jangka panjang.
Tabel 2: Tingkat fungsi keluarga, distorsi kognitif dan ketahanan

Variables Level Frequency Percentage (%)


Low
Family 12 2.4
Functioning Moderate 338 68.3
High 145 29.3

Low
Cognitive 262 52.9
Distortion
Moderate 214 43.2
High 19 3.8
E. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penelitian ini telah memberikan pandangan
terkait dengan isu kesehatan mental yang terkait dengan fungsi keluarga,
distorsi kognitif dan ketahanan di kalangan pecandu narkoba di pusat-
pusat rehabilitasi. Meskipun hasilnya menunjukkan bahwa tingkat
ketahanan di antara responden yang masih tinggi, intervensi yang
berkelanjutan dan strategi untuk rehabilitasi ataupun pencegahan
kecanduan narkoba seharusnya dapat dilaksanakan. Juga sangat jelas
bahwa program pencegahan perlu melibatkan keluarga untuk membantu
memperkuat ketahanan klien dan kemampuan kognitif individu karena
dapat meningkatkan kemungkinan untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan zat-zat terutama pada obat-obatan. Dengan demikian hal
ini memerlukan perhatian dari National Anti Drug Agency untuk
memberikan perawatan kesehatan jiwa yang lebih baik dalam menjalani
pengobatan bagi pecandu narkoba

You might also like