Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Waktu : 20 Menit
Jumlah : 40 orang
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu memahami tentang penyakit pada system
Tujuan Khusus :
2. Menjelaskan secara singkat tanda dan gejala dari penyakit diabetes mellitus dan
hipertiroidisme
KEGIATAN
pertemuan ini.
pertengahan
pertengahan
pertengahan
( 7 Menit ) bergantian.
telah disampaikan.
( 3 Menit ) peserta.
A. DIABETES MELITUS
1. Definisi
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Henderina, 2010). Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus
apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai
dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.
Diabetes melitus adalah penyakit yang di tandai dengan meningkatnya kadar gula dalam
darah secara kontinyu dan bervariasi,terutama setelah makan (Sutanto, 2010, dalam Setio Rudito
2014).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang di sertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata
ginjal saraf dan pembuluh darah Diabetes Melitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & Margareth,
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang terjadi karena peningkatan kadar gula darah
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif
tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh
urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).3)Timbul rasa
lapar (Polifagia)Pasien DM akan merasa cepat lapardan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi
karena tubuh terpaksamengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).
Berdasarkan Tjokroprawiro (2006 dalam Setio Rudito 2014) menyebutkan tanda dan gejala
1.Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan
3. Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012 dalam Seti Rudito 2014), penyebab diabetes
a.Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
b.Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
asing.c.Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
kadar gula darah).Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh
karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
peranan dalam terjadinya DM. Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau
langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon
autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter,
juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002) 2.Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Virus dan kuman leukosit antigen tidak
nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang
sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya
cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin
menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah
mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat
badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya
sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan,
perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir
lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
Berdasarkan Rendy & Margareth (2012) Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
a.Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) b.Obesitas
c.Riwayat keluarga
d.Kelompok etnik
4. Patofisiologi
1.Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan mengakibatkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan kedalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Keadaan normal insulin
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting
2.Diabetes Tipe II
Diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan denngan insulin, yaitu :
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipeII disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatanjumlah
Penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur .
5. Komplikasi
Berdasar Mansjoer,arif et al (2004 dalam Seti Rudito 2014) komplikasi yang dapat terjadi
2.Kronik
a.makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh tepi,
c.neuropati diabetik
e.Kaki diabetic
6. Pencegahan
Cara mencegah diabetes yang pertama dengan menghilangkan lemak berlebih pada tubuh Anda.
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko besar untuk diabetes. Sebaliknya, setiap kilogram
(2,2 pon) berat badan yang hilang mengurangi risiko diabetes sebesar 16 persen.
Makan berbagai buah dan sayuran – studi pola diet menunjukkan bahwa ini menjadi cara
mencegah diabetes. Makanan yang harus dihindari adalah mereka yang kaya lemak trans (juga
3. Minum air
Studi menghubungkan minuman manis dengan obesitas dan diabetes. Hindari minuman tersebut
Ketidakaktifan fisik meningkatkan risiko diabetes. Olahraga membuat sel lebih sensitif terhadap
insulin. Penelitian 2006 tersebut melibatkan relawan yang berolahraga cukup selama 150 menit
5. Kendalikan stres
Respons stres memicu pelepasan beberapa hormon yang meningkatkan gula darah. Studi
Kurang tidur kronis dan kualitas tidur yang buruk meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.
Namun jika Anda terus mengalami masalah tidur, segera hubungi dokter Anda.
Biasanya orang dapat melakukan ini dengan olahraga teratur, diet seimbang dan dengan menjaga
berat badan yang sehat dapat mencegah diabetes. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin
Diabetes dan penyakit kardiovaskular memiliki banyak faktor risiko yang umum, termasuk
Makanan yang enak dan kaya bumbu, biasanya tinggi garam, lemak dan kilojoule. Untuk
mencegah diabetes, sebaiknya Anda memasak sendiri menggunakan bahan-bahan segar dan
Ciri-ciri peringatan diabetes tipe 2 kurang dramatis dibandingkan diabetes tipe 1. Itu sebabnya
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu jenis masalah
autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi terlalu banyak hormon tiroid.
( Toft, D. 2014)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjer tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid
memproduksi hormon tiroksin dari iodium, maka iodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif dan membuat
berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ yang terletak dibagian depan leher dan
hormon ini yang mengontrol metabolisme, bernapas, denyut jantung, sistem saraf, berat
badan,suhu tubuh, dan banyak fungsi lainnya dalam tubuh. Ketika kelenjar tiroid yang terlalu
kecemasan, denyut jantung yang cepat, tremor tangan, keringat berlebihan, penurunan berat
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana kelenjar tiroid terlalu aktif dalam menghasilkan
kelenjar tiroid.
2. Manifestasi Klinis
3. Etiologi
Kelenjar tiroid membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang
memainkan peran penting dalam cara fungsi seluruh tubuh. Jika kelenjar tiroid membuat terlalu
Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh tubuh untuk
melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI)
yang menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit Graves
Hyperteroi djuga bisa disebabkan oleh nodular atau multinodular gondok beracun, yang
merupakan benjolan atau nodul pada kelenjar tiroid yang menyebabkan tiroid untuk
memproduksi berlebihan hormon tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid yang disebut tiroiditis-
akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan sementara gejala
hipertiroid. Selain itu, beberapa orang yang mengonsumsi terlalu banyak yodium (baik dari
makanan atau suplemen) atau yang mengambil obat yang mengandung yodium (seperti
amiodaron) dapat menyebabkan kelenjar tiroid untuk kelebihan hormon tiroid. (Aleppo, G. 2015)
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan penyebab
hypertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering daripada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana
antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating imunogirobulin
(TSI anti bodies ), tyroid peroksidase antibodies ( TPO ) dan TSA receptor antibodies (
TRAB ) pencetus kelainan ini adalah stress, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit,
penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir dimata, mata dapat
Benjolan leher akibat pembesaran tyroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toksik berarti hypertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
Bila konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan hypertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya sipasien memang sudah ada kelainan kelenjar tyroid.
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tyroid, adapula orang yang minum
hormon tyroid dengan tujuan menurunkan bada hingga timbul efek samping. (NANDA
NIC-NOC. 2013)
4. Patofisiologi
Tiroid hiperaktif (hipertiroidisme) terjadi karena produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Pada sebagian besar pasien, hipertiroidisme terjadi akibat adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon tiroid yang berlebihan,
tetapi juga ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Penyebab adanya antibodi tersebut belum
diketahui, mungkin ada kaitannya dengan faktor keturunan. Produksi hormon tiroid yang
berlebihan terjadi dengan sendirinya tanpa kendali dari TSH. Jenis hipertiroidisme ini disebut
penyakit Graves.
Pada penyakit Graves terdapat 2 kelompok gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal, dan
keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hyperplasia kelenjar tiroid
dan hipertiroidisme akibat sekresi hormone tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroid
berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebihan, manifestasi
ektratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit local yang biasanya pada tungkai bawah.
Jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma yang
mengakibatkan eksoftalmoa, okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstra ocular.
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan
manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves. Penderita mungkin mengalami
aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula
memperlihatkan bukti-bukti penurunan BB, lemah, dan pengecilan otot. Penderita goiter nodular
toksik memperlihatkan tanda-tanda mata melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata
berkurang akibat aktivitas simpatis yang berlebihan.
Penderita hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang bias
membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme, maka tes
laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin triyodotironin/T3 dan tiroksin serum yang
tinggi, serta kadar TSH serum rendah. Selain itu TSH tidak dapat memberikan respon terhadap
rangsangan oleh TRH, suatu tiroid releasing hormone dari hipotalamus.
5. Komplikasi
Jika tidak hipertiroid tidak diobati, akan mengalami resiko terkena osteoporosis. Secara
bertahap akan kehilangan kepadatan mineral tulang karena hipertiroidisme yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan tubuh untuk menarik kalsium dan fosfat dari tulang dan mengeluarkan
terlalu banyak kalsium dan fosfor (melalui urine dan feses). (Milas, K. 2014)
6. Pencegahan
Berbagai cara telah ditempuh untuk menyampaikan unsur yodium ini pada penduduk
yang membutuhkannya. Misalnya dalam bentuk pil, dimasukkan dalam coklat untuk anak
sekolah, dalam air minum seperti pernah dicoba di belanda, dimasukkan dalam roti, dan dalam
garam beryodium serta suntiksn minyak yang mengandung yodium. Di Indonesia digunakan
garam beryodium dengan kadar yodium 50 ppm. Dengan anggapan konsumsi garam 10 g sehari,
maka dimakan 400 µg potassium iodide dan ini sesuai dengan 237 µg iodide. Dengan
demikian jumlah ini sudah mencukupi baik untuk pencegahan maupun untuk pencegahan. Cara
ini merupakan cara terpilih dan menjadi cara pencegahan jangka panjang bagi indonesia
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari
2. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk
5. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
DAFTAR PUSTAKA