You are on page 1of 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cairan Tubuh7

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk

multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik

yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam

tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh

bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang

normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,

jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler

dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel

di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar

sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan

interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di

dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,

sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan

serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2 Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda yaitu:

1. Cairan Ekstrasel

3
Terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular. Cairan

interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh

dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh

merupakan cairan tubuh interstisial.4

Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang

mengandung air tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspensi

leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.12

2. Cairan Intrasel

Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi

subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan

elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat

tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama

dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi-

subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam

cairan intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.13

2.2.1 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh12

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

1. Fase I

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi

dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari pembuluh darah kapiler

dan sel

3. Fase III

4
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial

masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang

merupakan membran semipermiabel mampu memfilter sehingga tidak

semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode

perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara:

a. Difusi

Suatu proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam

cairan, berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah, sehingga distribusi partikel didalam cairan menjadi merata

atau partikel akan melewati membran sel yang permeable terhadap

subtansi tersebut.

b. Filtrasi

Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara

bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses

ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler.

c. Osmosis

Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran

semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki

konsentrasi solute rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi

solute tinggi. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solute

di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan

antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.

5
d. Transport aktif

Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi

glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas

metabolik. Aktivitas metabolik dan pengeluaran energi diperlukan

untuk menggerakan berbagai materi guna menembus membrane sel.

2.3 Fungsi Cairan Tubuh Manusia4,12

Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir

semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar

metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap

hari untuk menggantikan cairan yang hilang. Fungsi cairan tubuh antara

lain:

1. Mengatur suhu tubuh

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan

dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang

dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu

tubuh pada 37ºC. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanyaa enzim-enzim

dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu

segera disalurkan keluar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini

dilakukan melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Semakin

besar luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit.

2. Melancarkan peredaran darah

Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini

disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh.

Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.

6
3. Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,

termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau

menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.

4. Membuang racun dan sisa makanan

Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun

dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air

seni, dan pernafasan.

5. Pencernaan

Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen

melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang

cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena

gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.

6. Pelumas

Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot

tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu,

perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir

resiko kejang otot dan kelelahan.

7. Peredam benturan

Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban

melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.

2.4 Keseimbangan Air4,7,12

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan

yang masuk dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha

7
agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang tetap/konstan.

Ketidak seimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan

overhidrasi (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang

diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air

yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urine, air di dalam feses,

dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru

Keseimbangan air

Ekskresi/Keluaran
Masukan Air Jumlah (mL) Jumlah (mL)
Air

Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400

Makanan 700-1000 Kulit 450-900

Air Metabolik 200-300 Paru-paru 350

Feses 150

1450-2800 1450-2800

2.4.1 Intake Cairan12

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum

kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500

ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari

makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Berikut adalah

kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat

badan, perhatikan tabel di bawah ini :

8
Pengaturan Intake Cairan Tubuh Berdasarkan Umur dan Berat Badan

Kebutuhan
Berat Badan
No Umur Cairan (mL/24
(kg)
Jam)

1 3 Hari 3,0 250-300

2 1 Tahun 9,5 1150-1300

3 2 Tahun 11,8 1150-1300

4 6 Tahun 20,0 1350-1500

5 10 Tahun 28,7 1800-2000

6 14 Tahun 45,0 2000-2500

7 18 Tahun (adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat

haus dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari

kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari

penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan

volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan

sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan

segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus

gastrointestinal.

2.4.2 Output Cairan12

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine

9
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus

urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi

normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml

per jam. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi

dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka

produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan

mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh

melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses

respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c. Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,

respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya

ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan

saraf simpatis pada kulit.

d. Feses

Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari, yang

diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.4.3 Pengaturan Konsumsi Air4,13

Konsumsi air di atur rasa haus dan kenyang hal ini terjadi melalui

perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang

mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Bila

10
konsentrasi bahan-bahan di dalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan

ini akan menarik air dari kelenjar ludah. Mulut menjadi kering, dan timbul

keinginan untuk minum guna membasahi mulut. Bila hipotalamus

mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka timbul rangsangan

untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula oleh saraf keseimbangan.

Walaupun rasa haus dapat mengatur konsumsi air dalam keadaan

kehilangan air yang terjadi secara cepat, mekanisme ini sering tidak terjadi

pada waktunya mengganti air yang diperlukan. Misalnya kehilangan cairan

yang terjadi cepat pada seorang pekerja yang bekerja di panas matahari atau

seorang pelari jarak jauh. Kadang-kadang minum tidak dapat segera

mengembalikan kehilangan cairan yang dialaminya. Akibatnya terjadi

dehidrasi.

2.4.4 Pengaturan Pengeluaran Air13

Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus

mengatur konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari

mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH). ADH dikeluarkan bilamana

konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan

darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau

menyerap kembali air dan mengedarkannya kembali ke dalam tubuh. Jadi

semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan.

Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan

darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin

mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiotensinogen ke

dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiostensi akan mengecilkan diameter

11
pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Di samping itu

angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar

adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium

dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air

dikeluarkan dari tubuh.

Mekanisme ini tidak berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam

jumlah cukup. Tubuh paling kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari

melalui urine yaitu jumlah minimal yang diperlukan untuk mengeluarkan

bahan sisa sehari sebagai akibat aktivitas metabolisme di dalam tubuh. Di

luar jumlah ini, pengeluaran air disesuaikan dengan pemasukan air. Bila

seseorang minum air dalam jumlah lebih banyak, urine akan lebih encer.

Disamping melalui urine, tubuh kehilangan air melalui paru-paru sebagai

uap, melalui kulit sebagai keringat, dan sedikit melalui feses. Jumlah air

yang hilang rata-rata tiap hari sebanyak 2 ½ liter.

2.5 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit6,13

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai

di dalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus

berada di dalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan di dalam maupun

di luar sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam

cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur ke mana garam harus bergerak dengan

demikian menetapkan ke mana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan

mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.

12
2.5.1 Disosiasi Garam dalam Air 13

Bila garam larut dalam air, misalnya garam NaCl, akan terjadi

disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ion

positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif anion. Ion mengandung

muatan listrik dan dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air

dan garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam

semua larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion dan

kation. Tabel dibawah ini menunjukkan keberadaan elektrolit di luar dan di

dalam sel tubuh.

Keberadaan Elektrolit Tubuh

Konsentrasi di Konsentrasi di
Elektrolit
luar sel (meq/l) dalam sel (meq/l)

Kation

Natrium (Na+ ) 142 10

Kalium (K + ) 5 150

Kalsium (Ca2+ ) 5 2

Magnesium (Mg 2+ ) 3 40

155 202

Anion

Klorida (Cl)− 103 2

Bikarbonat (HC03 − ) 27 10

Fosfat (HP04 2− ) 2 103

Sulfat (S04 2− ) 1 20

13
Asam organic (laktat, 6 10

piruvat)

Protein 16 57

155 202

Sumber: Whitney, E.N. dan S.R.Rolfes, Understanding Nutrition, 1999, hlm. 371.

2.5.2 Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein1

Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang

mengatur penyebrangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel

tersebut. Ion negatif akan mengikuti ion positif dan air akan mengalir ke

arah cairan yang lebih tinggi konsentrasinya. Salah satu contoh alat transport

ini adalah pompa natrium-kalium, suatu enzim yang memompa natrium ke

luar lebih cepat daripada proses difusi biasa. Pada waktu yang sama, kalium

akan dipompa ke dalam sel. Pompa ini secara aktif mempertukarkan natrium

dengan kalium melalui membran sel, dengan demikian mempertahankan

tingkat konsentrasi masing-masing elektrolit. Pompa ini menggunakan ATP

sebagai sumber energi dan enzim natrium-kalium ATP-ase guna

melepaskan energi dari ATP.

2.5.3 Pemeliharaan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit5

Jumlah berbagai jenis garam dalam tubuh hendaknya dijaga dalam

keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus

diganti dari sumber di luar tubuh, yaitu makanan dan minuman. Tubuh

mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua

mineral barada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama

dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.

14
Bagian atas saluran cerna, yaitu lambung dan usus halus, secara

terus menerus memperoleh mineral melalui getah pencernaan dan cairan

empedu. Mineral ini kemudian diserap kembali di bagian bawah saluran

cerna, yaitu bagian kolon/usus besar. Melalui mekanisme ini sebanyak 8

liter cairan mengalami daur ulang, yang cukup berarti untuk pemeliharaan

keseimbangan elektrolit.

Pengaturan keseimbangan air juga diatur oleh ginjal. Hormon ADH

menentukan jumlah air yang dikeluarkan ginjal dan jumlah yang diserap

kembali. Untuk mengatur keseimbangan elektrolit, ginjal memanfaatkan

kelenjar adrenal melalui hormon aldosteron. Bila kadar natrium tubuh

menjadi rendah, aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubula

ginjal. Bila terjadi reabsorpsi natrium, kalium akan dikeluarkan dari tubuh

sesuai dengan aturan bahwa jumlah ion positif di dalam tubuh harus tetap

sama. Kemampuan ginjal mengatur kandungan natrium tubuh luar biasa.

Makanan biasanya mengandung lebih banyak natrium daripada yang

dibutuhkan tubuh. Natrium mudah diabsorpsi oleh saluran cerna ke dalam

darah. Ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium ini dan menjaga

konsentrasinya dalam darah pada tingkat normal.

Rasa haus juga membantu kadar natrium di dalam darah. Bila kadar

natrium tinggi, reseptor di dalam otak merangsang seseorang untuk minum

hingga tercapai rasio normal natrium terhadap air. Kemudian ginjal akan

mengeluarkan kelebihan air dan kelebihan natrium secara bersamaan.

15
2.5.4 Faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit15

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh antara lain :

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia

akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat

badan. bayi dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan

keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi

gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau

jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban

udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan

elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di

lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika

intake nutrisi tidak ada maka tubuh akan membakar protein dan lemak

sehingga serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal

keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga

hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

16
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan

pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan

retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan

cairan dan elektrolit tubuh, misalnya :

1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air

melalui IWL.

2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses

regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien dengan

penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan

intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya

secara mandiri.

2.5.5 Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan 7,9,11

a. Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh

dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan

cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam

kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya

yang seimbang.

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak

daripada elektrolitnya.

17
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya

daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel

berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah

entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan

ekstrasel dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan

meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh

darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:

Dehidrasi berat

a. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L

b. Serum natrium 159-166 mEq/Lt

c. Hipotensi

d. Turgor kulit buruk

e. Oliguria

f. Nadi dan pernapasan meningkat

g. Kehilangan cairan mencapai > 10%BB

Dehidrasi sedang

a Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB

b Serum natrium 152-158mEq/Lt

c Mata cekung

Dehidrasi ringan

a. Kehilangan cairan mencapai 5%BB

b. Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 L

b. Hipervolume atau overhidrasi

18
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu

hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada

interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan

hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan hiperolume dapat menyebabkan pitting

edema, merupakan edema yang berada di daerah perifer atau akan mencekung

setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan karena perpindahan

cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak

digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak

menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan

trauma yang menyebabkan engumpulan membekunya cairan ke permukaan

jaringan. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan

menekan cairan kepermukaan interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka

(edema yang terdapat di seluruh tubuh)10.

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan

hingga ke membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru

dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah

penumpukan sputum, dispnea, batuk dan suara ronkhi. Keadaan edema ini

disebabkan oleh gagal jantungyang mengakibatkan peningkatan penekanan pada

kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru5,7.

PATOFISIOLOGI DEHIDRASI7

Dehidrasi bisa disebabkan oleh faktor hipertonis CES dan faktor

hipovolemia, dimana hipertonis CES melalui osmoreseptor. Osmoreseptor adalah

sekelompok sel-sel khusus yang merasakan perubahan osmolalitas dalam cairan

ekstraselular (ECF). Kenaikan 2% osmolalitas pada serum perfusi inti supraoptik

19
dapat menyebabkan pelepasan ADH, sedangkan penurunan 1,2% dalam serum

osmolalitas plasma menurunkan pelepasan ADH. Sekresi ADH ditekan pada

osmolalitis plasma di bawah 280 mOsm / kg. Sedangkan pada faktor hipovolemia

terjadi baroreseptor yang berada di sinus karotis, lengkung aorta, dan atrium kiri;

baroreseptor ini berpartisipasi dalam pengendalian pelepasan ADH secara non-

osmolar dengan menanggapi perubahan volume plasma. Pengurangan 8-10%

volume plasma secara signifikan meningkatkan pengeluaran ADH. Secara

fisiologis, reseptor volume dan osmoreseptor bertindak bersama untuk

meningkatkan atau menurunkan pelepasan ADH.

Faktor hipovolemia juga mengalami angiotensin, angiotensin adalah

hormone petida yang berasal dari protein angiotensinogen. Angiotensinogen di

ubah menjadi angiotensin 1 dengan katalisis renin. Selanjutnya angiotensin I akan

di ubah menjadi angiotensin II dengan di katalisasi oleh enzim ACE ( angiotensin-

converting enzyme ). Angiotensin II adalah suatu vasokonstriktor poten dan

pemacu sekresi aldosteron. Aldosteron sendiri menyebabkan peningkatan volume

darah sehingga meningkatkan resistensi vaskuler

2.5.6 Gangguan Syok

Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan

hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi

untuk mempertahankan perfusi yanga dekuat organ-organ vital tubuh. Hal ini

muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan

yang massif, trauma atau luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard

luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak

20
terkontrol (syok septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik)

atau akibat respon imun (syok anafilaktik)14.

Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang

menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,

dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis15.

Penyebab terjadinya syok

Adapun macam-macam penyebab terjadinya syok adalah8

Penyebab syok

Jenis Syok Penyebab

Hipovolemik 1. Perdarahan

2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)

3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare,

muntah, obstruksi usus dan lain-lain

Kardiogenik 1. Aritmia

 Bradikardi / takikardi

2. Gangguan fungsi miokard

 Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan

 Penyakit jantung arteriosklerotik

 Miokardiopati

3. Gangguan mekanis

 Regurgitasi mitral/aorta

21
 Rupture septum interventrikular

 Aneurisma ventrikel massif

 Obstruksi:

Out flow : stenosis atrium

Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium

kiri/thrombus

Obstruktif Tension Pneumothorax

Tamponade jantung

Emboli Paru

Septik 1.Infeksi bakteri gram negative,

misalnya:

eschericia coli, klibselia pneumonia, enterobacter,

serratia,proteus,danprovidential.

2. Kokus gram positif,

misal:

stafilokokus, enterokokus, dan streptokokus

Neurogenik  Disfungsi saraf simpatis, disebabkan oleh trauma tulang

belakang dan spinal syok (trauma

medulla spinalis dengan quadriflegia atau para

flegia)

 Rangsangan hebat yang tidak menyenangkan,

misal nyeri hebat

22
 Rangsangan pada medulla spinalis, misalnya

penggunaan obat anestesi

 Rangsangan parasimpatis pada jantung yang

menyebabkan bradikardi jantung mendadak. Hal

ini terjadi pada orang yang pingan mendadak

akibat gangguan emosional

Anafilaksis  Antibiotic

Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol,

polimixin, ampoterisin B

 Biologis

Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan

gamma globulin

 Makanan

Telur, susu, dan udang/kepiting

 Lain-lain

Gigitan binatang, anestesi local

23
Bagaimana mengenali Berbagai macam jenis dari syok

Infroma Hipovol Kardiog Neurogeni Septik

si emik enik k (Hyperdyn

Diagnos amic

tic State)

Gejala Pucat; Kulit Kulit Demam,

dan kulit basah, hangat, kulit teraba

tanda dingin, dingin; denyut hangat,

Basah; taki- dan jantung takikardi,

takikardi bradiarit normal/re oliguri,

; mia; ndah, hipotensi,

Oliguri, oliguri; normo/oli penurunan

hipotensi hipotens guri, resistensi

; i; hipotensi, perifer.

peningka peningk penurunan

tan atan resistensi

resistens resistens perifer

i perifer i perifer

Data Hematok Enzim Normal Hitung

laborato rit jantung, neutrofil,

rium rendah ( EKG pengecata

fase n gram,

akhir) kultur

24
2.5.6.1 Syok hipovolemik2,5

Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik disebut juga sebagai preload syok

yang ditandai dengan menurunnya volume intravaskular, baik

karena perdarahan maupun hilangnya cairan tubuh.

Penurunan volume intravaskular ini menyebabkan

penurunan volume interventrikuler kiri pada akhir diastol yang

akhirnya menyebabkan berkurangnya kontraktilitas jantung

dan menurunnya curah jantung.

Syok hipovolemik disebabkan oleh :

- Kehilangan darah, misalnya perdarahan.

- Kehilangan plasma, misalnya luka bakar.

- Dehidrasi, cairan yang masuk kurang ( misalnya puasa lama

), cairan yang keluar banyak ( misalnya diare, muntah –

muntah, fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan

di lumen usus ).

Syok Hipovolemik akibat Perdarahan ( Hemoragik )

a. Klasifikasi syok hemoragik

Pre syok ( compensated )

Terjadi apabila perdarahan kurang dari 15 % ( 750 ml

) volume darah. Pasien mengeluh pusing, takikardi ringan

dengan tekanan darah sistolik 90 – 100 mmHg,

Syok ringan ( compensated )

25
Terjadi apabila perdarahan 15 – 30 % ( 750 – 1500 )

volume darah. Timbul penurunan perfusi jaringan dan

organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran,

volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang,

dan mungkin ( tidak selalu ) terjadi asidosis metabolik.

Pasien juga akan terlihat gelisah, berkeringat dingin, haus

dan tekanan darah sistolik 80 – 90 mmHg.

Syok sedang

Sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang

tahan terhadap iskemia waktu singkat ( hati, usus, dan

ginjal ). Sudah timbul oligouria ( urin kurang dari 0,5

ml/kgBB/jam ) dan asisdosis metabolik, tetapi kesadaran

masih baik, dan tekanan darah sistolik antara 70 – 80

mmHg.

Syok berat

Perfusi didalam jaringan otak dan jantung sudah

tidak adekuat. Mekanisme kompensasi vasokontriksi pada

organ dan jantung. Sudah terjadi anuria dan penurunan

kesadaran ( delirium, stupor, koma ) dan sudah ada gejala

hipoksia jantung ( EKG abnormal, curah jantung turun ).

Perdarahan masif > 40 % dari volume darah dapat

menyebabkan henti jantung. Pada stadium akhir tekanan

darah cepat menurun ( sistolik 0 – 40 mmHg ) dan pasien

menjadi koma, lalu disusul nadi menjadi tidak teraba,

26
megap – megap dan akhirnya terjadi mati klinis ( nadi

tidak teraba, apneu ). Henti jantung karena syok

hemoragik adalah disosiasi elektromaknetik ( kompleks

gelombang EKG masih ada, tetapi tidak teraba denyut

nadi ), fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada pasien dengan

penyakit jantung.

b. Patofisiologi syok hemoragik2

Respon dini terhadap kehilangan darah adalah

dengan vasokontriksi progresif pada kulit, otot, dan

sirkulasi viseral ( dalam rongga perut ) untuk menjamin

arus darah ke ginajl, jantung dan otak. Vasokontriksi

bertujuan untuk menaikan pre load. Karena cedera, respon

terhadap berkurangya volume darah yang akut adalah

peningkatan denyut jantung sebagai usaha untuk menjaga

curah jantung. Pelepasan kateklamin endogen

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Hal ini

akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan

mengurangi tekanan nadi, tetapi hanya sedikit membantu

peningkatan perfusi organ.

Hormon – hormon lain yang bersifat vasoaktif juga

dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok,

termasuk histamin, bbardikinin, beta endorfin, dan

sejumlah besar prostanoid dan sitokin – sitokin lain.

Substansi ini berdampak besar pada mikrosirkulasi dan

27
permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan

yang masih dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur

pengembalian darah ( venous return ) dengan cara

kontraksi volume darah didalam sistem vena, yang tidak

banyak membantu memperbaiki tekanan sistemik. Cara

paling efektif dalam memulihkan curah jantung dan

perfusi organ adalah dengan memperbaiki volumenya.

Pada tingkat seluler, sel dengan perfusi dan

oksigenasi yang tidak adekuat tidak mendapat substrat

esensial yang diperlukan untuk metabolisme aerobik

normal dan produksi energi. Pada keadaan awal terjadi

kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobik,

dimana metabolisme ini mengakibatkan pembentukan

asam laktat dan kemudian berkembang menjadi asidosis

metabolik. Apabila syok terjadi berkepanjangan dan

penyampaian substrat untuk pembentukan ATP (

adenosine triphosphate ) tidak memadai, maka membran

sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan

gradien elektrik normal hilang. Berdasarkan klasifikasi

syok hemoragik, dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi tepi pada

organ yang dapat bertahan lama terhadap iskemia (

kulit, lemak, otot, dan tulang ), pH arteri masih normal.

28
- Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral

pada organ yang hanya tahan terhadap iskemia iskemia

waktu singkat ( hati, usus dan ginjal ), dan terjadi

asidosis metabolik.

- Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada

jantung dan otak, asidosis metabolik berat dan

mungkin pula terjadi asidosis respiratorik.

c. Gejala klinis syok hemoragik

1. Syok ringan

Takikardia minimal, hipotensi sedikit.

Vasokontriksi tepi ringan : kulit dingin, pucat, basah.

Urin normal / sedikit berkurang. Pasien mengeluh

merasa dingin.

2. Syok sedang

29
Takikardia 100 – 120 x / menit. Hipotensi

sistolik 90 – 100 mmHg. Oligouria / anuria. Penderita

merasa haus.

3. Syok berat

Takikardia < 120 x / menit. Hipotensi sistolik

< 60 mmHg. Pucat sekali. Anuria, agitasi, kesadaran

menurun.

Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah10

30
Derajat dari Perdarahan

2.5.7 Terapi cairan

Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari9,10,11,17

1. Dewasa:

Air : 30-35 ml/kg, kenaikan 1 derajat Celcius ditambah 10-5%

Na+ : 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9g)

K+ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5g)

2. Bayi dan anak:

Air

 0-10 kg : 4 ml/kg/jam (100 ml/kg)

 10-20 kg : 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000

ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)

 >20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500

ml + 20 ml/kg di atas 20 kg)

Na+ : 2 mEq/kg

31
K+ : 2 mEq/kg

Cairan masuk:

 Minum : 800-1700 ml

 Makanan : 500-1000 ml

 Hasil oksidasi : 200-300 ml

Hasil metabolisme: - Dewasa : 5 ml/kg/hari

- Anak : 2-14 tahun = 5-6 ml/kg/hari

: 7-11 tahun = 5-7 ml/kg/hari

: 5-7 tahun = 8-8,5 ml/kg/hari

- Balita = 8 ml/kg/hari

Cairan keluar: - Urin : normal > 0,5-1 ml/kg/jam

- Feses : 1 ml/hari

- Invisble loss : - dewasa : 15 ml/kg/hari

- anak : {30-usia (tahun)} ml/kg/hari

Penggantian cairan pada perdarahan:17

EBV = 70 CC X BERAT BADAN

EBL = DERAJAT PERDARAHAN X EBV

Cara pemberian cairan:

- ATASI SHOCK DENGAN GUYUR/GROJOK 20 cc/kg

- GUYUR HINGGA 2-4 X EBL

32
Pemberian cairan pada luka bakar:17

LuasLuka
Luas LukaBakar
BakarXXBerat
BeratBadan
BadanXX44

Cairan diberikan setengah dalam 8 jam pertama setelah kejadian, Setengah

berikutnya dalam 16 jam berikutnya

Perpindahan cairan tubuh dipengaruhi oleh:

 Tekanan hidrostatik

 Tekanan onkotik = mencapai keseimbangan

 Tekanan osmotik

Gangguan kesimbangan cairan tubuh umumnya menyangkut extracell fluid

atau cairan ekstrasel. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang mempengaruhi

pergerakan air melalui dinding kapiler. Bila albumin rendah maka tekanan

hidrostatik akan meningkat dan tekanan onkotik akan menurun sehingga cairan

intravaskuler akan didorong mauk ke interstisial yang berakibat edema.

Tekanan onkotik atau tekanan osmotik koloid adalah tekanan yang

mencegah pergerakan air. Albumin menghasilkan 80% dari tekanan onkotik

plasma, sehingga bila albumin cukup pada cairan intravaskuler maka cairan tidak

akan mudah masuk ke interstisial.

II. Jenis Cairan16

Cairan intravena ada tiga jenis:

1. Cairan kristaloid

 Cairan yang mengandung zat dengan BM rendah (< 8000 Dalton) dengan

atau tanpa glukosa.

 Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang

ekstraselular.

33
2. Cairan koloid

 Cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (> 8000 Dalton), misal:

protein

 Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang

intravaskuler.

3. Cairan khusus

 Digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti NaCl 3%, Bicnat,

Manitol

Cairan Kristaloid

1. Ringer laktat

Cairan paling fisiologis jika sejumlah volume besar diperlukan. Banyak

digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare,

trauma, luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam RL akan dimetabolisme oleh hati

menjadi bikarbonat untuk memperbaiki keadaan seperti metabolik asidosis.

Kalium yang terdapat di dalam RL pula tidak cukup untuk maintenance

sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. RL juga tidak mengandung glukosa

sehingga bila akan dipakai sebagai cairan maintenance harus ditambah glukosa

untuk mencegah terjadinya ketosis.

2. Ringer

Komposisinya mendekati fisiologis tetapi bila dibandingkan dengan RL ada

beberapa kekurangan, seperti:

 Kadar Cl- terlalu tinggi, sehingga bila dalam jumlh besar dapat

menyebabkan asidosis dilusional dan asidosis hiperkloremia.

34
 Tidak mengandung laktat yang dapat dikonversi menjadi bikarbonat untuk

memperingan asidosis.

 Dapat digunakan pada keadaan dehidrasi dengan hiperkloremia, muntah-

muntah dan lain-lain.

3. NaCl 0,9% (normal saline)

Dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy) terutama pada

kasus:

 Kadar Na+ yang rendah

 Keadaan di mana RL tidak cocok untuk digunakan seperti pada

alkalosis, retensi kalium

 Cairan pilihan untuk kasus trauma kepala

 Dipakai untuk mengencerkan sel darah merah sebelum transfusi

Tetapi ia memiliki beberapa kekurangan iaitu:

 Tidak mengandung HCO3-

 Tidak mengandung K+

 Kadar Na+ dan Cl- relatif lebih tinggi sehingga dapat terjadi asidosis

hiperkloremia, asidosis delusional dan hipernatremia.

4. Dextrose 5% dan 10%

Digunakan sebagai cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan

intake natrium atau cairan pengganti pada pure water deficit. Penggunaan

perioperatif untuk:

 Berlangsungnya metabolisme

 Menyediakan kebutuhan air

35
 Mencegah hipoglikemia

 Mempertahankan protein yang ada, dibutuhkan minimal 100g karbohidrat

untuk mencegah dipecahnya kandungan protein tubuh

 Menurunkan level asam lemak bebas dan keton

 Mencegah ketosis, dibutuhkan minimal 200g karbohidrat

Cairan infus mengandung dextrose, khususnya dextrose 5% tidak boleh

diberikan pada pasien trauma kapitis (neuro trauma). Dextrose dan air dapat

berpindah secara bebas ke dalam sel otak. Sekali berada dalam sel otak, dextrose

akan dimetabolisme dengan sisa air yang menyebabkan edema otak.

5. Darrow

Digunakan pada defisiensi kalium untuk mengantikan kehilangan harian,

kalium banyak terbuang (diare, diabetik asidosis).

Cairan Koloid

Yang termasuk golongan ini adalah:

1. Albumin

2. Bloood product: RBC

3. Plasma protein fraction: plasmanat

4. Koloid sintetik: dextran, hetastarch

Berdasarkan tujuan pemberian cairan, ada 3 jenis:

1. Cairan rumatan

 Cairan hipotonis: D5%, D5%+1/4NS dan D5%+1/2NS

2. Cairan pengganti

 Cairan hipotonis: RL, NaCl 0,9%, koloid

3. Cairan khusus

36
 Cairan hipertonis: NaCl 3%, Manitol 20%, Bicnat

Kristaloid dibanding Koloid

Resusitasi dengan kristaloid akan menyebabkan ekspansi ke ruang

interstisial, sedangkan koloid yang hiperonkotik akan cenderung menyebabkan

ekspansi ke volume intravaskuler dengan menarik cairan dari ruang interstitial.

Koloid isoonkotik akan mengisi ruang intravaskuler tanpa mengurangi volume

interstisial.

Secara fisiologis kristaloid akan lebih menyebabkan edema dibandingkan

koloid. Pada keadaan permeabilitas yang meningkat, koloid ada kemungkinan akan

merembes ke dalam ruang interstisial dan akan meningkatkan tekananan onkotik

plasma. Peningkatan tekanan onkotik plasma ini dapat menghambat kehilangan

cairan dari sirkulasi.

Keunggulan koloid terhadap respons metabolik adalah meningkatkan

pengiriman oksigen ke jaringan (DO2) dan konsumsi oksigen (VO2) serta

menurunkan laktat serum. DO2 dan VO2 dapat menjadi indikator untuk mengetahui

prognosis pasien.

Efek terhadap Volume Intravaskuler

Antara ruang intravaskuler dan interststial dibatasi oleh dinding kapiler

yang permiabel terhadap air dan elektrolit tetapi impermeabel terhadap makro

(protein plasma). Cairan dapat melewati dinding kapiler akibat adanya tekanan

hidrostatik. Bila tekanan onkotik menurun maka tekanan hidrostatik lebih besar,

sehingga akan mendorong cairan dari intervaskuler ke interstisial.

Efek kristaloid terhadap volume intravaskuler jauh lebih singkat dibanding

koloid. Ini karena kristaloid dengan mudah didistribusi ke cairan ekstraseluler,

37
hanya sekitar 20% elektrolit yang diberikan akan tinggal di ruang intravaskuler.

Waktu paruh intravaskuler yang lama sering dianggap sebagai sifat koloid yang

menguntungkan. Hal ini akan merugikan jika terjadi hemodilusi yang berlebihan

atau terjadi hipovolemia yang tidak sengaja, khususnya pada pasien penyakit

jantung.

Kristaloid akan menyebabkan terjadinya hipovolemia pasca resusitasi.

Resusitasi dengan kristaloid dan koloid sampai saat ini masih kontroversi. Untuk

menentukan apakah diberikan kristaloid, harus dilihat kasus per kasus.

Efek terhadap Volume Interstitial

Pasca syok hemoragik akan terjadi perubahan cairan interstitial. Pada syok

terjadi defisit cairan interstitial, pendapat lain yang menyatakan volume cairan

interstitial meningkat pasca syok hemoragik. Kedua pendapat yang bertentangan

ini mungkin bias diterima, karena pada syok hemoragik dini dapat terjadi defisit

cairan interstitial sedangkan pada syok hemoragik lanjut atau syok septik akan

terjadi perubhan permeabilitas kapiler sehingga volume cairan interstitial

meningkat. Pada keadaan volume cairan interstitial berkurang maka kristaloid lebih

efektif untuk mengantikan defisit volume dibanding koloid.

Distribusi koloid berbeda antara volume intravaskuler dan interstitial. Jika

volume cairan interstitial bertambah, maka garam hipertonik atau albumin 25%

akan lebih efektif, karena cairan interstitial akan berpindah ke ruang intravaskuler.

Pada pemberian koloid dapat terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan, seperto

gangguan hemostasis yang berhubungan dengan dosis. Pada umumnya pemberian

koloid maksimal adalah 33 ml/kg BB.

38

You might also like