Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
NURFAJRIANI
PO714201151034
PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Sari, Erent Ersantika,dkk (2015), Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu
keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid
yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium
radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya).
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya
hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses
kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi
sel, pertumbuhan dan divisi.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan
kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid.
Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid
menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara teori penyakit hipertiroid
b. Mengetahui pengkajian dengan penyakit Hipertiroid
c. Mengetahui diagnosa keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
d. Mengetahui Intervensi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
e. Mengetahui Implementasi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
f. Mengetahui Evaluasi keperawatan dengan penyakit Hipertiroid
g. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori Hipetiroid dan kasus yang terjadi
D. Manfaat Penulisan
Otot kekurangan ca
Hipermetabolisme Peningkatan suhu tubuh
Penurunan kerja otot
Kardiovaskuler Hipertermi
Kelemahan otot, fatique
Gangguan koordinasi dan
- Takiikardi & aritmia Penurunan curah jantung
Remor
- TD, nadi
- Gagal jantung Ketidakefektifan nutrisi
kurang dari kebutuhan Hambatan mobilitas fisik
tubuh
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon
tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah
untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan
leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang sebelah
kanan trakea dan melekat pada dinding laring.kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus
destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus yang tebalnya 4 cm
dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah
thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing
hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang
paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam
darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang
mempengaruhi metabolisme sel-sel.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon
yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari
untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim
sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan
dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon
tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid. Angka
atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup
jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal,
pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid
untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah
berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari
mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid
3. Etiologi
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh
TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar
gejala hpotiroid.
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid
4. Manifestasi klinis
a. Umum : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.
b. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.
c. Muskular: Rasa lemah.
d. Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e. Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
f. Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu.
g. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
h. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
i. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada
hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan
dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus
dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon
tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang
berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid
akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.
7. Penatalaksanaan
B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada
seorang klien menggunakan proses keperawatan. proses keperawatan merupakan cara sistematis
yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
I. Pengkajian
1. Pengkajian Pre Operatif
a. Persepsi kesehatan
Pengetahuan tentang sifat penyakit dan efek samping obat.
b. Nutrisi metabolik
Perubahan asupan makanan, seperti nafsu makan dan asupan makanan bertambah,
berat badan menurun.
c. Eliminasi
Perubahan eliminasi feses, frekuensi BAB meningkat atau berkali-kali. Setiap habis
makan cenderung untuk berak, urine dalam jumlah banyak.
d. Aktivitas dan latihan
Mengalami sakit dada/angina, takikardia walaupun waktu istirahat, disritmia, dan
murmur mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas/istirahat otot lemah,
kecelakaan berat, atrofi otot.
e. Istirahat tidur
Insomnia.
f. Kognitif sensori
Mengeluh gangguan penglihatan mata cepat lelah, penglihatan kabur, lid-lag, nyeri
orbital, eksoftalmus.
g. Mekanisme koping
Emosi labil, mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, kondisi
psikologis.
h. Hubungan seks
Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
i. Konsep diri
Percaya diri kurang karena perubahan fisik seperti pada mata.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Sediakan waktu kunjungan oleh personel kamar operasi sebelum pembedahan jika
memungkinkan
Rasional : Dapat menjamin dan meredakan keresahan pasien dan juga menyediakan
informasi untuk perawatan intra operasi formulatif.
2) Informasikan pasien/orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi
Rasional : Kembangkan rasa percaya/hubungan, turunkan rasa takut kehilangan
kontrol pada lingkungan yang asing.
3) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur
pembedahan.
Rasional : Mengidentifikasi rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan
mengakibatkan reaksi stres yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi
terhadap prosedur/zat-zat anestesi.
4) Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spiral dimana rasa
pusing atau mengantuk mungkin saja terjadi.
Rasional : Mengurangi arsietas/rasa takut bahwa pasien mungkin ”melihat” prosedur.
5) Berikan petunjuk/penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.
Rasional : Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas.
6) Rujuk pada perawatan oleh rohaniawan/spiritual, spesialis klinis perawat psikiatri,
konseling, psikiatri jika diperlukan.
Rasional : Konseling profesional mungkin dibutuhkan pasien untuk mengatasi rasa
takut.
7) Berikan obat sesuai petunjuk, misalnya zat-zat sedatif, hipnotis, tranguilizer IV.
Rasional : Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan,
meningkatkan kemampuan koping.
2. Dx :Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan napas.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Kriteria hasil :
Intervensi:
1) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan
Rasional: Penurunan berat badan terus-menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi tiroid.
2) Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan
kecil dengan menggunakan kalori yang mudah dicerna.
Rasional: Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan
kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya
hipermetabolik.
3) Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (misal teh,
kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan menyebabkan diare dan gangguan
absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Rasional : Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan
gangguan obsorbsi nutrisi yang diperlukan.
4) Berikan obat sesuai indikasi: glukosa, vitamin B kompleks
Rasional: Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau
mengatasi hipaglikemia.
5) Discharge planning :
a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keharusan untuk istirahat relaksasi dan
asupan nutrisi
b. Informasikan yang spesifik mengenai kunjungan tindak lanjut ke dokter atau
klinik harus disampaikan karena hal ini penting untuk memantau keadaan tiroid
pasien
c. Pasien dan keluarga harus sudah mengetahui tanda-tanda serta gejala komplikasi
yang dapat terjadi yang harus dilaporkan
Kriteria hasil : Dapat menunjukkan/melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
dibuktikan dengan indikator
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi intensitas
(skala 0-10) dan lamanya
Rasional: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi.
2) Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
pasir atau bantal kecil
Rasional: Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan.
3) Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
Rasional: Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi.
2. Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.
Kriteria hasil:
Intervensi:
4) Bantu dlaam perubahan posisi latihan napas dalam dan/batuk efektif sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan kebersihan jalan napas dan ventilasi, namun batuk tidak
dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat hal itu perlu untuk membersihkan
jalan napas.
5) Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral
Rasional: Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan
sekitar daerah operasi.
Discharge Planning
a. Ajarkan cara menyangga leher dengan kedua belah tangan untuk mengurangi
tarikan pada luka insisi sesudah pembedahan
b. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keharusan untuk istirahat, relaksasi
dan asupan nutrisi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang tidak banyak menimbulkan
regangan pada luka insisi serta jahitannya
III. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Daftar pustaka
Sari, Erent Ersantika,dkk. 2015. Beberapa Faktor Resiko Kejadian Hipertiroid Pada Wanita Usia
Subur Di Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 3 (3): 153
Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-NOC Edisi
2.Mediaction : Jogja