You are on page 1of 6

BAB I

Pendahuluan

1.1 latar belakang


Penyakit kulit merupakan penyakit yang cukup banyak menyerang berbagai
jenis hewan. Biasanya hewan yang terserang penyakit kulit akan merasakan
kegatalan dan timbul kemerahan. Penyakit kulit pada hewan paling sering
diakibatkan oleh parasit kulit, bakteri, dan cendawan. Menurut hakim (2015),
tingginya tingkat kelembaban di Indonesia menjadi predisposisi timbulnya
penyakit kulit yang bersumber dari jamur dan parasit.
Dalam bidang farmasi ada beberapa bentuk sediaan yang digunakan untuk
mengobati gatal-gatal di kulit seperti bedak tabur, krim, gel atau salep. Bedak
tabur merupakan sediaan kosmetik berupa bubuk halus lembut, homogen,
sehingga mudah ditaburkan atau disapukan merata pada kulit. Bedak dapat juga
digunakan untuk mengobati gatal-gatal di kulit yang disebabkan oleh alergi,
bakteri atau jamur (Martin dan Cammarata 1962).
Bedak tabur merupakan sediaan serbuk tak terbagi atau yang dikenal dengan
sebutan pulvis. Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain
pulvis adspersorius (serbuk tabur), pulvis dentrificius (serbuk gigi), pulvis
sternutatorius (serbuk bersin), dan pulvis efervesen. Secara umum syarat serbuk
yaitu kering, homogen, dan memenuhi Uji Keragaman Bobot (Syamsuni 2006).
Serbuk tak terbagi dapat terdiri dari beberapa bahan dan digunaan pada
permukaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang
halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

1.2 tujuan

praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan serbuk tak terbagi
berdasarkan resep dan mengetahui fungsi dari serbuk tersebut.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Serbuk
serbuk adalah campuran kering bahan obat yang atau zat kimia yang

yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.

Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih

mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan obat

lainnya seperti kapsul, tablet, pil. Obat yang terlalu besar volumenya untuk

dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam

bentuk serbuk (H.A Syamsuni, 2006). Adapun keuntungan menggunakan

serbuk ialah sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan, dosis lebih

cepat dan lebih stabil daripada cairan, serta memberika disolusi yang lebih

cepat. Namun serbuk juga memiliki kerugian yaitu kurang baik untuk bahan

obat yang mudah rusak atau terurai dengan adanya kelembaban, bahan obat

yang pahit akan sukar tertutupi rasanya serta peracikannya cukup lama

(Howard C. Ansel, 1989).

Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut (Ekarina

R.Himawati, 2012) : tidak boleh menggumpal atau megandung air

(kering). harus bebas dari butiran-butiran kasar (Halus), setiap bagian

campuran serbuk harus mengandung bahan-bahan yang sama dan dalam

perbandingan yang sama pula (Homogen), dan Memenuhi uji

keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan

(seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk

terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik.


Keuntungan obat bentuk serbuk adalah pertama, obat lebih mudah

terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan. Kedua, lebih

mudah diaplikasikan dari pada sediaan cair atau sediaan padat lainnya.

Ketiga, masalah stabilitas yang sering di hadapi dalam sediaan cair tidak

ditemukan dalam sediaan serbuk. Keempat, Obat yang tidak stabil dalam

suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Selain itu, obat

dengan volume yang terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat

dibuat dalam bentuk serbuk. Kerugian bentuk serbuk adalah, pertama tidak

tertutupinya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah,

amis dan lain – lain). Kedua, pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau

basah (Syamsuni 2006).

2.2 Champora
Champora (Cinnamomum camphora) adalah zat kristal berwarna
putih dengan aroma dan rasa pedas yang kuat, berasal dari kayu laurel
(Cinnamomum camphora). Pohon ini merupakan tanaman asli Cina, India,
Mongolia, Jepang dan Taiwan (Firzzo et al 2000). Champora diperoleh
melalui penyulingan uap, pemurnian dan sublimasi kayu, ranting dan kulit
pohon. Champora memiliki efek terpeutik seperti analgesik topikal,
antiseptik, antispasmodik, antipruritc, antiinflamasi, antiinfektif,
rubefacient, kontrasepsi, ekspektoran ringan, dekongestan hidung, penahan
batuk, dll (Paolo 2009). Champora mudah diserap melalui kulit dan juga
dapat diberikan melalui suntikan, inhalasi dan konsumsi. Senyawa ini juga
dapat bekerja sebagai keratolitik dan komedolitik dengan mempercepat
pengelupasan sel-sel pada epidermis kulit, membuka pori yang tersumbat
dan mencegahnya tersumbat kembali dengan memperbesar diameter pori,
serta menyediakan tempat bagi sel baru yang akan tumbuh. Selain itu,
senyawa ini juga bekerja sebagai antifungal.
2.3 Zinc oxide

ZnO merupakan suatu senyawa inorganik yang tidak larut dalam air

dan alkohol, tapi larut dalam larutan yang bersifat asam. Berbentuk serbuk

halus berwarna putih, amorf, sangat tidak berbau, tidak berasa, lambat laun

menyerap karbondioksida dari udara Penggunaannya dalam dunia medis

berkaitan dengan kemampuan sebagai antimikrobial dan penghilang bau,

sehingga sering ditambahkan dalam kemasan makanan. Zinc oxide

digunakan secara luas pada treatment penyakit kulit. Sediaan ini tidak

diserap oleh kulit sehingga tidak menyebabkan iritasi dan alergi pada kulit

pengguna.

2.4 Talk
Talk merupakan suatu sediaan yang berasal dari magnesium silikat
berwarna putih, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, dan
berbentuk serbuk halus. Digunakan pada produk-produk pupur bayi sebagai
serbuk astringen untuk mencegah kemerahan pada kulit akibat penggunaan
popok. Senyawa ini digunakan sebagai tambahan pada suatu bahan lain
(yang jumlahnya sedikit atau sangat sedikit) untuk menambah volume nilai
jual. Senyawa ini dijual bebas dan digunakan secara luas pada berbagai
bidang dan produk komersial di seluruh dunia (DEPKES RI 1979).

BAB III

Metode

3.1.Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan, kertas
perkamen, sendok tanduk, mortar, stamper, ayakan, dan pot plastik.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah champora, zinc oxide, talkum, dan
spirt.
3.2.Prosedur pembuatan

Timbangan di tera dan dilapisi kertas perkamen

Semua bahan di timbang

Mortar kering disiapkan, champora dimasukkan kedalam mortar

10 tetes spirt ditambahkan ke dalam mortar

½ talkum dimakukkan kedalam mortar, aduk hingga homogen

Tambahkan zinc oxide, aduk hingga homogen

Tambahkan sisa talcum, aduk hingga homogen

Ayak dengan ayakan B30, lalu timbang

Masukkan kedalam pot plastik

Beri etiket
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
edisi III. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Frizzo1 CD, Santos AC, Paroul N, Serafini LA, Dellacassa E, Lorenzo D, and
Moyna P. 2000. Essential Oils of Camphor Tree (Cinnamomum
camphora Nees & Eberm) Cultivated in Southern Brazil. Braz. arch.
biol. Technol. 43(3): 1-4.
Hakim, A.M., 2015. Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Kulit Anjing
Menggunakan Metode Certainty Factor. JSIKA. 4(2): 1-8

Martin, A, N, J and A Cammarata. 1962. Pysical Pharmacy 2nd ed . Lea and


Febiger: Philadelphia

Paolo Z. 2009. Camphor: Risks and Benefits of a Widely Used Natural


Product. J Appl Sci Environ Manage. 13(2):69–74
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:
Penerbit EGC.

You might also like