You are on page 1of 13

MAKALAH DAMPAK BENCANA BAGI LANSIA SERTA

PENANGGULANGANNYA

DOSEN: LALE WISNU ANDRAYANI, M.KEP

KELOMPOK IV :

1. APRILIZA YANTI
2. DWI WAHYUNI
3. I NYOMAN JANU ARIMBAWA
4. JUWITA CHESIA WATI
5. LALU AMRULLAH
6. LUH CAKRAWARTYA BELAA A.
7. MUHAMMAD MUZAKIR IRFAN
8. NI PUTU PUSPA AMERTI P.
9. NOVITA SRI WARDANI
10. RISKI MAULANA SOES A.
11. WAHYUDI
12. WIRANA ECY SEPTANA’IM

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


KEMETERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Dampak Bencana dan Cara
Penanggulangannya Khusus Lansia" pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
dan Manajemen Bencana di Politeknik Kesehatan Mataram tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.

Mataram, 3 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian ......................................................................................... 3
B. Dampak bencana pada lansia ........................................................... 3
C. Cara menanggulangi bencana pada lansia ........................................ 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 9

A. Kesimpulan ...................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan wilayah yang rentan terkena bencana alam karena


kondisi geografisnya. Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah
yang besar. Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah,
tempat kerja, ternak, dan peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban juga
mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan, kecemasan
akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi
sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk
banyak orang lain, bencana memberikan dampak psikologis jangka panjang, baik
yang terlihat jelas misalnya depresi , psikosomatis (keluhan fisik yang
diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung : konflik, hingga
perceraian.
Bencana alam terkini yang banyak menyita perhatian adalah bencana gempa
bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hingga tanggal 21 Agustus 2018,
bencana gempa Lombok telah menimbulkan korban sebanyak 515 jiwa, korban
luka sebanyak 7.145 orang, jumlah rumah rusak yang sudah tidak layak lagi
ditempati sebanyak 73.843, dan jumlah pengungsi mencapai 431.416 orang
(Kompas.com, 29 Agustus 2018). Sebagian besar pengungsi adalah perempuan,
termasuk ibu hamil yang jumlahnya tidak kurang dari 4.000 orang. Dari jumlah
tersebut, 136 orang ibu telah melahirkan (harnas. co, 24 Agustus 2018).

Kelompok yang paling rentan dalam situasi darurat bencana adalah


perempuan, terutama remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan menyusui,
anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia. Pentingnya penanganan korban
bencana secara tepat dan cepat memberikan peluang untuk meminimalisasi
jumlah korban akibat keterlambatan tindakan penyelamatan masyarakat, terutama
pada kelompok rentan. Dalam hal ini, kesiapsiagaan masyarakat perlu dilihat
sebagai upaya penting.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kelompok rentan ?
2. Apa dampak bencana khususnya pada lansia ?
3. Bagaimana cara menaggulangi bencana khususnya pada lansia ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kelompok rentan
2. Untuk mengetahui apa saja dampak bencana khususnya pada lansia
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menaggulangi bencana khususnya pada
lansia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Pengertian kelompok rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam


peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa
setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak
memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain adalah orang lanjut usia.

Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan secara fisik, mental, dan
ekonomik saat dan setelah bencana yang disebabkan karena penurunan
kemampuan mobilitas fisik dan/atau karena mengalami masalah kesehatan kronis
(Klynman et al., 2007). Di Amerika Serikat, lebih dari 50% korban kematian
akibat dari badai Katrina adalah lansia dan diperkirakan sekitar 1300 lansia yang
hidup mandiri sebelum kejadian badai tersebut harus dirawat di pantai jompo
setelah bencana alam itu terjadi (Powers & Daily, 2010).

Pasca bencana, kebutuhan lansia sering terabaikan dan mengalami diskriminasi,


contohnya dalam hal distribusi kebutuhan hidup dan finansial pasca bencana.
Hak-hak dan kebutuhan spesifik lansia kadang-kadang terlupakan yang dapat
memperparah masalah kesehatan dan kondisi depresi pada lansia tersebut
(Klynman et al., 2007).

B. DAMPAK BENCANA PADA LANSIA


1. Ketika stresor lansia besar seperti bencana misalnya, maka daya kesiapan
dan daya adaptasi menurun dan melemah secara drastis
2. Kurangnya perhatian pada lansia dalam penanganan daruratpun menjadi
penyebab utama terjadinya tidak dapat beradaptasi, sehingga
menghilangkan kemandirian fisik dari lansia dan mengakibatkan
penurunan fungsi tubuh.
3. Bencana akan menjadi pengalaman kehilangan bagi lansia
4. Jika melihat dari sisi ekonomi, penyokong nafkah lansia kebanyakan
adalah lansia itu sendiri yaitu bertahan menggunakan upah pensiunan.

6
Kehilangan rumah dan harta akan mengakibatkan kehilangan harapan
untuk membangkitkan kehidupan dan harapan untuk masa depan.
5. Perioritas pada saat bencana adalah memindahkan lansia ketempat yang
aman. Lansia sulit memperoleh informasi karena penurunan pada
pendengaran maupun penglihatan
6. Lansia cenderung memiliki rasa cinta yang dalam pada tanah dan
rumahnya, maka tindakan untuk mengungsi cenderung terlambat.
7. Lansia adalah objek yang relatif mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Jika
kebutuhan dari lingkungan melebihi daya adaptasi yang dimiliki lansia
maka terjadilah ketidakcocokan (unfit) dan keadaan tersebut bisa
memunculkan perasaan yang negatif. Perubahan lingkungan pasca
bencanadapat membawa beban pearasaan, gangguan tidur dan gangguan
ingatan sebagai gangguan fungsi otak sementara.
8. Lansia yang masuk ke pemukiman semnetara terpaksa harus
mengadaptasikan atau harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.
Jika komunitasnya berubah lansia akan kehilangan bantuan dari orang
terdekat atau yang ia kenal, dan sulit menciptakan hubungan yang baru,
maka mudah beubah menjadi pergaulan yang dangkal, menyendiri dan
terisolasi. Selain itu perlu diperhatikan bahwa kematian karena
kecelakaan dapat disebabkan oleh pemukiman sementara itu sendiri.
9. Kegelisahan nyata seperti kehilngan fondasi kehidupan dan masalah
ekonomi serta masalah rumah untuk masa depan akan muncul sebagai
masalah realistis. Selain itu tekanan mental/stres dari pengalaman yang
menakutkan dari bencana, pengalaman kehilangan rumah dan tanah,
kelelahan fisik dan mental karena kehidupan ditempat pengungsian yang
berlanjut lama, dan perubahan lingkungan dengan pindah rumah, maka
dapat menyebabkan depresi pada lansia dengan semua masalah yang ada.
10. Stres terbesar bagi lansia pada saat bencana adalah kematian keluarga
dan saudara. Ikeda mengatakan bahwa peranan keluarga sangat penting

7
bagi lansia karena masalahkesehatan paling banyak adalah stres mengenai
kehidupan.

C. CARA MENANGGULANGI BENCANA PADA LANSIA


Tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada lansia
Pra bencana
a. Libatkan lansia dalam pengambilan keputusan dan sosialisasi disaster
plan di rumah
b. Mempertimbangkan kebutuhan lansia dalam perencanaan penanganan
bencana.
Menurut Ida Farida (2013) Keperawatan bencana pada lansia sebelum
bencana yakni
1) Memfasilitasi rekonstruksi komunitas
Sejak sebelum bencana dilaksanakan kegiatan penyelamatan antara
penduduk dengan cepat dan akurat, dan distribusi barang bantuan
setelah itu pun berjalan secara sistematis. Sebagai hasilnya, dilaporkan
bahwa orang lansia dan penyandang cacat yang disebut kelompok
rentan pada bencana tidak pernah diabaikan, sehingga mereka bisa
hidup di pengungsian dengan tenang.
2) Menyiapkan pemanfaatan tempat pengungsian
Diperlukan upaya untuk penyusun perencanaan pelaksanaan pelatihan
praktek dan pelatihan keperawatan supaya pemanfaatan yang realistis
dan bermanfaat akan tercapai. (Farida, Ida. 2013)
Saat bencana
a. Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidka meningkatkan risiko
kerentanan lansia, misalnya meminimalkan guncangan/trauma pada saat
melakukan mobilisasi dan transportasi untuk menghindari trauma
sekunder
b. Identifikasi lansia dengan bantuan/kebutuhan khusus contohnya kursi
roda, tongkat, dll.

8
Menurut Ida Farida (2013) keperawatan lansia saat bencana adalah
1) Tempat aman
Yang diprioritaskan pada saat terjadi encana adalah memindahkan
orang lansia ke tempat yang aman. Orang lansia sulit memperoleh
informasi karena penuruman daya pendengaran dan penurunan
komunikasi dengan luar
2) Rasa setia
Selain itu, karena mereka memiliki rasa setia yang dalam pada tanah
dan ruma sendiri, maka tindakan untuk mengungsi pun
berkecenderungan terlambat dibandingkan dengan generasi yang lain.
3) Penyelamatan darurat
(Triage, treatment, and transportation) dengan cepat. Fungsi indera
orang lansia yang mengalami perubahan fisik berdasarkan proses
menua, maka skala rangsangan luar untuk memunculkan respon pun
mengalami peningkatan sensitivitas sehingga mudah terkena mati rasa
Pasca Bencana
a. Program inter-generasional untuk mendukung sosialisasi komunitas
dengan lansia dan mencegah isolasi sosial lansia, diantaranya:
1) Libatkan remaja dalam pusat perawatan lansia dan kegiatan-kegiatan
sosial bersama lansia untuk memfasilitasi empati dan interaksi orang
muda dan lansia (community awareness)
2) Libatkan lansia sebagai sebagai storytellers dan animator dalam
kegiatan bersama anak-anak yang diorganisir oleh agency
perlindungan anak di posko perlindunga korban bencana
b. Menyediakan dukungan sosial melalui pengembangan jaringan sosial
yang sehat di lokasi penampungan korban bencana
c. Sediakan kesempatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan skill
lansia.
d. Ciptakan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri

9
e. Berikan konseling unuk meningkatkan semangat hidup dan kemandirian
lansia.
Menurut Ida Farida (2013) keperawatan bencana pada lansia setelah bencana
adalah
1) Lingkungan dan adaptasi
Dalam kehidupan di tempat pengungsian, terjadi berbagai
ketidakcocokan dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh
fungsi fisik yang dibawa oleh setiap individu sebelum bencana dan
perubahan lingkungan hidup di tempat pengungsian. Kedua hal ini
saling mempengaruhi, sehingga mengakibtkan penurunan fungsi fisik
orang lansia yang lebih parah lagi.
2) Manajemen penyakit dan pencegahan penyakit sekunder
Lingkungan di tempat pengungsian mengundang tidak hanya
ketidakcocokan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang lansia, tetapi
juga keadaan yang serius pada tubuh. Seperti penumpukan kelelahan
karena kurnag tidur dan kegelisahan.
3) Orang lanjut usia dan perawatan pada kehidupan di rumah sendiri
Lansia yang sudah kembali ke rumahnya, pertama membereskan
perabotannya di luar dan dalam rumah. Dibandingkan dengan generasi
muda, sering kali lansia tidak bisa memperoleh informasi mengenai
relawan, sehingga tidak bisa memanfaatkan tenaga tersebut dengan
optimal.
4) Lanjut usia dan perawatan di pemukiman sementara
Lansia yang masuk ke pemukiman sementara terpaksa
mengadaptasikan/menyesuaikan diri lagi terhadap lingkungan baru
(lingkungan hubungan manusia dan lingkungan fisik) dalam waktu
yang singkat
5) Mental Care
Orang lansia mengalami penurunan daya kesiapan maupun daya
adaptasi, sehingga mudah terkena dampak secara fisik oleh stressor.

10
Namun demikian, orang lansia itu berkecenderungan sabar dengan
diam walaupun sudah terkena dampak dan tidak mengekspresikan
perasaan dan keluhan.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan secara fisik, mental, dan
ekonomik saat dan setelah bencana yang disebabkan karena penurunan
kemampuan mobilitas fisik dan/atau karena mengalami masalah kesehatan
kronis (Klynman et al., 2007). Di Amerika Serikat, lebih dari 50% korban
kematian akibat dari badai Katrina adalah lansia dan diperkirakan sekitar 1300
lansia yang hidup mandiri sebelum kejadian badai tersebut harus dirawat di
pantai jompo setelah bencana alam itu terjadi (Powers & Daily, 2010).

Pasca bencana, kebutuhan lansia sering terabaikan dan mengalami


diskriminasi, contohnya dalam hal distribusi kebutuhan hidup dan finansial
pasca bencana. Hak-hak dan kebutuhan spesifik lansia kadang-kadang
terlupakan yang dapat memperparah masalah kesehatan dan kondisi depresi
pada lansia tersebut (Klynman et al., 2007).

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para pembaca
agar memahami secara mendalam materi yang telah dipaparkan dalam
makalah ini, karena dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut sangat
bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup kelompok rentan khususnya pada
lansi.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-17-I-P3DI-
September-2018-242.pdf

https://www.scribd.com/document/340027590/Perawatan-Pada-Kelompok-Rentan-
Saat-Bencana

https://www.scribd.com/document/367163343/Makalah-Dampak-Bencana-Bagi-
Lansia

13

You might also like