You are on page 1of 20

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA JANUARI 2019

LAPORAN KASUS
GAGAL INDUKSI

PEMBIMBING :
DR. dr. Nasrudin AM, Sp.OG(K), MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

BAB I
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Falcon VIII, Halim pk
Tgl.Masuk RS : 05 Maret 2014, pukul 12:15
No.CM : 08.89.68

II. DATA DASAR


Diperoleh secara autoanamnesis. Tanggal 21 Januari 2019 , pukul 15:20
WIB
a. Keluhan Utama :
Belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal usia
kehamilan sudah 42 minggu.
b. Keluhan Tambahan :
Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan pengantar dari DPJP dengan keluhan belum ada
keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas padahal usia kehamilan sudah
42 minggu, Hari pertama haid terakhir pasien tanggal 02 April 2018. Saat
sekitar bulan Juni, pasien merasakan mual dan setelah itu pasien
memeriksakan ke dokter dan melakukan USG pertama kali pada bulan
Juli 2018 dinyatakan sudah hamil 10 minggu. Dilakukan USG kembali
tanggal 29 mei 2013 di Rsau dr.Esnawan antariksa dengan BPD 3,0 cm.
Kemudian USG kembali pada tanggal 16 oktober 2013 BB ibu 80 kg dan
BPD 3,30 cm. Dilakukan USG pada tanggal 5 maret 2013 dan didapatkan
janin tunggal hidup persentasi kepala (postero oksipito persistent). TBJ
2800 gr , ketuban normal. Pasien pernah mengalami kehamilan 2 kali
sebelumnya, anak pertama dilahirkan secara normal, bayi laki-laki, BB
4200 gram, PB ibu mengaku lupa, usia anak pertama sekarang 4 tahun,
mendapatkan ASI, tumbuh normal dan sehat sampai sekarang; dan
kehamilan kedua, dilahirkan secara normal, bayi perempuan, BB 3300
gram, PB ibu mengaku lupa, usia anak sekarang 2 tahun, mendapatkan
ASI, tumbuh normal dan sehat sampai sekarang Adanya keluhan seperti
rembesan air ketuban, keluarnya darah-lendir disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keguguran Pasien juga tidak
merokok dan minum akohol.

HPHT : 02 April 2018


TP : 09 Januari 2019

d. Perangai Pasien
- Kooperatif

e. Riwayat Haid :
- Menarche : usia 13 tahun.
- Siklus : 28 hari, teratur.
- Lamanya : 5-7 hari
- Nyeri haid : tidak ada.
- Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari.

f. Riwayat KB :
- KB implant setelah kelahiran anak yang pertama, setiap 7 bulan.

g. Riwayat Pernikahan :
Menikah 1 kali dengan suami yang sekarang selama 7 tahun.

h. Riwayat Obstetri :
1. laki-laki 5 tahun yang lalu, lahir secara normal, berat janin 4200
gram, ditolong oleh dokter.
2. perempuan 2 tahun yang lalu, lahir secara normal, berat janin 3300
gram, ditolong oleh dokter.
3. Sekarang

i. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal

j. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal

k. Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal


ANC di dokter, kontrol kehamilan sejak usia kehamilan 10
minggu. Setiap bulan sekali sampai usia kehamilan 42 minggu. Setelah
usia kehamilan 32 minggu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu
sekali. Pasien telah mendapatkan vaksin TT 2x.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,5 º C
 Frekuensi napas : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera tidak ikterik
Thoraks
 Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : BP vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Bising usus 4x/menit kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat, oedema tungkai -/-

Status Obstetri:
1. Pemeriksaan luar
INSPEKSI :
perut membuncit.
PALPASI :
TFU : 34 cm.
Leopold I : Teraba 1 bagian besar, bulat lunak, dan tidak
melenting.
Leopold II : Teraba bagian kontinyu dari janin (punggung janin)
pada sisi kiri ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras dan bulat tidak dapat digerakan
pada sisi kiri ibu.
Leopold IV : Belum masuk PAP

AUSKULTASI :
DJJ1 : 140 kali/menit

2. Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan Laboratorium (20/01/2019)
Hemoglobin : 9-7 mg/dl ( Normal: 11,7 – 15,5 )
Leukosit : 8.800 /mm2 (normal : 3600-11.000)
Trombosit : 227.000 /mm2 ( Normal: 150 – 440 ribu/mm2)
Hematokrit : 35 % ( Normal : 35 – 47%)
Bleeding time : 3 menit
Clotting time : 4 menit
- USG (tanggal 5 Maret 2014)
Gravid tunggal hidup intrauterine, presentase kepala, punggung kiri,
plasenta letak fundus grade II, SDP 4,2 cm, EFW 3300 gr, biometri
janin sesuai usia kehamilan 40w 4d.

V. DIAGNOSIS KERJA
Ibu : G3P2A0 Hamil 42 minggu*HPHT, janin tunggal intrauterin
presentasi kepala (postero oksipito persistent).
Janin : Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala (postero
oksipito persistent).
VI. RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis:
- Observasi kemajuan persalinan
- Observasi HIS dan DJJ
- VT Kontrol bila HIS adekuat
- Vioquin 2x1 tab
- Cito SSTP
Rencana Terapi:
- Pasang iv line
- IVFD RL 500 cc + 5 IU oksitosin mulai 4 tpm dinaikkan 4 tpm
setiap 30 menit, maksimal 40 tpm.= gagal induksi.
Rencana Operasi SC:
- Informed Consent
- Lapor OK
- Konsul Anastesi
- Siap darah 2 bag PRC
- Inj. Cefotaxime 1 gr/ iv 1 jam sebelum operasi

VII. PROGNOSIS
Ibu : bonam.
Janin : ad bonam

VIII. Resume

Pasien datang kerumah sakit G3P2A0 Hamil 42 minggu, janin tunggal intrauterin
presentasi kepala (postero oksipito persistent). Dengan keluhan belum ada keluhan
kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal sudah 42 minggu.
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, DM, asma, maupun
alergi. Riwayat ANC baik. Pasien direncanakan tindakan operasi SC dengan indikasi
gagal induksi.
Pasien melahirkan bayi bayi lahir pada pukul 09.50 WIB, jenis kelamin laki-laki,
BBL : 3600 gr, PBL : 49 cm, A/S : 8/10, anus (+), cacat (-), HR 147 x/menit, RR
45x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi dada (-), pergerakan
bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap. Kondisi ibu setelah persalinan
baik dengan hemodinamik stabil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KEHAMILAN POST TERM

A. Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo ). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau
masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap
perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat
badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat
badan kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan
oksigen dan makanan.
B. Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir .Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan post matur atau serotinus.
2. Berikut mengenai tanda-tanda kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
 Nausea (enek) dan emesis (muntah).
Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-
kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan
ini lazim disebut morning sickness
 Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
 Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu).
Mengidam sering terjadi pada bulan bulan pertama akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
 Pingsan.
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak
pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
 Anoreksia (Tidak ada selera makan).
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi.
 Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini
kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
 Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid.
 Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-
kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan
deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula
linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi
ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
 Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan
pertama.
 Varises.
Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida
kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul kembali
pada triwulan pertama. Terkadang timbulnya varises merupakan gejala pertama
kehamilan muda
b. Tanda pasti kehamilan
 Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
 Pada auskultasi terdengar detak jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop laennec
DJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat
doppler DJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
 Dengan ultrasonografi (USG) atau scaning dapat dilihat gambaran janin.
 Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin

C. Etiologi
Penyebab kehamilan post term sampai saat ini belum diketahui secara jelas,
namun beberapa teori kehamilan dapat menjelaskan tentang kehamilan post term
seperti pengaruh progesteron, teori oksitosin, teori kortisol, teori syaraf uterus, dan
herediter akan tetapi tidak ada yang dianggap mutlak benar dari teori-tersebut.

D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,
1998), dimana terjadi perubahan-perubahan pada faktor fisiologi yaitu disfungsi
placenta. Yang terjadi pada placenta diantara lain adalah kalsifikasi yang ditimbulkan
karena penimbunan kalsium, selaput vakulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlah
nya berkurang, terjadi proses degenerasi placenta, dan perubahan biokimia pada
placenta.
Fungsi placenta mencapai puncak pada umur 38 minggu, dan mulai menurun
sejak umur kehamilan 42 minggu. Rendahnya fungsi placenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin sebesar 3 kali lipat. Akibat penuaan placenta
membuat pasokan makanan dan oksigen menjadi berkurang disamping adanya
spasme arteri spiralis. Sirkulasi uretoplasenter berkurang 50%, dan mempengaruhi
beberapa hal, diantaranya :
 Berat janin : kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan pasokan dari
placenta berkurang karena insufisiensi placenta sehingga berat janin berkurang tetapi
juga dapat menyebabkan bayi terus tumbuh jika placenta masih baik, sehingga dapat
menghasilkan bayi besar.

 Sindroma postmatur : ditemui pada bayi dengan post matur adalah gejala-gejala
gangguan pertumbuahan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lugano, maserasi kulit
terutama di lipat paha dan genital, warna coklat kehijauan pada kulit , muka tampak
menderita dan rambut yang sudah tebal. Tidak semua bayi menunjukan gejala
tersebut, tergantung dari fungsi plasenta. Menurut derajatnya ada 3 stadium :
Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh
dan mudah mengelupas
Stadium 2 : gejala diatas disertai pewarnaan kehijauan muconium pada kulit
Stadium 3 : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

E. Gejala dan Tanda

Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya
kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui
wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu,
hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk
memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban
(Muchtar, 1998). Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/
genap 42 minggu palpasi bagian – bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air
ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan
pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang
dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan
USG.

F. Diagnosis
Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit,
karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan,
bukan terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat
dipastikan karena dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan
post term adalah karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Untuk
mendiagnosis kehamilan post term dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Riwayat haid

Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur,
dan tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.
b. Riwayat pemeriksaan antenatal

Dilihat dari tes kehamilannya,


Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida biasanya
dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan pada umur
kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur kehamilan adalah
pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu, sedangkan pada
multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.
Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada kehanmilan
18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12 minggu.
c. Pemeriksaan TFU

Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan
secara kasar.
d. Pemeriksaan USG

Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan menukur diameter


biparietal dan panjang femur.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah
menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko
kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:
1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes
tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang
positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan
dengan keadaan postmatur.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7
kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20
menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara
kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya
air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi
kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan
mengalami resiko 33% asfiksia.
4. Kematian janin

disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi


placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia
dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.
Pengaruh pada ibu
Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia
persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.

G. Komplikasi

Kematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55%
dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi
yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:

(1) Komplikasi pada Ibu

Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,
atonia uteri dan perdarahan postpartum.

(2) Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,
tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.

H. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2
kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan
menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah
terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu
seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih
tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir
seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir
hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid
terakhir Ny.X jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari
sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka
8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

I. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat
dilakukan dengan metode :

a). Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5%, banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih
sederhana dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes
kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai
terjadi persalinan.

b). Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat


persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung
kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang
mengandung 5 unit oksitosin.

c). Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian


prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan
sehingga persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung
dengan sendiri atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.

Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu untuk


memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu
adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda – tanda
insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin,
kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi
tua maka dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa
janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan
menilai gerakan janin (Mochtar,1998).

INDUKSI PERSALINAN
Definisi

Induksi persalinan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.

Metode Induksi Persalinan


1. Medisinal;
- Infus oksitosin
- Prostaglandin
- Cairan hipertonik intrauterin
Yang banyak digunakan saat ini adalah pemberian infus oksitosin.
2. Manipulatif/ operatif;
- Amniotomi
- Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim
- Pemakaian rangsangan listrik
- Rangsangan pada puting susu

Indikasi
Indikasi Janin : - Kehamilan lewat waktu
- Ketuban Pecah Dini
- Janin mati
Indikasi Ibu : - Kehamilan dengan hipertensi
- Kehamilan 37 minggu dengan Diabetes Melitus
- Penyakit ginjal berat
- Hidramnion yang besar
- Primigravida tua

Kontra Indikasi
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Cacat rahim
5. Grande multipara
6. Gemelli
7. Distensi rahim yang berlebihan
8. Plasenta previa

Syarat-syarat pemberian infus oksitosin


1. Kehamilan aterm
2. Ukuran panggul normal
3. Tidak ada CPD
4. Janin dalam presentasi kepala
5. Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah
mulai membuka
6. Bishop score > 8 (kemungkinan besar induksi berhasil)

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %
Penurunan kepala diukur -3 -2 -1 +1 +2
dari bidang Hodge III
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke Searah sumbu Ke arah
belakang jalan lahir depan

Komplikasi Infus Oksitosin


- Tetania uteri, ruptur uteri
- Gawat janin

Cara pemberian oksitosin drip:


- Kandung kemih dikosongkan
- Oksitosin 5 IU dimasukkan ke dalam dextrose 5 % 500 cc dimulai dengan 8
tetes per menit
- Kecepatan dapat dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai tetes maksimal 60 tetes/
menit
- Pasien harus diobservasi ketat
- Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan
dipertahankan sampai persalinan selesai. Bila kontraksi rahim sangat kuat,
jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
- Bila dalam pemberian oksitosin ditemukan penyulit pada ibu atau janin, infus
oksitosin harus dihentikan dan kehamilan diselesaikan dengan seksio sesarea.
SEKSIO SESAREA

Definisi
Adalah suatu cara melahirkan janin dengan membut sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau suatu histerotomia intuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
Istilah
Istilah section caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea.
Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

Indikasi
Indikasi ibu
1. Panggul sempit
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalo-pelvik
6. Ruptur uteri mengancam
7. Partus lama (prolonged labor) atau partus tak maju (obstructed labor)
8. Pre-eklamsia dan hipertensi

Indikasi janin
Malpresentasi janin misalnya letak lintang, presentasi dahi dan muka,
presentasi rangkap dan gemelli.

Jenis-jenis operasi
1. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri.
Kelebihan
- mengeluarkan janin lebih cepat
- tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
- infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
- persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah
uterus.
Kelebihan
- penjahitan luka lebih mudah
- penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
- perdarahan kurang
- kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil
Kekurangan
- dapat terjadi perdarahan yang banyak
- keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi

You might also like