Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
AISYAH JUNDINA AZ-ZAHRA
G2A015037
1. PENGERTIAN ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), anemia merupakan keadaan
dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Sedangkan menurut
Doenges (2000) anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen darah. Pendapat lain menurut Muttaqin
(2009) menyatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah
merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit)
per 100 ml darah.
2. KRITERIA ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), untuk memenuhi definisi anemia,
maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap
sudah terjadi anemia. Batasan tersebut sangat dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 1969.
Dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut:
a. Laki – laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
d. Anak usia 6 – 14 tahun Hb < 12 gr/dl
e. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :
a. Hb < 10 gr/dl
b. Hematokrit < 30%
c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3
3. DERAJAT ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, derajat anemia
ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai
adalah sebagai berikut :
a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b. Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d. Berat Hb < 6 gr/dl
4. KLASIFIKASI ANEMIA
Menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa, anemia dapat diklasifikasiskan
menurut morfologi sel darah merah dan etiologi :
a. Klasifikasi morfologi
Pada klasifikasi anemia, menurut morfologi mikro dan makro
menunjukan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menunjukkan
warnanya.
1) Anemia Normostik Normokrom
Terjadi ketika ukuran dan bentuk sel – sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobindalam jumlah yang normal (MCV dan
MCHC normal atau normal rendah), tetapi individu menderita
anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut,
hemolisis, penyakit kronis, termasuk infeksi, gangguan endokrin,
gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang dan penyakit –
penyakitinfiltratif metastatic pada sumsum tulang.
2) Anemia Makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel – sel darah merah lebih besar dan
normal, tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya
normal (MCV meningkat ; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi B12 atau asam folat. Ini dapat juga terjadi
pada kemoterapi kanker, sebab agen – agen yangb digunakan
mengganggu metabolism sel.
3) Anemia Mikrositik Hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV kurang ; MCNC
kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sistem heme
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronis, atau gangguan sintesis globin, seperti pada
talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
b. Klasifikasi etiologi
Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab
utamanya adalah :
1) Meningkatnya kehilangan sel darah merah
2) Penurunan atau gangguan pembentukan sel
6. PATOFISIOLOGI ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, timbulnya
anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagaglan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis. Lisis sel darah merah dapat terjadi dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikulo endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam sel fagosit
akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada
dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut :
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut
sindrom anemia.
Adapun pendapat lain yaitu menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa,
timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekuranag
nutrisi, terpapar zat toksik, invasi tumor, atau hemolisis (destruksi). Pada
kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat terjadi akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagosit atau
dalam siistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai
lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis
dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik
tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah anemia pada klien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosis dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy, serta ada
atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
8. KOMPLIKASI ANEMIA
Menurut Noer (1998), menyatakan bahwa komplikasi dari anemia adalah
anemia menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk pilek, mudah flu atau
mudah terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi mudah lelah
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika terlambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian dan beresiko bagi janin. Selain bayi akan lahir debngan berat badan
rendah, anemia juga akan mengganggu perkenbangan organ – organ tubuh
termasuk otak.
9. PENATALAKSANAAN ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, pada setiap
kasus anemia perlu diperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut ini :
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
d. Pemeriksaan Fisik
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, pada
pemeiksaan fisik didapat tanda sebagai berikut :
1) Kelelahan, kelemahan (menunjukkan hipoksemia jaringan)
2) Palpitasi (menunjukkan kepekaan miokard karena hipoksemia)
3) Sakit kepala ringan, peka rangsang (menunjukan hipoksemia
serebral)
4) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas (menunjukan kerusakan
fungsi miokard karena hipoksemia)
5) Pucat pada kulit dan membran mukosa dan dasar kuku
c. Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan respon
peningkatan frekuensi pernapsan
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria hasil : klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16 – 20
kali/menit, respons batuk berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
auskultasi bunyi napas (krakles) indikasi edema paru, sekunder
akibat dekompensasi jantung
kaji adanya edema curiga gagal kongestif/kelebihan
volume cairan
ukur intake dan output penurunan curah jantung,
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urin
timbang berat badan perubahan tiba – tiba dari berat
badan menunjukan gangguan
keseimbangan cairan
pertahankan pemasukan total cairan memenuhi kebutuhan cairan tubuh
2000 ml/24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi memerlukan
kardiovaskuler pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung
kolaborasi
berikan diet tanpa garam natrium meningkatkan retensi cairan
dan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja
jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium
berikan diuretic contoh : diuretic bertujuan untuk
furosemide, sprinolakton, menurunkan volume plasma dan
hidronolakton menurunkan retensi cairan di
jaringan, sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru
pantau data laboratorium elektrolit hipokalemia dapat membatasi
kalium keefektifan terapi
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Noer, Sjaifoellah. 2998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : Monica Ester.
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO
1 2 3 4 X BBT
1 KERAPIAN 10
2 WAKTU PENYERAHAN 10
1. Lewat 3 hari
2. Lewat 2 hari
3. Lewat 1 hari
4. Tepat waktu
1. Satu sumber
2. Dua sumber
3. Dua sumber plus internet
4. >2 Plus internet, sumber di
lampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10
1. 2 Halaman
2. 3 Halaman
3. 4 Halaman
4. Lebih dari 4 halaman
5 ORIGINALITAS 5
6 KELENGKAPAN ISI 30
100