You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang semakin pesat
menyebabkan tempat bermukim semakin sempit sehingga kebersihan
dan sanitasi lingkungan menjadi buruk dan rawan terjadinya wabah
penyakit. Salah satu wabah yang sering terjadi adalah demam
berdarah. Penyakit ini terdapat di daerah tropis teruma di negara
Asean dan Pasifik barat. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit infeksi yang menimbulkan masalah kesehatan di negara
yang sedang berkembang, khususnya Indonesia.
Sanitasi lingkungan yang buruk dapat dijadikan sebagai sarang
nyamuk, salah satunya adalah nyamuk aedes. Di Indonesia dikenal
dua macam aedes yaitu aedes agypti dan aedes albopictus, sering
ditemukan di daerah tropis yang berkembang biak di tempat
penampungan air jernih atau disekitar rumah dan menggigit pada
siang hari. Nyamuk Aedes merupakan pembawa virusdengue yang
merupakan penyebab penyakit demam berdarah.
Dengue Haemorrorhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut
Demam Berdarah Dengue (DBD), sejak ditemukan pertama kali pada
tahun 1968 sampai sekarang seringkali menjadi penyebab kematian
terutama pada anak – anak dan orang dewasa.
Tindakan yang harus segera dilakukan agar penderita tidak
mengalami kondisi yang lebih buruk (setelah penetapan diagnosa
terhadap DHF yaitu : istirahat yang cukup, pemberian cairan yang
adekuat, atasi demam dengan pemberian kompres hangat dan obat
antipiretik. Untuk mengurangi kasus DHF maka salah satu peran
perawat adalah sebagai promotor dengan memberi pendidikan
kesahatan kepada masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, penulis

1
membuat Asuhan Keperawatan dengan Dengue Haemorrorhagic
Fever.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum.
Penulisan Asuhan Keperawatan bertujuan agar mahasiswa
mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan dengan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu menerapkan pengkajian pada klien
dengan DHF
b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan data dari hasil pengkajian pada klien dengan DHF
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan yang tepat
berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan DHF
d. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan berdasarkan
rencana tindakan yang ditetapkan pada klien dengan DHF
e. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari hasil
keperawatan pada klien dengan DHF

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Trombosit (sel pembeku darah) merupakan benda – benda kecil
yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam – macam, ada yang
bulat, ada yang lonjong, warnamya putih. Trombosit bukan berupa sel
melainkan berbentuk keping – keping yang merupakan bagian –
bagian kecil dari sel besar. Trombosit dibuat disumsum tulang, paru –
paru dan limpa dengan ukuran kira – kira 2 – 4 mikro. Umur
beredarnya sekitar 10 hari jumlah pada orang dewasa 150.000 –
400.000 / mm³.
Trombosit memegang peranan penting dalam proses pembekuan
darah dan homeotasis. Bila terjadi kerusakan dinding pembuluh darah
trombosit akan berkumpul disitu dan menutup lubang bocoran dengan
cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal. Selanjutnya akan
terjadi proses pembekuan darah. Kemampuan trombosit ini
dimungkinkan karena trombosit memiliki dua jenis zat yaitu
prostaglandin dan tromboksan yang segera dikeluarkan biasa
kerusakan/kebocoran dinding pembuluh darah. Zat ini juga
mempunyai efek vasikontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah
berkurang seningga membentuk proses bekuan darah.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terhadap
suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah
yaitu Ca ²+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Kalau ada luka maka darah akan keluar,trombosit
pecah dan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase ini akan bertemu dengan protombin dengan
pertolongan Ca ²+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu pula
dengan fibrin yang merupakan benang – benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah,
dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di hati dan

3
untuk pembuatannya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K
penting untuk pembekuan darah (Syahrifuddin, 2001. Hal. 46).
B. Pengertian
DBD adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, manifestasi
pendarahan dan menimbulkan syok dan kematian (Aplikasi NANDA
NIC NOC jilid 1, 2013)
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh . (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. (Nanda,NIC,NOC 2016)
C. Etiologi
Etiologi DHF adalah Arbovirus (Atrhopodborn Virus) melalui gigitan
nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti). Virus dengue,
termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe
lain sangat berkurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.seseorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Amin, Hardhi, 2015 Hal.170)
D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan
komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi–virus pengaktifan

4
tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia
yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi
hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
plasma. Adanya komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan
Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran
plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga
perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus
hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing
dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan
tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai
reaksi terhadap infeksi terjadi aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, agregasi trombosit menurun, apabila
kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit
sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor
tersebut akan menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler;
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia dan kuagulopati.

5
Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue
nyamuk aedes aegypti) darah (viremia)

Membentuk & Mengaktifkan sistem


PGE2 Hipotalamus
melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Peningkatan reboisasi Permeabilitas


Hipertermi membran meningkat
Na+ dan H2O

Agregasi trombosit Resiko Syok Hipovolemik

TromboSitopeni Renjatan hipovolemik


dan hipotensi

Kebocoran plasma

Resiko Perdarahan Perdarahan

Resiko syok (hipovolemik) Resiko perfusi


jaringan tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Kekurangan Volume Ke extravaskuler


Cairan

Paru - paru Hepar Abdomen

Efusi Pleura Hepatomegali Ascites

Ketidakefektifan Mual, Muntah


pola napas
Penekanan intraabdomen
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Nyeri
kebutuhan tubuh

6
E. Tanda dan Gejala
1. Perdarahan : Perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya
trombosit (trombositopenia) setagangguan fungsi dari trombosit
sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi
disemua organ yang berupa : uji torniquet positif, perdarahan
konjungtiva, perdarahan gusi, melena dan hematuri.
2. Demam : Demam tinggi timbul mendadak, terus – menerus,
berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat.
3. Hepatomegali :
a. Biasanya dijumpai pada awal penyakit.
b. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
c. Nyeri tekan pada daerah ulu hati.
d. Tanpa diikuti dengan ikterus.
e. Pembesaran ini diduga dengan strain serotipe virus dengue.
4. Syok : Yang dikenal dengan DSS (Dengue Shock Syndrome),
disebebkan oleh karena perdarahan dan kebocoran plasma
didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan
tanda – tanda syok adalah :
a. Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
b. Gelisah dan sianosis disekitar mulut.
c. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba.
d. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
5. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan
indikator kemungkinan terjadinya syok.
6. Trombositopenia : Jumlah trombosit dibawah 150.000/mm³ yang
biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
7. Gejala – gejala lain : anoreksia, mual muntah, sakit perut, diare
atau konstipasi serta kejang, penurunan kesadaran.

7
F. Komplikasi
Waspadalah terhadap demam berdarah dengue (DBD) dan dengue
shock syndrome sebagai dua komplikasi demam dengue yang
mematikan, meskipun dua kondisi tersebut tergolong langka dan lebih
berisiko terjadi pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
mampu melawan infeksi demam dengue atau pada orang yang
sebelumnya pernah terkena demam dengue dari tipe virus berbeda.
Sebelum DBD muncul, biasanya penderita demam dengue akan
mengalami penurunan suhu tubuh terlebih dahulu. Namun pada tahap
ini, kerusakan dan kebocoran pembuluh darah mulai terjadi dan
trombosit menurun. Ketika gejala DBD makin parah, maka penderita
akan:
1. Merasakan nyeri perut tidak tertahankan.
2. Mengalami pendarahan pada lapisan kulit yang mengakibatkan
kulit tampak seperti memar.
3. Mengalami pendarahan pada gusi.
4. Mengeluarkan darah dari mulut dan hidung.
5. Muntah-muntah dengan disertai darah.
6. Mengalami pembengkakan dan kerusakan pada organ hati.
7. Mengalami gangguan pada paru-paru dan jantung.
8. Mengalami kegagalan pada sistem peredaran darah.

Apabila DBD terlambat ditangani, maka bisa berkembang menjadi


dengue shock syndrome yang mana tekanan darah menurun secara
drastis dan pendarahan menjadi makin berat.

G. Derajat
1. Derajat 1 :
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif.
2. Derajat 2 :

8
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat 3 :
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut,
hidung dan ujung jari (tanda – tanda dini renjatan).
4. Derajat 4 :
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat 20%
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (uji H) respon antibodi sekunder
6. Pada renjatan yang berat periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan),
faal hemostasis, FDP, EKG, foto dada, BUN, dan kreatinin
serum.
I. Penatalaksanaan
1. Demam tinggi harus diatasi dengan kompres dan penggunaaan
parasetamol yang tepat. (Asam asetilsalisilat [aspirin] dan salisilat
lain tidak boleh diberikan karena dapat menimbulkan perdarahan
dan menyebabkan iritasi lambung dan asidosis).
2. Terapi rehidrasi oral harus diberikan pada tahap awal demam.
3. Pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit bila ada bukti
perdarahan.
4. Rujukan segera ke rumah sakit atau pusat kesehatan yang ada
perlu untuk pemberian cairan intravena bila suhu tubuh turun,
ektremitas menjadi dingin atau pasien menjadi gelisah. Bila rujukan

9
tidak memungkinkan, rehidrasi oral harus dilanjutkan sampai
pasien mengalami haluaran urine normal dan kulit menjadi hangat.

J. Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah demam dengue adalah dengan
menghindari diri terkena gigitan nyamuk perantara virus karena
hingga kini belum ada vaksin yang dapat menangkal demamnya.
Berikut ini cara-cara menghindari diri dari gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus sebagai perantara virus dengue:
1. Mensterilkan ruangan rumah dengan pembasmi serangga yang
bisa dibeli bebas di pasar atau apotek.
2. Berkoordinasi dengan warga lingkungan tempat tinggal untuk
melakukan fogging guna membasmi sarang nyamuk.
3. Bergotong royong bersama para tetangga untuk membersihkan
selokan-selokan serta membuang sampah-sampah yang bisa
menampung air sebagai media bertelur oleh nyamuk.
4. Membersihkan bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar
jentik-jentik nyamuk mati.
5. Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media
kecil penampung air lainnya yang ada di rumah Anda.
6. Memasang kawat antinyamuk di seluruh ventilasi rumah Anda.
7. Memasang kelambu di ranjang tidur Anda.
8. Memakai losion antinyamuk, terutama yang mengandung N-
diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun
jangan gunakan produk ini di sekitar bayi yang masih berusia di
bawah dua tahun.
9. Mengenakan pakaian yang cukup bisa melindungi Anda dari
gigitan nyamuk.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Christantie (1995) pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat penderita
pertama kali masuk rs (untuk mengetahui riwayat penyakit dan
perjalanan penyakit yang dialami oleh pasien) maupun selama
penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan
pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang
dihadapinya).
Adapun cara atau metode pengumpulan data yang dilakukan pada
tahap pengkajian, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, observasi,
catatan/ status pasien, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data dasar dan data khusus.
Data dasar adalah data yang berisi mengenai:
1. Persepsi pasien tantang kesehatan (upaya yang bisa dilakukan
untuk mempertahankan hidup sehat, alasan klien masuk rumah
sakit, faktor pencetus dan lamanya keluhan).
2. Pola nutrisi (frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan).
3. Pola eliminasi (BAB dan BAK)
4. Pola tidur dan istirahat.
5. Pola pikir (persepsi diri, mekanisme koping, sistem nilai
kepercayaan).
6. Pengkajian fisik yang meliputi keadaan umum (sakit ringan –
sedang – berat).
7. Kesadaran (compos mentis, apatis, somnolent, soporus, coma,
reflek sensibilitas GCS).
8. Tanda – tanda vital.
9. Keadaan kulit, kelenjar limfe, muka, kepala, tangan, telinga,
hidung, mulut, leher, rectum, alat kelamin dan anggota gerak.

11
10. Sirkulasi (finger print, hidrasi).
11. Keadaan dada (paru, jantung, abdomen) melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Pada pengkajian data dasar menurut Doenges, et.all (1999)
ditemukan :
1. Aktivitas/ Istirahat : kelemahan, keletihan, malaise, cepat lelah
perasaan gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas
berhubungan dengan proses penyakit.
2. Integritas ego : ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan
tidak berdaya / tidak ada harapan. Menolak, perhatian
menyempit, depresi.
3. Eliminasi : Episode eliminasi yang tidak dapat diperkirakan,
kadang diare, melena, atau konstipasi.
4. Makanan / Cairan : anoreksia, mual/muntah, penurunan berat
badan, tidak toleran pada diet/sensitif, mis. Produk susu,
makanan berlemak. Penurunan lemak subkutan / massa otot,
kelemahan, tonus otot buruk dengan turgor kulit jelek.
5. Hygiene : Bau badan.
6. Nyeri / kenyamanan : nyeri tekan abdomen / ulu hati.
7. Keamanan : peningkatan suhu tubuh 39,6 – 40 0c, anemia.
8. Interaksi sosial : masalah berhubungan / peran sehubungan
dengan kondisi, ketidakmampuan aktif secara sosial.
9. Penyuluhan / pembelajaran : riwayat penyakit keluarga rencana
pemulungan bantuan dalam program diet, program obat,
dukungan psikologis.

Data khusus yaitu data yang diambil berdasarkan kondisi pasien


ssat sekarang, yang berupa :

1. Biodata :

12
a. Usia, DHF dapat menyerang segala usia, anak remaja dan
orang dewasa, tetapi paling sering menyerang anak – anak
(2 – 6 tahun).
b. Lingkungan tempat tinggal :
1) Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk
keperluan sehari – hari.
2) Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3) Penyediaan air bersih yang langka.
4) Jarak rumah yang berdekatan.
2. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan yang dinyatakan oleh pasien, yang sering ditemui pada
pasien DHF antara lain : lemah, panas / demam, sakit kepala,
anoreksia, mual, haus, sakit menelan, nyeri ulu hati, nyeri pada
otot dan sendi, pegal – pegal pada seluruh tubuh, konstipasi /
sembelit.
3. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang
dapat dijumpai pada penderita DHF antara lain : suhu tubuh
menggigil, wajah tampak kemerahan, mukosa mulut kering,
pendarahan gusi, kadang – kadang lidah kotor, tampak bintik
kemerahan pada kulit (petekie), uji tourniquet positif, epistaksis,
ekimosis, hematemesis, melena, hypertermia pada
tenggorokan, nyeri tekan pada epigastrium, palpasiteraba
pembesaran hati dan limpa, pada derajat keempat (nadi cepat
dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis,
nafas dangkal).

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektian pola nafas berhubungan dengan nafas
terganggu akibat spasme otot – otot pernafasan, nyeri,
hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah
4. Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologis (penekanan
intraabdomen)
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Resiko syok (hypovolemik)
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun
8. Resiko perdarahan

14
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektifan Pola Napas NOC NIC
1. Airway Management:
Definisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi a. Respiratory status : Ventilation
a. Buka jalan nafas, gunakan
yang tidak memberi ventilasi b. Respiratory status : Airway
teknik chin lift atau jaw thrust
Batasan Karakteristik: patency bila perlu.
a. Perubahan kedalaman pernapasan c. Vital Sign Status b. Posisikan pasien untuk
c. memaksimalkan ventilasi.
b. Perubahan ekskursi dada Kriteria Hasil:
d. Identifikasi pasien perlunya
c. Mengambil posisi tiga titik a. Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
d. Bradipneu efektif dan suara nafas yang buatan.
e. Pasang mayo bila perlu.
e. Perubahan tekanan ekspirasi bersih, tidak ada sianosis dan
f. Lakukan fisioterapi dada jika
f. Penurunan ventilasi semenit dysneu (mampu perlu.
g. Penurunan kapasitas vital mengeluarkan sputum, g. Keluarkan sekret dengan
h. Dipneu mampu bernafas dengan batuk atau suction.
h. Auskultasi suara nafas, catat
i. Peningkatan diameterr mudah, tidak ada pursed lips) adanya suara tambahan.
anteriorposterior b. Mununjukkan jalan nafas yang i. Lakukan suction pada mayo.
j. Pernapasan cuping hidung paten (klien tidak merasa j. Berikan bronkodilator bila
perlu.
k. Ortopneu tercekik, irama nafas,
k. Berikan pelembab udara
l. Fase ekspirasi memenjang frekuensi pernafasan dalam kassa basah NaCl lembab.

15
m. Pernapasan bibir rentang normal, tidak ada l. Atur intake untuk cairan.
n. Takipneu suara nafas abnormal) m. Mengoptimalkan
keseimbangan.
o. Penggunaan otot aksesorius untuk c. Tanda – tanda vital dalam
n. Monitor respirasi dan status
bernapas rentang normal (tekanan O2.
Faktor yang berhubungan: darah, nadi, pernafasan)
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
d. Deformitas dinding dada
e. Keletihan
f. Hiperventilasi
g. Sindrom hipoventilasi
h. Gangguan muskuloskeletal
i. Kerusakan neurologis
j. Imaturitas neurologis
k. Disfungsi neuromuskular
l. Obesitas
m. Nyeri
n. Keletihan otot pernapasan cedera
medula spinalis

16
Hipertermia NOC NIC
2. Fever treatment
Definisi : peningkatan suhu tubuh a. Thermoregulation
a. Monitor suhu sesering
diatas kisaran normal Kriteria Hasil :
mungkin.
Batasan Karakteristik : a. Suhu tubuh dalam rentang b. Monitor IWL
a. Konviusu normal. c. Monitor warna dan suhu
kulit
b. Kulit kemerahan b. Nadi dan RR dalam rentang
d. Monitor tekanan darah,
c. Peningkatan suhu tubuh diatas normal. nadi, dan RR.
kisaran normal c. Tidak ada perubahan warna e. Monitor penurunan tingkat
kesadaran.
d. Kejang kulit dan tidak ada pusing.
f. Monitor WBC, Hb, dan Hct.
e. Takikardi g. Monitor intake dan output.
f. Takipnea h. Berikan antipiretik
g. Kulit terasa hangat i. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
Faktor yang Berhubungan: demam.
a. Anastesia j. Selimuti pasien
b. Penuruna respirasi k. Lakukan tapid sponge.
l. Kolaborasi pemberian
c. Dehidrasi
cairan intravena.
d. Pemajanan lingkungan yang m. Kompres pasien pada lipat
panas paha dan aksila.
n. Tingkatkan sirkulasi udara.
e. Penyakit

17
f. Pemakaian pakaian yang tidak o. Berikan pengobatan untuk
sesuai dengan suhu lingkungan mencegah terjadinya
menggigil.
g. Peningkatan laju metabolisme
h. Medikasi Temperature regulation
i. Trauma a. Monitor suhu minimal 2 jam
j. Aktivitas berlebihan b. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
c. Monitor TD, nadi, dan RR.
d. Monitor warna dan suhu
kulit.
e. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi.
f. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
g. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
h. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas.
i. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek

18
negatif dari kedinginan
j. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
l. Berikan antipiretik jika perlu

Vital Sign Monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR.
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
c. Monitor tanda vital saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri.
d. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
e. Monitor TD, nadi, suhu, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas.
f. Monitor kualitas dari nadi.
g. Monitor frekuensi dan irama

19
pernapasan.
h. Monitor suara paru.
i. Monitor pola pernafasan
abnormal.
j. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
k. Monitor sianosis perifer.
l. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik).
m. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

20
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan NOC NIC
3. Perifer Peripheral sensation
a. Circulation status
Definisi: penurunan sirkulasi darah ke management (manajemen
b. Tissue perfusion :
perifer yang dapat mengganggu sensasi perifer)
kesehatan. cerebral a. Monitor adanya daerah
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil: tertentu yang hanya terhadap
a. Tidak ada nadi panas/dingin/tajam/tumpul
Mendemonstrasikan status
b. Perubahan fungsi motorik b. Monitor adanya paratese
c. Perubahan kulit (warna, sirkulasi yang ditandai dengan : c. Instruksikan keluarga untuk
elastisitas, rambut, kelembapan, a. Tekanan sistol dan diastol mengobservasi kulit jika ada isi
kuku, sensasi, suhu) atau laserasi
dalam rentang ang diharapkan
d. Indek ankle-brakhial <0,90 d. Gunakan sarung tangan untuk
e. Perubahan tekanan darah b. Tidak ada ortostatistik proteksi
dieksremitas hipertensi e. Batasi gerakan pada kepala,
f. Waktu pengisian kapiler >3 detik c. Tidak ada tanda-tanda leher, dan punggung
g. Kaludikasi f. Monitor kemampuan BAB
h. Warna tidak kembali ketungkai peningkatan tekanan g. Kolaborasi pemberian
saat tungkai diturunkan intrakranial (tidak lebih dari 15 analgetik
i. Kelambatan penyembuhan luka mmHg) h. Monitor adanya tromboplebitis
perifer i. Diskusikan mengenai
Mendemonstrasikan
j. Penurunan nadi penyebab perubahan sensasi
k. Edema kemampuan kognitif yang
l. Nyeri ekstremitas ditandai dengan :
m. Bruit femoral
a. Berkomunikas dengan

21
n. Pemendekan jarak total yang jelas dan sesuai dengan
ditempuh dalam uji berjalan 6 kemampuan
menit
b. Menunjukkan perhatian,
o. Pemendekan jarak bebas nyeri
yang ditempuh dalam uji berjalan konsentrasi dan orientasi
6 menit c. Memproses informasi
p. Perestesia
d. Membuat keputusan
q. Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor yang berhubungan: dengan benar
a. Kurang pengetahuan tentang faktor
pemberat (mis., merokok, gaya
hidup monoton, trauma, obesitas,
asupan garam, imobilitas)
b. Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit (mis., diabetes,
hiperlipidemia)
c. Diabetes melitus
d. Hipertensi
e. Gaya hidup monoton
f. merokok

22
Nyeri Akut NOC NIC
4. Pain Management
Definisi : pengalaman sensori dan a. Pain level
a. Lakukan pengkajian secara
emosional yang tidak menyenangkan b. Pain control
komprehensif termasuk lokasi,
yang muncul akibat kerusakan jaringan c. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
yang aktual atau potensial atau Kriteria Hasil kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal
digambarkan dalam hal kerusakan a. Mampu mengontrol nyeri
dari ketidaknyamanan
sedemikian rupa : awitan yang tiba-tiba (tahu penyebab nyeri, c. Gunakan tehnik komunikasi
atau lambat dari intensitas ringan mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
hingga berat dengan akhir yang dapat tehnik nonfarmakologi untuk
d. Kaji kultur yang mempengaruhi
diantisipasi atau diprediksi dan mengurangi nyeri, mencari respon nyeri
berlangsung <6 bulan. bantuan) e. Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan Karakteristik : b. Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan
a. Perubahan selera makan berkurang dengan tim kesehatan lain tentang
b. Perubahan tekanan darah menggunakan manajemen ketidakefektifan kontrol nyeri
c. Perubahan frekuensi jantung nyeri masa lamoau
g. Bantu pasien dan keluarga
d. Perubahan frekuensi pernafasan c. Mampu mengenali nyeri
untuk mencari dan
e. Laporan isyarat (skala, intensitas, frekuensi menemukan dukungan
f. Diaforesis dan tanda nyeri) h. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
g. Perilaku distraksi (mis., berjalan d. Menyatakan rasa nyaman

23
mondar-mandir mencari orang lain setelah nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan,
dan atau aktivitas lain, aktivitas dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
yang berulang)
j. Pilih dan lakukan penanganan
h. Mengekspresikan perilaku (mis., nyeri (farmakologi, non
gelisah, merengek, menangis) farmakologi dan interpersonal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
i. Masker wajah (mis., mata kurang
untuk menentukan intervensi
bercahaya, tampak kacau, gerakan l. Ajarkan tentang teknik non
mata berpencar atau tetap pada farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
satu fokus meringis)
mengurangi nyeri
j. Sikap melinfungi area nyeri n. Evaluasi keefektifan kontrol
k. Fokus menyempit (mis., gangguan nyeri
persepsi nyeri hambatan proses o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter
berfikir, penurunan interaksi dengan jika ada keluhan dan tindakan
orang dan lingkungan) nyeri tidak berhasil
l. Sikap tubuh melindungi q. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
m. Dilatasi pupil
Analgesic Administration
n. Melaporkan nyeri secara verbal a. Tentukan lokasi, karakteristik,
o. Gangguan tidur kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat

24
Faktor yang berhubungan : b. Cek instruksi dokter tentang
Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
fisik, psikologis)
d. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
i. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

25
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN NOC NIC
5. Fluid Management
Definisi : penurunan cairan a. Fluid balance
a. Timbang popok/pembalut jika
intravaskular, interstisial, dan/atau b. Hydration
diperlukan
intraseluler. Ini mengacu pada c. Nutritional Status : food b. Pertahankan catatan intake
dehidrasi, kehilangan cairan tanpa and fluid intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi
perubahan pada nattrium. Kriteria Hasil:
(kelembaban membran
Batasan Karakteristik : a. Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
a. Perubahan status mental output sesuai dengan usia, tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan
b. Penurunan tekanan darah BB, BJ urine normal, HT
d. Monitor vital sign
c. Penurunan tekanan nadi normal e. Monitor masukan
d. Penurunan volume nadi b. Tidak ada tanda-tanda makanan/cairan dan hitung
e. Penurunan turgor kuit dehidrasi, elastisitas turgor intake kalori harian
f. Kolaborasikan pemberian
f. Penurunan turgor lidah kulit baik, membran mukosa cairan IV
g. Penurunan haluaran urin lembab, tidak ada rasa haus g. Monitor status nutrisi
h. Penurunan pengisisan vena yang berlebihan h. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
i. Membran mukosa kering
i. Dorong masukan oral
j. Kulit kering j. Berikan penggantian
k. Peningkatan hematokrit nesogantrik sesuai output
k. Dorong keluarga untuk
l. Peningkatan suhu tubuh

26
m. Peningkatan frekuensi nadi membantu pasien makan
n. Peningkatan konsentrasi urin l. Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
o. Penurunan berat badan
m. Kolaborasi dengan dokter
p. Tiba-tiba (kecuali pada ruang n. Atur kemungkinan transfusi
ketiga) o. Persiapan untuk transfusi
Hypovolemia Management
q. Haus
a. Monitor status cairan termasuk
r. Kelemahan intake dan output cairan
Faktor yang Berhubungan: b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan
a. Kehilangan cairan aktif
hematokrit
b. Kegagalan mekanisme d. Monitor tanda vital
regulasi e. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
h. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
i. Monitor adanya tanda gagal
ginjal

27
Resiko Syok (hypovolemik) NOC NIC
6. Syok prevention
Definisi : beresiko terhadap a. Syok prevention
a. Monitor status sirkulasi BP,
ketidakcukupan aliran darah kejaringan b. Syok management
warna kulit, suhu kulit, denyut
tubuh, yang dapat mengakibatkan Kriteria Hasil: jantung, HB, dan ritme, nadi
disfungsi seluler yang mengancam jiwa. a. Nadi dalam batas yang perifer, dan kapiler refill
b. Monitor tanda inadekuat
Faktor risiko : diharapkan
oksigenasi jaringan
a. Hipotensi b. Irama jantung dalam c. Monitor suhu dan pernafasan
b. Hipovolemi batas yang diharapkan d. Monitor input dan output
e. Pantau nilai labor: HB,
c. Hipoksemia c. Frekuensi nafas dalam
HT,AGD, dan elektrolit
d. Hipoksia batas yang diharapkan f. Monitor hemodinamik invasi
e. Infeksi d. Irama pernafasan dalam yang sesuai
f. Sepsis batas yang diharapkan g. Monitor tanda dan gejala
asites
g. Sindrom respons inflamasi sistemik e. Natrium serum dalam h. Monitor tanda awal syok
batas normal i. Tempatkan pasien pada posisi
f. Kalium serum dalam supine, kaki evalasi untuk
peningkatan preload dengan
batas normal
tepat
g. Klorida serum dalam j. Lihat dan pelihara kepatenan
batas normal jalan nafas
k. Berikan cairan IV dan atau oral
h. Kalsium serum dalam

28
batas normal yang tepat
i. Magnesium serum dalam l. Berikan vasodilator yang tepat
m. Ajarkan keluarga dan pasien
batas normal
tentang tanda dan gelaja
j. pH darah serum dalam datangnya syok
darah normal n. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkat untuk
Hidrasi :
mengatasi gejala syok
a. Indicator : Syok management
b. Mata cekung tidak a. Monitor fungsi neurologis
b. Monitor fungsi renal
ditemukan
c. Monitor tekanan nadi
c. Demam tidak ditemukan d. Monitor status cairan, input,
d. TD dalam batas normal output
e. Hematokrit dalam batas e. Catat gas darah arteri dan
oksigen dijaringan
normal f. Monitor (EKG, sesuai)
g. Memanfaatkab pemantauan
jalur arteri untuk meningkatkan
akurasi pembacaan tekanan
darah, sesuai
h. Menggambar gas darah arteri
dan memonitor jaringan
oksigenasi

29
i. Memantau tren dalam
parameter hemodinamik (mis.
CVP, MAP, tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
j. Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(mis. PaO2 kadar hemoglobin
SaO2, CO) jika tersedia
k. Memantau tingkat
karbondioksida sublingual
dan/atau tonometry lambung,
sesuai
l. Memonitor gejala gagal
pernafasan (mis. Rendah PaO2
peningkatan PaCO2 tingkat,
kelelahan otot pernafasan)
m. Monitor nilai laboratorium
(mis. CBC dengan diferensial)
koagulasi profil ABC, tingkat
laktat, budaya, dan profil kimia)
n. Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV

30
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC
7. Nutrien management:
dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: food
a. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : asuhan nutrisi tidak cukup and fluid intake
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memenuhi kebutuhan metabolik b. Nutritional status: nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Batasan Karakteristik: intake dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
a. Kram abdomen c. Weight control
c. Anjurkan pasien untuk
b. Nyeri abdomen Kriteria Hasil meningkatkan intake Fe
c. Menghindari makanan a. Adanya peningkatan d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
d. Berat badan 20% atau lebih berat badan sesuai dengan
vitamin C
dibawah berat badan ideal tujuan e. Berikan substansi gula
e. Kerapuhan kapiler b. Berat badan ideal sesuai f. Yakinkan diet yang dimakan
f. Diare dengan tinggi badan mengandung tingkat tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
g. Kehilangan rambut berlebihan c. Mampu mengidentifikasi g. Berikan makanan yang terpilih
h. Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi (sudah dikonsultasikan dengan
i. Kurang makanan d. Tidak ada tanda-tanda ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana
j. Kurang informasi malnutrisi
membuat catatan makanan
k. Kurang minat pada makanan e. Menunjukkan harian
l. Penurunan berat badan dengan peningkatan fungsi i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
asupan makanan adekuat pengecapan dari menelan

31
m. Kesalahan konsepsi f. Tidak terjadi penurunan j. Berikan informasi tentang
n. Kesalahan informasi berat badan yang berarti kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
o. Membran mukosa pucat
mendapatkan nutrisi yang
p. Ketidakmampuan memakan dibutuhkan
makanan Nutrion monitoring
a. Bb pasien dalam batas norma
q. Tonus otot menurun
b. Monitor adanya perubahan
r. Mengeluh gangguan sensasi rasa berat badan
s. Mengeluh asupan makanan kurang c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
dari RDA (recommended daily
d. Monitor interaksi anak atau
allowance) orang tua selama makan
t. Cepat kenyang setelah makan e. Monitor lingkungan selama
u. Sariawan rongga mulut makan
f. Jadwalkan pengobatan dan
v. Stearotea tindakan tidak selama jam
w. Kelemahan otot penguyah makan
x. Kelemahan otot menelan g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Faktor yang Behubungan :
h. Monitor turgor kulit
a. Faktor biologis i. Monitor kekeringan, rambut
b. Faktor ekonomi kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
c. Ketidakmampuan untuk

32
mengabsorpsi nutrien k. Monitor kadar albumin, total
d. Ketidakmampuan untuk mencerna protein, HB, dan kadar HT
l. Monitor pertumbuhan dan
makanan
perkembangan
e. Ketidakmampuan menelan m. Monitor pucat, kemerahan, dan
makanan kekeringan jaringan konjungtiva
n. Monitor kalori dan intake nutrisi
f. Faktor psikologis
o. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral
p. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

33
Resiko pendarahan NOC NIC
8. Bleeding precautions
Definisi : beresiko mengalami a. Blood lose severity
a. Monitor ketat tanda-tanda
penurunan volume darah yang dapat b. Blood koagulation
perdarahan
mengganggu kesehatan Kriteria Hasil : b. Catat hasil HB dan HT sesudah
Faktor resiko : a. Tidak ada hematuria dan terjadinya perdarahan
c. Monitor nilai lab (koagulasi)
a. Neurisma hematemesis
yang meliputi PT, PTT,
b. Sirkumsisi b. Kehilangan darah yang trombosit
c. Defisiensi pengetahuan terlihat d. Monitor TTV ortostatik
e. Pertahan bedrest selama
d. Koagulopati intravaskuler di c. Tekanan darah dalam
perdarahan aktif
seminata batas normal sistol dan f. Kolaborasi dan pemberian
e. Riwayat jatuh diastol produk darah (platelet atau frest
f. Gangguan gastrointestinal d. Tidak ada perdarahan frozen plasma)
g. Lindungi pasien dari trauma
(mis. Penyakit ulkus lambung, pervagina yang dapat menyebabkan
polip, varises) e. Tidak ada distensi perdarahan
g. Gangguan fungsi hati (mis. abdominal h. Hindari mengukur suhu lewat
rektal
Sirosis, hepatitis) f. Hemaglobin dan
i. Hindari pemberian aspirin dan
h. Koagulopati inheren (mis. hematokrit dalam batas anticoagulant
Trombositopenia) normal j. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan
i. Komplikasi pasca partum (mis. g. Plasma, PT, PTT dalam

34
Atoniuteri, retensi plasenta) batas normal yang mengandung vitamin K
j. Komplikasi terkait kehamilan k. Hindai terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
(mis. Plasenta previa, kehamilan
mempertahan intake cairan
mola, solusio plasenta) yang adekuat dan pelembut
k. Trauma feses
Bleeding reduction
l. Efek samping terkait terapi
a. Identifikasi penyebab
(mis. Pembedahan, pemberian perdarahan
obat, pemberian produk darah b. Monitor trend tekanan darah
dan paramerter hemodinamik
defisiensi trombosit, kemoterapi)
(CVP, pulmonary cappilary/
artery wedge pressure)
c. Monitor status yang meliputi
intake dan output
d. Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (PaO2,
SaO2, dan level HB dan cardiac
output
e. Pertahankan patensi IV line

35
D. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai
secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn
sebelumnya.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara
sistematis untuk mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk
mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu
pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek
program perencanaan yang akan datang.
Evaluasi merupakan pengawasan manajerial untuk mendapat hasil
yang sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.oleh
karena itu evaluasi sangat di butuhkan setelah kita melakukan
pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengue Haemorrhagic Fever adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Agypti /
Aedes Albopictus, menyerang pada anak, ramaja dan orang dewasa.
Dengan tanda – tanda klinis demam, nyeri otot atau sendi yang
disertai dengan atau tanpa ruam dan demam bifasik, sakit kepala,
trombositopenia, petekiae spontan.
Mengetahui dan mengenal tanda utama renjatan dini adalah
langkah yang paling penting bagi penderita DHF sehingga dapat
segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan yiwa penderita. Jika
hal tersebut lambat diketahui maka penderitapun akan terlambat
mendapat pertolongan (sudah mengalami renjatan yang dapat
berakibat fatal bagi pasien).
Perawat memegang peran penting dan menangani penderita DHF.
Dalam menjalakan peran sebagai pelaksana (pemberi asuhan
keperawatan) perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
optimal melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif.
B. Saran
Semoga Makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi Mahasiswa/i Kesehatan, sehingga dapat membantu
proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas Mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran selanjutnya .

37
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. et. All .2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Effendy, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses
Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syariffudin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Widya
Medika.
Nurarif,Amin Huda Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Medi Action Publishing.

http://www.alodokter.com/demam-berdarah/pencegahan

http://dwimahendrayanti.blogspot.co.id/2013/12/makalah-evaluasi-
keperawatan.html

http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-dhfdoc.html#

38

You might also like