Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
DisusunOleh :
Temmy Hadinata Wiranegara
1261050063
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Tumor hidung dan sinus paranasal umumnya jarang ditemukan, baik yang
jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kejadian yang ganas
hanya sekitar 1% dari keganasan tumor yang terjadi pada bagian tubuh lainnya
THT. Laki – laki ditemukan lebih banyak dibanding wanita dengan rasio 2:1. Di
Inggris, setiap tahunnya didapatkan 440 kasus. Dari semua kasus tersebut, 30 -
40% didiagnosis dengan tumor pada sinus maksilaris, 40 – 50% pada kavum nasi,
dan 10 – 15% pada sinus ethmoid. Biasanya sangat sulit untuk dideteksi dari mana
asal tumor berasal karena rongga hidung dan rongga sinus paranasal sangat dekat
sangat berhubungan dengan faktor usia di mana 4 dari 5 kasus terjadi pada usia 55
tahun ke atas.
Tumor ganas tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh
karsinoma tanpa diferensiasi dan tumor asal kelenjar. Sinus maksila adalah yang
sedangkan sinus sfenoid dan frontal jarang terkena. Metastasis ke kelenkar leher
jarang terjadi, ( kurang dari 5%), karena rongga sinus sangat miskin dengan
sistem limfa, kecuali apabila sel tumor sudah menginvasi jaringan lunak pada
hidung dan pipi yang kaya akan sistem limfatik. Metastasis jauh juga jarang
ditemukan (kurang dari 10%), dan organ yang paling sering terkena pada
Secara statistik dari semua pasien yang didiagnosis dengan tumor kavum
nasi dan sinus paranasal, 35 – 60% akan bertahan sampai 5 tahun lebih, tetapi
angka tersebut dapat berubah berdasarkan jenis tumor, sejauh mana metastasisnya,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terdapatpada rongga hidung. Cavum nasi atau rongga hidung dimulai dari
vestibulum nasi, melewati rongga sepanjang atap mulut ( palatum durum dan
beberapa meatus dalam rongga hidung, yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis,
2.2 Etiologi
Penyebab dari beberapa jenis kelainan tumor belum diketahui, tetapi diduga
beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab, antara lain nikel,
debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropil, dan lain – lain. Pekerja
dibidang ini mendapat kemungkinan terjadinya tumor lebih besar. Alkohol, asap
Benda asing (asap rokok, nikotin, debukayu, nikel, kromdll) masuk kedalam
mengenai septum nasi sehingga menyebabkan deviasi. Massa kavum nasi ini
menyebabkan edema pada mukosa hidung akibat gangguan aliran limfe dan vena
serta membentuk masa tumor pada cavum nasi. Tumor dapat menginvasi kearah
atas sampai kedalam fossa kranialis dan kearah lateral sampai kedalam orbita.
tumor. Gejala yang terjadi dapat berupa gabungan dari gejala nasal, gejala orbital,
gejala oral, gejala fasial, dan gejala intrakranial. Setiap gejala yang dapat terjadi
antara lain :
apakah ada asimetri atau deviasi/distorsi. Jika ada proptosis, perhatikan arah
pendorongan bola mata. Jika mata terdorong ke atas berarti tumor berasal dari
sinus maksilaris, jika ke arah bawah dan lateral berarti tumor berasal dari sinus
benjol, rapuh dan mudah berdarah, merupakan pertanda tumor ganas. Jika dinding
lateral cavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila.
Untuk memeriksa rongga oral, di samping inspeksi lakukanlah palpasi gusi rahang
atas dan palatum, apakah ada nyeri tekan, penonjolan, atau gigi goyah.
tumor dini. Adanya pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun tumor
menentukan perluasan tumor, kecuali pada tumor tulang seperti osteoma. Tetapi
foto polos tetap berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama jika ada ada erosi
tulang dan perselubungan pada unilateral, harus dicurigai keganasan dan buatlah
tomogram atau CT Scan. CT Scan merupakan sarana terbaik karena lebih jelas
2.7 Penatalaksanaan
seperti radiasi dan kemoterapi sebagai ajuvan sampai saat ini masih merupakan
kasus kasus yang telah bermetastasis jauh, sudah meluas ke sinus cavernosus
atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi misalnya limfoma malignum. Pada
tumor jinak dilakukan ekstripasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu dilakukan
seluruh dinding sinus maksila dan sering juga masuk ke rongga orbita, sehingga
kalau perlu kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah saraf.
2.8 Prognosis
Pada umumnya prognosis kurang baik. Banyak sekali faktor yang
adjuvan yang diberikan, status imunologis, lamanya follow up, dan banyak lagi
faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap agresifitas penyakit dan hasil
memberikan hasil yang terbaik dalam mengontrol tumor primer dan akan
meningkatkan akan bertahan hidup selama 5 tahun sebesar 75% untuk seluruh
stadium tumor.
BAB III
PEMBAHASAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 22 tahun
NomorRekamMedik : 26 29 56
JenisKelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
PendidikanTerakhir :-
Alamat : Jalan flamboyant, RT 27. Kota Tarakan
Tanggalmasuk : 11/05/2016
II. ANAMNESIS
KeluhanUtama :
RiwayatPenyakitSekarang :
terjadi terus menerus terutama pada hidung sebelah kiri. Pilek umumnya
yang dibeli di warung untuk meredakan gejala pileknya, namun tidak ada
perbaikan dan keluhan sering muncul kembali. Pasien juga melihat ada
benjolan dalam rongga hidung sebelah kiri Tidak ada keluhan pada
RiwayatPenyakitDahulu
Pasienbelumpernahmengalamihalsepertiinisebelumnya
RiwayatPenyakitKeluarga
samadenganpasien
Status internus
V. DIAGNOSA KERJA
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pre-operasi
Ceftriaxone 1 gram
Metronidazole 500mg
Post-operasi
Levofloxacin 2x500mg
Asam Tranexamat 3x1
Meloxicam 2x15mg
Non-medikamentosa
Ekstirpasi tumor.
VII.PROGNOSIS
PEMBAHASAN
terutama pada hidung sebelah kiri. Pilek umumnya timbul terus menerus terutama
gejala pileknya, namun tidak ada perbaikan dan keluhan sering muncul kembali.
Pasien juga melihat ada benjolan dalam rongga hidung sebelah kiri Tidak ada
keluhan pada telinga dan tenggorok. Keluhan tambahan berupa mimisan dan
kurang penciuman. Gejala pada pasien mungkin hanya terbatas pada gejala nasal
tanpa disertai gejala lain, tetapi bukan berarti pasien tidak dapat didiagnosis tumor
cavum nasi, hal ini karena berdasarkan pemeriksaan CT Scan radiologi sudah
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini adalah ekstirpasi tumor dan
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Roezin A, Armiyanto. Tumor hidung dan Sinonasal. In: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi 7. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2015. :154-
7
American Cancer Society. Nasal Cavity and Paranasal Sinus Cancers. Bethesda :
ACS 2015. Available from
:http://www.cancer.org/cancer/nasalcavityandparanasalsinuscancer/
National Cancer Institute. Nasal Cavity and Paranasal Sinus Cancers. Geneva :
WHO 2011. Available from :http://www.cancer.gov/types/head-and-
neck/patient/paranasal-sinus-treatment-pdq