You are on page 1of 7

DASAR TEORI

PITFALL

Tanah adalah medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat


tertentu, yang terjadi karena pengaruh kombinasi faktor- faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan rentang waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Di
dalam tanah terdapat berbagai macam organisme yang disebut sebagai bidiversitas
tanah yang berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan fungsi tanah dalam
menopang kehisupan baik di dalam tanah maupun diatasnya (Hagvar, 1998).

Fauna tanah merupakan fauna yang hidup di tanah baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Fauna tanah dapat
dikelompokkan pada beberapa kelompok berdsarkan ukuran tubuhnya, kehadiran di
tanah, habitat dan kegiatan pemerolehan makanan. Fauna tanah berdasarkan ukuran
tubuhnya, dibagi menjadi mikrofauna, mesofauna dan makrofauna (Hanafiah, 2007).
Mikrofauna berukuran 20-200 mikron, mesofauna berukuran 200 mikron- 1
sentimeter dan makrofauna berukuran lebih dari 1 sentimeter. Makrofauna tanah
mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya, antara lain berperan
menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara,
peningkatan aeresi tanah dan sebagainya (Hilwan, 2013). Namun, makrofauna juga
dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman. Berdasarkan kehadirannya,
fauna tanah dapat dibagi menjadi kelompok transien, temporer, periodic dan
permanen. Berdasarkan habitatnya, fauna tanah dapat dibagi menjadi epigeon,
hemiedafon dan eudafon, sedangkan berdasarkan pemerolehan makan, fauna tanah
dapat dibagi menjadi herbivore, saprovora, fungifora dan predator (Suin, 2012).
Kelangsungan hidup suatu organisme juga diperngaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi yaitu iklim, kualitas tanah dan vegetasi
serta intensitas cahaya matahari (Hakim, 1986).
Pithfall trap adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
kerapatan atau kemelimpahan makrofauna tanah. Pada metode ini dihitung indeks
keanekaragaman yang berasal dari Shannon dan Wiener (1949) dalam Odum (1993).
Keanekaragaman spesies menunjukkan jumlah total proporsi suatu spesies relatif
terhadap jumlah total individu yang ada.

H’ = -ΣPi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
n : Jumlah spesies x
N : Jumlah total spesies dalam sampel
Kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis adalah:
H’<1 :Keanekaragaman rendah
1<H’<3 :Keanekaragaman sedang

H’>3 :Keanekaragaman tinggi

Pada metode ini juga dihitung angka kemerataan (Evennes ) yang menunjukkan tingkat
sebaran individu antara jenis-jenis yang ada. Rumus angka kemerataan sebagai berikut
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001).

H'
E
ln .S
Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
S : Jumlah jenis spesies yang ditemukan (n1, n2, n3, …..)

Keadaaan di lingkungan tidak selalu sama. Berbagai faktor yang telah


disebutkan mengakibatkan keanekaragaman jenis di suatu habitat tidak pernah
mencapai maksimum karena pemerataan atau equitabilitypada setiap spesies
sulit menghasilkan angka yang sama. Oleh karena itu, dalam metode ini
jugadapat menghitung nilai yang berhubungan keberhasilan suatu spesies dapat
bertahan pada suatu ekosistem yang ditunjukan berdasarkan jumlahnya atau
disebut juga nilai kekayaan. Nilai kekayaan ini dihitung menggunakan rumus
indeks Margalef ((Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
S 1
R
ln .N
Keterangan:
R : Richness
S : Jumlah jenis spesies yang ditemukan (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel

ISOLASI KERING
Pengelompokan fauna berdasarkan tempat hidupnya dalam Ross
(1965) dapat dibagi menjadi tiga yaitu treefauna, epifauna dan infauna.
Treefauna adalah hewan yang hidup di pohon. Epifauna adalah hewan yang
hidup di permukaan tanah, sedangkan Infauna adalah hewan yang hidup di
dalam tanah. Fauna tanah sangat berperan besar terhadap tingkat kesuburan
tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan berjalan dengan lancer
apabila tidak ada bantuan dari makrofauna. Selain proses dekomposisi,
makrofauna juga berperan dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan
merobak substansi nabati yang mati dan selanjutnya akan dikeluarkan dalam
bentuk kotoran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah
struktur tanah yang mempengaruhi gerakan dan penetrasi fauna tanah,
kelembaban tanah dan kandungan hara yang berpengaruh terhadap
perkembangan dau hidup fauna tanah, suhu yang sangat berpengaruh terhadap
peletakan telur, dan cahaya serta tata udara yang mempengaruhi aktivitas atau
kegiatan fauna tanah (Arief, 2001).
Menurut Rahmawati (2006) dalam mendapatkan infauna dapat menggunakan
metode isolasi kering atau barlese tullgren funnel dan isolasi basah. Metode
isolasi basah ini memiliki cara kerja yaitu tanah sampel yang diambil ditaruh
diatas saringan atau kasa nyamuk yang telah ada di dalam corong. Set alat yang
digunakan ini biasa disebut sebagai salah satu alat ekologi yaitu, Barless.
Langkah selanjutnya adalah set barles berisi tanah ditempatkan dibawah sinar
matahari dimulai saat matahari hamper terbit. Prinsipnya adalah hewan akan
terjatuh kedalam wadah penampung karena adanya sifat fototaksis negative
pada hewan tersebut.

ISOLASI BASAH
Menurut Junaidah, 2001, keanekaragaman jenis adalah suatu
keragaman atau perbedaan antara satu anggota dengan anggota lain dalam
suatu kelompok spesies. Keanekaragaman jenis dapat dikatakan tinggi apabila
dihuni banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies yang hamper sama.
Hal ini berlaku sebaliknya, apabila hanya dihuni oleh sedikit spesies maka
dapat dikatakan suatu wilayah tersebut memilki keanekaragaman jenis yang
rendah.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat berperan penting
yang mempengaruhi keanekaragaman dan pola penyebaran fauna tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekargaman fauna tanah dapat dibagi
menjadi dua yaitu faktor biotik dan abiotik (Andayani, 2001). Faktor biotik
yang mempengaruhi terdiri atas pertumbuhan populasi, interaksi antar spesies
yang dapat berupa predator dan kompetisi. Faktor abiotik dapat terbagi
menjadi kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah (Andayani, 2001).
Menurut Suwondo, 2007, cahaya juga memiliki peranan yang sangat penting
dalam perkembangan hidup hewan tanah karena merupakan faktor yang
sangat vital berhubungan dengan perilaku untuk memberikan variasi
morfologi dan fisiologi pada hewan tanah .
Pengambilan infauna tanah dapat dilakukan dengan metode barles dan
isolasi basah (Rahmawati, 2006). Isolasi basah adalah salah satu metode
koleksi hewan tanah dengan cara pencucian (washing). Cara kerja dari
metode ini adalah menggunakan saringan bertingkat atau saringan pipa yang
akan menyaring infauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya. Fauna tanah
salah satunya dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuhnya, yang dibagi
menjadi mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Mikrofauna berukuran 20-
200 mikron, mesofauna berukuran 200 mikron- 1 sentimeter dan makrofauna
berukuran lebih dari 1 sentimeter (Suin, 2012). Hal ini merupakan salah satu
keuntungan menggunakan isolasi basah karena dapat mengetahui jenis
infauna berdasarkan ukuran tubuhnya. Selain itu, metode ini memerlukan
waktu yang singkat.

TAMBAHAN

Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan tanah, yaitu
kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks Evennes). Pada
komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evenes tinggi, sedangkan pada
komuntas yang terganggu karena adanya campur tangan manusia kemungkinan
Indeks Richness dan Indeks Evennes rendah

Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah kesama-


rataan atau equibiitas dalam pembagian individu yang merata di antara jenis, fungsi
Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman (Variety) dan
komponen kemerataan (evenness) sebagai indeks keanekaragaman keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung


Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan . Jakarta: Kanisius

Junaidah, 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud


Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Rahmawati, 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan


Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna.com.

Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. New York: John Wiley &
Sons

Suin, N.N., 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. ITB. Bandung

Suwondo. 2007. Dinamika Kepadatan dan Distribusi Vertikal Arthopoda pada


Kawasan Hutan Tanaman Industri. Jurnal Pilar Sains.

Yulipriyanto,H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Yogyakarta:Graha.

Hagvar, S. 1998. The relevance of the Rio-Convention on Biodiversity to conserving


biodiversity of soils. Applied Soil Ecology 9: 1-7

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta.

Hakim, 1986.Dasar-dasarIlmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung

Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WG. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada
Tegakan Sengon Buto (Enterelobium cyclocarpum) dan Trembesi (Samanea saman Merr) di
lahan pasca Tambang Batubara PT. Kitadin, Embalut, Kutai Kartanegara, kalimantan Timur.
Jurnal Silvikultur Tropika 4 (1): 6-10.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

You might also like