You are on page 1of 154

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan unsur pembentuk masyarakat, sedagkan masyarakat

adalah pembentuk negara. Dari keluarga sehat sumber daya yang berkualitas,

sebaliknya dari keluarga yang tidak sehat akan muncul SDM yang tidak
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
berkualitas. Oleh karena itu, bila ingin mensejahterakan maka akan dimulai yang

terkecil yaitu keluarga.

Salah satu aspek terpenting dalam keperawatan adalah keluarga. Keuarga

berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga

yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika

tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Perawatan kesehatan keluarga


2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
merupakan tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau

dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satuan yang dirawat, dengan sehat

sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana dan penyalur (Bailon dan

Maglaya, 1998).

Pelayanan kesehatan utama merupakan salah satu usur penddekatan

yang berguna. Memberikan pelayanan kesehatan di tempat dimana penduduk


3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
bertempat tinggal, bekerja, membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan di bidang kesehatan serta membantu dalanm memecahkan

permasalahan di bidang kesehatan. Sasaran perawatan kesehatan keluarga

salah satunya adalah keluarga rawan atau keluarga yang mempunyai resiko

terhadap penyakit.

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
B. KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang

atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan

individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004)

yaitu suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa

yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi

yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (1998:30)

mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu

yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu

7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu kebudayaan.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno,

2004:14) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi

8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
satu sama lain, mempunyai perannya masing-masing dan mempertahankan

suatu kebudayaan.

Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung

tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas

dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21

tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
2. Tipe – tipe keluarga menurut suprajitno (2004:2)

a. Keluarga inti ( Nuclear family )

Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

b. Keluarga besar ( Exstended family )

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.


10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai

atau kehilangan pasangannya

d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri

dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau

ditinggal pasangannya,
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried

teenage mother)

f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah

menikah (the single adult living alone)

g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non

marital heterosecual cohabiting family)


12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama (gay and lesbian family).

3. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut

Suprajitno (1004:3)

13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun

memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan

masing-masing. Tahap–tahap perkembangan itu antara lain:

a. Tahap perkembangan keluarga baru menikah

 Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang

memuaskan pasangannya
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga

sosial.

 Membina rencana memiliki anak

b. Keluarga dengan anak baru lahir

 Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua

15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
 Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi

keluarga, hubungan seksual dan kegiatan

 Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan

pasangannya

c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah

16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

 Membantu anak untuk bersosialisasi

 Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,

17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
 Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun

diluar keluarga

 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
 Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah.

 Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah dan lingkungan lebih luas

19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
 Mempertahankan keintiman pasangan

 Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja.

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
 Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab

mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki

otonomi

 Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang

tua,hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan

 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa


22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
 Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan

keluarga besar

 Mempertahankan keintiman pasangan

 Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
 Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.

g. Keluarga dengan usia pertengahan.

 Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia

pertengahan

24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
 Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan

anak-anaknya dan sebaya

 Meningkatkan keakraban pasangan.

h. Keluarga usia tua.

25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
 Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangan

 Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan

pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga

 Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
 Melakukan life review masa lalu.

4. Struktur Keluarga menurut Suprajitno (2004:7)

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat, antara lain:

a. Struktur peran keluarga


27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga

sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan

informal

b. Nilai dan norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,

khususnya yang berhubungan dengan kesehatan


28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
c. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua

dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan

keluarga inti.

d. Struktur kekuatan keluarga

29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.

5. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)

Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:

a. Fungsi afektif
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah


31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
c. Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi

32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

e. Fungsi pemerliharaan kesehatan

Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.


33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
6. Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004:4)

keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan antara lain:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

akan habis.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan

mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu

sendiri

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.


37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
B. KONSEP ASI

1. Pengertian ASI

38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI merupakan

makanan yang paling sempurna mengandung antibodi dan nutrisi yang tepat

(Chumbley,2004).

Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat

mencerna makanan padat.


39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-

garam organik yang disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai

makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997).

2. Manfaat ASI

a. Bagi bayi
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
 ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah

makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kualitasnya.

Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal

41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan

(Roesli, 2004).

 ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat

kekebalan tubuh) dari ibunya melalui plasenta. Kadar zat ini akan cepat

sekali menurun setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu

yang berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekeblan bawaan

menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka

akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang

atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang

43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur (Roesli, 2004).

 ASI meningkatkan kecerdasan

ASI selain sebagai nutrisi yang ideal, dengan komposisi yang tepat serta

disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrisi-nutrisi

khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrisi-nutrisi khusus
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
tersebut antara lain taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya

terdapat pada ASI, laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang

hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi, asam lemak ikatan panjang

(DHA, AA, omega3, omega6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang

hanya terdapat sedikit dalam susu sapi (Roesli, 2004).

 Meningkatkan kasih sayang


45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram

terutama kerana masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia

kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah

yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk

kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2004).
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
b. Bagi ibu

 Menghentikan perdarahan

Hormon oksitosin berpengaruh dalam proses pengeluaran ASI dari

kelenjar susu, hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim. Efek ini

akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan ibu langsung menyusui

bayinya. Jika otot-otot di rahim mengkerut secara otomatis pembuluh darah


47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti

(Roesli, 2004).

 Mungurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu yang memberikan ASI, kemungkinan menderita kanker

payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara


48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang

sampai sekitar 25%. Pada penelitian yang lain menemukan bahwa ibu yang

menyusui resiko terkena kanker indung telur berkurang 20-25% (Roesli,

2004).

 Mengurangi terjadinya anemia


49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia

karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan (Roesli,

2004).

 Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup

berhasil. Selama ibu memberikan ASI dan belum haid, 98% tidak akan hamil
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai

bayi berusia 12 bulan (Roesli, 2004).

 Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih

cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui (Roesli, 2004).


51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
 Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi, maka tubuh akan mengambilnya dari

lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang

menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli,

2004).

 Lebih ekonomis
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
52
Memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,

perlengkapan menyusui dan persiapan membuat susu formula (Roesli,

2004).

 Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
53
susu tidak panas. Pemberian susu baotol akan lebih merepotkan terutama

pada malam hari (Roesli, 2004).

3. Komposisi ASI

a. Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah

kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuiakan dengan kebutuhan kalori


54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
untuk bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi

secara otomatis, dapat menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Pada masa

pertumbuhan cepat diperlukan kalori yang lebih banyak pula. ASI

mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional.

55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
Lemak ASI akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga

mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya

sedikit lemak yang tidak diserap (Huliana, 2003).

b. Karbohidrat

56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang mempertinggi

penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi. Laktosa mudah terurai

menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktosa yang terdapat dalam

mukosa bayi. Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak (Huliana,

2003).

57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
57
c. Protein

Protein dalam ASI sangat mudah dicerna oleh bayi. Protein ASI

mempunyai kelebihan yang tidak terdapat pada susu lain yaitu

mengandung asam amino sistin dan asam amino taurin. Sistin

diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin diperlukan

58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
58
untuk otak. ASI juga mengandun kasein dan whey protein. Kasein

adalah protein yang sukar dicerna. Whey adalah protein yang

memproses isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut sehingga mudah

dicerna oleh usus bayi (Huliana, 2003).

d. Garam dan mineral

59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
ASI merupakan susu dengan kadar garam dan mineral yang

rendah sehingga tidak merusak fungsi ginjal bayi. Mineral yang terdapat

di ASI adalah: (a) Zat besi, bayi dilahirkan dengan persediaan zat besi,

selain itu ditambah dengan zat besi yang berasal dari pemecahan sel

darah merah yang dapat digunakan kembali. Jumlah zat besi dalam ASI

60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
sedikit tetapi jika ditambah dengan persediaan dari pemecahan sel

darah merah dan dari bayi akan mencukupi kebutuhan bayi sampai

usia enam bulan, (b) Seng, diperlukan untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan imunitas (Huliana, 2003).

61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
4. Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI

Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI yaitu:

a. Faktor dari ibu

 Puting datar atau terbenam

Puting susu datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat

dicekap oleh mulut bayi. Bantuan dilakukan sampai bayi berusia 5-7 hari.
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
62
Usaha yang tekun dan kerja sama yang baik antara ibu dan bayi akan dapat

mengatasi masalah ini (Huliana, 2003).

 Puting susu lecet

Puting susu lecet karena bayi hanya menghisap puting saja yang

seharusnya sebagian besar areola juga masuk ke mulut bayi. Pada keadaan

ini ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Untuk mencegah


63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
puting lecet, yang perlu diperhatikan: oles puting susu dengan ASI setiap

sebelum dan sesudah menyusui, jangan menggunakan BH yang ketat, jangan

membersihkan puting susu dan daerah areola dengan sabun dan alkohol,

posisi menyusui bervariasi, lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan

cara yang benar dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking

ibu ke sudut mulut bayi dan menekannya sampai lepas dari payudara. Cara
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
mengatasi puting susu lecet jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu lebar ibu

dapat terus menyusui dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih

dahulu, jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat puting susu

yang sakit dapat diistirahatkan selama 24 jam (Huliana, 2003).

 Payudara bengkak

65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
Payudara bengkak timbul karena produksi ASI yang berlebihan,

sedangkan kebutuhan bayi pada hari-hari pertama setelah lahir masih sedikit.

Payudara bengkak dapat juga terjadi karena bayi menyusui terjadwal, bayi

tidak menyusu dengan kuat, posisi menyusui yang salah, puting susu datar

atau terbenam (Huliana, 2003).

 Saluran Susu tersumbat


66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
Keadaan ini dapat timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,

pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat atau adanya komplikasi

payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara

dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui (Huliana, 2003).

 Mastitis dan abses Payudara

67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
67
Mastitis adalah peradangan pada daerah payudara. Payudara menjadi

merah, bengkak diikuti rasa nyeri dan panas, suhu ibu meningkat. Mastitis

terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan akibat sumbatan saluran susu

yang berlanjut. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan yaitu pemberian

antibiotik, pemberian obat penghilang rasa nyeri, dan kompres hangat. Bila

peradangan terjadi karena sumbatan ASI, ibu tetap memberikan ASI dengan
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
posisi yang benar sehingga bayi dapat menghisap dengan baik. Jika sudah

terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena

memerlukan tindakan bedah (Huliana, 2003).

 Sindrom ASI kurang

Ibu merasa ASI kurang atau tidak mencukupi kebutuhan bayi. Keluhan

yang dirasakan ibu yang mengalami sindrom ASI kurang adalah payudara
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
69
kecil, bayi sering menangis, bayi minta disusukan pada malam hari, bayi lebih

cepat selesai menyusu (Huliana, 2003).

b. Faktor dari bayi

 Bayi bingung puting

Bingung puting dapat terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam

botol secara bergantian dengan menyusu kepada ibu. Tanda-tanda bayi


70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
bingung puting adalah bayi menghisap puting seperti menghisap dot, waktu

menyusu cara menyusunya terputus-putus, bayi menolak menyusu pada ibu.

Langkah-langkah untuk mencegah binggung puting antara lain bayi hanya

menyusu pada ibu, teknik menyusu yang benar, waktu menyusui lebih sering

dan lebih lama tanpa terjadwal (Huliana, 2003).

 Bayi sering menangis


71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
71
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi

menangis pasti ada penyebabnya. Bayi mungkin lapar, takut, kesepian,

bosan, popok basah/kotor, atau sakit. Delapan puluh persen dari penyebab

bayi sering menangis dapat ditanggulangi dengan cara menyusui dengan

teknik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan kecuali jika bayi sakit

(Huliana, 2003).
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
 Bayi enggan menyusu

Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika enggan menyusu. Penyebab

dan penanganan bayi enggan menyusu adalah hidung tertutup lendir/ingus

karena pilek sehingga sulit untuk menghisap/ bernafas ibu diajarkan cara

membersihkan lubang hidung, bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk

menghisap dengan memberikan pengobatan pada mulut yang sariawan,


73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
73
terlambat dimulainya menyusu dengan memberikan lebih benyak kesempatan

pada ibu untuk merawat sendiri, teknik menyusui yang salah dengan teknik

menysui yang benar (Huliana, 2003).

 Bayi sumbing

Bayi dengan sumbing ganda yaitu sumbing pada langit-langit keras dan

bibir akan sulit menghisap atau menangkap puting susu dengan sempurna.
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
Kondisi ini untuk pengeluaran ASI ibu dapat melakukan dengan cara manual

atau pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet atau botol. Menyusui

pada bayi sumbing memerlukan waktu yang lebih lama dan kesabaran

(Huliana, 2003).

 Bayi dengan lidah pendek

75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
Bayi dengan lidah pendek tidak bisa menjulurkan lidahnya dengan

optimal, bayi juga sulit menyusu dengan sempurna karena lidah tidak bisa

memegang puting dan areola dengan baik. Ibu dapat membantu dengan

menahan kedua bibir bayi setelah bayi dapat menangkap puting dan areola

dengan benar. Agar posisi tidak berubah kedudukan kedua bibir bayi harus

dipertahankan (Huliana, 2003).


76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
 Ikterus pada neonatus

Menyusui dini sangat penting, karena bayi akan mendapat kolostrum.

Kolostrum berfungsi mengurangi resiko bayi kuning. Kuning dini terjadi pada

bayi usia antara 2-10 hari. Bayi kuning sering terjadi dan lebih berat pada bayi

yang tidak mendapat ASI. Untuk mencegah terjadinya warna kuning yang

lebih berat, bayi membutuhkan lebih banyak menyusu (Huliana, 2003).


77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
5. Cara menyusui yang benar

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan menyusui:

 Ibu percaya diri

Seorang ibu secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya

merupakan beban bagi kehidupan pribadinya. Perasaan tersebut mempunyai

pengaruh terhadap produksi susu. Hal ini karena otak berperan penting dalam
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
memproduksi ASI, otak mengendalikan dan mengatur pengeluaran ASI. Ibu

yang percaya diri dan yakin mampu menghasilkan ASI akan benar-benar

mampu menghasilkan ASI sesuai dengan keyakinannya (Proverawati, 2010).

 Ibu rileks

Menyusui dapat membina hubungan anak dan ibu. Ibu akan merasa

bahwa dibutuhkan bayinya, bayi juga akan merasa aman dan tentram karena
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
79
dekat dengan ibunya. Proses laktasi akan berhasil bila ibu dalam keadaan

rileks (Proverawati, 2010).

 Ibu mendapatkan dukungan dari orang terdekat

Dukungan dari orang terdekat sangat berperan dalam sukses tidaknya

menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui

maka akan semakin besar kemampuan ibu untuk terus menyusui. Dukungan
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
tersebut berpengaruh besar, jika ibu kurang mendapatkan dukungan dari

orang terdekat atau bahkan ditakut-takuti ibu akan beralih ke susu formula

(Proverawati, 2010).

b. Teknik menyusui

81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia,

1994).

Teknik menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi

menghisap air susu. Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui

82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
dengan baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar tujuan

tersebut tercapai adalah :

 Cuci tangan sebelum menyusui.

 Payudara dibersihkan dengan menggunakan air hangat, kemudian dilap

menggunakan handuk/kain bersih.

83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
 ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola.

 Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk menggunakan kursi yang

rendah dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

 Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung

siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan (kepala tidak boleh

menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).


84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
 Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di

depan.

 Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap payudara.

 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di

bawah.
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
85
 Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh

pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

 Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

 Sebagian besar areola masuk ke mulut bayi saat menyusui.

86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
86
 Setelah bayi mulai menghisap payudara tidaak disangga atau dipegang

lagi.

 Menyusui satu payudara sampai kosong kemudian diganti dengan

puyudara yang lain.

 Setelah bayi menyusu hisapan bayi dilepaskan dengan jari kelingking ibu

ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
 Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan ke

puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya.

 Bayi disendawakan dengan cara bayi digedong tegak dengan bersandar

bahu ibu kemudian punggung ditekuk perlahan-lahan atau bayi ditegkurangkan

di punggung ibu kemudian punggunggnya ditepuk perlahan-lahan (Nursalam

2010).
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
89
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
c. Cara menyendawakan bayi

Cara membuat bayi bersendawa antara lain: (a) Bayi diletakkan pada

bahu ibu, kepala bayi disangga dengan sebelah tangan ibu. Kemudian

sebelah tangan lainnya mengusap punggung bayi perlahan-lahan sampai

91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
91
bayi bersendawa, (b) Bila bayi setelah disusui, letakkan di tempat tidur

dengan posisi miring ke kanan (sisi kanan di bawah) atau tengkurap.

Udara akan keluar dengan sendirinya, (c) Buatlah bayi bersendawa setiap

kali sehabis menyusui, agar perut bayi tidak kembung dan tidak muntah

(Depkes, 2003).

92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
92
d. Waktu menyusui

Menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau

sekedar ingin didekap) ibu juga bisa melihat tanda-tanda bayi haus misalnya

dengan melihat gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau memainkan


93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
tangan di mulut atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat

dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung

bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

yang teratur dalam menyusu dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2

minggu kemudian.

94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi

sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan

menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya

masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada

malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
Waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara cukup untuk bayi.

Tidak perlu membatasi waktu menyusui. Frekuensi menyusui yang sering dapat

meningkatkan produksi ASI, mencegah payudara nyeri dan sakit karena

penumpukan dan pengumpulan ASI, dan meminimalkan kemungkinan bayi

menjadi kuning karena proses pembentukan hati yang belum matur (Proverawati,

2010).
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
6. Macam-macam posisi menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang

tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri dan berbaring.

97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
97
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
98
Gambar 2.2 Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Gambar 2.3. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
101
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
102
Gambar 2.4 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia,

1994)

Posisi khusus pada saat menyusui adalah cradle hold, cross-cradle hold,

football hold, lying down dan posisi bayi kembar secara bersamaan.

103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
103
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
104
Gambar 2.5 Posisi menyusui (American Academy of Pediatrics, 2004)

1) The cradle (menimang)

Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Pastikan punggung ibu

benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut ibu, sampai kulit bayi

dan kulit ibu saling bersentuhan, tubuh bayi menghadap ke arah ibu, dan kepala

bayi diletakkan pada siku ibu.


105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
105
2) The cross cradle hold (pegangan menimang silang)

Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip

dengan posisi dudukan tetapi ibu memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi.

Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting payudara

kecil.

3) The football hold (pegangan bola kaki )


106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
106
Pegang bayi di samping ibu dengan kaki di belakang ibu dan bayi terselip di

bawah lengan ibu, seolah-olah ibu sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi

terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu

dengan payudara besar. Cara ini membutuhkan bantal untuk menopang bayi.

4) Saddle hold (pegangan pelana)


107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
107
Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk menyusui dalam posisi

duduk. Ini juga bekerja dengan baik jika bayi sakit pilek atau sakit telinga.

Caranya, bayi duduk tegak dengan kaki mengangkangi ibu.

5) The lying position (posisi berbaring)

Menyusui dengan berbaring akan memberi ibu lebih banyak kesempatan

untuk bersantai dan juga untuk tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal.

Pastikan bahwa perut bayi menyentuh ibu.

6) Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
109
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
2.6 Posisi Menyusui Pada Bayi Kembar (Perinasia, 2004)

7. Tanda perlekatan yang baik dalam proses menyusui

Perlekatan yang baik dalam proses menyusui antara lain: 1) Bayi tampak

tenang, 2) Perut dan badan bayi menempel pada perut ibu, 3) Dagu bayi

menempel pada payudara ibu, 4) Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah

111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
membuka keluar, 5) Sebagian besar areola terutama yang bagian bawah

masuk ke dalam mulut bayi, 6) Bayi nampak menghisap kuat dengan

irama perlahan, 7) Puting susu tidak terasa nyeri, 8) Telinga dan lengan

bayi terletak pada satu garis lurus, 9) Kepala bayi agak menengadah

(Perinasia, 2004).

112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
113
Gambar 2.7 Tanda perlekatan yang benar

8. Tanda bayi menyusui dengan posisi yang salah

Tanda bayi menyusui dengan posisi yang salah antara lain: 1) Mulut dan

dagunya terpisah dari payudara, 2) Perut bayi tidak menempel pada perut ibu

sehingga lehernya akan terputar, 3) Areola tidak masuk terutama di bibir bawah

bayi, 4) Bayi menghisap hanya sebentar-sebentar, 5) Bayi tetap gelisah atau


114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
114
menolak menetek karena bayi tidak tidak mendapat ASI yang cukup, 6) Ibu

merasa sakit putingnya (Depkes RI, 2003).

C. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi

semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja,
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
115
dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.

Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima

tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,

identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana

perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi

perawatan.
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
116
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut

Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan

keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan

maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu

memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan


117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
117
membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga

terdiri dari lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika

seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang


118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
118
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat

dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan

bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana

(Suprajitno: 2004).

119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
119
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan

informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian

keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)

1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat

tinggal, dan tipe keluarga.

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga


120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh

Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan

yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
121
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke

fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.

c. Pengobatan tradisional

122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
122
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga

bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun

yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.

3) Status Sosial Ekonomi

a. Pendidikan
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal

hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola

pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi

masalah dangan tepat dan benar.

b. Pekerjaan dan Penghasilan

124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
124
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga

dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga

yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut

(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan

karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.


125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
125
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga

Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga

saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta

pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan

yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi

126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
126
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat

mengakibatkan kecemasan.

5) Aktiftas

Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan

darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan

kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9).


127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
127
6) Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,

penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor

penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.


128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
128
b. Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh

lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat

kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi

7) Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
129
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien

adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik

merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga

untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup

ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa

kepedulian yang tinggi.


130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
b. Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,

kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang

mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.

c. Struktur peran

131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
131
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten

terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota

keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila

peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka

akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.

8) Fungsi Keluarga
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
132
a. Fungsi afektif

Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita

hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita.

Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah

seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).


133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
133
b. Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang

menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila

keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan

mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini

mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.


134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
134
c. Fungsi kesehatan

Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

9) Pola istirahat tidur

135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami

masalah yang belum terselesaikan.

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik

juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua

136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
136
anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan

fisik lebih terfokuskan.

11) Koping keluarga

137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
137
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga

tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang

berkepanjangan.

2. Diagnosa keperawatan

138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
138
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat

secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah

keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan

keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan

kesehatan.
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
139
3. Intervensi Keperawatan

a. Menyusun prioritas

Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi

bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan

140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap

tindakan dimasa mendatang.

Skala untuk menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai dengan


priorotasnya dapat menggunakan 4 kriteria berikut ini:
No Kriteria Score Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala: Ancaman kesehatan 2

141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
141
Aktual (deficit / ada gangguan 3
kesehatan) 1
Krisis

2 Kemungkinan masalah dapat dirubah 2


Skala: Dapat diubah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat dirubah 0
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
142
3 Potensi masalah bila dicegah 1
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah 1
Kemungkinan masalah dapat dirubah
Skala: Masalah dirasakan dan segera 2

143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
143
ditangani 1
Masalah ada tetapi tidakperlu segera 0
ditangani
Masalah tidak dirasakan

b. Menyusun tujuan

144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
144
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan

yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber

penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan

operasional perencanaan.

Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:

145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
145
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan

spesifik

2. tujuan jangka menengah

3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan

mempunyai tujuan

c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.


146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
146
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor

keluarga mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan

(Friedman:1998:71)

4. Implementasi keperawatan

147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
147
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan

sumber-sumber yang tersedia.

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ASI.

Intervensi:

148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
148
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian,

manfaat, komposisi, cara menyusui yang benar, dan posisi menyusui

yang benar

2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah ASI

b. Ketidakmampuan keluarga menyusui bayinya dengan benar


149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
149
Intervensi :

1) Demonstrasikan teknik menyusui yang benar dirumah

c. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber

pelayanan kesehatan

Intervensi :

150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat

digunakan utnuk memperoleh pelayanan kesehatan misalnya posyandu

balita.

2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-

sumber yang ada secara berkesinambungan.

151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
151
5. Evaluasi

Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada

seberapa efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny.

Keefektifan dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang

diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan mengikuti perencanaan

evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian dengan


152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
152
memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan

diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.

Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post

rehabilitasi berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang kita

lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian stroke,

153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
153
mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui tindakan apa yang

harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.

154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154
154

You might also like