You are on page 1of 37

BAB II

PEMBAHASAN
Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,


sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperm
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.1,2
Kontrasepsi yang bagus:
 Efektivitas yang tinggi
 Efek samping yang minimal
 Reversible
 Melindungi dari STD
 Mudah didapatkan
 Tidak ada kontraindikasi
Tujuan kontrasepsi
 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
 Menjarangkan kehamilan:20-35
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi: 35 keatas
Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional1:
Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan
(<20 thn)
(20-35 thn) (>35thn)

1) Pil 1) IUD 1) Sterilisasi


2) IUD 2) Suntik 2) IUD
3) Implant 3) Pil 3) Implant
4) Suntikan 4) Implan 4) Suntik
5) Sterilisasi 5) pil

Jenis kontrasepsi:
1) Kontrasepsi alamiah

1
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Servik), senggama terputus, laktasi.
2) Kontrasepsi barier mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
3) Kontrasepsi hormonal
Bentuk pil, suntikan, implant
4) Kontrasepsi mantap
Tubektomi, vasektomi

Efektivitas

A.Keluarga berencana alamiah / kontrasepsi alamiah

2
Profil dan mekanisme kerja
 Belajar mengetahui kapan masa subur
 Efektif jika tertib
 Tidak ada efek samping
 Sanggama dihindari pada masa subur
 Yang dapat menggunakan:
1. Semua perempuan
2. Paritas berapapun
3. Kurus atau gemuk
4. Merokok
5. Alasan kesehatan tertentu
6. Alasan agama atau filosofi
7. Tidak dapat menggunakan metode lain
 Yang tidak menggunakan:
1. Kehamilan merupakan resiko tinggi
2. Belum mendapat haid
3. Pasangan tidak mau bekerja sama
4. Tidak suka menyentuh daerah genital
I. Pantang berkala (sistem kalender)

Cara kerja: hindari senggama diwaktu subur


II. Metode suhu basal/suhu tubuh basal(STB)

3
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.3
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subuur / ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral,
per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360C. Pada waktu ovulasi, suhu


akan turun terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-
380C kemudian tidak akan kembali pada suhu 350C. Pada saat itulah
terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone tinggi membuat suhu tubuh lebih
tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari,
kemudian akan turun kembali sekitar 20C dan akhirnya kembali pada

4
suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus
luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi
kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena,bila sel
telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormon progesteron, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Faktor yang mempengaruhi metode suhu basal tubuh antara lain:
 Penyakit.
 Gangguan tidur.
 Merokok dan atau minum alkohol.
 Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
 Stres.
III. Metode ovulasi billings (MOB)
Efektivitas 9-20 hamil/100 prempuan/tahun
Cara kerja: mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-
hari ovulasi.
Lendir / mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher
rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Pada saat menjelang ovulasi,
lendir serviks akan mengalir dari vagina. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari
di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi
sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga
kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.3
Pemeriksaan lendir:

5
1) lendir jernih, licin, mulus menunjukkan masa subur
2) Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket atau kering
menunjukkan masa tidak subur sehigga aman untuk berhubungan.

Kelebihan
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
Keterbatasan
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metode kontrasepsilain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Perimenopause.

6
4. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
5. Spermisida.
6. Infeksi penyakit menular seksual.
7. Terkena vaginitis.

IV. Simptotermal (STB+Mukosa Servik)


Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus
menstruasi wanita. Metode ini mengkombinasikan metode suhu basal
tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa
metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal
tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender. 2,3
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman
pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika
menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan
yang lainnya akan saling melengkapi.

V. Senggama terputus - pra-ejakulasi atau pancaran ekstravaginal


 Pengeluaran penis dari vagina sesaat sebelum terjadinya ejakulasi.
Efektifitas 4-18 kehamilan/100 perempuan/tahun.
 Prinsipnya adalah menghindari deposit sperma di dalam fornix atau
vagina untuk menghindarkan terjadinya pertemuan ovum dan sperma
dalam periode subur.
 keuntungan:
- Alamiah
- Efektif bila dilakukan dgn benar
- Tidak mengganggu produksi ASI

7
- Tak ada efek samping
- Dapat dikombinasikan dgn berbagai metode KB alamiah yang lain
- Tidak butuh biaya dan persiapan khusus.
 Tidak dianjurkan pada:
 pria dengan ejakulasi dini
 pria yang sulit melakukan sanggama terputus
 perempuan dengan pasangan yang sulit kerja sama
 pasangan yang sulit berkomunikasi

VI. Metode amenore laktasi(MAL)


MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely
on) pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan
ASI yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH
sehingga sekresi FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di
ovarium dan menekan ovulasi. Efektivitas 2 hamil/100/6bulan. 1,2
Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari
dengan interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak
haid 4-6 bulan sejak melahirkan bayinya.
Keterbatasan yaitu; tingkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas
menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada
wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast
feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada
malam hari (tidak boleh > 4-6jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan
jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain ,Selalu gunakan metode
kontrasepsi pendukung misalnya kondom.

B. Metode barier

I. Kondom

8
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila
pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai
bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS. Efektifitas 12-14
hamil/100/tahun.1,2,3
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata.
Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.

KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom

Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan


untuk melakukan hubungan seksual

Hanya ingin menggunakan Tidak peduli dengan berbagai


alat kontrasepsi saat berhubungan persyaratankontrasepsi

Beresiko tinggi tertular/menularkan


PMS

9
II. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.1,2,3 Beberapa jenis
diafragma;

1. Flat spring (Diafragma pegas datar). Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan
untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
2. Coil spring (Diafragma pegas kumparan). Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya
kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh
lebih lunak dari pegas datar.
3. Arching spring. Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi serviksmenyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan
kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada
dinding vagina.

Cara Kerja
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba
falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
7. Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.
Keterbatasan

10
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan
alat kontrasepsi ini.
4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.

III. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang
digunakan untuk membunuh sperma.
Jenis
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.
Cara Kerja
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau
metodekontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
Manfaat
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.

11
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
9. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
dan HIV/AIDS.
Cara pemakaian
Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian,
akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain
seperti kondom, diafragma,cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-
macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue,
maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari
alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan
konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang
berkesinambungan.
Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) daninsersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu
karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam
aplikator).

12
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum
terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:
Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol
20-30menit. Tempatkan kontainer dengan
posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut
kontainer dan tekan untuk mengisi busa.
Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks dengan posisi berbaring.
Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik
aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk
kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa)
dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan
seksual.

Krim dan Jeli


Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke
dalam vagina dengan aplikator dan atau
mengoles di ataspenis. Krim atau jeli biasanya
digunakan dengan diafragma atau kap serviks,
atau dapat juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum
melakukan hubungan seksual. Isi aplikator

13
dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekatiserviks. Pegang
aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar
dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.

Kontrasepsi Vagina Film/Tissue


Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida
bentuk film/tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang
larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat
film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung
jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan
dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara
memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan
jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
Suppositoria
Cara pemakaian:
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul
yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangandengan
sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan.
Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari
kemasan. Sambil berbaring masukkan masukkan
suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15
menit sebelum melakukan hubungan seksual.

14
Sediakan selalu tablet vagina atausuppositoria.
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

15
IV. AKDR/IUD

Jenis- jenis AKDR

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara
lain1,2,3:

a. Copper-T

AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.


Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.
d. Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf
S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes
Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah
bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.

16
a.Lippes-Loop
b.Saf-T-Coil
c.Dana-Super
d.Copper-T (Gyne-T)
e.Copper-7 (Gravigard)
f.Multiload
g. Progesterone IUD

Keuntungan

 Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1


kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
ampuh, paling tidak 10 tahun

 IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

 Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman


karena rasa aman terhadap risiko kehamilan

 Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI

 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)

 Dapat digunakan sampai menopause

 Tidak ada interaksi dengan obat-obat

 Membantu mencegah kehamilan ektopik

 Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Efek samping dan kerugian

17
a. Efek samping yang umum terjadi:
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain:
 Merasakan sakit selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
Kontraindikasi

Relatif

1) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus


2) Insufisiensi serviks uteri

18
3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma dan sebagainya
4) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri
Mutlak

1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metroragia yag belum disembuhkan
5) Pasangan yang tidak lestari

Efektivitas

IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-
200) dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8
kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Mekanisme kerja

 Menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan


leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma.

 Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula
sel- sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

 Pemadatan endometriosis oleh lekosit.

 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

 IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi

Persyaratan Pemakaian

A. Yang Dapat Menggunakan

19
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD)
adalah:

1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7) Resiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan efektif.
AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
1. Perokok

2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya


infeksi

3. Sedang memakai antibiotika atau antikejang

4. Gemuk ataupun kurus

5. Sedang menyusi

Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini:

1) Penderita tumor jinak payudara

2) Penderita kanker payudara

3) Pusing-pusing, sakit kepala

4) Tekanan darah tinggi

5) Varises di tungkai atau di vulva

6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi


antibiotika sebelum pemasangan AKDR)

20
7) Pernah menderita stroke

8) Penderita diabetes

9) Penderita penyakit hati atau empedu

10) Malaria

11) Skistosomiasis (tanpa anemia)

12) Penyakit tiroid

13) Epilepsi

14) Nonpelvik TBC

15) Setelah kehamilan ektopik

16) Setelah pembedahan pelvic.

B. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan

1) Kehamilan
2) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb)
3) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya
4) Tumor jinak atau ganas dalam rahim
5) Kelainan bawaan rahim
6) Penyakit gula (diabetes militus)
7) Penyakit kurang darah
8) Belum pernah melahirkan
9) Adanya perkiraan hamil
10) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim
11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pemasangan
1. Lampu
2. Speculum dua katup
3. Apusan bakleriologis (apabila diindikasikan)
4. Lidi kapas

21
5. Larutan antiseptik
6. Sarung tangan bersih
7. Wadah sekali pakai untuk instrument yang sudah dipakai dan sampah klinis
8. Baki/bengkok steril (wadah untuk instrument pemasangan)
9. Forseps steril 10 inci untuk memegang spons
10. Sonde uterus lentur steril yang berskala sentimeter
11. Forseps jaringan 12 inci atau tenaklum satu-gigi dengan ujung tumpul yang
steril
12. Gunting yang cukup panjang sehingga dapat memotong benang
Pemasangan AKDR

a. Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari
terakhir haid. 1 Keuntungannya:
1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan
lembek
2) Rasa nyeri tidak seberapa keras
3) Perdarahan yang timbul sebagai alat pemasangan tidak seberapa dirasakan
4) Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada
b. Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam
Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan
pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau
secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk
penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa
digunakan pada pemasangan post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek
sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak
sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan ringed forceps atau secara manual. 1
Pemasangan segera pasca persalinan
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48
jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan
menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa
dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak
digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi. Pemasangan

22
IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan karena angka
kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemasangan segera
pasca persalinan dan pemasangan IUD interval. 1

Pemasangan IUD transcesarian


Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat. 1
Pemasangan IUD interval
Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD
c. Pemasangan Pasca abortus
Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks
berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri.
Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga
mempunyai angka resiko perforasi yang kecil . 1

Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan


menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi. 1
d. Beberapa hari setelah haid terakhir
e. Masa interval ( antara dua haid)
f. After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)
Teknik Pemasangan AKDR

Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja


ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina
dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol. Betadine atau tingtura
jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya
kanalis servikalis serta kaum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui
ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. 4

23
Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum
uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu
dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-
lahan, pendorong menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar
dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting
sehingga 2½- 3 cm keluar dari ostium uteri dan akhirnya speculum diangkat.

Pemeriksaan lanjutan

 Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya

 Pemeriksaan kedua 3 bukan kemudian dan selanjutnya tiap 6 bulan

Cara mengeluarkan AKDR

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang


AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau
dengan cunam. Kadang- kadang benang AKDR tidak tampak di ostium uteri
eksternum. 4

Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh

1. akseptor menjadi hamil


2. perforasi uterus
3. ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
4. perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik ke dalam rongga
uterus, seperti ada mioma uterus

C. Kontrasepsi hormonal

I. PIL

Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron
yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan
menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif
dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak
sepenuhnya melindungi wanita dari infeksi penyakit menular seksual.

Jenis Pil KB

24
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak aktif,
berupa;
1. Conventional Pack.
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap
bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang
tidak aktif.
2. Continuous Dosing Or Extended Cycle.
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama
seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat
mencegah haid.
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1. Monofasik.
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
2. Bifasik.
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
3. Trifasik.
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
Cara Kerja
1. Mencegah implantasi.
2. Menghambat ovulasi.
3. Mengentalkan lendir serviks.
4. Memperlambat transportasi ovum.
5. Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.
Efektifitas
25
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan
konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 dari 100 wanita yang menggunakan pil
kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan metode yang
paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan
biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan.
Manfaat
Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain:
1. Resiko terhadap kesehatan kecil.
2. Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid teratur.
5. Dapat mengurangi kejadian anemia.
6. Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension).
7. Dapat digunakan dalam jangka panjang.
8. Mudah dihentikan setiap waktu.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10. Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
11. Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium,kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak
pada payudara, dismenorea dan jerawat.
Keterbatasan
Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis
B maupun HIV/AIDS.
2. Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.
3. Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
4. Mahal.
Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke
dan kanker leher rahim.
2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3. Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan
penurunan libido.

26
4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5. Kembung.
6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
7. Pusing.
8. Amenorea.
9. Nyeri payudara.
10. Kenaikan berat badan.
Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan,
seperti:
1. Wanita dalam usia reproduksi.
2. Wanita yang telah atau belum memiki anak.
3. Wanita yang gemuk atau kurus.
4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
6. Wanita pasca keguguran/abortus.
7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
9. Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan
ektopik, kelainan payudara jinak.
10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf.
11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau
tumor jinak ovarium.
12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
13. Wanita dengan varises vena.
Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
1. Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat
tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung
koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga
karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung
estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya,
adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau

27
diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian
pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
2. Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal,
diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35
tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma,
kolestasis selamakehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu,
riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal
atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
3. Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
2. Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
2. Sewaktu mendapat haid.
3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6
bulan pemberian ASI).
4. Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil
kombinasi.
2. Minipill.
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah.
Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-
0,05 mg per tablet.

Jenis Mini Pil


1) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram desogestrel.
2) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram levonogestrel
atau 350 mikro gram noretindron.
Contoh mini pil antara lain:
1) Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
2) Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
3) Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
4) Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
5) Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.

28
Cara Kerja
1) Menghambat ovulasi.
2) Mencegah implantasi.
3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu.
Efektifitas
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan
konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan
berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat,
dan obat anti tuberculosi (rifampisin).
Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil antara lain:
1) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2) Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa.
3) Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.
Manfaat
Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut:
1) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2) Tidak mempengaruhi ASI.
3) Nyaman dan mudah digunakan.
4) Hubungan seksual tidak terganggu.
5) Kesuburan cepat kembali.
6) Efek samping sedikit.
7) Dapat dihentikan setiap saat.
8) Tidak mengandung estrogen.
Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut:
1) Mengurangi jumlah darah haid.
2) Mengurangi kejadian anemia.
3) Menurunkan pembekuan darah.
4) Mengurangi nyeri haid.
5) Mencegah kanker endometrium.
6) Melindungi dari penyakit radang panggul.
7) Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi dapat
menggunakan.
8) Tidak menyebabkan peningkaan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.

29
9) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.
Kerugian
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:
1) Memerlukan biaya.
2) Harus selalu tersedia.
3) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
4) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan
mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
5) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
6) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
7) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
8) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik.
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara lain:
1) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur).
2) Peningkatan/penurunan berat badan.
3) Payudara tegang.
4) Mual.
5) Pusing.
6) Perubahan mood.
7) Dermatitis atau jerawat.
8) Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka), tetapi
sangat jarang.
Indikasi
Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:
1) Wanita usia reproduksi.
2) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
3) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
4) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui.
5) Pasca keguguran.
6) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan darah.
7) Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.
8) Perokok segala usia.

30
Kontra Indikasi
1) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
2) Wanita yang diduga hamil atau hamil.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4) Riwayat kehamilan ektopik.
5) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
6) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.
7) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
8) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas.
9) Wanita dengan mioma uterus.
10) Riwayat stroke.
3. Pil sekuenseal.
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama
diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir.
4. Once a month pill.
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu biasanya pil ini
terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5. Morning after pill.
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang
hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan
dan kondom bocor.

Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain:
1) Mifepristone.
Mifepristone adalah alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang
digunakan dalam uji klinis penelitian.
2) Ormeloxifene.
Ormeloxifene dikenal juga sebagai centchroman adalah alat kontrasepsi oral yang berupa
modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di
India.
II. Suntikan

31
Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol
sipionat, diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg
Estradiol valerat, diberikan IM sebulan sekali.

Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan


setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg
noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM

Cara kerja

A. Menekan ovulasi
B. Mengkentalkan lendir
C. Perubahan pada endometrium
Yang tidak boleh menggunakan
A. Hamil atau diduga hamil
B. Menyusui postpartum < 6minggu
C. Perdarahan pervaginam yang belum jelas
D. Penyakit hepatitis
E. Usia > 35 tahun yang merokok
F. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi
G. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun
H. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
I. Keganasan payudara
Waktu mulai
A. Dalam waktu 7 hari siklus haid
B. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
C. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau
menggunakan pelindung selama 7hari
D. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui
E. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal
F. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat
haid

III.Sub-kutis/bawah kulit : Implant

32
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul
dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap
hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui
dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB
seperti mini-pill atau kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif. 5
Mekanisme kerja
- Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
- Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi zygote.
- Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
- Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut
di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 – 0,5 /100wanita/tahun.
Keuntungan
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah,
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun
dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu
tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi
hamil kembali.
Efek samping
1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau
lebih sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.
5. Timbulnya jerawat.
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Indikasi
33
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang
lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung
estrogen
Kontraindikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ),
5. varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler.
Waktu Pemasangan
Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga
adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Macam-macam
- Norplant 6 batang
- Norplant 2 batang
- Impanon /Norplant 1 batang

D. Kontrasepsi Mantap
I. Sterilisasi perempuan / Tubektomi
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 1
Manfaat
Kontrasepsi

 Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama
penggunaan)
 Permanen
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding)
 Tidak bergantung pada faktor senggama
 Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal

34
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium.
Nonkontrasepsi
 Berkurangnya resiko kanker ovarium.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat berikut:
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
 Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan Dilakukan
 Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional pasien
tersebut tidak hamil.
 Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstrasi (fase proliferasi)
 Pasca persalinan:
- minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
- laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan
 Pasca keguguran:
- Trismester I: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap atau laparoskopi)
- Trismester II: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap saja)
II. Vasektomi

Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan
dengan cara operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)

35
Gambar 6. Vasektomi
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul
steril jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena itu
sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat koitus
memakai kontrasepsi lain. 1
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa nyari,
terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan granuloma. 4
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal
dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferns misalnya ada 2 vas
deferens pada kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya batul-betul
kosong.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta;


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006
4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama.cetakan
kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001
5. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
sarwono; 2002.

36
6. Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception accessed from
www.aafp.org/afp

7. Postpartum Contraception accessed from


http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction

37

You might also like