You are on page 1of 50

KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN &
UMUM
Membahas tentang Makalah Konsep Asuhan Keperawatan, SAP, Lealet,
Galeri Foto dan lain-lain
Minggu, 16 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Tumor Otak


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Otak adalah sumber kehidupan. Segala aktivitas kehidupan, hingga yang sekecil-
kecilnya, hanya bisa terjadi melalui mekanisme yang diatur oleh otak. Dalam waktu yang
bersamaan otak harus menjalankan beribu-ribu aktivitas sekaligus. Tumor otak merupakan
sebuah lesi yang terletak pada kongenital yang menempati ruang dalam tengkotak. Tumor-tumor
selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar,
masuk kedalam jaringan neoplasma terjadi akibat dari komprensi dan infiltrasi jaringan.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangant cepat pada daerah central nervus system (CNS). Sel ini akan terus berkembang
mendesak jaringan otak yang ada disekitarnya, mengakibatkan gangguan neurologis (gangguan
fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan adanya nyeri
kepala, nausea, vomitus, dan papil edema. Penyebab dari tumor otak belum diketahui secara
pasti. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk
beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, viris,
toxin, dan defisiensi immunologi, ada juga yang menyatakan bahwa tumor otak dapat terjadi
akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien
tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang menakutkan
bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis
tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar
daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan
sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial
dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum
dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada
usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general health,
ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain:
pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta mengimplementasikannya secara
langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Tujuan umum
1) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah keperawatan system persyarafan II
pada fakultas kesehatan, program study S-I Keperawatan.
2) Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tumor otak.
3) membantu mahasiswa/I dalam pembuatan makalah dan membantu meningkatkan cara Tujuan
pembuatan makalah yang lebih berkualitas.
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami defenisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan gastritis pada anak.
2) Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Bagaimana klasifikasi dari tumor otak?
3. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
5. Apa manifestasi klinis dari tumor otak?
6. Apa saja komplikasi dari tumor otak?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita tumor otak?
9. Bagaimana prognosis dari tumor otak?
10. Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor otak?
1.4. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan penulisan kualitatif yang mana penulis mencari
sumber isi mengenai “Asuhan keperawatan pada kliendengan gangguan
system persyarafan ”Tumor Otak” dari buku–buku perpustakaan dan internet.

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan ini yaitu terdiri dari tiga bab yakni :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis berisi mengenai konsep dasar medis dan konsep dasar askep dari tumor otak.
BAB III. PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Medis


2.1.1. Pengertian
1. Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
2. Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap
bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
3. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
4. Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
5. Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalm
tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga
dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan ( Suzanne c. Smeltzer, 2001 KMB volume 3,
Hal 2167 ).

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

ANATOMI OTAK

Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima,
menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf
mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ
manusia.
a. Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system):
Mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot
rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan
aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
b. Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system):
Saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru,
jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme,
sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf
otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan
susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).

Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan
menahan diri.
Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, penden-
garan dan ingatan jangka pendek.
Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim
efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang
keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan
pelindung yang paling luar adalah tengkorak.
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongata,
pons dan mesensefalon (otak tengah).
a. Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas
saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di
medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus
poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian
kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di
medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung
dan tonus pembuluh darah.
b. Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan korteks serebri
dan serebllum.
c. Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan
diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara
lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.
2. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak.
Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang
diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan
tanda serta posisi-posisi sendi.
3. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu :
hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitu-
dinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
4. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu
memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi.
Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri
dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2. Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme,
observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3. Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan
diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4. Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi
informasi olfaktorius.

Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari :


a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher depan,
sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga
tengkorak akan bercabang menjadi tiga yaitu: sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri
anterior). Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior). Sebagian menuju otak bagian
dalam (arteri serebri interior). Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang
disebut arteri komunikan posterior.
b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh karna
kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini
mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling
berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.

2.1.3. Klasifikasi
1. Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
- Oligodendroglioma
- Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a. Ekstramedular
- Cleurofibroma
- Meningioma
b. Intramedular
- Apendymoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal
dan lambung.

2.1.4. Etiologi
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-
bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma
pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh
trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
2.1.5. Patofisiologi
Tubuh manusia terdiri dari sel-sel. Sel-sel ini tumbuh dan berkembang dengan cara yang
tersusun untuk membentuk sel-sel baru. Apabila sel-sel ini kehilangan kemampuan untuk
mengawal pertumbuhannya, ia akan tumbuh dengan bebasnya. Sel-sel yang tumbuh berlebihan
tanpa dikontrol ini akhirnya menjadi tumor. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal,
disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan cerebrovaskuler primer. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan
tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang
yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

2.1.6. Manifestasi Klinis


Manifestasi secara umum pada tumor otak antara lain:
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak
teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan
interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin
atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat
waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat
tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan pada tumor otak yang terletak di daerah lobus
oksipitalis.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya
inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal.
Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen
hingga koma.
3. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,
oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru
kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging
tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya
kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan
bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang
tidak menetap. Penyebab edema papil ini biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menekan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi
hidrocephallus
5. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga
mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana
muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
6. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
7. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang
sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang
sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang
terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya
tumor otak.

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:


1. Lobus frontal
 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
 Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau
halusinasi
 Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
 Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia,
objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan
serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie


 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-
anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil
udem
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya
merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

2.1.7. Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek
masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau
intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalamrongga cranium yang
tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
4. Kematian
Kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan
kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi
tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
5. Gangguan kognitif dan neurobehavior
Sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena
pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi
kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak.
6. Disartria
Gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab
dalam proses bicara.
7. Disfagi
Merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan makanan karena
hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal.
Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko
aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru.
8. Kelemahan otot
Kelemahan otot terjadi pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya
ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis.

2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik


1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau
fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini
tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

2.1.9. Penatalaksanaan Medik


1. Surgery
Therapy pre-surgery seperti:
 Steroid untuk menghilangkan swelling
Contoh obat: dexamethazone.
 Anticonvulsan untuk mencegah dan mengontrol kejang
Contoh obat: carbamazephine
 Shunt untuk mengalirkan cairan serebrospinal
2. Pembedahan
Pembedahan pada tumor otak dilakukan untuk mengangkat tumor dan dikompresi dengan cara
mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
3. Radiotherapy
Merupakan salah satu modalitas penting dalam pelaksanaan proses keganasan.
4. Pembedahan
Tindakan ini bertujuan untuk membunuh sel tumor. Diberikan secara oral IV atau secara shunt.

2.1.10. Pencegahan
1. Hindari stress dan terapkan koping yang efektif terhadap stress
2. Terapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan olahraga
secara teratur
3. Hindari menggunakan telepon seluler yang terlalu lama dan penggunaan headset ketika
berkomunikasi dengan orang lain melalui telepon

4. Hindari rokok

2.1.11. Prognosis
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker
biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
2.2. Konsep Dasar Askep
2..2.1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas penanggung
jawab.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
 Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
 Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
 Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
 Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor otak.
 Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
c. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system
dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
 Pernafasan B1 (breathing)
Bentuk dada : normal
Pola napas : tidak teratur
Suara napas : normal
Sesak napas : ya
Batuk : tidak
Retraksi otot bantu napas; ya
Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
 Kardiovaskular B2 (blooding)
Irama jantung : irregular
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung ; normal
Akral : hangat
Nadi : Bradikardi
Tekanan darah Meningkat
 Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-
kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex
tendon.
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam
kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung
responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c. Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
 Perkemihan B4 (bladder)
1. Kebersihan : bersih
2. Bentuk alat kelamin : normal
3. Uretra : normal
4. Produksi urin: normal
 Pencernaan B5 (bowel)
1. Nafsu makan : menurun
2. Porsi makan : setengah
3. Mulut : bersih
4. Mukosa : lembap
 Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
2. Kondisi tubuh: kelelahan

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi,
kerusakan sirkulasi verbal.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan tidak nafsu makan.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d ketidakmampuan
mengenai informasi.

2.2.3. Intervensi
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang
Kriteria Hasil:
o Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi ditunjukkan
penurunan skala nyeri. Skala = 2
o Klien tidak merasa kesakitan.
o Klien tidak gelisah
Intervensi:
1) Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3) Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
4) Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
5) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
R/ Mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.
6) Kolaborasi pemberian analgesic.
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
Dx 2: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.
Tujuan: Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil
Kriteria hasil:
o Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-
100mmHg
o Menunjukkan tingkat kesadaran normal
o Orientasi pasien baik
o RR 16-20x/menit
o Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi:
1) Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

2) Pantau tanda vital tiap 4 jam.


R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan
autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
3) Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah
vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
4) Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
5) Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang
dipaksakan/mengejan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak
sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya
nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
7) Kolaborasi:
o Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ Memenuhi kebutuhan oksigen
o Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
R/ Mengurangi peningkatan TIK

Dx 3: Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan


Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas.

Intervensi:
1) Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R/ Seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2) Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R/ Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3) Bantu untuk melakukan rentang gerak
R/ Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi.
4) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R/ Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan pasien dalam
perencanaan dan keberhasilan.
5) Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit

Dx 4: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi,
kerusakan sirkulasi verbal
Tujuan: Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
o Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
o Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
o Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami kesulitan
berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien
dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3) Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ Menilai adanya kerusakan motorik.
4) Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi yang
lebih banyak pada satu waktu tertentu.

Dx 5: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Kriteria Hasil:
o Nutrisi klien terpenuhi
o Mual berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi:
1) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2) Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3) Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4) Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dx 6: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal
informasi.
Tujuan: dapat menyatakan pemahamannya menggenai penyakit, tindakan pengobatan dan prognosisnya.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai
perubahan perilaku yang tepat.

Intervensi:
1) Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah proses
penyembuhan.
2) Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
R/ Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan.
3) Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan
ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
4) Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.
R/ Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk
terapi yang lain.

2.2.4. Implementasi
Sesuai intervensi

2.2.5. Evaluasi
Sesuai tujuan

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri
atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan
abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di
dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang
telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA
(DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis
jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang
ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus
dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu
terjadinya kanker.
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis terapi pada
tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya alat
yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang
dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

3.2. Saran
1) Bagi perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik dengan
pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2) Bagi klien dan perawat
Hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaannya serta meningkatkan pengetahuan
tentang tumor otak yang dideritannya.

3) Bagi mahasiswa
Mahasiswa/i mampu memahami dan menerapkan serta mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan tumor otak.
Diposting oleh Rikard 'Antala' Baek di 08.43
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Rikard 'Antala' Baek
Lihat profil lengkapku

Arsi Konsep Asuhan Keperawatan, Galeri Maumere, Kesehatan


p Telusuri
Blog
 ▼
20
16
(78
)
o ►
No
ve
mb
er(
1)
o ▼
Ok
tob
er(
77)
 KO
NS
EP
KO
M
UN
IK
AS
I
TE
RA
PE
UT
IK
DA
LA
M
KE
PE
RA
W
AT
AN
 PR
OS
ES
KE
PE
RA
W
AT
AN
DA
N
DO
KU
ME
NT
AS
I
TI
ND
AK
AN
KE
PE
RA
...
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ka
nke
r
Kul
it
 Gal
eri
Ko
ka
Be
ach
Ma
um
ere
-
Flo
res-
NT
T
 Gal
eri
Do
ren
g
Be
ach
 Gal
eri
27
Me
i
201
4,
Kel
im
utu
La
ke-
En
de-
Flo
res-
NT
T
 Gal
eri
AF
F
@
Bu
di
Su
n&
Ta
nju
ng
Dar
at,
18
Me
i
201
4
 Gal
eri
Wa
iri'i
r,
30
No
ve
mb
er
201
4
 Gal
eri
Ca
mp
ura
n
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Tu
kak
Du
ode
nu
m
(Ul
kus
Du.
..
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Th
ypu
s
Ab
do
mi
nali
s
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Sir
osi
s
He
pati
s
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
GA
ST
RO
EN
TE
RI
TIS
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Bat
u
Em
ped
u
(C
HO
LE
LI
TH
IA.
..
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ost
eoa
rthr
itis
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Tu
ber
cul
osi
s
Tul
ang
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ost
eop
oro
sis
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Art
riti
s
Re
um
atoi
d
Juv
en..
.
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Art
riti
s
Go
ut
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Su
dde
n
Car
dia
c
Arr
est
(S..
.
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ga
gal
Jan
tun
g
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Cor
Pul
mo
nal
e
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Per
ika
rdit
is
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
An
gin
a
Pek
tori
s
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Atr
ial
Sep
tu
m
Def
ect
(A
S...
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Der
mat
itis
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Lu
ka
Ba
kar
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ulk
us
De
kub
itus
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Mo
rbil
i
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Im
peti
go
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ca
mp
ak
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
AG
NE
VU
LG
AR
IS
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Ca
ndi
dia
sis
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Th
ala
se
mia
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
Pol
isit
emi
a
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
SL
E
(sis
tem
isc
Lu
pis
Ery
the
mat
o...
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
HE
PA
TI
TIS
PA
DA
DE
W
AS
A
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Erit
rob
last
osi
s
Fet
alis
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Ko
agu
lasi
intr
afa
sku
ler
dis
emi
n...
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Dis
se
mi
nat
ed
Intr
ava
scu
lar
Co
ag..
.
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
An
emi
a
Me
gal
obl
asti
k
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
AN
EM
IA
HE
M
OL
ITI
K
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Em
bol
i
Par
u
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Ed
em
a
Par
u
Ak
ut
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Un
des
ern
o
Tes
tis
 M
AK
AL
AH
PE
RA
W
AT
AN
LU
KA
GA
NG
RE
N
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Kri
sis
Tir
oid
 Ma
kal
ah
Sist
em
En
dok
rin
Pad
a
Ma
nus
ia
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ka
nke
r
Tir
oid
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Hip
erp
itui
tari
sm
e
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Hip
erp
arat
iroi
dis
me
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Pad
a
Ak
ro
me
gali
Gig
anti
sm
e
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Tro
idit
is
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
ST
RU
M
A
EN
DE
MI
K
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Hip
opi
tuit
aris
me
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Hip
era
dre
nali
s
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Gig
anti
sm
e
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ge
nita
lia
Am
big
ua
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Dia
bet
es
Insi
pid
us
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ak
ro
me
gali
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Tu
mo
r
Ota
k
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
De
nga
n
Ra
bie
s
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
“SI
ND
RO
M
GU
IL
LA
IN
BA
RR
E”
 AS
UH
AN
KE
PE
RA
W
AT
AN
GA
GA
L
JA
NT
UN
G
KI
RI
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Cer
ebr
al
Pal
cy
 As
uha
n
kep
era
wat
an
ISP
A
 Pat
ofl
ow
GG
A
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Ce
der
a
Ke
pal
a
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Ver
tig
o
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Tu
mo
r
Ota
k
 Gal
eri
fot
o
Pan
tai
Pah
law
an-
Kar
im
un
Bar
eng
Kr
u
SM
K...
 Pat
wa
y
ISP
A
 Gal
eri
Ger
ak
Jal
an
HU
T
RI
Ke
71
SM
K
Wi
dya
Kar
im
un-
...
 Gal
eri
Ger
ak
Jal
an
HU
T
RI
Ke
71
SM
K
Wi
dya
Kar
im
un-
...
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Str
oke
He
mo
rag
ic
 As
uha
n
Ke
per
aw
ata
n
Epi
lep
si
 As
uha
n
kep
era
wat
an
ISP
A
Tema Tanda Air. Gambar tema oleh compassandcamera. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like