You are on page 1of 6

2.

1 Definisi Distosia Bahu

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga(his), kelainan
letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.(Arif Mansjoer.2001:302) Sedangkan,

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena
itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi
mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa
dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin di
lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. (Taufan
Nugroho.2012:132)

2.2 Etiologi Distosia Bahu

Sebab-sebab dystocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :

1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.

a. Karena kelainan his :

Inersia Uteri Hipotonik, adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus
yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri
hipotonik terbagi dua, yaitu :

· Inersia uteri primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang
timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan inpartu atau belum.

· Inersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya
terdapat gangguan / kelainan.

b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada dinding perut, hernia,
diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi, hydrochepalus
atau monstrum.

3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir.

Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :

a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).

b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).

c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.

d. Serviks yang menetap.

e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.

f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.

2.3 Patofisiologi Distosia bahu

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu
normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah
ramus pubis.

Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis, bila
bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengna sumbu miring dan tetap berada pada
posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala

2.4 Komplikasi Distosia Bahu

Komplikasi distosia bahu antara lain sebagai berikut:

A. Pada janin

1) Meninggal, Intrapartum atau neonatal

2) Paralisis plexus brachialis

3) Fraktur klavikula

4) Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen

5) Fraktura humerus
B. Pada ibu:

1) terjadi Robekan di perineum derajat III atau IV

2) Perdarahan pasca persalinan

3) Rupture uteri (Hakimi, 2003).

2.5 Factor Resiko

Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:

1) Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional
(Keller,dkk).

2) Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih
besar, meski demikian hamper separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 g.

3) Multiparitas

4) Ibu dengan obesitas.

5) Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah usia 42
minggu.

6) Riwayat obstetric dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terdapat kasus
distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42 wanita ( Smith dkk., 1994).

2.6 Tatalaksana

Penatalaksanaan distosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin. Syarat-syarat agar dapat
dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :

§ Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat berkerjasama untuk menyelesaikan persalinan

§ Masih mampu untuk mengejan

§ Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi

§ Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup

§ Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya bayi (Taufan
Nugroho.2012:133)
2.7 Pencegahan

Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :

1) Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi : janin luar biasa
besar ( > 5 kg), janin sangat besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar ( > 4 kg) dengan riwayat
distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar

2) Identifikasi dan obati diabetes pada ibu

3) Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi

4) Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan
traksi berpotensi meningkatkan risisko cedera pada janin

5) Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan
untuk membuat posisi MCRobert, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila
perlu) (Abdul Bari Saifuddin.2008:60 )

2.8 Teknik Penanganan Distosia Bahu

Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi sesegera mungkin dengan
beberapa teknik berikut :

A. Episiotomi

Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu diharapkan dapat lahir.

B. Manuver Mc. Robert

1) Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota kelurganya) untuk membantu ibu

2) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk
mengerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian
kepala bayi karena mungkin akan melukainya

3) Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke arah
bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih
jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri

C. Manuver Corkscrew Woods

1) Masukkan salah satu tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, kearah
sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
2) Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum

D. Teknik Pelahiran Bahu Belakang

1) Masukkan salah satu tnagn kedalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada
posisi posterior

2) Fleksikan lengan bayi bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi

E. Manuver Rubin

1) Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen

2) Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses,
kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan abduksi
kedua bahu kemudian akan menghasilakn diameter antar-bahu dan pergeseran bahu depan dari
belakang simfisis pubis.

F. Manuver Hibbard

Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu
depan di bebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan bahu
depan semakin terjepit

G. Posisi Merangkak

1) Minta ibu berganti posisi merangkak

2) Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan pada
bahu anterior kearah atas dengan hati-hati

3) Segera setelah lahir bahu anterior lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bagian
bawah dengan hati-hati.

H. Manuver Zavanelli

1) Mengembalikan posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi
tersebut
2) Memfelsikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti
dengan kelahiran secara sesar.

3) Memberikan terbutaline 250 mg sub kutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.

I. Fraktur Klavikula

Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anteror terhadap ramus pubis dapat dilakukan
untuK membebaskan bahu yang terjepit.

J. Kleidotomi

Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, biasannya dilakukan pada
janin mati.

K. Simfisiotomi

Simfisiotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat diterapkan
dengan sukses (Taufan Nugroho.2012:134-136)

http://snhani.blogspot.com/2017/06/makalah-distosia-bahu.html?m=1

You might also like