You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID

DISUSUN OLEH :

NURFAJRIANI

PO714201151034

PRODI D IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan


hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme merupakan keadaan tirotoksikosis yang disebabkan oleh hiperfungsi


kelenjar tiroid sehingga hormon tiroid berlebihan dalam sirkulasi darah.

Hipertiroidisme merupakan sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang dimanifestasikan


melalui peningkatan kecepatan metabolism.

Menurut Sari, Erent Ersantika,dkk (2015), Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu
keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid
yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium
radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya).

Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya
hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses
kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi
sel, pertumbuhan dan divisi.

Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan


lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif.
Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium :
Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah
pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum
dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau
pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara
mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral
(ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah
terhadap hormon tiroid.

Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan
kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid.
Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid
menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.

Obat-obatan beta bloker (misalnya prapanolol) membantu mengendalikan beberapa


gejala Hipertiroid. Obat ini efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat, mengurangi
gemetar dan mengendalikan kecemasan. Beta broker terutama bermanfaat dalam mengatasi
badai tiroid dan penderita yang dikendalikan oleh obat lain. Sebagian besar pemakaian yodium
radiaktif pada akhirnya menyebabkan hipotiroidlisme sekitar 25% penderita mengalamai
hipoteroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian radioaktif.

Pada riroldektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan


terapi pilihan bagi penderita muda, penderita yang gondoknya sangat besar, penderita yang
alergi, terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah menjalani pembedahan,
bisa terjadi hipotiroidisme kepada penderita ini diberikan terapi salih hormon sepanjang
hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hiperthroid ?
2. Bagaimana patofisiologi hipertiroid ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan hipertiroid ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus:

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa, tenaga kesehatan maupun penulis dapat mengetahui dan


mengerti mengenai konsep dasar penyakit Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertiroid

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara teori penyakit hipertiroid
b. Mengetahui pengkajian dengan penyakit Hipertiroid
c. Mengetahui diagnosa keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
d. Mengetahui Intervensi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
e. Mengetahui Implementasi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
f. Mengetahui Evaluasi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
g. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori Hipetiroid dan kasus yang terjadi

D. Manfaat Penulisan

Sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam kelimuan keperawatan medical bedah


dalam meteri keperawan endokrin khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
strum nodosa non toxic. Hasil pemapasan ini juga diharapkan bermanfaat bagi pelayanan
keperawatan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan stoma nodosa non toxic.
BAB II
KONSEP PATOFISIOLOGI/PATOFLOW

Komsumsi iodium tinggi adenoma uroiditis

Kerja tiroid meningkat Hiperfungsi kerja tiroid Gangguan fungsi kelenjar

Peristaltic usus meningkat


Reabsorbsi menurun Diare Hipersekresi hormon

Triodotironin (T3) Tiroksin (T4) Kalsitonim meningkat

Peningkatan metabolisme Pertahankan laju Ca dalam darah menurun


metaboliseme

Otot kekurangan ca
Hipermetabolisme Peningkatan suhu tubuh
Penurunan kerja otot
Kardiovaskuler Hipertermi
Kelemahan otot, fatique
Gangguan koordinasi dan
- Takiikardi & aritmia Penurunan curah jantung
Remor
- TD, nadi
- Gagal jantung Ketidakefektifan nutrisi
kurang dari kebutuhan Hambatan mobilitas fisik
tubuh

Masukan nutrisi menurun Berat badan menurun

respirasi Integument Bladder peningkatan


reabsorsi cairan

Thakipnea (nafas pendek, Peningkatan produksi


cepat) keringat, kulit kematangan Output urine menurun

Ketidakefektifan pola Kerusakan intergritas kulit Retensi urine


napas
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Hipertiroid


1. Definisi

Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid,


kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini
dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena.

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis

Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon
tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah
untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa hipertiroid


adalah suatu keadaan dimana terdapat produksi hormon thyroid yang berlebihan.

2. Anatomi Fisiologi

Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan
leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang sebelah
kanan trakea dan melekat pada dinding laring.kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus
destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus yang tebalnya 4 cm
dan lebarnya 2,5 cm.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid


tergantung dari jumlah iodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama untuk
menjaga keseimnbangan yodium adalah yodiaum dalam makanan dan minuman.
Hormon-hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada
bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara
(trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua
sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).

Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah
thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing
hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang
paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam
darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang
mempengaruhi metabolisme sel-sel.

Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando

Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon
yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari
untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim
sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan
dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon
tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid. Angka
atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup
jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal,
pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid
untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah
berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari
mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid
3. Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau


hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme
akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan
Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a. Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH


receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan
mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata,
mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri
dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan
kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b. Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh
TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan


Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke
dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang
minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

d. Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga


merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar
gejala hpotiroid.

f. Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid

4. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala bayi yang menderita hipertiroid diantaranya adalah

a. Umum : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.
b. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.
c. Muskular: Rasa lemah.
d. Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e. Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
f. Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu.
g. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
h. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
i. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
5. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik


(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila
tidak diobati, kematian

Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena


agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu:

a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada
hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan
dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus
dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon
tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang
berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid
akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.
7. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat


alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dan
sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam:

a. Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol


atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50, 100 mg)
b. Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun
biokimiawi.
c. Yodium radioaktif

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada
seorang klien menggunakan proses keperawatan. proses keperawatan merupakan cara sistematis
yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

I. Pengkajian
1. Pengkajian Pre Operatif
a. Persepsi kesehatan
Pengetahuan tentang sifat penyakit dan efek samping obat.
b. Nutrisi metabolik
Perubahan asupan makanan, seperti nafsu makan dan asupan makanan bertambah,
berat badan menurun.
c. Eliminasi
Perubahan eliminasi feses, frekuensi BAB meningkat atau berkali-kali. Setiap habis
makan cenderung untuk berak, urine dalam jumlah banyak.
d. Aktivitas dan latihan
Mengalami sakit dada/angina, takikardia walaupun waktu istirahat, disritmia, dan
murmur mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas/istirahat otot lemah,
kecelakaan berat, atrofi otot.
e. Istirahat tidur
Insomnia.
f. Kognitif sensori
Mengeluh gangguan penglihatan mata cepat lelah, penglihatan kabur, lid-lag, nyeri
orbital, eksoftalmus.
g. Mekanisme koping
Emosi labil, mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, kondisi
psikologis.
h. Hubungan seks
Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
i. Konsep diri
Percaya diri kurang karena perubahan fisik seperti pada mata.

2. Pengkajian Post Operatif


a. Pola persepsi kesehatan
Pengetahuan tentang sifat penyakit dan efek samping obat.
b. Nutrisi metabolik
Kesulitan menelan, lebih menyukai makanan lunak.
c. Eliminasi
Perubahan eliminasi feses, frekuensi BAB meningkat atau berkali-kali. Setiap habis
makan cenderung untuk berak, urine dalam jumlah banyak.
d. Aktivitas latihan
Kesulitan bernapas, lemah, denyut nadi menurun dan tekanan darah menurun.
e. Istirahat
Insomnia.
f. Kognitif sensori
Perubahan suara, nyeri.
g. Mekanisme koping
Khawatir/cemas.

II. DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Pre Operasi

1. Dx : Cemas/ansietas berhubungan dengan stress

Tujuan : Pasien akan mengenali dan mengatasi ansietas yang berhubungan


dengan pembedahan secara efektif

Kriteria hasil :

a. Kemampuan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan


terganggu
b. Tampil santai dapat beristirahat dengan cukup
c. Dapat mengkomunikasikan dan perasaan negatif secara tepat

Intervensi :

1) Sediakan waktu kunjungan oleh personel kamar operasi sebelum pembedahan jika
memungkinkan
Rasional : Dapat menjamin dan meredakan keresahan pasien dan juga menyediakan
informasi untuk perawatan intra operasi formulatif.
2) Informasikan pasien/orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi
Rasional : Kembangkan rasa percaya/hubungan, turunkan rasa takut kehilangan
kontrol pada lingkungan yang asing.
3) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur
pembedahan.
Rasional : Mengidentifikasi rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan
mengakibatkan reaksi stres yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi
terhadap prosedur/zat-zat anestesi.
4) Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spiral dimana rasa
pusing atau mengantuk mungkin saja terjadi.
Rasional : Mengurangi arsietas/rasa takut bahwa pasien mungkin ”melihat” prosedur.
5) Berikan petunjuk/penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.
Rasional : Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas.
6) Rujuk pada perawatan oleh rohaniawan/spiritual, spesialis klinis perawat psikiatri,
konseling, psikiatri jika diperlukan.
Rasional : Konseling profesional mungkin dibutuhkan pasien untuk mengatasi rasa
takut.
7) Berikan obat sesuai petunjuk, misalnya zat-zat sedatif, hipnotis, tranguilizer IV.
Rasional : Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan,
meningkatkan kemampuan koping.

2. Dx :Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan napas.

Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.

Kriteria hasil :

a. Mempunyai jalan napas yang paten


b. Mengeluarkan sekresi secara efektif
c. Mempunyai irama/frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal (RR: 16-20
x/menit)
d. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah

Intervensi:

1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman dan kerja pernapasan


Rasional : Pernapasan secara normal kadang-kadang tepat, tetapi berkembangnya
distres pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronkhi
Rasional : Ronkhi merupakan indikasi dengan adanya obstruksi/spasme laringeal
yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Bantu dalam perubahan posisi latihan napas dalam dan batuk efektif sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan kebersihan jalan napas dan ventilasi. Namun batuk tidak
dianjurkan dapat menimbulkan nyeri yang berat.
4) Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral
Rasional : Merupakan indikasi edema/perdarhan yang membeku pada jaringan sekitar
daerah operasi.

3. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak


mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi

Tujuan: Pasien akan menunjukkan berat badan yang stabil

Kriteria hasil :

a. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet


b. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
c. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

Intervensi:

1) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan
Rasional: Penurunan berat badan terus-menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi tiroid.
2) Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan
kecil dengan menggunakan kalori yang mudah dicerna.
Rasional: Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan
kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya
hipermetabolik.
3) Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (misal teh,
kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan menyebabkan diare dan gangguan
absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Rasional : Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan
gangguan obsorbsi nutrisi yang diperlukan.
4) Berikan obat sesuai indikasi: glukosa, vitamin B kompleks
Rasional: Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau
mengatasi hipaglikemia.
5) Discharge planning :
a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keharusan untuk istirahat relaksasi dan
asupan nutrisi
b. Informasikan yang spesifik mengenai kunjungan tindak lanjut ke dokter atau
klinik harus disampaikan karena hal ini penting untuk memantau keadaan tiroid
pasien
c. Pasien dan keluarga harus sudah mengetahui tanda-tanda serta gejala komplikasi
yang dapat terjadi yang harus dilaporkan

Diagnosa Post Operasi


1. Dx : Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera (fisik)

Tujuan : Pasien dapat melaporkan nyeri hiang atau terkontrol

Kriteria hasil : Dapat menunjukkan/melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
dibuktikan dengan indikator

Intervensi:

1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi intensitas
(skala 0-10) dan lamanya
Rasional: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi.
2) Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
pasir atau bantal kecil
Rasional: Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan.
3) Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
Rasional: Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi.
2. Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan: Klien dapat terhindar dari ancaman aktual, pribadi

Kriteria hasil:

a. Klien terbebas dari tanda atau gejala infeksi


b. Klien menunjukkan higiene pribadi yang adekuat
c. Faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun
pasien
d. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun dalam
batas normal.

Intervensi:

1) Tetap pada fasilitas, kontrol infeksi, sterilisasi dan prosedur/kebijakan aseptik


Rasional: Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
2) Uji kesterilan semua peralatan
Rasional: Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian,
setiap harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan,
efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman.
3) Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
Rasional: Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi.
4) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Rasional: Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan
daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.
5) Tampung cairan/sisa terkontaminasi pada tempat-tempat tertentu di dalam ruang
operasi dan kemudian dibuang sesuai dengan metode pembuangan yang telah
ditetapkan rumah sakit.
Rasional: Penampungan dan cairan tubuh, jaringan dan sisa-sisa dalam kontak
dengan luka/pasien yang terinfeksi akan mencegah penyebaran infeksi pada
lingkungan/pasien lainnya/personil.
6) Sediakan pembalut yang steril
Rasional: Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru.
7) Kolaborasi melakukan irigasi luka yang banyak, misalnya salin, air, antibiotik atau
antiseptik.
Rasional: Pada intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan
pembersihan luka debris, misalnya tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
8) Kolaborasikan berikan antibiotik sesuai petunjuk
Rasional: Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau
kontaminasi.

3. Dx : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus banyak.

Tujuan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.

Kriteria hasil:

a. Mempunyai jalan napas yang paten


b. Mengeluarkan sekresi secara efektif
c. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal (RR: 16-20
k/menit)
d. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.

Intervensi:

1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman dan kerja pernapasan


Rasional: Pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya
distres pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau
pernapasan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki
Rasional: Ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laringeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher menyokong kepala dengan
bantal.
Rasional: Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan.

4) Bantu dlaam perubahan posisi latihan napas dalam dan/batuk efektif sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan kebersihan jalan napas dan ventilasi, namun batuk tidak
dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat hal itu perlu untuk membersihkan
jalan napas.
5) Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral
Rasional: Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan
sekitar daerah operasi.

Discharge Planning
a. Ajarkan cara menyangga leher dengan kedua belah tangan untuk mengurangi
tarikan pada luka insisi sesudah pembedahan
b. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keharusan untuk istirahat, relaksasi
dan asupan nutrisi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang tidak banyak menimbulkan
regangan pada luka insisi serta jahitannya

III. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak

Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Daftar pustaka

Sari, Erent Ersantika,dkk. 2015. Beberapa Faktor Resiko Kejadian Hipertiroid Pada Wanita Usia
Subur Di Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 3 (3): 153
Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-NOC Edisi
2.Mediaction : Jogja

You might also like