You are on page 1of 12

BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan

kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik disekolah dan luar sekolah. Pendidikan juga

bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani kearah terbentuknya

kepribadian yang berkualitas. Makna dari pernyataan diatas adalah bahwa inti tujuan

pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini

pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan konseling. Untuk mencapai tujuan

tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi

yang berkembang optimal sesuai potensi dan karkteristiknya masing-masing. Guna

mewujudkan pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat

menyeluruh dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi

memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini,

bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan yaitu

membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.

Ruang lingkup kegiatan bimbingan dan konseling, konselor memegang peranan yang

amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan bimbinga dan konseling,

sepenuhnya berada dalam tanggung jawab konselor dalam keseluruhan kegiatan bimbingan

dan konseling. Konselor harus mampu menciptakan situasi agar konseli termotivasi untuk

memanfaatkan bimbingan dan konseling sebagai satu upaya dalam mengembangkan potensi

yang ada dalam dirinya serta dalam menghadapi masalahnya. Salah satu aspek dalam

bimbingan dan konseling adalah motivasi, yaitu memberikan dorongan kepada konseli agar

mampu melaksanakan perilaku dalam upaya mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya

serta memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif.


1.2 Rumasan Masalah

Bagainama Pelaksanaan layanan Bimbingan Konseling dalam meningkatkat motivasi Belajar

mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan konseling

dalam meningkatkan motivasi beajar mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi

kesiapsiagaan. Adapun menurtut Mc. Donald (dalam sadirman. 1986), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adannya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan

oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi yakni motivasi ini

mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang

karena adanaya tujuan.

Ada tiga komponen utama dam motivasi yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3)

tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa apa yang ia

miliki dan yang ia harapkan. Sebagai ilustrasi, mahasiswa merasa bahwa hasil belajarnya

rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi

ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakan tidak memadai untuk

memperoleh hasil belajar yang baik. Ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu

mahasiswa mengubah cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk

melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental

yang beroreintasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang

beroreintasi pada tujuan tersebut merupan inti motivasi.

2.1.2 Fungsi Motivasi


Guru bertangung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik.

Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar

mahasiswanya. Secara garis besar Oemar Hamalik (1992) menjelaskan ada tiga fungsi

motivasi, yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang

hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Nampak jelas di sini bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan

sekaligus sebagai penggerak prilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.3 Macam-macam motivasi

Motivasi ada dua, yaitu (1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik, yang saling

berkaitan satu dengan lainnya.

1. Motivasi intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada

paksaan dorongan orang lain. Motivasi ini sering disebut “motivasi murni”, atau motivasi

yang sebenarnya, yang timbul dari mahasiswa, misalnya keinginan untuk mendapatkan

keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan sebagainya.

2. Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan keadaan demikian mahasiswa mau melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik diperlukan

di sekolah sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa. Kalau keadaan ini, mahasiswa bersangkutan perlu dimotivasi agar

belajar. Guru berusaha membangkitkan motivasi belajar mahasiswa sesuai dengan keadaan

mahasiswa itu sendiri.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar

mahasiswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata

(1989:142),faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3,

yaitu:faktor dari dalam, faktor dari luar dan factor instrument.

Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal

dari mahasiswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi: a. Fisiologi, b. Kondisi

psikologis,

Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar mahasiswa yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi: a.Lingkungan alami yaitu

faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu,

tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alatpelajaran. b.

Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada

(kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang

belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang

mempengaruhi belajar mahasiswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan

sosial mahasiswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah,

ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial mahasiswa di

sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya,

dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilaksanakan

Universitas Pancasakti tegal, semester II tahun ajaran 2012 / 2013. Dengan pemberian

layanan konseling kelompok diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika

mahasiswa. Waktu penelitian selama 1 bulan kurang yaitu tiga minggu dengan jumlah

mahasiswa sebanyak 10 mahasiswa terdiri dari 2 orang mahasiswa laki-laki dan 8 orang

mahasiswa perempuan yang tergabung dalam 1 kelompok konseling. Dari kelompok yang

ada, memiliki latar belakang penyebab rendahnya motivasi belajar yang heterogen. Cara ini

dilakukan untuk mempermudah adanya kerja sama setiap anggota.


3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian tindakan bimbingan konseling ini dilaksanakan dalam tiga siklus selama

kurang dari satu bulan yaitu tiga minggu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adapun

pelaksanaannya antara lain : Menyusun jadwal konseling, perangkat pembelajaran berupa

need asesment, satuan layanan konseling kelompok pada setiap siklus dan metode konseling

yang digunakan pada upaya peningkatan motivasi belajar yakni pendekatan eksistensial

humanistik, dan terapi tingkah laku. Menyusun rencana tindakan perbaikan motivasi

mahasiswa berupa skala penilaian yang akan digunakan pada siklus berikutnya berdasarkan

hasil refleksi dan analisis terhadap hasil pembelajaran pada siklus sebelumnya.

3.2.2 Rincian Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan

dalam empat tahap. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap perencanaan, pelaksanaaan,

pengamatan (observasi) dan refleksi. a) Perencanaan, Pada tahap ini langkah-langkahnya

sebagai berikut :

a. Menganalisis efektifitas waktu belajar. b. Membuat need assesment. c. Membuat

satuan layanan konseling kelompok. d.Membuat modul/rangkuman materi yang akan

diberikan ke mahasiswa yakni motivasi belajar. e. Menyusun alat evaluasi (skala penilaian). f.

Menyiapkan lembar observasi. g. Memilih video yang sesuai untuk dapat memotivasi

mahasiswa. h. Menyiapkan permainan.

b) Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah

sebagai berikut : a. Tahap pemulaan, yaitu upaya penumbuhan minat bersama dalam

Konseling. b. Tahap transisi, yaitu proses pembentukan interaksi. c. Tahap kegiatan sharing
yang merupakan inti proses konseling. d. Tahap pengakhiran, yaitu membuat suatu

kesimpulan.

c). Pengamatan (observasi)

Adapun hal-hal yang diamati meliputi : a. Ketekunan menghadapi tugas. b.Ulet

menghadapi kesulitan. c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih

senang bekerja sendiri e. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. Hal-hal yang berulang begitu

saja sehingga kurang kreatif. f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal

d).Refleksi

Setelah melakukan proses pembelajaran, masih ditemukan kekurangan dari segi

peneliti maupun yang diteliti. Kekurangan tersebut misalnya : a.Guru belum mampu motivasi

mahasiswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang menggangu konsentrasi belajarnya. b.

Mengelola waktu belum efektif c. Proses konseling kelompok belum bisa merasakan empati

antar konseli

3.3 Analisa Data

Bentuk-bentuk penyajian data yang digunakan antara lain : 1). Data dalam bentuk

tabel Tabel adalah bentuk penyajian data untuk mengambarkan keadaan sesuatu. Biasanya

sebuah tabel terdiri atas judul kolom, judul baris, dan sumber data. 2). Data dalam bentuk

Diagram atau Grafik Grafik dapat memvisualkan perkembangan sesuatu dalam kurun waktu

atau setiap kegiatan. (Sanjaya wina,2009:115,)


BAB IV

HASIL PENELITIAN TINDAKAN

4. 1 Gambaran Sekilas Tentang Setting

Berdasarkan data angket yang disebarkan, Mahasiswa yang berminat konsultasi

sebelum diadakan tindakan sebanyak tujuh orang atau 18,4 persen. Mahasiswa yang

menganggap tempat konsultasi boleh dilaksanakan dimana saja ada 15 orang atau 39,5

persen. Sebanyak tiga orang atau 7,9 persen mahasiswa memahami BK sebagai sarana untuk

berkonsultasi. Mahasiswa yang percaya terhadap BK untuk berkonsultasi hanya satu orang

atau 2,6 persen. Sikap senag terhadap Dosen BK juga satu orang atau 2,6 persen.

Konsultasi dilakukan bertahap. Pada pertemuan pertama materi konsultasi diarahkan

pada informasi tentang fungsi BK di sekolah serta apa pengertian konseling. Titik penekanan

pada konsultasi pertama adalah upaya menarik minat Mahasiswa untuk konseling dan tidak

ragu atau takut masalah yang diungkapkannya diketahui orang lain. Dalam hal ini guru

pembimbing meyakinkan mahasiswa bahwa Dosen pembimbing memiliki kode etik untuk

merahasiakan masalah yang dikemukakan termasuk yang sangat pribadi atau bersifat rahasia

dari setiap mahasiswa untuk dientaskan.

Pertemuan kedua materinya terdiri dari dua alternatif tergantung keinginanan

mahasiswa. Alternatif kesatu adalah membahas masalah mahasiswa berdasarkan data yang

diperoleh guru pembimbing lewat Sosiometri atau AUM. Alternatif kedua materi

konsultasinya bisa saja membahas secara langsung keluhan-keluhan atau problem mendesak

yang perlu diselesaikan.


4. 2 Hasil Tindakan

1. Hasil Pengamatan

a). Jadual yang disusun tidak sesuai dengan nama yang hadir karena beberapa mahasiswa

sangat berminat konsultasi yang meminta mereka didahulukan. Hal ini tidak jadi kendala,

namun guru pembimbing kesulitan dalam mengadministrasikan karena harus mengecek ulang

jadual dan nama yang belum dipanggil. Selain itu pada saat panggilan, beberapa guru

meminta panggilan ditunda sejenak karena materi pelajaran yang sedang atau akan diberikan

membutuhkan kehadiran mahasiswa di kelas.

b). Terdapat beberapa mahasiswa yang konsultasi pada pertemuan pertama memiliki antusias

yang tinggi ditunjukkan oleh adanya beberapa mahasiswa yang secara bersamaan mengikuti

konsultasi.

c). Sebagian besar mahasiswa yang mengikuti konsultasi pertama mempertanyakan

kerahasiaan masalah yang akan mereka kemukakan, sehingga hal ini menjadi indikasi bahwa

guru pembimbing butuh strategi khusus untuk meyakinkan mahasiswa tentang azas

kerahasiaan sebagai kode etik dalam melaksanakan konseling.

d). Pada saat konsultasi, ada sebagian mahasiswa datang sekaligus bersamaan baik berduaan

atau bertiga. Dengan kondisi seperti ini kadang nama yang dijadualkan tidak sesuai dengan

kehadiran mahasiswa. Selain itu tempat konsultasi ternyata tidak selamanya dilaksanakan di

ruang BK karena beberapa mahasiswa menginginkan di dalam kelas saja untuk

mengefisienkan waktu.

2. Hasil Refleksi

a). Jadual Konsultasi yang dibuat tidak dipatuhi oleh mahasiswa karena masih merasa ragu.
b). Perlu segera dibuat jadual ulang sesuai minat mahasiswa, sehingga tidak lagi berdasarkan

nomor urut absen.

C. Hasil Tindakan 2

1. Hasil Pengamatan

a). Setelah konsultasi pertama banyak dari mahasiswa yang berkeinginan dipanggil untuk

konsultasi kedua, namun keterbatasan waktu dan jadual yang sudah disusun maka hanya

tujuh mahasiswa yang sempat konsultasi. Materi konsultasi pertama sesuai dengan apa yang

direncanakan, namun pada konsultasi kedua sebanyak tujuh mahasiswa secara sukarela

langsung ingin mengemukakan masalahnya sehingga materi konsultasinya adalah

pembahasan masalah masing-masing.

b). Pada saat tindakan pertama membuat jadual, ternyata ada perubahan karena beberapa

mahasiswa tidak mematuhi jadual yang telah dibuat. Oleh karena itu pada tindakan kedua

segera dibuat jadual baru sesuai keinginan mahasiswa.

c). Dari rencana konsultasi pertama diselesaikan lebih cepat dari waktu yang direncanakan

yaitu pada 20 Agustus 2011.

d). Adapun masalah yang dikemukakan oleh tujuh mahasiswa pada konsultasi kedua adalah

masalah keluarga, masalah muda-mudi dan keluhan tentang pemerasan oleh mahasiswa lain.

Masalah keluarga yang diungkap adalah tentang konflik dengan orangtua, kondisi keluarga

yang broken home serta kesulitan karena tidak tinggal dengan orangtua. Untuk masalah

pemerasan oleh mahasiswa lain, proses penanganannya adalah melibatkan wali kelas yang

dalam layanan BK disebut sebagai layanan Advokasi . Masalah muda-mudi yang diungkap

mahasiswa terkait dengan keingin tahuannya tentang batas-batas dalam berpacaran.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Membuat jadual konsultasi adalah salah satu teknik untuk melayani mahasiswa secara
proaktif sehingga semua mahasiswa terlayani dalam bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Konsultasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya perubahan pandangan mahasiswa


yang positif terhadap BK berdasarkan observasi awal dan setelah diadakannya kegiatan.

3. Konsultasi terjadual akan dapat meningkatkan minat konseling mahasiswa.

4. Mahasiswa perempuan lebih baik pandangannya terhadap konseling dibanding mahasiswa


laki-laki.

5. 2 Saran

1. Guru Pembimbing hendaknya menerapkan jadual konsultasi di sekolah masing-masing


sebagai wujud dari ”peduli mahasiswa” yang merupakan motto BK.

2. Guru pembimbing hendaknya lebih aktif dan kreatif melayani mahasiswa satu-persatu
baik dalam bimbingan khususnya dalam konseling, sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan
layanan BK di sekolah.

3. Guru pembimbing perlu berupaya agar mahasiswa termotivasi dan secara ikhlas
mengikuti konseling.

4. Pihak sekolah hendaknya memberi tugas dan peran yang sesuai dengan fungsi BK
sehingga fokus pengembangan diri yang menjadi bidang tugas BK dapat berjalan secara
optimal.

5. Guru mata pelajaran dan seluruh personil sekolah hendaknya mengetahui dan memahami
peran BK di sekolah sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu sekolah dan
juga peningkatan prestasi belajar mahasiswa.

You might also like