This document discusses a case study on family nursing care for type 2 diabetes mellitus patients with risk of blood glucose instability in the work area of Pacarkeling Public Health Center in Surabaya. The study aims to understand family nursing care for type 2 diabetes in depth. Data will be collected through interviews, observations, and physical examinations of 2 diabetic family samples. The analysis found that inaccurate and irregular diet, exercise, and control were factors that often caused instability. The diagnosis for both cases was the risk of glucose instability caused by the family's inability to care for sick family members. Nursing plans were made based on the needs and abilities of each family to address the problems. Knowledge of signs and treatment of hypoglycemia and hypergly
This document discusses a case study on family nursing care for type 2 diabetes mellitus patients with risk of blood glucose instability in the work area of Pacarkeling Public Health Center in Surabaya. The study aims to understand family nursing care for type 2 diabetes in depth. Data will be collected through interviews, observations, and physical examinations of 2 diabetic family samples. The analysis found that inaccurate and irregular diet, exercise, and control were factors that often caused instability. The diagnosis for both cases was the risk of glucose instability caused by the family's inability to care for sick family members. Nursing plans were made based on the needs and abilities of each family to address the problems. Knowledge of signs and treatment of hypoglycemia and hypergly
This document discusses a case study on family nursing care for type 2 diabetes mellitus patients with risk of blood glucose instability in the work area of Pacarkeling Public Health Center in Surabaya. The study aims to understand family nursing care for type 2 diabetes in depth. Data will be collected through interviews, observations, and physical examinations of 2 diabetic family samples. The analysis found that inaccurate and irregular diet, exercise, and control were factors that often caused instability. The diagnosis for both cases was the risk of glucose instability caused by the family's inability to care for sick family members. Nursing plans were made based on the needs and abilities of each family to address the problems. Knowledge of signs and treatment of hypoglycemia and hypergly
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIABETES MELLITUS TIPE 2
DENGAN MASALAH RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACAR KELING SURABAYA
Oleh:
MOHAMMAD DHENI ARDHIYANTO
P27820113011
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO 2016 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN MASALAH RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACAR KELING SURABAYA
FAMILY NURSING CARE OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 WITH RISK
INSTABILITY OF BLOOD GLUCOSE LEVELS CASE STUDY IN PACARKELING PUBLIC HEALTH CARE SURABAYA
Mohammad Dheni Ardhiyanto
Program Studi Diii Keperawatan Kampus Soetomo Poltekkes Kemenkes Surabaya e-mail: dheniardhi3@gmail.com
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases, if not controlled
can cause a variety of other diseases. Therapy of diabetes takes a lifetime, patients without complications will not hospitalized, so it requires the participation of families and patients in treatment at home. This study aims to understand the depth of the Family Nursing Care of Diabetes Mellitus Type 2 in Pacarkeling Public Health Center Surabaya. This study uses a case study method with nursing care approach to by taking 2 diabetes mellitus families as a sample. The research data will be collected through interviews, observation, and physical examination. The instrument for data collection using the form family nursing care, measurer of TTV and autocheck. Research will begins on April 2016. Based on the analysis of data obtained in the assessment of factors that often cause instability was their inaccuracy and irregularity of diet, exercise , and control . The diagnosis of both cases that the risk of instability glucose caused by the inability of families to care for a sick family. Nursing planning is based on the needs and abilities of each family in addressing the problem. Knowledge about signs and treatment of hypoglycemia and hyperglycemia in the family is needed to prevent the occurrence of urgency resulting from both. Nursing planning is necessary sustainable because of the risk of instability of blood glucose levels can occur at any time. The final evaluation of the two cases is obtained in the form of blood glucose maintained whithin normal limits. To assess blood glucose levels are expected to available records on blood glucose levels in people with diabetes. Keywords: Family Nursing Care, Diabetes Mellitus, the risk of instability blood glucose ABSTRAK
Oleh : Mohammad Dheni Ardhiyanto
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik,
bila tidak terkontrol dapat memicu berbagai penyakit lainnya. Pengobatan pada diabetisi memerlukan waktu seumur hidup, penderita tanpa komplikasi tidak akan dirawat di rumah sakit, sehingga diperlukan peran serta keluarga dan penderita dalam melakukan perawatan di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Mellitus Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Pacarkeling Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan mengambil 2 keluarga diabetes mellitus sebagai sample. Data penelitian dikumpulkan dengan wawancara, pengamatan, dan pemeriksaan fisik. Instrumen pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan keluarga, alat pengkur TTV dan autocheck. penelitian dilakukan sejak bulan April 2015. Berdasarkan analisis data diperoleh pada pengkajian faktor yang sering menimbulkan ketidakstabilan adalah adanya ketidaktepatan dan ketidakteraturan diet, olahraga, serta kontrol. Diagnosis pada kedua kasus yakni risiko ketidakstabilan glukosa yang disebabkan ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan tiap keluarga dalam mengatasi masalah. Pengetahuan tentang tanda dan penanganan terhadap hipoglikemia dan hiperglikemia pada keluarga sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kegawatan akibat keduanya. Pelaksanaan keperawatan perlu dilakukan secara berkesinambungan karena risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat terjadi kapanpun. Evaluasi akhir dari kedua kasus didapatkan hasil berupa glukosa darah terjaga pada batasan normal. Untuk menilai kadar glukosa darah diharapkan tersedia catatan mengenai kadar glukosa darah bagi penderita diabetes. Kata kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga, Diabetes Mellitus, risiko ketidakstabilan glukosa darah PENDAHULUAN yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Diabetes mellitus atau yang Utara. Hal ini menyebabkan lebih dikenal sebagai penyakit Indonesia menduduki tempat ke-enam kencing manis telah menjadi masalah sebagai negara dengan penyandang kesehatan yang bersifat global. diabetes di dunia dan apabila tidak Diabetes mellitus atau DM ditangani secara serius diperkirakan merupakan penyakit yang akan menyebabkan terjadi ledakan menyebabkan kematian bagi 4 juta penyandang diabetes menjadi 21,3 jiwa setiap tahunnya, dan merupakan juta orang di tahun 2030. (Rahajeng, penyebab serangan jantung, stroke, 2013). Di Surabaya terdapat kenaikan kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi. penderita diabet dari tahun 2009 Dengan demikian DM dinyatakan sejumlah 15.961 meningkat menjadi PBB sebagai penyakit pertama yang 21.729 pada tahun 2010, kemudian tidak menular yang memerlukan meningkat kembali pada tahun 2011 perhatian khusus bagi dunia menjadi 26.613. Penderita Diabetes (Soegondo, 2008). DM dibagi Melitus ini terus mengalami menjadi beberapa tipe yaitu DM tipe peningkatan pada tahun 2009 hingga 1 dan tipe 2 (Kariadi, 2009). DM tipe 2011, namun pada tahun 2012 terjadi 2 jauh lebih banyak terjadi dari pada penurunan menjadi 21.268 (Putri dan DM tipe 1 (Tjahjadi, 2010). Gaya Isfandari, 2013). Menurut data di hidup yang tidak sehat seperti makan Puskesmas Pacar Keling pada tahun berlebihan, berlemak, kurang aktivitas 2015 penderita DM menduduki fisik dan stress berperan besar sebagai urutan keempat dengan jumlah pemicu ketidakstabilan glukosa darah penderita sebanyak 1390, dimana penderita DM tipe 2 Hipertensi menduduki peringkat Pada tahun 2012, dikatakan pertama, Acute nasopharyngitis prevalensi diabetes mellitus di dunia menduduki urutan kedua, dan Acute adalah sebanyak 371 juta jiwa, laryngopharyngitis menduduki dimana proporsi kejadian diabetes peringkat ketiga (Puskesmas- mellitus tipe 2 adalah 95% dari Pacarkeling, 2015). populasi dunia yang menderita Menurut Yekti S, dkk (2011), diabetes mellitus dan hanya 5% dari penderita DM tipe 2 umumnya jumlah tersebut menderita diabetes mengalami masalah dengan hormon mellitus tipe 1 (Centers for Disease insulin. Akibatnya terjadi Control, 2012). Berdasarkan data pengendapan dan penumpukan Riskesdas tahun 2013, prevalensi glukosa dalam darah yang tidak diabetes mellitus tahun 2013 pada terdisribusikan ke sel-sel yang daerah urban sebesar 6,8% dan rural membutuhkan. Itu semua dipengaruhi 7%, dimana penyandang DM laki-laki oleh tingkat perkembangan, asupan sebesar 5,6% dan perempuan 7,7%. diet, pemantauan kadar glukosa tidak Data Federasi Internasional Diabetes tepat, kurang kepatuhan pada rencana memperkirakan bahwa 7,6 juta orang manajemen diabetik, kurang Indonesia berumur antara 20 sampai kepatuhan pada manajemen medikasi, 79 tahun menderita diabetes dan tiga tingkat aktivitas fisik, status daerah di Indonesia memiliki tingkat kesehatan fisik, dan stress (Ernawati, prevalensi diabetes di atas 1,5 persen 2013). DM tipe 2 yang tidak terkontrol dapat memicu berbagai menimbulkan beban yang sangat penyakit sindrom, maupun gejala besar dan harus menjadi perhatian penyakit lainnya. Penyakit DM tipe 2 semua orang. tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat Oleh karena itu diperlukan dikontrol agar tidak terjadi peran perawat dalam memberikan komplikasi yang dapat memperburuk asuhan keperawatan keluarga yang keadaannya. sehingga memerlukan holistik dan bersifat promotif, peran serta keluarga dan penderita preventif tanpa meninggalkan aspek dalam melakukan perawatan. kuratif dan rehabilitatif. Dalam upaya Pengobatan yang lama membuat promotif dengan tujuan meningkatkan penderita DM tipe 2 atau keluarga meningkatkan status kesehatan mengalami kejenuhan oleh peraturan keluarga yaitu dengan membantu berupa pembatasan diet dan aktifitas. keluarga mengenal masalah kesehatan Hal ini dapat menyebabkan masalah yang dialami, peran prefentif dengan yaitu, menimbulkan sikap yang dapat tujuan mencegah yaitu dengan merugikan penderita DM tipe 2. mengajarkan keluarga untuk mampu Seperti tidak mau menjaga pola merawat keluarganya yang menderita makan dan aktifitasnya, dan bahkan DM tipe 2 , peran kuratif dengan ada juga mereka yang melakukan diet tujuan mengatasi masalah DM tipe 2 terlalu ketat. Semua hal tersebut dapat yaitu dengan mengajarkan keluarga memicu terjadinya ketidakstabilan untuk menentukan tindakan yang glukosa dalam darah. tepat bagi keluarganya, peran Suatu keluarga yang di rehabilitatif dengan tujuan pemulihan dalamnya terdapat penderita DM tipe penyakit DM tipe 2 yaitu dengan 2 akan timbul masalah baru bagi membantu keluarga mempertahankan keluarga karena masalah kesehatan suasana di rumah yang dalam keluarga saling berkaitan dan menguntungkan kesehatan dan akan berpengaruh pada anggota perkembangan kepribadian anggota keluarga yang lain. Dibutuhkan keluarganya serta membantu kemampuan keluarga untuk keluarga untuk sadar dalam memahami masalah kesehatan yang pentingnya mempertahankan dihadapi anggotanya. Selain itu hubungan timbal balik antara kemauan keluarga dalam merawat, keluarga dan lembaga kesehatan. memberikan fasilitas dan pengetahuan Mengingat kompleksnya keluarga dalam perawatan angota masalah yang terjadi maka dipandang keluarga yang sakit sangat dibutuhkan perlu melakukan penelitian tentang untuk mengoptimalkan status asuhan keperawatan pada keluarga kesehatan anggotanya. Sehingga pada dengan salah satu atau beberapa penderita DM tipe 2 yang anggotanya menderita Diabetes keluarganya tidak mampu memenuhi Mellitus tipe 2 dengan masalah risiko satu dari tugas keluarga di bidang ketidakstabilan kadar glukosa darah kesehatan dapat menjadi penyebab di wilayah kerja Puskesmas Pacar dari timbulnya ketidakstabilan Keling Surabaya. glukosa darah yang dapat mencetuskan masalah kesehatan yang lebih berat bagi penderita. Semua ini BAHAN DAN CARA dilanjutkan dengan kegiatan PENELITIAN pengumpulan data penelitian. Penelitian ini merupakan jenis 2. Pengumpulan data awal penelitian deskriptif dalam bentuk penelitian diawali dengan atau desain studi kasus, dengan pengurusan ijin penelitian dari pendekatan proses keperawatan yang institusi pendidikan prodi DIII meliputi pengkajian, diagnosis Keperawatan Kampus Soetomo keperawatan, perencanaan, Surabaya. Selanjutnya mengurus pelaksanaan, dan evaluasi. surat izin penelitian di Dinkes Subyek penelitian yang dan BANKESBANGPOLIMAS, digunakan dalam penelitian ini adalah setelah mendapat surat ijin keluarga diabetes mellitus tipe 2 penelitian dapat dilaksanakan dengan masalah risiko ketidakstabilan pengambilan data penelitian. kadar glukosa darah di Wilayah Kerja Kemudian mencari dua keluarga Puskemas Pacar Keling Surabaya. untuk dijadikan subyek Adapun sampel dalam penelitian ini penelitian. Setelah dua keluarga yaitu dua keluarga dengan masalah sudah dipilih, lalu memberikan keperawatan yang sama dengan penjelasan pada keluarga untuk kriteria: Keluarga tercatat di menjadi responden dalam Puskemas Pacar Keling Surabaya penelitian, kemudian meminta sebagai klien DM tipe 2, klien persetujuan kepada subyek yang merupakan pasien lama, klien tidak akan dilakukan penelitian. Tahap mengelami komplikasi, keluarga selanjutnya adalah melakukan bersedia diteliti. asuhan keperawatan keluarga Pengolahan data yang akan yang meliputi pengkajian, dilakukan meliputi: diagnosis, perencanaan, 1. Penelitian diawali dengan pelaksanaan, dan evaluasi pemilihan kasus atau masalah kemudian dilanjutkan dengan yang dijadikan topik penelitian. penulisan laporan hasil penelitian Kasus atau masalah penelitian sesuai dengan ketentuan yang yang dipilih sesuai dengan berlaku. kriteria sample. Peneliti memilih 3. Data penelitian dikumpulkan kasus “Diabetes Melitus Tipe 2” dengan menggunakan metode sehingga topik penelitian ini wawancara, pengamatan atau berjudul “Asuhan Keperawatan observasi dan studi dokumentasi. Keluarga Diabetes Melitus tipe 2 4. Instrument yang digunakan pada dengan Masalah Risiko penelitian ini adalah format asuhan Ketidakstabilan Kadar Glukosa keperawatan keluarga. Darah Di Wilayah Kerja 5. Analisis data dilakukan pada studi Puskesmas Pacar Keling kasus Diabetes melitus tipe 2 Di Surabaya”. Peneliti mengajukan Wilayah Kerja Puskesmas Pacar proposal kepada pembimbing Keling Surabaya yaitu setelah mendapat persetujuan dari menganalisis pengkajian, diagnosis pembimbing, kemudian keperawatan, perencanaan, diadakan ujian proposal untuk pelaksanaan, dan evaluasi kasus menemukan apakah usulan dapat Diabetes melitus tipe 2 antara 2 keluarga dengan cara observasi HASIL dan studi dokumentasi. Kemudian A. Pengkajian disajikan dalam bentuk tabel atau Tabel 4.1 Hasil anamnesis data umum narasi selanjutnya mengemukakan keluarga diabetes mellitus dengan fakta, membandingkan dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa teori atau sumber yang ada dan darah di wilayah kerja Puskesmas dituangkan dalam bentuk opini Pacarkeling Surabaya, pada bulan pembahasan sebagai bahan untuk April 2016 (Terlampir). memberikan rekomendasi dalam Berdasarkan tabel 4.1 pada intervensi tersebut.Setelah kasus 1 didapatkan tipe keluarga membuat tabel analisa data, adalah keluarga usia lanjut dimana kemudian merumuskan diagnosa suami-istri usia lanjut memiliki anak keperawatan dan membuat rencana tetapi anak sudah tidak tingggal tindakan keperawatan. Pada tahap dalam satu rumah. Pada kasus 1 yang perencanaan, terdiri dari tujuan, menderita diabetes adalah Ny. S kriteria hasil dan intervensi seorang ibu rumah tangga dan tindakan. Setelah menentukan wiraswasta berusia 58 tahun. intervensi, selanjutnya melakukan Pada kasus 2 didapatkan tipe implementasi keperawatan sesuai keluarga adalah keluarga usia lanjut dengan intervensi yang sudah dimana suami-istri usia lanjut direncanakan. Kemudian peneliti memiliki anak tetapi anak angkat dan menuliskan evaluasi dari tindakan sudah tidak tingggal dalam satu keperawatan terhadap klien dalam rumah. Pada kasus 2 yang menderita bentuk SOAP yang terdiri dari data DM adalah Ny. M, seorang ibu subyektif, data obyektif, assesment rumah tangga yang bekerja sebagai (penilaian) dan planning (rencana buruh pabrik berusia 55 tahun. tindak lanjut), guna mengetahui Tabel 4.2 Hasil anamnesis keberhasilan asuhan keperawatan riwayat dan tahap perkembangan yang telah diberikan, juga keluarga diabetesmellitus dengan membandingkan antara kasus risiko ketidakstabilan kadar glukosa dengan kasus, dan kasus dengan darah di wilayah kerja Puskesmas teori dari pengkajian, diagnosa Pacarkeling Surabaya pada bulan keperawatan yang muncul, April 2016 (Terlampir). perencanaan, pelaksanaan dan Berdasarkan tabel 4.2 pada kasus evaluasi terhadap hasil asuhan 1 didapatkan riwayat keluarga inti, keperawatan yang telah dilakukan Ny.S menderita DM sudah sejak 2 pada klien fraktur femur dengan tahun yang lalu. Selama sakit pola masalah hambatan mobilitas fisik. makan Ny.S tidak teratur. Ny.S tidak Selanjutnya, data asuhan memiliki riwayat keturunan DM keperawatan yang dilakukan pada dalam keluarganya. Keluhan yang dua klien disajikan dalam bentuk sering dirasakan Ny. S adalah mudah tabel atau narasi pada setiap tahap lapar, dan kaki terasa kesemutan. asuhan keperawatan. Pada kasus kedua didapatkan Ny. M menderita DM sejak tahun 1999 setelah terkena mioma uteri. Ny.M tidak menjalani diet serta suka konsumsi minuman yang manis- kontrol serta Tn.M selalu menuruti manis. Ny.M tidak memiliki riwayat permintaan Ny.S untuk makan keturunan DM dalam keluarganya. dimalam hari. Pada kasus 2 Ny. M saat ini memiliki keluhan didapatkan keluarga masih belum mudah lelah, pandangan kabur, dan mengerti cara perawatan penderita kaki terasa kesemutan. DM, Ny. M juga tidak melakukan Tabel 4.3 Hasil anamnesis aktifitas fisik yang menunjang lingkungan keluarga diabetes mellitus kesehatan dan keluarga juga belum dengan risiko ketidakstabilan kadar menerapkan diet untuk penderita DM. glukosa darah di wilayah kerja Dalam penggunaan fasilitas Puskesmas Pacarkeling Surabaya kesehatan kasus 1 rutin kontrol setiap pada bulan April 2016 (Terlampir). bulan dan segera pergi ke puskesmas Berdasarkan tabel 4.3 pada kasus ketika obatnya akan habis. Sedangkan 1 dan 2 keluarga memiliki sistem pada kasus 2 Ny.M rutin kontrol pendukung pembiayaan kesehatan setiap bulan dan segera pergi ke berupa JAMKESMAS, selain itu puskesmas ketika obatnya habis. keluarga yang berpotensi untuk Sehingga kedua keluarga sudah merawat ada 1 orang. mampu menggunakan fasilitas Tabel 4.4 Hasil anamnesis kesehatan dengan baik akan tetapi struktur keluarga diabetes mellitus pada kasus 2 perlu diberika informasi dengan risiko ketidakstabilan kadar mengenai obat-obatan untuk glukosa darah di wilayah kerja mengendalikan DM sehingga klien Puskesmas Pacarkeling Surabaya mengerti dan melakukan kontrol saat pada bulan April 2016 (Terlampir). obatnya akan habis, bukan saat Berdasarkan tabel 4.4 pada obatnya habis. pengkajian struktur kekuatan keluarga Tabel 4.6 Hasil anamnesis stress kedua kasus didapatkan bahwa dan koping keluarga diabetes mellitus pengambil keputusan adalah Tn.M dengan risiko ketidakstabilan kadar pada kasus 1 sedangkan pada kasus 2 glukosa darah di wilayah kerja pengambil keputusan adalah Tn.S. Puskesmas Pacarkeling Surabaya Tabel 4.5 Hasil anamnesis fungsi pada bulan April 2016 (Terlampir). keluarga diabetes mellitus dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan fisik darah di wilayah kerja Puskesmas keluarga diabetes mellitus dengan Pacarkeling Surabaya pada bulan risiko ketidakstabilan kadar glukosa April 2016 (Terlampir). darah di wilayah kerja Puskesmas Berdasarkan tabel 4.5 pada Pacarkeling Surabaya pada bulan fungsi perawatan keluarga yang sakit April 2016 (Terlampir). pada kasus 1 didapatkan keluarga Berdasarkan tabel 4.7 pada belum bisa merawat keluarganya pemeriksaan fisik kedua kasus yang menderita DM, Ny. S masih didapatkan tidak ada kelainan yang belum tepat dalam melakukan dietnya signifikan. Pada kasus 1 tidak serta Tn.M juga kurang dalam didapatkan kelainan. Sedangkan pada memberikan dukungan ditandai kasus 2 didapatkan Ny.M mengalami dengan Tn.M tidak pernah mengantar pengapuran pada lensa mata. ataupun mengingatkan Ny. S untuk Tabel 4.8 Pemeriksaan Berdasarkan tabel 4.11 kedua penunjang klien diabetes mellitus keluarga memiliki diagnosis yang dengan risiko ketidakstabilan kadar sama sehingga keduanya akan glukosa darah di wilayah kerja diberikan perencanaan asuhan Puskesmas Pacarkeling Surabaya keperawatan yang sama, yang (Terlampir). berbeda disini yakni pada keluarga kasus 1 akan lebih ditekankan pada Berdasarkan tabel 4.8 penatalaksanaan diabetes dalam hal didapatkan hasil pemeriksaan perawatan dan penyediaan menu diet. penunjang pada kedua kasus, terlihat Sedangkan pada keluarga kasus 2 pada kasus 2 klien tidak rutin akan ditekankan pada melakukan pemantauan terhadap penatalaksanaan diabetes dalam hal kadar gulanya, selain itu terlihat yang perawatan yang tepat, aktifitas bahwa pada kedua kasus sama-sama fisik dan pengobatan. pernah mengalami peningkatan kadar glukosa darah. PEMBAHASAN Tabel 4.9 Terapi farmakologis 4.2 Pembahasan klien diabetes mellitus dengan risiko 4.2.1 Pengkajian ketidakstabilan kadar glukosa darah Pada kasus satu didapatkan usia di wilayah kerja Puskesmas klien 58 tahun telah menderita DM Pacarkeling Surabaya pada bulan sejak 2 tahun yang lalu yakni saat April 2016 (Terlampir). klien berusia 56 tahun. Pada kasus dua didapatkan usia klien 55 tahun, Berdasarkan tabel 4.9 klien telah menderita DM sejak 17 didapatkan bahwa pada kasus 1 dan 2 tahun yang lalu yakni sejak klien klien mendapatkan pemberian dosis berusia 38 tahun. Ditinjau dari usia glibenklamide 5 mg yang diminum kedua klien pertama kali didiagnosis pada pagi hari dan metformin dengan menderita DM yakni 56 tahun pada dosis yang sama sebelum makan. kasus 1 dan 38 tahun pada kasus 2. DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia B. Diagnosis Keperawatan diatas 40 tahun, tetapi bisa juga Dari hasil analisis data tabel timbul pada usia diatas 20 tahun diatas ditemukan diagnosa (Tandra H. 2008). Umumnya manusia keperawatan pada kedua kasus yakni mengalami penurunan fisiologis “Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dengan cepat pada usia setelah 40 darah berhubungan dengan tahun, penurunan ini berisiko ketidakmampuan keluarga merawat terhadap penurunan fungsi endokrin anggota keluarga yang mendertita pankreas untuk memproduksi insulin DM.” (Riyadi. 2008) pada riwayat C. Perencanaan kesehatan keluarga didapatkan kedua Tabel 4.11 Perencanaan kasus tidak memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes mellitus dengan keturunan DM. Sebagian besar kasus risiko ketidakstabilan kadar glukosa DM tipe 2 disebabkan oleh faktor darah di wilayah kerja Puskesmas keturunan. Namun faktor keturunan Pacarkeling Surabaya pada bulan hanya menyumbang risiko sebesar April 2016 (Terlampir). 5%, kecenderungan yang terjadi adalah karena peningkatan berat kesemutan, kulit terasa panas, rasa badan (obesitas) atau akibat gaya tebal dikulit, kram, capai, mudah hidup yang tidak teratur. Faktor gaya mengantuk, mata kabur, gatal-gatal, hidup yang tidak sehat inilah yang gigi mudah goyang atau lepas dan memicu DM (Susilo Y., 2011). kemampuan seksual menurun Berdasarkan pengamatan pada (Tjokroprawiro, 2011). kedua kasus didapatkan bahwa ada Berdasarkan hasil pengamatan faktor risiko lain selain keturunan pada kedua klien dapat diambil yang dapat menyebabkan terjadinya kesimpulan bahwa tidak semua tanda DM, pada kasus 1 klien menderita gejala DM akan dialami sebagai DM bisa diakibatkan dari faktor usia, keluhan yang dirasakan oleh dimana usia klien saat menderita DM penderitanya. Jika dilihat berdasarkan pada usia diatas 40 sehingga risiko pembagian gejala DM, gejala yang terhadap terjadinya penurunan fungsi dialami klien pada kasus 1 telah endokrin akibat terjadinya proses mengalami beberapa gejala kronis penuaan lebih besar, maupun faktor dari DM, kaki terasa kesemutan yang berat badan klien (65 kg) dapat biasanya dikeluhkan klien juga memicu DM dan gaya hidup yang merupakan akibat dari kadar glukosa tidak sehat yakni kebiasaan klien yang tinggi yang merusak dinding dalam mengkonsumsi minuman yang pembuluh darah dan menganggu manis sehingga meningkatkan jumlah nutrisi pada saraf sehingga kadar glukosa yang beredar dalam menyebabkan kerusakan fungsi saraf, tubuh, sedangkan pada kasus 2 DM karena yang rusak adalah saraf terjadi akibat faktor-faktor gaya hidup sensori keluhan yang sering muncul yang tidak sehat yakni kebiasaan adalah rasa kesemutan atau tidak klien dalam mengkonsumsi minuman berasa terutama pada tangan dan kaki, yang manis sehingga meningkatkan selanjutnya akan menyebabkan jumlah kadar glukosa yang beredar timbulnya rasa nyeri pada anggota dalam tubuh, maupun faktor berat tubuh, betis, kaki, tangan, dengan badan klien (60 kg), dan kurangnya bahkan dapat terasa seperti aktivitas fisik olahraga. terbakar.Sedangkan klien pada kasus Keluhan yang sering dialami 2 timbul gejala mata kabur yang oleh klien pada kasus 1 adalah sering kadang dikeluhkan oleh klien pada merasa lapar, sering mengeluh kaki kasus 2 disebabkan oleh kadar terasa kesemutan. Pada kasus 2 klien glukosa darah yang tinggi akan mengeluh mudah lelah, pandangan menarik cairan dari dalam lensa mata kabur, kaki kesemutan, sering sehingga lensa menjadi tipis sehingga kencing dimalam hari, dan sering mata mengalami kesulitan untuk merasa haus. Keluhan yang dirasakan fokus dan penglihatan menjadi kabur klien sama dengan gejala yang dan juga kaki terasa kesemutan muncul pada penderita DM. Adapun seperti yang dialami pada kasus 1. gejala pada penderita DM dibagi Pada fungsi perawatan menjadi 2 yakni gejala akut yang kesehatan keluarga didapatkan pada meliputi banyak makan, banyak kasus 1 dan 2 keluarga telah minum dan banyak kencing. serta mendapatkan penyuluhan kesehatan gejala kronik yang meliputi mengenai DM ketika di Puskesmas akan tetapi keluarga belum mengerti DM merupakan penyakit yang tidak secara menyeluruh tentang perawatan dapat disembuhkan namun dapat pada pasien DM. Mengenal masalah dikontrol. Pada penderita DM yang kesehatan keluarga adalah kebutuhan tidak terawat akan lebih mudah keluarga yang tidak boleh diabaikan, mengalami komplikasi akut yang keluarga perlu menyadari adanya terjadi secara mendadak. Keluhan dan perubahan yang terjadi dalam gejalanya terjadi dengan cepat dan keluarganya karena tanpa kesehatan biasanya berat. Komplikasi akut segala sesuatu tidak akan berarti dan umumnya timbul akibat glukosa karena kesehatan kadang seluruh darah yang terlalu rendah atau terlalu kekuatan sumber daya dan dana tinggi. Penangananya harus cepat keluarga habis (Suprajitno, 2004). karena merupakan kasus gawat Edukasi DM diperlukan bagi klien darurat yang dapat menyebabkan dan keluarga untuk meningkatkan keluhan ringan hingga kematian bagi pengetahuan dan motivasi. Klien yang penderitanya (Tandra, H. 2009). mengalami peningkatan pengetahuan Melakukan terapi diet dan olahraga dan motivasi akan mencapai hasil dapat memberikan kontrol metabolik yang optimal dalam pengelolaan DM yang baik, dapat meningkatkan (Ernawati, 2013). sensitifitas reseptor insulin karena Berdasarkan pengamatan yang selama olahraga sel otot dialami kedua klien, keduanya menggunakan lebih banyak glukosa membutuhkan pengetahuan yang dan bahan bakar nutrien lain untuk adekuat mengenai DM mulai dari menjalankan aktivitas kontraktil. Laju pengertian sampai dengan transpor glukosa ke dalam otot yang perawatannya agar tujuan dari sedang berolahraga dapat meningkat. edukasi dapat tercapai, selain itu Permeabilitas membran terhadap kurangnya pengetahuan dapat glukosa meningkat pada otot yang disebabkan karena keluarga memiliki berkontraksi. Pada saat berolahraga keterbatasan dalam hal menerima resistensi insulin berkurang, informasi. sebaliknya sensitivitas insulin Pada fungsi perawatan keluarga meningkat, hal ini menyebabkan yang sakit kasus 1 didapatkan Ny.S kebutuhan insulin pada DM tipe 2 masih belum tepat dalam menerapkan akan berkurang. (Sukardji, 1997 dietnya serta Tn.M juga kurang dalam dalam Ernawati, 2013) memberikan dukungan hal ini Berdasarkan pengamatan dibuktikan dengan Tn.M tidak pernah didapatkan bahwa pada kasus 1 mengantar ataupun mengingatkan maupun kasus 2 belum melakukan Ny.S untuk kontrol.Ny.S melakukan program penatalaksanaan penderita aktifitas fisik dengan berolah raga DM dengan tepat. Penderita DM setiap seminggu sekali. Pada kasus 2 mengalami gangguan pada produksi didapatkan keluarga masih belum insulin maupun respon terhadap mengerti cara perawatan penderita insulin sehingga kontrol metabolik DM, Ny. M juga tidak melakukan dalam tubuhnya kurang baik dan tidak aktifitas fisik yang menunjang sama dengan orang yang tidak kesehatan. Keluarga juga belum menderita DM sehingga sangat menerapkan diet untuk penderita DM. berisiko terjadi ketidakstabilan kadar glukosa dalam tubuhnya yang dapat manajemen diabetik (misalnya menimbulkan masalah kesehatan pada mematuhi rencana tindakan), kurang penderita mulai dari keluhan ringan manajemen diabetisi (misalnya sampai dengan yang berat. Untuk rencana tindakan), manajemen mendapatkan kontrol metabolik yang medikasi, tingkat aktifitas fisik, baik kedua klien dianggap perlu status kesehatan fisik, stress melakukan terapi diet dan olahraga, (Ernawati, 2013). serta dukungan terapi farmakologis Berdasarkan pengamatan pada dengan pemantauan yang tepat untuk hasil pemeriksaan GDA didapatkan menunjang dan menjaga agar gula bahwa klien 1 pernah mengalami darah dapat stabil. hiperglikemia, hal ini dikarenakan Pada pemeriksaan penunjang kebiasaan klien yang kurang dalam kasus 1 didapatkan pemeriksaan menerapkan diet yang tepat. Saat ini GDA: tanggal 16 Febuari 2016 121 klien memiliki beberapa keluhan mg/dl, tanggal 5 Maret 2016 196 namun dalam indikator pengendalian mg/dl, tanggal 11 April 2016: 200 DM nilai kadar glukosa terakhir klien mg/dl, tanggal 14 April 2016: 180 masih dalam batas baik. Hal ini mg/dl. Pada kasus 2 pemeriksaan sangat mungkin terjadi karena kadar GDP: tanggal 12 September 2015 125 glukosa darah dalam tubuh mg/dl, tanggal 17 Oktober 2015: 115 berfluktuasi naik turun sepanjang hari mg/dl, tanggal 9 Desember 2015: dapat dipengaruhi oleh makanan yang 103, 23 Januari 2016: 110. masuk dan aktivitas fisik yang telah Pemeriksaaan GDA pada tanggal 11 dilakukan sebelum pengkajian. Selain April 2015 210, tanggal 14 April itu klien telah terbiasa melakukan 2016: 190 mg/dl. Kadar gula darah aktifitas senam pagi rutin tiap saat puasa memiliki nilai baik jika minggu.Sedangkan pada kasus 2 klien dalam rentang 80-120 mg/dl, bernilai pernah mengalami hiperglikemi jika sedang jika dalam rentang 120-140 dilihat dari riwayat klien kontrol gula mg/dl, dan bernilai buruk bila berada darah, klien tidak kontrol gula pada nilai lebih dari 140. Sedangkan darahnya selama 2 bulan dan nilai gula darah acak bernilai baik jika kebiasaan klien yang kurang tepat berada dalam rentang 80-160 mg/dl, dalam penerapan diet mengakibatkan bernilai sedang bila berada pada gula darah klien naik. rentang 160-200 mg/dl, dan bernilai Pada kasus 1 dan 2 klien buruk bila berada pada nilai lebih dari mendapatkan dosis Glibenklamide 200 mg/dl. Olahraga dapat membantu sebanyak 5 mg perhari yang diminum pengaturan kadar glukosa darah, pada setiap pagi, yang dikombinasikan saat olahraga resistensi insulin dengan pemberian Metformin 500 mg berkurang dan sensitivitas insulin 2x1. Kombinasi antara Glibenklamide meningkaat, hal ini menyebabkan dengan Metformin digunakan untuk kebutuhan insulin pada penderita DM penderita DM tipe 2 pada pasien yang tipe 2 akan berkurang. Kadar gula hiperglikeminya tidak dapat dikontrol dalam darah dapat dipengaruhi oleh dengan single terapi, diet dan olah tingkat perkembangan, asupan diet, raga saja. Kombinasi kedua obat ini pemantauan kadar glukosa tidak tepat, saling memperkuat kerja masing- kurang kepatuhan pada rencana masing obat sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol dengan lebih Riyadi, 2008) . Maka dari itu baik. Dosis awal pemberian diagnosis risiko ketidakstabilan kadar Glibenklamide adalah 2,5 mg perhari glukosa darah perlu diangkat agar selama 7 hari setelah itu dapat tidak terjadi komplikasi yang ditingkatkan 2,5-5 mg sehari sampai disebabkan karena hiperglikemi atau kontrol metabolik optimal tercapai. hipoglikemi. Dosis tertinggi pemberian adalah 15 Untuk penyebabnya merujuk mg/hari dalam dosis terbagi. pada tugas keluarga dibidang Jika dilihat dari penjelasan kesehatan yaitu mengenal masalah, diatas maka didapatkan bahwa pada merawat anggota keluarga, klien kasus 1 dan 2 mendapatkan memodifikasi lingkungan, atau dosis 5 mg sebagai dosis memanfaatkan fasilitas layanan pemeliharaan namun tidak menutup kesehatan disesuaikan dengan data kemungkinan dosis dapat yang telah dikumpulkan dalam ditingkatkan jika kontrol metabolik pengkajian (Suprajitno, 2004). Pada memburuk. kedua kasus memiliki etiologi yang 4.2.2 Diagnosis Keperawatan sama yaitu ketidakmampuan keluarga Dalam menyusun diagnosis dalam merawat keluarganya yang keperawatan menggunakan daftar sakit. Merawat anggota keluarganya masalah keperawatan yang dibuat yang sakit perlu dilakukan oleh oleh asosiasi perawat Amerika keluarga yang lain terutama keluarga (NANDA), yang meliputi masalah yang tinggal serumah. Hal ini aktual, risiko atau risiko tinggi dan dilakukan agar perkembangan potensial. kesehatan anggota keluarga yang Pada kasus 1 dan kasus 2 sakit dapat dipantau. Selain itu, memiliki diagnosis yang sama yaitu dengan adanya keluarga yang risiko ketidakstabilan kadar glukosa merawat, stress ataupun kecemasan darah. Dalam buku Ernawati (2013) yang dialami anggota keluarga yang disebutkan bahwa diagnosis risiko sakit dapat berkurang. ketidakstabilan kadar glukosa darah Berdasarkan pengamatan pada dapat ditegakkan jika klien memiliki perumusan diagnosis keperawatan faktor risiko seperti pemantauan didapatkan kesesuaian dalam glukosa darah tidak tepat, kurang menentukan diagnosis dan etiologi kepatuhan pada rencana manajemen dalam masalah keperawatan keluarga diabetik, kurang manajemen diabetes, pada kedua kasus. tingkat aktifitas fisik, asupan diet, 4.2.3 Perencanaan tingkat perkembangan, stress dan Pada keluarga kasus 1 status kesehatan fisik. Dalam hal ini perencanaan DM akan lebih kedua klien tidak mengalami ditekankan pada penatalaksanaan kesenjangan dalam penentuan diabetes dalam hal pengetahuan diagnosis dikarenakan kedua klien meliputi cara mengenali tanda-tanda sama-sama memiliki faktor risiko. hipoglikemia dan hiperglikemia serta Ketidakstabilan kadar glukosa cara menanganinya, cara perawatan dalam darah akan mengakibatkan dengan penerapan diet sesuai dengan adanya dampak hiperglikemi dan 3J, kontrol dan juga pengobatan serta hipoglikemi (Tandra, 2008 dan manfaat dari fasilitas kesehatan, tidak jauh berbeda pada keluarga kasus 2 kontrol, namun pada kasus 1 keluarga penatalaksanaan DM akan ditekankan membutuhkan pengetahuan mengenai dalam hal pengetahuan, perawatan, cara merawat anggotanya yang sakit kontrol, dan pengobatan. Perbedaan dalam hal penerapan diet bagi perencanaan pada kedua kasus penderita DM, dengan jadwal, terdapat pada aktifitas fisik. Kasus 1 jumlah, dan jenis yang sesuai dengan sudah melakukan aktfitas fisik kebutuhan penderita, selain itu berolah raga setiap satu minggu sekali pengetahuan keluarga tentang cara sedangkan pada kasus 2 tidak pernah perawatan penderita DM juga kurang. melakukan aktifitas fisik olah raga Sedangkan pada kasus 2 keluarga sehingga pada kasus 2 ditekankan membutuhkan pengetahuan mengenai pada aktifitas fisik dengan cara merawat anggotanya yang sakit memberikan penjelasan mengenai dalam diet, pengobatan, serta aktifitas manfaat olah raga dan rencana fisik yang dapat menunjang pelaksanaan olah raga bersama. kebugaran penderita, selain itu Perencanaan adalah bagian keluarga juga masih kurang fase pengorganisasian dalam proses pengetahuan dalam perawatan keperawatan sebagai pedoman untuk penderita DM. mengarahkan tindakan keperawatan 4.2.4 Implementasi dalam usaha membantu, Pelaksanaan yang diberikan meringankan, memecahkan masalah Semua pelaksanaan yang dilakukan atau untuk memenuhi kebutuhan mengacu pada perencanaan yang klien. Suatu perencanaan yang tertulis telah dibuat. Pada kasus nyata di dengan baik akan memberi petunjuk lapangan, baik kasus 1 maupun kasus dan arti pada asuhan keperawatan, 2 saat kunjungan rumah memberikan karena perencanaan adalah sumber pendidikan kesehatan kesehatan informasi bagi semua yang terlibat tentang DM, penatalaksanaan dan dalam asuhan keperawatan klien. perawatan pada penderita DM di Rencana ini merupakan sarana rumah seperti cara mengenali komunikasi yang utama, dan terjadinya hipoglikemia dan memelihara kontinuitas asuhan hiperglikemia serta cara mengatasinya keperawatan klien bagi seluruh dengan metode yang sederhana, anggota tim (Setiadi, 2012). penerapan diet 3J, dan melakukan pemantauan diit dan keteraturan klien Perencanaan yang dibuat pada minum obat. Dalam hal ini pada kedua kasus sama dengan teori, kasus 1 dan 2 rencana dapat namun kembali pada tujuan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan adalah untuk perencanaan yang telah dibuat. menyelesaikan masalah yang muncul Pelaksanaan dilakukan satu hari sehingga perencanaan disesuaikan setelah pengkajian dimana sebelumya dengan kebutuhan pada masing- telah dilakukan kontrak waktu dengan masing keluarga. Seperti halnya pada keluarga, pada kedua kasus seluruh kedua kasus tidak jauh berbeda, anggota keluarga dapat menghadiri keduanya sama-sama membutuhkan penyuluhan. Pada kedua kasus pendidikan kesehatan dalam hal pelaksanaan dilakukan pada tanggal pengertian, perawatan diet dan 8,11,13 dan 14 April 2016. Dari semua rencana keperawatan pada terapi gizi bagi penderita DM adalah kasus 1 dan kasus 2 secara membantu orang dengan diabetes keseluruhan semuanya dapat memperbaiki kebiasaan gizi untuk dilaksanakan namun respon dari menjaga agar kontrol metabolik yang keluarga kasus 2 lebih lambat dan lebih baik sehingga dapat perlu pengulangan dalam memberikan mempertahankan kadar glukosa darah penyuluhan. dalam keadaan normal, mencapai Ada tiga tahap dalam tindakan kadar serum lipid yang optimal, keperawatan yang pertama, adalah tekanan darah dalam batas normal, tahap persiapan, meliputi kegiatan meningkatkan sesivitas reseptor seperti kontrak dengan keluarga insulin, memperbaiki sistem kapan dilaksanakan, berapa lama koagulasi darah, mempertahankan waktunya, materi yang akan berat badan, menghindari dan didiskusikan, siapa yang menangani komplikasi, dan melaksanakan, anggota keluarga yang meningkatkan kesehatan secara perlu mendapat informasi, keseluruhan melalui gizi yang mempersiapkan peralatan yang optimal. Oleh karena itu pada klien diperlukan, mempersiapkan dengan DM sangat penting menjaga lingkungan yang kondusif, dan pola makan atau diit untuk menjaga mengidentifikasi aspek-aspek hukum kestabilan kadar glukosa darah. dan etik (Setiadi, 2008). dari Pada kasus 1 didapatkan implementasi yang dilakukan pada dukungan keluarga masih kurang. Hal kedua kasus sudah disesuaikan dibuktikan dengan Ny. S rutin dengan teori, adapun respon terhadap melakukan kontrol namun keluarga materi yang diberikan, keluarga kasus tidak mengantarkan hal ini 2 lebih lambat menerima dari pada menunjukkan adanya kurang kasus 1 sehingga klien masih perlu kepedulian keluarga dalam merawat bimbingan dalam mengulangi materi anggotanya yang sakit. Pada kasus 2 yang telah diberikan. Ny.M telah melakukan kontrol ketika Pada kedua kasus klien belum obat akan habis dengan diantarkan sepenuhnya menerapkan diit seperti oleh suaminya. Jadi dapat yang diajarkan, klien makan seadanya disimpulkan dari hasil yang akan tetapi juga membatasi asupan didapatkan bahwa dukungan dan makanan yang tidak dianjurkan untuk motivasi yang diberikan keluarga penderita DM. Hal ini terjadi karena lebih besar pada kasus 2 dari pada pada kasus 1 klien tidak bisa kasus 1. Berdasarkan teori harapan mangatur pola makan klien, diamana yang dikemukakan oleh Victor H klien selalu ingin makan dan suami Vroom (1960, 1964) dalam buku John klien yang sering menuruti keinginan B Miner (2007) dikatakan bahwa klien walaupun saat ini sudah motivasi dapat muncul akibat dari berkurang. Sedangkan pada kasus 2 suatu hasil yang ingin dicapai oleh terjadi karena klien berada pada seseorang. Sehingga akan melakukan kalangan ekonomi kebawah jadi tindakan yang akan mengarah pada hanya makan seadanya. Menurut hasil yang diinginkan. Motivasi dapat Sukardji, 1997,Yunir & Soebandi, berupa motivasi instrinsik dan 2006) mengatakan tujuan umum ekstrinsik, motivasi ekstrinsik merupakan elemen diluar pekerjaan dihentikan dengan pengawasan pihak yang melekat di pekerjaan tersebut puskesmas. menjadi faktor utama yang membuat Sedangkan Pada kasus 2 seseorang termotivasi. didapat Subyektif: Keluarga 4.2.5 Evaluasi mengatakan mengerti tentang cara Pada kedua kasus evaluasi merawat anggota keluarga dengan keperawatan dilakukan setiap hari DM, 2. Ny.M mengatakan rutin saat melakukan kunjungan rumah. memeriksakan glukosa darahnya, Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal keluarga mengatakan sudah 14 April 2016. Pada kasus 1 melakukan jalan santai dan akan didapatkan Subyektif : keluarga melakukan setiap hari, klien mengatakan mengerti tentang cara mengatakan hari ini masak sendiri, merawat anggota keluarga dengan menu makan pagi (06.00 WIB) adalah DM, Ny.M mengatakan rutin nasi 1 centong, tahu goreng 2 potong, memeriksakan glukosa darahnya, dan sayur asem sebelum makan Ny.S mengatakan sudah melakukan minum obat glibenklamide dan jalan santai dan akan melakukan metmorfin. Makan 1 buah salak jam setiap hari, Klien mengatakan hari ini 10.00, menu makan siang (12.00 masak sendiri, menu makan pagi WIB) didapat sesuai dengan jatah dari (08.00 WIB) adalah nasi 1 centong, pekerjaan (nasi 1 centong, ikan telur goreng, dan sayur sop sebelum bergedel, urap-urap, dan sambal makan minum obat glibenklamide kecap), Tn.S mengatakan bersedia dan metmorfin. Makan snack gipang menjadi pengawas bagi Ny.M demi 1 bungkus jam 10.00. Menu makan kesehatannya. Obyektif: Keluarga siang (12.00 WIB) nasi 1 centong, mampu menyebutkan nilai gula darah ikan ayam, sayur sop, dan sambal, normal, Keluarga mampu Tn.M mengatakan akan menjadi menyebutkan kembali cara merawat pengawas bagi Ny.S demi keluarga dengan DM terutama pada kesehatannya. Obyetif : Keluarga pengaturan diet, Keluarga mampu mampu menyebutkan nilai gula darah menyebutkan kembali apa saja yang normal, Keluarga mampu dapat membantu pada saat mengalami menyebutkan kembali cara merawat hipoglikemia seperti permen manis, keluarga dengan DM terutama pada manisan, minuman manis atau gula, pengaturan diet, Keluarga mampu Keluarga menyebutkan kembali hal menyebutkan kembali apa saja yang yang dapat membantu pada saat dapat membantu pada saat mengalami mengalami hiperglikemia seperti hipoglikemia seperti permen manis, harus membatasi asupan yang manis- manisan, minuman manis atau gula, manis, Keluarga mampu menjelaskan Keluarga menyebutkan kembali hal kembali atau informasi yang telah yang dapat membantu pada saat disampaikan namun sedikit lupa, dan mengalami hiperglikemia seperti Hasil gula darah acak 190 mg/dl. harus membatasi asupan yang manis- Asesment : masalah tidak terjadi . manis, Hasil gula darah acak 180 Planning : intervensi dihentikan mg/dl. Asesment : masalah tidak dengan pengawasan pihak puskesmas. terjadi. Planning: intervensi Dari hasil evaluasi akhir ditemukan pada kedua kasus masalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa 3. Perencanaan pada kedua kasus darah tidak terjadi dan klien mencapai meliputi pemantauan pada faktor sebagian dari kriteria hasil yang telah yang dapat menyebabkan risiko ditentukan. Sehingga intervensi ketidakstabilan kadar glukosa, dilanjutkan dengan pengawasan pihak pemantauan kadar glukosa darah, puskesmas karena DM tidak dapat serta diberikan penyuluhan disembuhkan akan tetapi dikontrol mengenai diabetes, dan oleh karena itu intervensi yang penatalaksanaannya yang diberikan perlu dipertahankan dan meliputi pengobatan, diet, dan dilakukan secara berkesinambungan aktifitas fisik olahraga dengan bantuan pihak puskesmas 4. Implementasi yang telah untuk melakukan pengawasan dilaksanakan adalah memberikan terhadap faktor-faktor risiko informasi mengenai DM, ketidakstabilan kadar glukosan darah. memotivasi untuk ikut serta Sehingga glukosa darah klien selalu dalam perawatan dan pemantauan berada dalam rentang normal dan kadar glukosa darah, memberi ketidakstabilan kadar glukosa darah informasi mengenai pengertian tidak terjadi. dan tanda gejala hiperglikemi dan hipoglikemi, mengajarkan cara KESIMPULAN DAN SARAN mengatasi hiperglikemi dan Kesimpulan hipoglikemi, memberi informasi 1. Pada tahap pengkajian mengenai diet, dan penerapan didapatkan bahwa keluhan yang diet, melakukan pemeriksaan sering dirasakan kedua klien kadar glukosa darah acak, yakni kesemutan, mudah lapar memberikan informasi tentang dan lelah, serta pandangan kabur obat-obatan yang dimiliki, juga sering dirasakan, dan menganjurkan untuk melakukan didapatkan faktor-faktor yang aktifitas fisik seperti lari-lari mempengaruhi risiko kecil, dan mereview kembali ketidakstabilan glukosa darah materi dan informasi yang telah pada kedua klien yakni tidak diberikan. menerapkan dan tidak 5. Pada evaluasi keperawatan mengatahui tentang diet, serta didapatkan keluarga sudah kurangnya aktivitas fisik atau mampu memenuhi kriteria yang olahraga, selain itu didapatkan telah ditentukan. Hal ini hasil pemeriksaan kadar glukosa dibuktikan dari bertambahnya darah tiga bulan terakhir 121 pengetahuan keluarga mengenai mg/dl pada kasus 1, dan 110 DM tipe 2, melakukan aktifitas mg/dl pada kasus 2. fisik olahraga dan mau 2. Diagnosis keperawatan pada melakukan kontrol sebelum obat kedua kasus adalah risiko habis. Ketidakstabilan kadar ketidakstabilan kadar glukosa glukosa darah tidak terjadi ketika darah berhubungan dengan kadar glukosa darah berada ketidakmampuan keluarga dalam dalam rentang baik sampai merawat anggota keluarga yang sedang dimana kadar glukosa menderita DM. darah puasa bernilai kurang dari 90-100 mg/dl, dan glukosa darah Edisi Pertama. Yogyakarta: acak bernilai kurang dari 100-200 Graha Medika. mg/dl. Saran Bailon, S.G. & Maglaya, A, 1978. 1. Bagi klien dan keluarga Perawatan Kesehatan Keluarga: Diharapkan klien dan keluarga Suatu dengan DM dapat menjaga gaya Pendekatan Proses hidup seperti pola makan dan (Terjemahan). Jakarta. Pusdiknakes. olahraga untuk menurunkan risiko Bilous MD, Rudy, 2014. Buku terjadinya hiperglikemi dan Pegangan Diabet. Jakarta: Bumi hipoglikemi. Keluarga juga harus Medika. menjaga agar anggota keluarga yang menderita DM tidak mudah stress. Centers for Disease Control, 2012. Selain itu, keluarga harus selalu Prevalensi Diabetes Militus memotivasi anggota keluarganya Tipe 1 dan Tipe 2. yang menderita DM agar rajin kontrol http://repository.usu.ac.id/bitst hal ini dilakukan untuk menghindari ream. diunduh pada tanggal 18 terjadinya komplikasi seperti GGK Januari 2016 pukul 23.00WIB. (gagal ginjal kronis), gangren dan KAD (Keto Asidosi Diabetik). Ernawati, 2013. Penatalaksanaan 2. Bagi institusi kesehatan Keperawatan Diabetes Diharapkan perawat dapat terus Mellitus Terpadu. Jakarta: meningkatkan penyuluhan atau Mitra Wacana Media. pendidikan kesehatan pada keluarga dan penderita DM baik melalui Gulanick, Meg, 2013. Nursing Care kunjungan rumah maupun saat klien Plans: Diagnoses, berkunjungan ke puskesmas. Interventions, and Outcomes. 3. Bagi peneliti Mosby: Elsavier. Diharapkan peneliti dapat memperdalam identifikasi mengenai Harnilawati, 2013. Konsep dan faktor-faktor risiko yang dapat Proses Keperawatan menyebabkan terjadinya risiko Keluarga. Sulawesi Selatam: ketidakstabilan kadar glukosa darah Pustaka As Salam pada klien DM tipe 2 karena dengan mengetahui faktor risiko yang ada Kariadi, Sri Hartini KS, 2009. pada klien maka peneliti dapat Diabetes? Siapa Takut!! melakukan intervensi untuk Panduan Lengkap Untuk mencegah terjadinya risiko Diabetisi, Keluarganya, dan ketidakstabilan kadar glukosa darah Profesional Medis .Bandung: pada klien DM tipe 2. Qonita.
DAFTAR PUSTAKA Lemone, P., & Burke, M.K, 2008.
Andarmoyo, Sulistyo, 2012. Konsep Medical-Surgical Teori Proses dan Praktik Nursing:Critical Thinking In Keperawatan. Clien Care. New Jersey: Pearson education Inc. Rahajeng, Ekowati, 2013. Dampak Litbangkes. 2013. Hasil Riskesdas Penyakit Tidak Menular 2013. Diunduh dari Riskesdas 2013.. www.depkes.go.id pada http://www.neraca.co.id tanggal 18 januari 2016 pukul diunduh pada tanggal 18 18 Januari 2016 pukul 23.00 Januari 2016 pukul 23.00 WIB. WIB. Manaf, A, 2010. Buku Ajar Ilmu Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Penyakit Dalam. Edisi Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Kelima. Cetakan Ketiga. Graha Jakarta: Internal Publishing. Ilmu. Moleong, L.J., 2007.Metodologi Susilo,Yekti, Wulandari, A, 2011. Penelitian Kualitatif.Edisi Cara Jitu Mengatasi Diabetes Revisi.Bandung: PT Mellitus Rosdakarya. (Kencing Manis). Yogyakarta: ANDI. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi kusuma. (2013). Aplikasi Suprajitno, 2004. Asuhan Asuhan Keperawatan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Berdasarkan Diagnosa Medis dalam Praktik. dan NANDA NIC NOC. edisi Jakarta: EGC. revisi jilid 1. Jakarta: Mediaction Publishing. Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Puskesmas Pacar keling, 2012. Profil Puskesmas. Diunduh dari Smeltzer dan Bare, 2002. https://id.scribd.com pada Keperawatan Medikal Bedah. tanggal 20 oktober 2015 pukul Edisi Kedelapan. Volume 20.00 WIB. Kedua. Jakarta: EGC.
Putri, Nurlaili H.K dan Isfandari, ,2008. Brunner And
Muhammad A, 2013. Average Sudartth’s textbook of Blood Sugar and Diabetus medical-surgical nursing, terj. Mellitus Type II Management Agung. Jakarta: EGC. Analysis. Di unduh melalui http://journal.unair.ac.id pada Soegondo, Sidartawan, dkk, 2008. tanggal 26 pukul 08.00 WIB. Hidup secara mandiri dengan diabetes melitus kencing Riyadi, S. Dan Sukirman, 2008. manis sakit gula. Jakarta: Asuhan Keperawatan Pada FKUI. Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Tjahjadi, Vicynthia, 2011. Mengenal, Pankreas. Yogyakarta: Graha Mencegah, Mengatasi, Sillent Ilmu. Killer Diabetes. Semarang: Pustaka Widyamara. Tarwoto dan Wartonah, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta.
Tarwoto, et al, 2012. Keperawatan
Medikal Bedah gangguan sistem endokrin. Jakarta: Trans Info Media.
Panduan lengkappola makan untuk penderita diabetse. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. , 2007. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tandra, Hans, 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes Melitus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Waspadji, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Cetakan Ketiga. Jakarta: Internal Publishing.