You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS

DISUSUN OLEH :

Rezky Aurina

PO714201151042

PRODI D IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN 2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................................2
D. Manfaat ....................................................................................................................2
BAB II PATOFISIOLOGI / PATHWAY............................................................................3
BAB III TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi .....................................................................................................................4
B. Anatomi Kelenjar Tiroid ..........................................................................................4
C. Fisiologi Kelenjar Tiroid..........................................................................................4
D. Etiologi .....................................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis ....................................................................................................6
F. Patofisiologi .............................................................................................................8
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................8
H. Penatalaksanaan .......................................................................................................9
I. Komplikasi .............................................................................................................10
J. Asuhan keperawatan ..............................................................................................11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................19
B. Saran ......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................20
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Hipotiroid” untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan
Hipotiroid” untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Makassar, 27 Januari 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan
kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan.
Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian
bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi kesehatan
masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya
adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis kronis.

Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah,
sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum
terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan beresiko
terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas persentasi
kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara berkembang menuju
negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan
biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotic per
oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak memberikan hasil untuk
mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan
pembuangan nanah).

Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang
dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan karena
apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan pendengaran
yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan, hal inilah yang menjadi dasar
kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca untuk bisa
memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis dan dapat
mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mastoiditis ?
2. Bagaimana konsep patofisiologi dan pathway dari mastoiditis ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dari mastoiditis ?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami gambaran umum tentang
Mastoiditis dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah:

a. Mengetahui tentang pengertian Mastoiditis

b.Mengetahui tentang konsep patofisiologi dan pathway dari mastoiditis

c. Mengetahui tentang asuhan keperawatan dari mastoiditis

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang mastoiditis maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat mastoiditis.

2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham akan
perawatan Mastoiditis
b. Bagi penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami secara spesifik tentang Mastoiditis
BAB II

KONSEP PATOFISIOLOGI / PATOFLOW

Perubahan tekanan udara tiba- Gangguan tube eustachius


tiba (alergi, infeksi, sumbatan)
Pencegahan invasi kuman Kuman masuk ke telinga
:secret, tampon, tumor
terganggu tengah

Terjadi erosi pada kanalis Peradangan Tekanan udara negative di


semisirkularis telinga tengah

Resiko cedera Efusi

Retraksi membrane timpani


Tindakan mastoidektomi Meningkatkan produksi cairan
serosa
Nyeri akut, Ansietas, Resiko
infeksi Akumulasi cairan mukosa
serosa

Ruptir membrane timpani Hantaran udara yang diterima


karena desakan menurun

Resiko infeksi Secret keluar dan berbau tidak Gangguan persepsi sensori
enak (otorrhhoe)
Pengobatan tidak
tuntas/episode berulang Gangguan citra tubuh

Kurangnya informasi Infeksi berlanjut dapat sampai


ke telinga dalam

Defisiensi pengetahuan Pening/vertigo, keseimbangan


tubuh menurun

Resiko cedera / trauma


BAB III

LANDASAN TEORI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang temporal.
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga
tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis
marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari
otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan
epitel sel – sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal. ( Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,menimbulkan
peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis).
(Parakrama, 2006)

2. Anatomi fisilogis

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali
terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat
kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara embriologi
telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua, sedangkan
telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat mengalami
kelainan, sementara bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan kasus telinga
luar dan tengah mengalami kelainan kongenital bersama-sama, sedangkan koklea
berkembang normal. Hal ini memungkinkan rehabilitasi pendengaran pada
kebanyakan kelainan telinga kongenital.
1) Telinga bagian luar (Auris Eksterna)

a. Aurikula (Daun Telinga)

Menampang gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga.

b. Meatus Akustikus Eksterna

Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani, panjangnya ± 2,5 cm terdiri


dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret – sekre berbentuk serum.

c. Membrane Timpani

Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang disebut
membrane timpani

2) Telinga Bagian Tengah (Auris Media)

a. Cavum Timpani

Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran yang terdiri
dari malius, inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam membrane timpani dan
bagian dasar tulang Stapes membuka pada fenestra ovalise.

b. Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian samping dari cavum
timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa merupakan lanjutan dari lapisan
mukosa cavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang
disebul sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum didalam tulang
temporalis dan andanya hubungan ini dapat mengakibatkan menjalarnya proses
radang.

c. Tuba Auditiva Eaustaki

Saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring ke bawah agak ke
depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.
3) Telinga bagian dalam (Auris Interna)

Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan dinamakan perilimfe.

a. Vestibulum

Bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra ovale dan
venestra rotundum dan pad abagian belakang atas menerima muara canalis
semnisirkularis

b. Cochlea

Berbentuk seperti rumah siput, pada cochlea ini ada 3 pintu yang menghubungkan
cochlea dengan vestibullum, cavum timpani dan canalis cochlearis.

c. Labirintus Membranosus
 Utrichulus

Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh
jaringan ikat, disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan
sampingnya ada daerah yang lonjong disebut makula akustica utricula

 Sachulus
 Duktus Semi Sirkularis
 Duktus Cochlearis
3. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang
dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri
yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya infeksi dari
telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid.
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
a. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
b. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yangdideritanya.
Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu
streptococcus pnemonieae.
c. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcus aureus ,streptococcus aureus. Bakteri yang
biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus
pnemonieae.

4. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
 Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang
masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat
timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
 Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga
yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi
telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
 demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit.
Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan
pada infeksi mastoid lebih besar.
5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah

1) Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi
gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2) Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3) Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem
saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4) Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1) Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau
menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2) Pembedahan
a. Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah,
dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease
dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan
dan memulihkan pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan
rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilamana
mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu
pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi
(osikula homolog, kartilago dan aloplastik).
b. Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan
mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan
telinga yang kering dan aman.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2. Foto Mastoid
3. Kultur Bakteri Telinga
4. MRI
5. CT Scant
6. Radiologi
7. Tympanocintesis & myringotomi

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM MASTOIDITIS

1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang engan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang
baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan
yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang didapat:

a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

b. Kemerahan pada kompleks mastoid

c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir

d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)


f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

5. Diagnosa keperawatan

diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:

1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
auditoris.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran
6. Intervensi dan Rasional

1) Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu
mendengar dengan baik

Kriteria Hasil : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

b.Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional
1 Kaji tentang ketajaman pendengaran Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran
klien

2 Diskusikan tipe alat bantu dengar Untuk menjamin keuntungan maksimal


dan perawatannya yang tepat

Bantu pasien berfokus pada semua Untuk memaksimalkan pendengaran


3 bunyi di lingkungan dan
membicarakannya hal

2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu


tubuh dapat normal (360-370C)

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)


b. Kulit tidak teraba hangat
c. Wajah tidak tampak merah
d. Tidak terjadi dehidrasi
No Intervensi Rasional
1 Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan
pasien

Untuk mengetahui perkembangan


2 Ukur suhu tiap 4-8 jam
klien

Ajarkan kompres hangat dan banyak minum Untuk menurunkan panas tubuh dan
3
mengganti cairan tubuh yang hilang

Untuk menurunkan panas


4 Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

3) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk


mendengar petunjuk auditoris

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien


dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil :
a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi
b. Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
c. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang
diajarkan
No Intervensi Rasional
1 Berbicara jelas dan tegas tanpa bergerak Membantu pasien merangsang
komunikasi verbal

Kurangi kegaduhan lingkungan


2 Mempermudah dalam mendengar
pasien
3 Ajari keluarga dan orang lain yang
terlibat dengan pasien tentang perilaku Untuk merangsang komunikasi
yang memudahkan membaca gerak bibir verbal

4 Bila menggunakan alat bantu dengar,


Mempermudah pasien mendengar
kenakan pada telinga yang tidak
sehingga dapat lancar dalam
dioperasi
berkomunikasi

4) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri
teratasi

Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

b. Skala nyeri turun

c. Wajah pasien tampak rileks


No Intervensi Rasional
1 Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas Mengetahui ketidakefektifan
intervensi
2 Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri
3 Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan Mengalihkan perhatian pasien
lingkungan yang tenang terhadap nyeri dan mengurangi nyeri
4 Kolaborasi pemberian analgesik, Dapat mengurangi nyeri, membunuh
antibiotika, dan anti inflamasi sesuai kuman dan mengurangi peradangan
indikasi sehingga mempercepat penyembuhan

5) .Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap


jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko
infeksi dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1 Observasi keadaan umum pasien selama Mengetahui keadaan umum pasien
24 jam
2 Mencegah penularan penyakit
Anjurkan pentingnya cuci tangan dan
mencuci telinga luar
3 Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi
4 Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman,
profilaksis sehingga tidak menularkan penyakit
terus-menerus
7. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan
(Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien dengan gangguan mastoiditis adalah :
a. Apakah Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas dan
bersedia menjalankan saran-saran yang diberikan petugas.
b. Anjurkan kepada pasien supaya obat diminum tepat waktu dan sesuai aturan.
c. Anjurkan kepada pasien kontrol jika obat sudah habis tetapi sakit belum sembuh
atau sewaktu-waktu ada keluhan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang
menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan
virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut.
Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum


timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan
timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat.
Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang
makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di
belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)
Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus
pnemonieae.
Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),
staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza
B. Saran
 Untuk Instansi
 Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
 Untuk Klien dan Keluarga
 Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan
yang diharapkan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-NOC


Edisi 2.Mediaction : Jogja
2. Wilkinson, Judith dan Ahern, Nancy R.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :
EGC

You might also like