You are on page 1of 32

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 29 Januari 2019 Jam: 13:54:06 WIB
Pengkajian : 30 Januari 2019 Jam: 15.00 WIB
Pengkaji : Setyasih
Ruang : ICCU

1. Data Subyektif
a. Identitas pasien
Nama : Ny. D
Umur : 05 Maret 1950
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Seliling RT.02 RW. 01 Kec. Alian Kab. Kebumen
DiagnosaMedis : Cardiac Heart Failure
No rekam medis : 404532
b. Identitas penanggungjawab

Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Alamat : Seliling RT.02 RW.01 Kec. Alian Kab. Kebumen
Hub.dengan klien : Anak Kandung

9
2. Data Obyektif
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien baru datang rujukan dari Puskesmas Alian dengan keluhan sesak
nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, posisi tidur semi fowler,
sesak bila beraktivitas, kedua kaki bengkak, batuk (+), kadang nyeri dada
bagian kiri, tampak retraksi dinding dada, tekanan darah 128/80 mmHg,
HR : 98x/menit, RR : 28x/menit, suhu 36,7C, tampak retraksi otot dada,
kesadaran komposmentis GCS E4M6V5. Di IGD mendapatkan terapi
IVFD asering 500/24 jam, oksigen nasal kanul 4 liter /menit, minum
maksimal 1000 cc/menit, injeksi furosemide 1 ampul/24 jam,
spironolactone 1x25 mg, bisoprolol 1x 2,5 mg, etabion 1x1 tablet.
Kemudian pasien dikirim ke ruang perawatan kenanga. Kemudian pada
tanggal 30 januari 2019 jam 10.45 WIB pasien mengalami penurunan
kesadaran, kesadaran sopor GCS E2M1V2, TD 110/65 mmHg, HR 64
x/menit, RR 25x/menit, suhu 36.7C, konsultasi ke dokter spesialis jantung
mendapatkan terapi O2 5 lpm, pasang NGT diet sonde 4x 200 cc, infus
clinimix 1000 cc/24 jam, injeksi furosemide 2x20 mg, injeksi citicolin 2x1
ampul, spironolactone 1x25 mg, concor 1x2,5 mg, q ten 1x1, advis rawat
ICCU. Saat dilakukan pengkajian pasien lemah, kesadaran spoor, GCS
E2M1V2 terpasang oksigen NRM 5 lpm, sesak (+), retraksi dada (+), TD
97/60 mmHg, MAP 71, HR 66 x/menit, RR 26x/menit, nafas spontan,
udema pada ektremitas bawah (+). Terapi IVFD clinimix 1000/
24 jam, injeksi furosemide 2x20 mg, injeksi citicolin 2x20 mg,
spironolactone 1x25 mg, cocor 1x2,5 mg, lactulose 1x10 cc

10
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes
mellitus dan hipertensi sejak 7 tahun yang lalu
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit hipertensi ( tak ada ) , Penyakit DM ( tak ada )
e. Pengkajian B6

a. B1 (Breathing)
Irama nafas dalam, RR: 28 x/mnt terpasang oksigen NRM 5 lpm, SpO2
98%. Tidak terdapat suara nafas tambahan. Tampak retraksi dinding
dada.
b. B2 (Blood)
TD: 91/61 mmHg, MAP 71 Nadi 66 x/mnt, Crt 1 detik. Tidak terdapat
cianosis, akral hangat, irama jantung regular, tidak tampak pelebaran
vena jugularis.
c. B3 (Brain)
Kesadaran sopor, GCS: , E=1, V=2, M=2. Keadaan umum lemah, pupil
isokor kiri kanan 2mm/2mm, reflek cahaya +/+.
d. B4 (Bowel)
Tidak ada lesi di rongga mulut, suara bising usus 14 x/mnt, diit cair via
sonde 3x200 cc.
e. B5 (Bladder)
Produksi urine 300 cc / 7 jam, Pasien terpasang DC no.16 hari ke 5,
warna urine kekuningan dengan konsistensi pekat.
f. B6 (Bone)
Terpasang infus Asering 10 tpm di tangan kiri, tidak terdapat kelemahan
anggota gerak dengan nilai kekuatan otot 2 di semua anggota gerak,
turgor kulit baik, terdapat oedema di ekstremitas bawah.

11
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk kepala mesocepal, rambut berwarna putih, tidak terdapat lesi.
2) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an-anemis, pupil isokor ukuran kanan
kiri 2mm/2mm, reflek cahaya +/+.
3) Hidung
Hidung bersih, tidak terdapat pembesaran polip, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung.
4) Telinga
Tidak terdapat penumpukan serumen, fungsi pendengaran baik.
5) Mulut
Tidak terdapat stomatitis dan bersih.
6) Leher
Normal, tak tampak pelebaran vena jugularis, tak tampak pembesaran
struma / kelenjar gondok.
7) Dada
a) Jantung
Inspeksi: ichus cordis tidak terlihat.
Palpasi: ischus cordi tak teraba SIC 5.
Perkusi: pekak
Auskultasi: S1 – S2 reguler.
b) Paru
Inspeksi: pergerakan dada simetris kanan & kiri.
Palpasi: Ekspansi dada kanan = kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: tak didapat ronchi .

12
c) Abdomen
Inspeksi: datar, tidak terdapat luka / lesi.
Auskultasi: suara bising usus 18x/mnt.
Palpasi: supel
Perkusi: tympani.
d) Ekstremitas
(1) Atas
Tangan kiri terpasang infus Asering 10 tpm, pergerakan baik,
tak terdapat oedema.
(2) Bawah
Pergerakan lemah, terdapat oedema di kedua tungkai.
(3) Genetalia
Terpasang DC no.16, jenis kelamin laki-laki

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tanggal Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 9,2 g/dl 13.2 – 17.3

Leukosit 5,6 10^³/dl 3.8 – 10.6


Hematokrit 29 % 40 - 52

Eritrosit 3,1 10^⁶/dl 4.40 – 5.90


Trombosit 224 10^³/dl 150 - 440

MCH 29 Pq 26 - 34
MCHC 32 g/dl 32 - 36
MCV 93 Fl 80 - 100

Eosinophil 1.40 % 2–4


Basofil 0.70 % 0–1

13
Netrofil 82,00 % 50 - 70
Limfosit 9,90 % 22 - 40
Monosit 6,60 % 2–8

Golongan darah O

GDS 139 Mg/dl 80 - 110

Ureum 31 Mg/dl 10 - 50

Creatinin 0,94 Mg/dl 0.9 – 1.3

SGOT 65 U/L < 37


SGPT 25 U/L < 42
Kalium 4,0 Mmol/L 3.5 – 5.3
Natrium 137 Mmol/L 135.0 – 147.0
Chlorida 107 Mmol/L 98.0 – 107.0
HbsAg Non Reaktif

Pemeriksaan Analisa gas darah tanggal 30 januari 2019


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Temp 38,3 C
PH 7,39 7,35-7,45
pCO2 44,1 mmHg 35,0-45,0
pO2 99,9 mmHg 83,0-108,0
Hematolrit 37 35-47
Natrium 140 Mmol/L 135,0-147,0
Kalium 4,0 Mmol/L 3,5-5,3
Calcium 0,7 Mg/L 8,8-10,2
HCO3 actual 26,7 Mmol/L 18,0-23,0
(HCO-1)

14
Total CO2 28,1 Mmol/L 21,0-30,0
BEb 1,6 Mmol/L (-2,0)-(-3,0)
BEecf 1,9 Mmol/L
O2sat 97,4 Ml/dl
tHb 12,5 g/dl
F1O2 37,0 mmHg

h. Terapi/ Diet
Terapi Cara pemberian
Spironolactone 1x25 mg Oral
Concor 1x2,5 mg Oral
Q ten 1x1 mg Oral
Lacturoso 1x sendoktakar Oral
Citicolin 2x 1 ampul Intra vena
Furosemide 2x20 mg Intra vena
Diet cair 3x200 cc sonde

3. Analisa data
Hari /Tgl Data Fokus Diagnosa Kep Etiologi
Rabu Data subyektif : Penurunan curah Perubahan
31-01-  Keluarga pasien jantung frekuensi irama
2019 mengatakan pasien jantung
sesak nafas sejak 3
hari sebelum masuk
rumah sakit.
 Keluarga pasien
mengatakan pasien
sering mengalami

15
sesak nafas saat
beraktivitas.
Data Obyektif :
- Ronchi (-)
- RR: 28 x/mnt
- Pernafasan dangkal.
- SpO2: 98%
- TD:91/61 mmHg
- MAP: 71
- Nadi: 66x/mnt
Rabu , 30- Data subyektif : - Ketidakefektifan Hiperventilasi
01-2019 - Data obyektif : pola nafas.
- RR : 28 x/menit
- Pernafasan dangkal
- Tampak retraksi
dinding dada
- TD:91/61 mmHg
- MAP: 71
- Nadi: 66x/mnt

Rabu , 30- Data Subyektif : - Intoleransi aktifitas Kelemahan fisik


01-2019 DO:
- Pasien aktivitas di
bantu perawat.
- Tampak lemah.

B. DIAGNSA KEPERAWATAN

16
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perunahan irama jantung.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventiasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

C. INTERVENSI
Hari/tgl Dx Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Rabu /30 I Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
Januari keperawatan selama 2x24 jam - Evaluasi adanya nyeri dada
2019 diharapkan masalah penurunan - Catat adanya disritmia jantung
curah jantung teratasi dengan - Catat adanya penurunan curah
kriteria: jantung

Cardiac Pump effectiveness - Monitor status pernafasan


- Onitor balance cairan
Indicator awal akhir
- Monitor fatique, dyspnea,
Tekanan darah 2 4 ortopneu
sistol - Monitor status kardiovaskuler
Tekanan darah 2 4 - Monitor adanya penurunan
diastole tekanan darah

Irama jantung 2 4

Urine output 2 4

Retraksi dada 2 4

Saturasi oksigen 2 4

Rabu, 30 II Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (3140)


januari keperawatan selama 1x24 jam 1. Posisikan pasien untuk
2019. diharapkan pola nafas efektif memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil : 2. Posisikan untuk meringankan

17
Kepatenan jalan nafas sesak nafas
Indicator Awal Akhir 3. Monitor status pernafasan dan
Frekuensi 2 4 oksigenasi
pernafasan 4. Monitor adanya kecemasan
Saturasioksigen 2 4 pasien terhadap oksigenasi
Sianosis 2 4 5. Monitor vital sign
Pernafasan 2 4
cuping hidung
penggunaanotot 2 4
bantu nafas
Perasaan kurang 2 4
istirahat
Retraksi dinding 2 4
dada
Rabu ,30 III Setelah dilakukan tidakan Manajemen Energi
januari keperawatan selama 3x24 jam 1.Kurangi ketidaknyamanan fisik
2019. diharapka intoleransi aktifitas yang dialami pasien
dapat diatasi dengan kriteria hasil : 2.Monitor intake / asupan nutrisi
Indicator Awal Akhir untuk sumber energy yang
Melaporkan 2 4 adekuat.
secara verbal 3.Batasi stimulus lingkungan yang
kelelahan mengganggu.
berkurang/hilang 4.Batasi kunjungan keluarga
pasien.
Kenyamanan 2 4 5.Anjurkan pasien meningkatkan
aktivitas istirahat.

18
Frekuensi 2 4
pernafasan

TTV dalam 2 4
batas normal

19
D. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal Dx Implementasi respon pasien Paraf
01-2019  Mengobservasi status hemodynamic S:
jam 14.00 Wib O ; TD 122/66 mmHg, MAP 88,
N 98 x/mnt, R 28 x/mnt, S 37⁰C.
S:
jam 15.00 WIB  Mengobservasi status hemodynamic O ; klien masih bingung, TD
116/72 mmHg, MAP 89, , R 29
x/mnt, S 37,3⁰C.HR :67 x/menit

jam 16.00 WIB  Monitor hemodinamik, status neurologis. S:-


 Memberikan terapi oral( concor 2,5 mg, O : TD 123/67 mmHg, MAP 88,
Q ten 1 mg R 20 x/mnt, N 68 x/mnt,
Terapi masuk sesuai program

18.00 Wib  Monitor hemodinamik S:


 Menganjurkan klien untuk istirahat O ; klien masih lemah, TD
114/77 mmHg, MAP 82, N 86

20
 Monitor hemodinamik x/mnt, R 27 x/mnt, S 37⁰C,
Jam 19.00 WIB S:-
O : TD 8124/63 mmHg, MAP 85,
R 21 x/mnt, N 76 x/mnt, S

21
-01-2019 I  Mengobservasi status hemodynamic S:
jam 14.00 Wib O ; TD 122/66 mmHg, MAP 88,
N 98 x/mnt, R 28 x/mnt, S 37⁰C.
S:
jam 15.00 WIB  Mengobservasi status hemodynamic O ; klien masih bingung, TD
116/72 mmHg, MAP 89, , R 29
x/mnt, S 37,3⁰C.HR :67 x/menit

jam 16.00 WIB  Monitor hemodinamik, status neurologis. S:-


 Memberikan terapi oral( concor 2,5 mg, O : TD 123/67 mmHg, MAP 88,
Q ten 1 mg R 20 x/mnt, N 68 x/mnt,
Terapi masuk sesuai program

18.00 Wib  Monitor hemodinamik S:


 Menganjurkan klien untuk istirahat O ; klien masih lemah, TD
114/77 mmHg, MAP 82, N 86

 Monitor hemodinamik x/mnt, R 27 x/mnt, S 37⁰C,


Jam 19.00 WIB S:-
O : TD 8124/63 mmHg, MAP 85,
R 21 x/mnt, N 76 x/mnt, S

22
 Mengukur Balance cairan 36,8⁰C, injeksi masuk, Balance
20.00 WIb  Memberikan injeksi furosemide 20 mg, cairan sore:
injeksi citicolin 1 amp I : 350+400+250
O : 300+203
BC : +397 cc/7 jam

 Melakukan operan jaga


Jam 21.00  Mengobservasi status hemodinamik Tim jaga malam
 Mengkaji status pernafasan pasien S:-
O : TD 131/75 mmHg, MAP 84,
R 21 x/mnt, N 86 x/mnt, S
36,7⁰C
Tampak retraksi dinding dada
 Mengatur posisi pasien
jam 22.00 WIB  Memberikan terapi oral lactulose 1 cth S:-
O : pasien tampak lemah

 Mengobservasi status hemodynamic


 Memberikan minum air putih via enteral S:
O: TD 95/76 mmHg, MAP 69, R
Jam 23.00 22 x/mnt, N 86 x/mnt, S 36⁰C,

23
dengan GCS E2 M3 V2,
Obat orak masuk

Jam 24.00 WIB  Mengobservasi status hemodynamic S:


O: TD 106/76 mmHg, MAP 82,
R 27 x/mnt, N 86x/mnt, S
36,5⁰C, dengan GCS E2 M3 V2,
Jam 01.00 WIB  Mengobservasi status hemodynamic S:-
O : TD 96/66 mmHg, MAP 68, R
26 x/mnt, N 86x/mnt, S 36,5⁰C

Jam 02.00 WIB  Mengobservasi status hemodynamic S:-


O : TD 106/76 mmHg, MAP 78,
R 28 x/mnt, N 96x/mnt, S
36,5⁰C,
Jam 03.00 WIB  Mengobservasi status hemodinamik S:-
O : TD 102/76 mmHg, MAP 73,
R 28 x/mnt, N 78x/mnt, S 36,5⁰C
Jam 04.00 WIB  Mengobservasi status hemodinamik S:-
O : TD 100/72 mmHg, MAP 76,

24
R 26 x/mnt, N 86x/mnt, S
36,5⁰C, d
Jam 05.00 WIB  Mengobservasi status hemodinamik S:-
O : TD 98/62 mmHg, MAP 64, R
27 x/mnt, N 76x/mnt, S 36,5⁰C

06.00 WIB  Mengobservasi status hemodinamik S:-


O : TD 106/76 mmHg, MAP 71,
R 26 x/mnt, N 92x/mnt, S
36,5⁰C, dengan GCS E2 M3 V2
 Mengobservasi status hemodinamik S:-
 Membuang urine O : TD 107/88 mmHg, MAP 80,
 Menghitung balance cairan R 25 x/mnt, N 109x/mnt, S
36,5⁰C, dengan GCS E2 M4 V4
Balance cairan :
Jam 07.00 WIB I : 150+400+
O : 200+203
BC : +253cc/7 jam

25
30-01-2019 S:-
Jam 07.00 WIB  Operan jaga O : TD 97/67 mmHg, MAP 64, R
Jam 08.00 Wib  Memandikan pasien 28 x/mnt, N 79x/mnt, S 36,5⁰C
 Melakukan oral hygiene Terapi oral masuk
 Memberikan terapi oral spironolactone
25 mg S:-
Jam 09.00 WIB  Monitor hemodinamik. O : TD 104/75mmHg, MAP 79,
R 28 x/mnt, N 86x/mnt, S 36,5⁰C

S:-
O : TD 104/885mmHg, MAP 79,
10.00 Wib Monitor hemidinamic dan status respirasi R 22 x/mnt, N 106x/mnt, S
36,5⁰C

Diet masuk setengah porsi


11.00 Wib  Memberikan diit per enetral Residu (-)
 Memberikan cairan IVFD Asering 10 tpm S ; keluarga klien mengatakan
Jam 12.00 WIB kondisi pasien
 Membatasi pengunjung O : keluarga tampak mengerti.

26
S :-
13.00 Wib  Monitor hemodinamik, status neurologi O : TD 95/66 mmHg, MAP 76, R
 Menghitung balance cairan 27 x/mnt, N 86 x/mnt, S 36⁰C,
dengan GCS E2 M3 V2,
Balance cairan :
I : 500+20+250
O : 200+175
BC : +383 cc/7 jam
S;-
Jam 14.00 WIB  Monitor hemodinamik O : TD 110/87 mmHg, MAP 86,
N 87 x/mnt, R 16 x/mnt. Diet
masuk 200cc

Jam 15.00 WIb  Monitor hemodinamik S:-


O : injeksi masuk, TD 105/77
mmHg, MAP 85, R 28 x/mnt, N
Jam 16.00 WIB  Monitor hemodinamik 87 x/mnt, SpO2 97%.

S:-

27
17.00Wib  Monitor hemodinamik O ; TD 98/67 mmHg, MAP 69, R
26 x/mnt, N 91 x/mnt, SpO2 96%
IVFD aserig 20 tpm
 Mengganti cairan infus
S:-
Jam 18.00 WIB  Monitor hemodinamik O : TD 97/67 mmHg, MAP 66, R
27x/mnt, N 91 x/mnt, SpO2 98%
S:-
Jam 19.00 WIB Monitor hemodinamik O : TD 93/64 mmHg, MAP 62, R
24x/mnt, N 86 x/mnt, SpO2 96%
S:-
Jam 20.00 WIB  Monitor hemodinamik O : TD 100/77 mmHg, MAP 76,
R 28x/mnt, N 82 x/mnt, SpO2
96%

 Memberikan injeksi furosemif 20 Injeksi masuk

mg,citicolin 1 ampul Balance cairan :

 Menghitung balance cairan I : 200+30+400


O : 200+203
Jam 21.00 WIB BC : +257cc/7 jam
S:-

28
Jam 22.00 WIB  Operan Jaga O : TD 96/67 mmHg, MAP 66, R
 Monitor status hemodinamik 28x/mnt, N 90 x/mnt, SpO2 95%
- Posisi semi fowler
 Mengatur posisi pasien - Terapi masuk
Jam 23.00 WIB  Memberikan terapi oral lactulosa S:-

 Monitor status hemodinamik dan status O : TD 102/74 mmHg, MAP 84,

neurologi pasien R 27x/mnt, N 80 x/mnt, SpO2


96%
Jam 24.00 WIB IVFD asering 20 tpm
 Mengganti cairan infus S:-
 Monitor status hemodinamik dan status O : TD 108/70 mmHg, MAP 74,
neurologi pasien R 26x/mnt, N 91x/mnt, SpO2
95%
Jam 01.00 WIB S:-
 Monitor status hemodinamik dan status O : TD 94/60 mmHg, MAP 64, R
neurologi pasien 28x/mnt, N 76 x/mnt, SpO2 96%

Jam 02.00 WIB S:-


 Monitor status hemodinamik dan status O : TD 91/66 mmHg, MAP 82, R
neurologi pasien 28x/mnt, N 83 x/mnt, SpO2 94%

29
Jam 03.00 WIB S:-
 Monitor status hemodinamik dan status O : TD 92/64 mmHg, MAP 64, R
neurologi pasien 20x/mnt, N 80 x/mnt, SpO2 92%
S:-
Jam 04.00 WIB  Monitor status hemodinamik dan status O : TD 99/63 mmHg, MAP 64, R
neurologi pasien 27x/mnt, N 80 x/mnt, SpO2 91%
S:-
Jam 05.00 Wib  Monitor status hemodinamik dan status O : TD 92/64 mmHg, MAP 64, R
neurologi pasien 27x/mnt, N 103 x/mnt, SpO2
89%
Jam 06.00 WIB  Menghitung balance cairan Balance cairan :
I : 400+30+250
O : 100+290
BC : +310 cc/10 jam
Balance cairan per 24 jam
1046cc/24 jam

 Operan jaga
Jam 07.00 WIB

30
S:-
31 Januari 2019  memandikan pasien O : TD 84/53 mmHg, MAP 58, R
Jam 08.00 Wib  Melakukan oral hygiene 27 x/mnt, N 58x/mnt, S 36,5⁰C,
Jam 09.00 WIB  Memberikan terapi oral spironolactone SPO2 86%dengan GCS E1 M2
 Memberikan injeksi furosemide 20 mg, V2
injeksi citicolin 1 ampul Injeksi dan terapi oral masuk
S:-
10.00 Wib  Monitor hemodinamik, status neurologis O : TD 89/58mmHg, MAP 61, R
26 x/mnt, N 106x/mnt, S
11.00 Wib 36,5⁰C,SPO2 64%
Keluarga menolak
 Edukasi keluarga untuk pemasangan alat Diet masuk 2
bantu nafas 150 cc
S :-
Jam 12.00 WIB  Monitor hemodinamik, status neurologis O : TD 75/46 mmHg, MAP 46, R
27 x/mnt, N 66 x/mnt, S 36⁰C,
dengan GCS E1 M2 V2,
 Memberikan cairan IVFD Asering 20 tpm
 Memberikan diet siang
Balance cairan :

31
13.00 Wib  Menghitung balance cairan I : 100+275+300
O : 100+175
BC : 375 cc/7 jam
S;-
13 40 WIB  Pasien henti nafas O : TD -mmHg, gambaran EKG
 Menganjurkan keluarga mendampingi asistol
pasien
 Keluarga tidak berkenan untuk dilakukan
resusitasi
 Pasien dinyatakan meninggal dihadapan
keluarga dan petugas

32
E. EVALUASI
Hari/tanggal Dx Catatan perkembangan Paraf
31 januari I S: -
2019 O:
- Pasien tampak lemah, kesadaran :sopor GCS
E1M2V2
- Pasien terpasang NRM aliran oksigen 8 lbm,
- Tampak retraksi dinding dada
- Tak terdapat suara ronchi
- Auskultasi jantung S1 – S2 ireguler.
- TD 84/53 mmHg, MAP 58, R 27 x/mnt, N
58x/mnt, S 36,5⁰C, SPO2 86%
- Urine output 250/24 jam
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor status hemodinamik
- Monitor status pernafasan
II S:-
O:
- Pasien terpasang NRM aliran oksigen 8 lbm,
- Tampak retraksi dinding dada
- Sianosis (-)
- Pernafasan cuping hidung (-)
- TD 84/53 mmHg, MAP 58, R 27 x/mnt, N
58x/mnt, S 36,5⁰C, SPO2 86%
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor status hemodinamik

33
- Monitor status pernafasan

III S:-
O:
- Pasien masih tampak lemah.
- TD 84/53 mmHg, MAP 58, R 27 x/mnt, N
58x/mnt, S 36,5⁰C, SPO2 86%
- Aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan
keluarga.
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor status hemodinamik
- Bantu pemenuhan kebutuhan ADL

34
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian penulis pada Ny. D menggunakan pola pengkajian
kritis yaitu menggunakan format B6, yaitu Brain, Breathig, Blood, Bowel,
Bladder, dan Bone. Pada kasus yang terjadi pada Ny. D focus pengkajian pada
sistem B6 yaitu Blood. Klien mengalami sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit dan ketika dilakukan pengkajian di ICU didapatkan data :
Data subyektif :
 Keluarga pasien mengatakan pasien sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit.
 Keluarga pasien mengatakan pasien sering mengalami sesak nafas saat
beraktivitas.
Data Obyektif :
- Ronchi (-)
- RR: 28 x/mnt
- Pernafasan dangkal.
- SpO2: 98%
- TD:91/61 mmHg
- MAP: 71
- Nadi: 66x/mnt

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari pengkajian yang dilakukan, kemudian analisa data didapatkan data focus
diagnose keperawatan utama peunurunan cardiac output dan ketidakefektifan pola
nafas.

35
C. INTERVENSI
Penyusunan intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien dan
kondisi di lapangan. Intervensi sesuai dengan aplikasi NANDA, NOC dan NIC
(2015-2017).

D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan pada Ny. D sesuai dengan intervensi dan diagnosa
keperawatan utama. Fokus implementasi keperawatan pada pengkajian B6 (blood)
yaitu dengan monitoring status hemidinamik dan status pernafasan. Pada pasien
CHF terjadi penurunan cardiac output karena berkurangnya kontraktilitas otot
jantung sehingga menyebabkan perubahan irama jantung dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi
keperawatan yaitu untuk mengatasi masalah penurunan curah jantung dan
ketidakefektifan pola nafas. Penurunan cardiac output menyebabkan dyspnea tau
sesak nafas karena berkurang nya suplay oksigen sehingga pompa jantunga
berkurang. Penatalaksanaan unruk mengatasi dysnea ada dua cada yaitu dengan
farmakologi dan non farmakologi. Teknik farmakologi dengan menggunakan
terapi medis seperti pemberian glikosida jantung, terapi diuretic, dan terapi
vasodilator. Sedangkan terapi non farmakologi yang dilakukan yaitu edukasi,
exercise dan peningkatan kapasitas fungsional. Salah satu penyelesaian dyspnea
yang dapat dilakukan dengan pemberian oksigenasi untuk menurunkan laju
pernafasan,. Pemberian posisi dan breathing exercise dapat dilakukan untuk
mengurangi usaha serta meningkatkan fungsi otot pernafasan. Latihan fisik yang
dapat ditoleransi juga menjadi penatalaksanaan dalam meningkatkan perfusi
jaringan dan sirkulasi. Breathing exercise merupkan latihan untuk meningkatkan
pernafasan dan kinerja fungsional jantung, bentuk breathing exercise yaitu
aktifitas keperawatan yang berfungsi meningkatkan otot pernafasan untuk
memaksimalkan ventilasi. Sebelum melakukan latihan fisik pasien CHF

36
memerlukan penilaian yang kompehensif dan diajurkan istirahat apabila kelelahan.
Breathing exercise sudah dilakukan penelitian oleh Novita Nirmalasari (2017)
dilakukan selama 15 hari hasil penelitian menunjukkan p=0,004 dalam penurunan
dyspnea. Dalam penelitian tersebur deep breathing exercise direkomendasikan
sebagai bentuk pilihan intervensi dalam fase in patient untuk mengurangi dyspnea
pada pasien CHF.

37
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh ( NANDA 2015-2017).
Gagal jantung atau sering disebut gagal jantung kongestif, adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Implementasinya
berfokus pada diagnose keperawatan penurunan curah jantung yang
mengakibatkan ketidakefektifan pola nafas, implementasi sesuai dengan
keluhan klien dan mengevaluasi hasilnya. Implementasi yang dilakukan adalah
deng memposisikan klien semifowler atau 45⁰ atau posis ½ duduk, karena
dengan memposisikan klien seperti itu diharapkan sesek akan berkurang.
Ketika pasien diberikan posisi tidur 30º dan 45º terjadi ekspansi dada yang
maksimum pada klien sehingga gravitasi menarik diafragma kebawah dan
ekspansi paru menjadi lebih besar. Selain dengan posisi semi fowler ntuk
memaksimalkan kerja otot pernafasan deep breathing exercise juga
direkomendasika untuk mengatasi dyspnea pada pasien CHF. Deep breathing
exercise direkomendasikan untuk pasien dengan NIHA satu dan dua yang
masih bisa ditoleransi untuk beraktifitas. Dan dianjurkan istirahat apabila
pasien mengalami kelelhan fisik.

B. SARAN
1. Berdasarkan implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan Ny. D
diharapkan dapat memberikan inovasi tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah pada pasien dengan gangguan pernafasan. Sehingga

38
dapat digunakan dalam mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas
khusunya pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.
2. Deep breathing exercise bisa dijadikan option penatalaksaan non
farmakologi untuk mengatasi sesak nafas pada pasien CHF.
3. Perawat lebih inovatif dalam mengaplikasikan tindakan keperawatan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan khusunya dengan gangguan
kardiovaskuler.

39
DAFTAR PUSTAKA

Kabo & Karim. (2002). EKG dan Penanggulangan beberapa Penyakit Jantung untuk
Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. (2001). Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Buku


Kedokteran. Jakarta: EGC.

Bambang, dkk. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter


Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

40

You might also like