You are on page 1of 4

Asuhan kebidanan komunitas

Kebidanan komunitas dapat juga menjadi kelanjutann pelayanan kebidanan yang di berikan
di rumah sakit dan setelah kembali ke ruma, pelayanan tersebut dapat dilanjutkan di rumah.
Kegiatan kebidanan komunitas dapat berupa pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas,
kunjungan rumah, dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga, masyarakat,
atau di tempat praktik bidan.

Menurut pradley (1985), logan dan dawkin (1987), asuhan kebidanan komunitas adalah
pelyanan kebidan profesional yang ditujukan ke pada masyarakat dengan penenkanan
kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaiyan derajat kesehayan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan, pememliharaan, dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Menurut kepmenkes RI Nomor 369/menkes/SK/III/2007, asuhan komunitas merupakan


kompetensi kebidanan ke-8 yang berarti bahwa bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuia dengan budaya
setempat. Menurut WHO (1974), asuhan komunitas mencakup asuhan kesehayan keluarga
yang meliputi kesehayan dan kesejateraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri, dan memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuia dengan kemampuan sebelum meminta bantuan kepada ornag lain.

Kementrian kesehatan RI (1986), Mengidentifikasi asuhan kesehatan masyarakat sebagai


suatu upaya pelayanan kebidanan yang merupakan integral dari pelayan kesehatan yangf
lebih tinggi pada individu,, keluarga, dan masyarakat.

Winslow (1920) adalah seorang ahli kesehatan masyarakat yang membuat batasan yang
sampai saat ini masih relevan. Menurt winslow, kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit dan meningkatkan efisiansi hidup melalui upaya pengorganisasian
masyarakat untuk:

1. Kelompok masyarakat yang terkoordinasi


2. Perbaikan kesehatan lingkungan
3. Mencegah dab membrantas penyakit menular
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perseornagan
5. Melaksanakan dengan mengkoordinasi tenaga kesehatan dalam satu wadah pelayan
kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyrakat untuk
peningkatan derajat kesehatan masayarakat secara optimal.
Intervensi asuhan kebidanan komunitas
Tujuan asuhan kebidan komunitas adalah mencegah dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui upaya:

1. Asuhan kebidanan secara langsung (direct care) pada individu, keluarga, dan
kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung pada kesehatan seluruh masyrakat(general community health)
dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya secara spesifik individu, keluarga, kelompok, dan masyakat diharapkan


mampu:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.


2. Menetapkan masalah kesehatan dsn memprioritaskan masalah tersebut.
3. Merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan.
4. Menanggulanagi masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang dihadapi, yang akhirnya
dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care)

Sasaran kebidan komunitas adalah seluruh masyarakat, individu, keluarga, dan


kelompok, baik sehat maupun sakit, khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam
masyarakat.

Individu adalah angota kelurga sebagai kesatuan yang utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual. Apabila individu masalah kesehatan dan tidak mampu
merawat diri sesuatu nya sendiri karena suatu hal dan sebab, hal tersebut akan dapat
memegaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya. Disini, peran bidan komunitas membantu individu agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan
pengetahuan, dan kurang nya kemauan kemandirian.

1. Faktor-faktor, adalah faktor yang berasal daro dalam diri individu.


a. Faktor inteligensi. Setiap individu memiliki inteligensi yang berbeda, ada yang
cerdas dan ada pula yang kurang cerdas. Pada umumnya, individu yang cerdas
atau pandai akan cepat berinteraksi dan bersosialisasi dengan nilai yang ada di
masyarakat.
b. Kondisi fisik. Kondisi fisik individu dapat dilihat dari kesempurnaan atau ketidak
kesempurnaan organ tubuh atau badan nya (mis, tunarugu, tunawicara, tunanetra,
atau cacat fisik)(soerjono suekanto, 1981)
c. Kondisi psikis. Kondisi kejiwaan akan memengaruhi prilaku individu (mis,
pikiran yang kacau, mudah tersinggung, cepat marah) sehingga tidak dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
d. Kepribadian. Menurut koentjaraningrat(1990), kepribadian atau personalitas
adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah
laku atau tindakan dari tiap individu. Kepribadian adalah ciri-ciri watak individu
yang konsisten memberi suatu identitas sebagai individu yang khuisus.
e. Usia. Pertambahan usia sering mempengaruhi pembentukan pola pikir dan tingkah
laku individu. Ketika semakin tua, individu sering mudah tersinggung dan sring
pikun atau cepat lupa.
f. Jenis kelamin. Jenis kelamin individu yang berda dari yang lainnya dalam
keluarga dapat mendorong individu melakukan penyimpangan. Misalnya, seperti
anak laki-laki atau perempuan yang bersikap manja, ingin selalu di perhatikan
g. Kedudukan individu dalam keluarga. Kedudukan individu dalam keluarga juga
dapat mendorong perilaku individu mislanya anak pertama sering merasa
berkuasa, anak bungsu ingin dimanja dan di perhatikan, anak tunggal ingin
segalnya terpenuhi.
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang muncul dari luar diri individu
a. Faktor sosial ekonomi. Kondisi ekonomi yang kurang baik atau kemiskinan akan
memengaruhi kondisi stabilitas yang labil. Misal nya, masyarakat yang miskin
melakukan kejahatan atau kriminal, penyimpangan nilai dan norma. Sebaliknya,
masyarakat dengan kondisi ekonomi yang kuat tidak sedikit berprilaku
menyimpang dari norma dan nilai sosial, melakukan tindakan pidan korupsi,
perselingkuhan, penyalah gunaan narkoba, dll.
b. Kondisi politik. Kondisi politik suatu negara, terutama sistem politik yang tidak
sesuai dengan kondisi objektif masyarakat karena dianggap bertentangandengan
hak asasi manusia (HAM) akan memengaruhi prilaku individu. Sisitem politik
pertama(sisitem otoriter) lebih mengutamakan kekuasaan dari pada kesejateraan
rakyatnya sehingga cenderung sewenang-wenang, melakukan pelanggaran HAM,
rakyat menjadi korban kekuasaan dan hidupnya menderita serta tidak memiliki ke
bebasan.
c. Faktor budaya. Kebudayaan yang berbeda didalam masyrakat akan mempengaruhi
perilaku individu. Keaneka ragaman budaya mempunyai potensi yang tinggi
terhadap konflik. Nilai atau norma yang berbeda kadang kal menicu atau
menimbulkan perilaku individu atau kelompok.
d. Kehidupan rumah tangga atau keluarga. Yang tidak harmonis dapat mendorong
individu untuk berprilaku kurang baik dan memiliki kecenderuingan berprilaku
menyimpang dari norma atau nilai. Misalnya, minum-minuman keras, memakai
obat terlarang, kehamilan diluar nikah, aborsi..
e. Pendidikan diosekolah. Pendidikan disekolah dapat menjadi faktor eksternal yang
akan mempengaruhi sikap atau tindakan sesuai aspek pendidikan yang diterima di
sekolah.
f. Pergaulan. Prilaku individu dalam kehidupan sehari-sehari sebagain besar dapat
terbentuk dari pergaulan dengan teman-teman. Jika pergaulan bersifat positif,
perilaku individu cenderung bersifat positif, dan sebaliknya.
g. Media masa. Baik media cetak maupun elektronik memegang peranan yang cukup
penting dalam membentuk perilaku individu misalnya, televisi atau flim.
Keluarga merupakan unit terkecil dari mayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
anggota keluarga lainya yang berkumpul dan tinggal satu rumah rumah tangga

You might also like