You are on page 1of 8

Pandangan Syariah Islam

Menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia hukumnya haram, berdasarkan 3 (tiga) alasan
sebagai berikut;

Pertama, syariah Islam dengan tegas telah mengharamkan kebiri pada manusia, tanpa ada perbedaan
pendapat (khilafiyah) di kalangan fuqaha. Tiadanya khilafiyah ini diriwayatkan misalnya oleh Imam
Ibnu Abdil Barr (Al Istidzkar, 8/433), Imam Ibnu Hajar Al Asqalani (Fathul Bari, 9/111), Imam
Badruddin Al ‘Aini (‘Umdatul Qari, 20/72), Imam Al Qurthubi (Al Jami’ li Ahkam Al Qur`an, 5/334),
dan Imam Shan’ani, (Subulus Salam, 3/110). (Lihat Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 19/119-120; ‘Adil
Mathrudi, Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Muta’alliqah bi Al Syahwat, hlm. 88; Kamaluddin Jumu’ah
Bakar, Masa`il wa Ahkam Yamussu Jasadal Insan, hlm. 90).

Dalam kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah dikutip pernyataan tentang tidak adanya khilafiyah ulama
mengenai haramnya kebiri sebagai berikut :

“Imam Ibnu Hajar Al Asqalani berkata,’(Hadits yang melarang kebiri) adalah larangan pengharaman
tanpa perbedaan pendapat di kalangan ulama, yaitu kebiri pada manusia.’ (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah,
19/121).

Dalam kitab Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Muta’alliqah bi Al Syahwat, Syekh ‘Adil Mathrudi berkata :

“Para ulama telah sepakat bahwa kebiri pada manusia itu diharamkan dan tidak boleh.” (‘Adil
Mathrudi, Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Muta’alliqah bi Al Syahwat, hlm. 88).

Dalil haramnya kebiri pada manusia adalah hadits-hadits sahih yang dengan jelas menunjukkan
larangan Rasulullah SAW terhadap kebiri. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia berkata :

”Rasulullah SAW telah menolak Utsman bin Mazh’un RA untuk melakukan tabattul (meninggalkan
kenikmatan duniawi demi ibadah semata). Kalau sekiranya Rasulullah SAW mengizinkan Utsman bin
Mazh’un untuk melakukan tabattul, niscaya kami sudah melakukan pengebirian.” (HR Bukhari no
5073; Muslim no 3390).

Dari Ibnu Mas’ud RA, dia berkata ;

”Dahulu kami pernah berperang bersama Nabi SAW sedang kami tidak bersama isteri-isteri. Lalu
kami berkata (kepada Nabi SAW),’Bolehkah kami melakukan pengebirian?’ Maka Nabi SAW
melarang yang demikian itu.” (HR Bukhari no 4615; Muslim no 1404; Ahmad no 3650; Ibnu Hibban
no 4141). (Taqiyuddin An Nabhani, An NizhamAl Ijtima’i fi Al Islam, hlm. 164; Al Mausu’ah Al
Fiqhiyyah, 19/119)
Kedua, syariah Islam telah menetapkan hukuman untuk pelaku pedofilia sesuai rincian fakta
perbuatannya, sehingga tidak boleh (haram) melaksanakan jenis hukuman di luar ketentuan Syariah
Islam itu. Dalil haramnya melaksanakan hukum-hukum non syariah adalah firman Allah SWT :

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al Ahzab [33]: 36).

Ayat tersebut dengan jelas melarang muslim untuk membuat suatu ketentuan baru apabila sudah ada
ketentuan hukum yang tertentu dari Syariah Islam. Maka dari itu haram hukumnya menerapkan
hukum kebiri untuk pelaku pedofilia, karena Syariah Islam sudah menetapkan rincian hukuman
tertentu bagi pelaku pedofilia.

Adapun rincian hukuman untuk pelaku pedofilia sbb; (1) jika yang dilakukan pelaku pedofilia adalah
perbuatan zina, hukumannya adalah hukuman untuk pezina (had az zina), yaitu dirajam jika
sudah muhshan (menikah) atau dicambuk seratus kali jika bukan muhshan; (2) jika yang dilakukan
pelaku pedofilia adalah liwath (homoseksual), maka hukumannya adalah hukuman mati, bukan yang
lain; (3) jika yang dilakukan adalah pelecehan seksual (at taharusy al jinsi) yang tidak sampai pada
perbuatan zina atau homoseksual, hukumannya ta’zir. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul ‘Uqubat,
hlm. 93).

Memang benar, hukuman untuk pelaku pedofilia yang hanya melakukan pelecehan seksual (at
taharusy al jinsi), adalah hukuman ta’zir, yang dapat ditentukan sendiri jenis dan kadarnya oleh
hakim (qadhi). Misalnya dicambuk 5 kali cambukan, dipenjara selama 4 tahun, dsb. Pertanyaannya,
bolehkah hakim menjadikan kebiri sebagai hukuman ta’zir?

Jawabannya, tidak boleh (haram). Sebab meski hukuman ta’zir dapat dipilih jenis dan kadarnya oleh
hakim, tetapi disyaratkan hukuman ta’zir itu telah disahkan dan tidak dilarang oleh nash-nash syariah,
baik Al Qur`an maupun As Sunnah. Jika dilarang oleh nash syariah, haram dilaksanakan. Misalnya,
hukuman membakar dengan api. Ini haram hukumnya, karena terdapat hadits sahih yang melarangnya
(HR Bukhari) (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul ‘Uqubat, hlm. 81). Maka demikian pula,
menjatuhkan ta’zir berupa kebiri hukumnya haram, karena telah terdapat hadits-hadits sahih yang
melarang kebiri.

Ketiga, dalam hal metode kebiri yang digunakan adalah metode injeksi kedua, yakni yang
diinjeksikan adalah hormon estrogen, hukumnya juga haram dari sisi lain, karena mengakibatkan laki-
laki yang dikebiri memiliki ciri-ciri fisik seperti perempuan. Padahal Islam telah mengharamkan laki-
laki menyerupai perempuan atau sebaliknya perempuan menyerupai laki-laki. Dalil keharamannya
adalah hadis riwayat Ibnu Abbas RA bahwa :
”Rasulullah SAW telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan melaknat wanita yang
menyerupai laki-laki.” (HR Bukhari, no 5546).

Hadis ini mengharamkan perbuatan laki-laki menyerupai wanita atau perbuatan wanita menyerupai
laki-laki. Maka, metode kebiri dengan cara injeksi hormon estrogen kepada laki-laki pelaku pedofilia
haram hukummya, karena menjadi perantaraan (wasilah) bagi laki-laki itu untuk menyerupai lawan
jenisnya (perempuan). Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:

”Al-Wasilah ila al-haram muharromah.” (Segala perantaraan menuju yang haram hukumnya haram
juga).

Berdasarkan 3 (tiga) alasan di atas, menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia hukumnya
adalah haram.

Penutup

Upaya pemerintah untuk menerapkan hukum kebiri bagi laki-laki pedofilia adalah suatu
kesesatan dan dosa besar yang sama sekali tidak boleh didukung oleh umat Islam. Siapapun yang
terlibat di dalam upaya penerapan hukum kebiri itu, baik itu ahli hukum yang menyusun draft Perpu,
Presiden yang menandatangi Perpu, para menteri pengusulnya, hakim dan jaksa yang mengadili
pelaku pedofilia, termasuk para dokter atau staf medis yang melaksanakan kebiri di rumah sakit atas
perintah pengadilan, semuanya turut memikul dosa besar di hadapan Allah. Mereka harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya itu hadapan Allah SWT pada Hari Kiamat andaikata Allah
bertanya mengapa mereka menjalankan hukuman yang tidak diizinkan Allah dan malah membuat-
buat hukuman yang tidak disyariatkan-Nya? Tidakkah mereka ingat firman Allah SWT :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS Al Isra` [17] : 36).

Upaya penerapan hukum kebiri tersebut di samping menunjukkan kebodohan terhadap Syariah Islam,
juga menunjukkan kegagalan yang total dalam penanggulangan kejahatan seksual terhadap anak.
Sesungguhnya penanggulangan kejahatan seksual terhadap anak, bahkan penanggulangan semua
penyakit sosial yang ada dalam sistem sekuler-kapitalis saat ini, wajib dikembalikan kepada Syariah
Islam yang diterapkan secara kaaffah (menyeluruh) dalam negara Khilafah. Dengan tiga pilar
pelaksanaan Syariah Islam, yaitu ketakwaan individu, kontrol sosial, dan penegakan hukum oleh
negara, insya Allah semua penyakit dan kejahatan sosial akan dapat dikurangi atau bahkan
dilenyapkan dari muka bumi dengan seizin Allah. Firman Allah SWT :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS Ar Ruum [30] : 41). Wallahu a’lam.

II. Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pedofilia


Pasal pasal yang terkait kejahatan pedofilia di Indonesia :
1. Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:a.

a. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal


diketahuinya bahwa orangitu pingsan atau tidak berdaya;

b. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal


diketahuinya atausepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum
lima belas tahun atau kalau umumyatidak jelas, yang bersangkutan belum
waktunya untuk dikawin;c.

Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus


diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jel
as yang bersangkutanatau kutan belum waktunya untuk dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar
perkawinan dengan orang lain.
2. Pasal 292
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin,yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

3. Pasal 81

a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman


kekerasan memaksaanak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). b.

Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yangdengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anakmelakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
4. Pasal 82
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan,memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untukmelakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
5
Banyak di negara maju yang telah menjatuhkan sanksi kebiri bagi para
pelaku pedofilia. Karena mereka sangat peduli akan anak bangsa yang kelak aka
n melanjutkankejayaan negara mereka. Kejahatan seksual yang amat tragis ini
dianggap sangat mengerikansehingga perlu adanya sanksi yang tegas agar tidak
menimbulkan korban yang semakin banyak dan pelaku yang terus bertambah
setiap waktu. Dengan hukuman kebiri pada pelaku

Diharapkan dapat menjadi efek jera dan sekaligus memberikan stigma takut
akan hukumankepada masyarakat luas agar tidak melakukan tindakan jahat
tersebut.Kebiri (juga disebut pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah
atau kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantanatau
fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik
pada hewanataupun manusia

Kebiri yang digunakandalam pemidaan pelaku pedofilia adalah kebiri kimiawi


dengan cara penyuntikan zat yangakan membuat libido seorang laki-laki
berangsur menghilang sehingga tidak memiliki hasratuntuk melakukan aktifitas
seksual lagi.Contoh negara yang telah melaksanakan hukuman kebiri bagi
pelaku pedhofiliaadalah Negara bagian California merupakan yang negara
bagian AS pertama yangmemberlakukan hukuman kebiri secara kimiawi bagi
pelaku kejahatan seksual terhadap anak.Hukuman kebiri di California
diterapkan sejak tahun 1996. Sedangkan di negara bagianFlorida, hukuman
kebiri diberlakukan sejak tahun 1997. Negara bagian lainnya ialah
Georgia,Iowa, Louisiana, Montana, Oregon, Texas dan Wisconsin.Di beberapa
negara bagiantersebut, hukuman kebiri kimiawi bisa dilakukan tergantung pada
keputusan pengadilan,untuk tindak pidana pertama. Namun untuk tindak pidana
kedua, hukuman kebiridiberlakukan secara paksa kepada pelaku kejahatan
seksual. Negara yang lain
adalahPolandia,Moldova,Estonia,Israel,Argentina,Australia,Korea Selatan
.
III. Perbandingan Hukuman Bagi Pelaku Pedofilia di Negara Lain Dan
diIndonesiaContoh Kasus
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah kasus kekerasan pada anak di Jakarta
InternationalSchool (JIS) terungkap, kini muncul pelaku pedofilia baru. Dia
adalahAndri Sobari aliasEmon, 26 tahun. Emon yang sejak usia 7 tahun sudah
menonton video porno berhasilmemperdaya lebih dari 80 anak di Sukabumi.
Hukuman bagi pelaku pedofilia di Indonesiadinilai belum mampu berefek jera.
Hukuman di Indonesia kalah dibanding penerapan dinegara lain. Banyak negara
sudah menerapkan hukuman kebiri bagi pelaku sodomi pada anakatau pelaku
pedofilia. Bahkan, beberapa negara juga menerapkan pengebirian untuk
kasus pemerkosaan.

Kebiri zaman sekarang bebeda dengan zaman purba. Dulu kebiri dilakukan
denganmemotong seluruh alat kelamin pria. Sekarang, kebiri dilakukan dengan
tindakan bedah ataukimia. Kebiri bedah dilakukan dengan cara memotong
kelenjar testis pria. Sedangkan kebirikimia dilakukan dengan memasukkan
obat-obatan penurun hasrat seksual pria.Pengalaman Korea Selatan bisa
menjadi contoh membuat jera pelaku pedofila. Pada tahun2011 pengadilan
negara itu menghukum pelaku pedofilia penjara 15 tahun penjara.
Pelakuterbukti melakukan tindakan seksual terhadap anak di bawah umur.
Hukuman tambahan yangdiberikan pengadilan adalah vonis kebiri kimia.
Beberapa negara di Eropa juga menerapkanhukuman kebiri. Polandia sejak
tahun 2009 sudah menerapkan hukuman penjara dan pengebirian kimia bagi
pelaku pedofilia. Orang asing yang melakukan pedofilia di Moldovaakan
diganjar kebiri kimia sejak tahun 2012. Rusia pun sejak tahun 2010 menghukum
para pedofilia dengan kebiri kimia dan
penjara. Negara tetangga kita, Malaysia, sudah sejak tahun 2013 mulai mempert
imbangkan penerapan kebiri kimia bagi para pelaku pedofilia. Menurut pihak be
rwenang di Malaysia,mereka ingin mengikuti pemerintah Korea Selatan yang
memberikan hukuman keras untukmelindungi anak-anak.Bagaimana dengan
Indonesia? Belum adanya hukuman yang beratmembuat warga negara asing
yang menjadi pelaku di Indonesia hanya diganjar hukuman
di bawah 15 tahun. SepertiTonny William, pedofilia asal Australia yang
ditangkap di Balikarena memperkosa dua anak di sana, hanya dihukum 13
tahun. Kasus lainnya adalah MarioMonara hanya dipenjara 9 bulan.
Tidak heran Federal Bureau Investigation menyatakanangka kasus
pedofilia di Indonesia tertinggi di Asia

.Tanggapan atas kasus tersebut penulis setuju dengan Komisi Perlindungan


AnakIndonesia yang telah mengusulkan pada pemerintah Indonesia untuk
menjatuhkan hukumankebiri bagi pelaku kejahatan seksual. Layaknya negara
lain yang telah menjalankan sistemini, Indonesia seharusnya juga ikut berbenah
agar tunas-tunas penerus bangsa dapatterlindung daroi aksi keji ini. Tindakan
kebiri ini dianggap tidak melanggar Hak AsasiManusia daripada hukuman mati.
Selain tetap menghargai hak hidup seseorang namun jugasebagai pembelajaran
serta efek jera bagi pelaku
Kitab Undang-undang Hukum PidanaSunting
Hukum mengenai pemerkosaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Bab XIV mengenai Kejahatan terhadap Kesusilaan.[23]
1. Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh
dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
2. Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
3. Pasal 289
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
4. Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau umumya
tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin;

3. barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas atau yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
5. Pasal 291
(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-
luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun; (2) Jika salah satu
kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289 dan 290 mengakibatkan kematian dijatuhkan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
6. Pasal 292
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
7. Pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan
pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja
menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya,
diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan
kejahatan itu.

(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing
sembilan bulan dan dua belas bulan.
8. Pasal 294
(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak angkatnya, anak
di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang
pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diannya yang belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:


1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah
bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan
kepadanya,

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan
negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial,
yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
9. Pasal 295
(1) Diancam:

1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja menyebabkan
atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya,
atau anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa
yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh
bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja
menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut dalam butir 1 di
atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus
diduganya demikian, dengan orang lain.

(2) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidana dapat
ditambah sepertiga.
10. Pasal 297
Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama enam tahun.
11. Pasal 298
(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281, 284 - 290 dan
292 - 297, pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 5 dapat dinyatakan.
(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal 292 - 297 dalam
melakukan pencariannya, maka hak untuk melakukan pencarian itu dapat dicabut.

You might also like