You are on page 1of 32

1.

2.
3. 

4. a.

1. Sikap Sopan
Teliti
Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
2. Petugas  Bidan

Pelaksana
3. Dokumen  Kartu Ibu
 Buku register kohort ibu hamil
 Buku register ibu hamil
 Buku KIA

BIDAN PRAKTEK PEMERIKSAAN


MANDIRI DENYUT JANTUNG JANIN
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan pemeriksaan


denyut jatung janin diperut ibu hamil dengan
menggunakan lenek/ doopler
2. Tujuan  Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan
perkembangan janin khususnya denyut jantung janin
dalam rahim.
3. Indikasi  Memastika kesehatan janin

4. Ruang Lingkup Ibu hamil dengan usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan


yang datang ke bidan praktek mandiri
5. Kebijakan Bidan yang mendengarkan Denyut jantung Janin harus
sesuai dengan SOP
6. Prosedur 1. Persiapan Pasien
 Persiapan Mental
 Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan
pada pasien
 menjaga privasi pasien
2. Persiapan Alat
 Doppler
3. Bahan

 Jelly
4. Cara Kerja
Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
Beri jelly pada doppler /lineac yang akan
digunakan
Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah
punggung janin.
Hitung detak jantung janin :
- Dengar detak jantung janin selama 1 menit,
normal detak jantung janin 120-140 / menit.
Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan
detak jantung janin
- Jika pada pemeriksaan detak jantung janin,
tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan
bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien
dirujuk ke RS.
Pasien dipersilahkan bangun
Catat hasil pemeriksaan diKartu Ibu dan Buku KIA
7. Sikap Sopan
Teliti dan Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
8. Indikator kinerja DJJ dapat didengar dengan tepat dan benar

9. Petugas melaksanakan  Bidan

10. Catatan Mutu  Kartu Ibu, Buku kohort ibu hamil, Buku register ibu
hamil, Buku KIA
11.Hal-hal perlu diperhatikan Selama tindakan selalu menjaga privasi pasien

BIDAN PRAKTEK PENCABUTAN IUD


MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM
FITRI YANTI, S.ST

1. Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan pengeluaran


IUD dari dalam rahim atas indikasi medis atau
pertimbangan pribadi

2. Tujuan  Mengeluarkan alat KB (IUD) dalam rahim

3. Indikasi  Pada pasien yang ada indikasi medis


 Pada pasien atas pertimbangan pribadi antara lain :
- Ingin punya anak lagi atau ganti cara kontrasepsi
4. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan pencabutan IUD harus
sesuai dengan SOP
5. Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

6. Prosedur 3. Persiapan Pasien


 Persiapan Mental
Menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan dan yang akan pasien rasakan pada
saat dan setelah pencabutan
 Persiapan Administrasi
Surat izin tindakan dari pasien atau suami

4. Persiapan Alat
 Alat Steril
 Troly dengan bak steril berisi :
~ sarung tangan steril
~ kom berisi betadine
~ Kasa steril
~ speculum
~ tampon tong
~ kagel tang
 Alat Non Steril
 Meja/tempat tidur ginekologi dialasi
perlak
 Lampu sorot
 Tempat sampah/ember yang dilapisi
 Kursi

5. Cara Kerja
 Sapa pasien dengan ramah dan hangat
 Tanyakan alasannya ingin mencabut dan
jawab semua pertanyaannya
 Tanyakan tujuan dari KB selanjutnya
 Jelaskan proses pencabutan IUD dan apa
yang akan pasien rasakan pada saat dan
setelah pencabutan
 Anjurkan pasien untuk BAK dan
membersihkan genitalia terlebih dahulu
 Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan
degan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril
 Lakukan pemeriksaan binomial

 Pasang speculum vagina untuk melihat


serviks
 Usapkan vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik 2-3 kali
 Jepit benang yang dekat serviks dengan
klem dan tarik benang dengan hati-hati
untuk mengeluarkan IUD
 Tunjukkan kepada pasien bahwa IUD telah
dicabut
 Rendam seluruh peralatan dalam lisol
 Buang bahan –bahan yang sudah tidak
dipakai lagi
 Rendam sarung tangan dalam larutan lisol
 Cuci tangan dengan air dan sabun
 Buat rekam medic tentang pencabutan IUD
 Diskusikan apa yang harus dilakukan pasien
bila mengalami efek samping
 Lakukan konseling untuk metode
kontrasepsi yang lain bila pasien ingin
mengganti dengan yang baru
 Bantu pasien untuk menentukan alat
kontrasepsi yang baru atau beri alat
kontrasepsi sementara sampai dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan
dipakai.
7. Sikap Sopan
Teliti
Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
8. Petugas Peelaksana  Bidan

9. Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum


pasien
diperhatikan
BIDAN
PRAKTEK
PEMASANGAN IMPLANT
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan


Penanggung jawab BPM
10 Mei 2014

FITRI YANTI, S.ST


Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan penamaman atau
pemasangan kapsul Implant dibawah kulit
Tujuan Mencegah ovulasi dan implantasi pada endometrium
Kebijakan Bidan yang melakukan tindakan pemasangan Implant harus
sesuai dengan SOP
Prosedur A. SIKAP
1. Menyapa klien dengan ramah dan sopan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Merespon terhadap reaksi pasien
4. Percaya diri
5. Memberikan rasa empati pada klien

B. ALAT DAN BAHAN


1. Tempat tidur pasien
2. Implant dalam kemasan steril
3. Sarung tagan steril
4. Larutan anti septik
5. Anastesi lokal konsentrasi 1 %
6. Spuit 5 cc
7. Trokar
8. Skapel
9. Templet / pola
10. Band aid
11. Kasa pembalut
12. Epineprin untuk syok anafilaktik
C. CONTENT
1. Memastikan klien sudah mencuci lengan kiri atas atau
kanan bila kidal dengan bersih
2. Memakai APD lengkap
3. Melakukan cuci tangan 7 langkah
4. Mendekatkan alat dan memakai sarung tangan
5. Mengusap tempat pemasangan dengan larutan
antiseptik.
6. Memasang kain penutup steril/ DTT di tempat
pemasangan Implant.
4. Menyuntikkan anestesi lokal secara intrakutan
5. Melakukan anestesi lanjutan subdermal di tempat
insisi dan alur pemasangan Implant ( Masing- masing
1 cc )
6. Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada
kulit
7. Membuat insisi 2 mm dengan ujung bisturi / skalpel
hingga subdermal.
8. Memasukkan ujung trokar melalui luka insisi hingga
mencapai subdermal kemudian angkat dan dorong
sejajar kulit
9. Mengeluarkan pendorong dan memasukkan kapsul ke
dalam trokar
10. Memasukkan pendorong dan memasukkan kapsul ke
dalam trokar.
11. Menahan pendorong di tempatnya, kemudian tarik
trokar ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan
kapsul 1 di subdermal
12. Menahan kapsul pada tempatnya , tarik trokar dan
pendorong ( bersamaan ) hingga tanda 2 mencapai
luka incisi.
13. Mengarahkan ujung trokar ke samping kapsul
pertama, kemudian dorong trokar ( Mengikuti alur kaki
segitiga terbalik ) hingga tanda 1 mencapai luka incisi.
14. Menarik pendorong keluar masukkan kapsul kedua
dan dorong dengan pendorong ke ujung trokar hingga
terasa tahanan.
15. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul di subdermal.
16. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk
menempatkan kapsul di subdermal.
17. Menahan kapsul pada tempatnya , tarik trokar dan
pendorong ( bersamaan ) hingga keluar seluruhnya
melalui luka.
18. Memeriksa kembali kedua kapsul telah terpasang di
subdermal pada posisi yang telah direncanakan.
19. Cuci tangan dan melepas APD
10. Sikap Sopan
Teliti
Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan

11.Petugas Peelaksana  Bidan

12. Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum pasien

diperhatikan
BIDAN PEMBERIAN TABLET ZAT BESI

PRAKTEK PADA IBU HAMIL


No Dokumen No. Revisi Halaman
MANDIRI .............. .............. ........./.........

Terbit Tanggal: Ditetapkan


SOP 10 Mei 2014 Penanggung jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Pengertian Memberikan tablet tambah darah (Fe) untuk dikonsumsi ibu


hamil

2. Tujuan  Sebagai acuan dalam melakukan pemberian tablet zat besi


pada ibu hamil dan anemia pada kehamilan untuk mengatasi
anemia sebelum persalinan berlangsung.
3. Kebijakan  Bidan dalam melakukan pelayanan ANC , pelayanan yang
diberikan harus mengacu pada standart pelayanan 14 T
4. Prosedur 1. PERSIAPAN PASIEN
 Persiapan Mental
 Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan pada
pasien

2. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Alat tulis
Form Pemeriksaan Laboratorium
b. Bahan
Tablet Zat besi

3. PELAKSANAAN

a. Periksa konjungtiva pasien, untuk menentukan pasien anemis


atau tidak.
b. Catat hasil pemeriksaan dalam kartu status dan KMS ibu hamil.
c. Isi form pemeriksaan laboratorium.
d. Jelaskan pada pasien tujuan dari pemeriksaan.
e. Jelaskan pada pasien, untuk membayar biaya pemeriksaan
laboratorium di kasir sebelum kelaboratorium dan setelah
selesai pemeriksaan membawa hasil pemeriksan kembali ke
unit pelayanan kesehatan ibu.
f. Rujuk ke unit pelayanan gizi, jika hasil pemeriksaan Hb <11gr %
g. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil, sedikitnya 1 tablet /
hari, selama 30 hari berturut-turut untuk pasien hamil pada
trimester I, sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia
diberikan tablet zat besi dan vitamin C tiga kali satu tablet
perhari ( 3 X 1 ) , hal ini sangat tergantung dengan persediaan
obat yang ada
h. Jika tablet zat besi persediaan habis, maka akan diberikan
resep luar
i. Beri penyuluhan gizi pada semua ibu hamil disetiap kunjungan
ANC, tentang perlunya minum tablet zat besi dan vitamin C,
serta menghindari minum teh / kopi / susu dalam 1 jam
sebelum / sesudah makan, karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi.

4. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
5. Petugas pelaksana  Bidan

6. Catatan Mutu  Kartu Ibu


 Buku register kohort ibu hamil
 Buku register ibu hamil
 Buku KIA
7. Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan dan meyakinkan pasien
untuk bersedia mengkonsumsi tablet FE
diperhatikan
BIDAN MEMBIMBING IBU CARA
MENYUSUI YANG BAIK
PRAKTEK
No Dokumen No. Revisi Halaman
MANDIRI .............. .............. ........./.........

Terbit Tanggal: Ditetapkan


SOP 10 Mei 2014 Penanggung jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST

5. Pengertian Melakukan bimbingan pada ibu dalam menyusui bayinya

6. Tujuan  Sebagai acuan dalam membimbing ibu melakukan cara


menyusui yang baik
7. Kebijakan  Bidan dalam melakukan bimbinga ibu menyusui harus
mengacu pada SOP
8. Prosedur ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Kursi yang rendah agar kaki tidak menggantung dan


punggung bersandar pada kursi

2. Bahan

a. Lap bersih / tissue

6. INSTRUKSI KERJA

a. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.


b. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya.
c. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
d. Punggung bersandar dengan santai pada kursi.
e. Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan ibu.
Kepala bayi tidak boleh terngadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
f. Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan
dibelakang badan ibu.
g. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara ibu.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
j. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara
dan jari lain menopang dibawah payudara, jangan menekan
puting susu / areolanya saja.
k. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara
menyentuh pipi / sisi mulut bayi dengan putting susu.
l. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung bayi
didekatkan kepayudara ibu dengan puting susu dan areola
dimasukkan kedalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi sehingga puting berada
dilangit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar.
m. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai
payudara terasa kosong.
n. Lanjutkan dengan menyusui pada payudara yang satu lagi.
o. Cara melepaskan isapan bayi
p. Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut
mulutnya.
q. Tekan dagu bayi kebawah

r. Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan


pada putting susu serta areola sekitarnya dan biarkan erring
sendiri.
s. Jangan lupa menyendawakan setelah menyusui dengan
cara.
Bayi di gendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu dan tepuk punggungnya berlahan.
Bayi tidur terlungkup dipangkuan ibu dan tepuk
punggungnya berlahan.
8. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
9. Petugas pelaksana  Bidan

10. Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan dan meyakinkan pasien
untuk bersedia menusui bayinya
diperhatikan
BIDAN PEMASANGAN IUD
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan pemasangan dan


insersi IUD ke dalam rahim

2. Tujuan  Memasukan alat KB (IUD) kedalam rahim

3. Indikasi  Pada pasien yang ada indikasi medis


 Pada pasien atas pertimbangan pribadi antara lain :
- Tidak Ingin punya anak lagi atau ganti cara kontrasepsi
4. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan pemasangan IUD harus
sesuai dengan SOP
5. Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

6. Prosedur 1. URAIAN UMUM :


a. Penerimaan pasien dari loket pendaftaran
b. Pengkajian data pasien dan pengisian kartu KB
c. Pemeriksaan fisik akseptor IUD
d. Konseling penyuluhan kepada akseptor tentang efek
samping dan jadwal kunjungan ulang
e. Pengisian informed consent
f. Persiapan alat dan pelaksanaan pemasangan IUD
g. Pencatatan dan pelaporan

2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Menerima akseptor diloket pendaftaran
b. Melakukan anamnesa kepada akseptor tentang:
 Identitas akseptor
 Jumlah anak
 Menstruasi terakhir
 Riwayat penyakit (DM, Jantung, tumor, dll)
c. Melakukan pengisian status sesuai dengan hasil
anamnesis.
d. Melakukan pemeriksaan :
 Mengukur berat badan
 Mengukur tekanan darah
 Melakukan pemeriksaan fisik:
Mata :warna sklera?
Payudara :ada benjolan?
Leher :kelainan thiroid?
Perut :pembesaran uterus /benjolan?
Ektremitas : varises?
e. Melakukan konseling/ penyuluhan tentang efek
samping dan jadwal kunjungan kembali

f. Menyiapkan alat dan IUD yang steril


g. Memasang hand scoon dan melakukan vulva higiene
h. Melakukan pemeriksaan dalam (porsio, uterus dari
kemungkinan adanya massa)
i. Melakukan pemasangan spekulum dan menentukan
bentuk uterus (antefleksi/retrofleksi, panjang uterus)
j. Memasukan IUD kedalam tabung insersi, selanjutnya
melakuka insersi dan memotong tali IUD
k. Membersihkan alat-alat yang telah dipakai
l. Menyerahkan kartu kb yang telah diisi kepada
akseptor KB
m. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan
register KB

b. Sikap Sopan
Teliti
Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
c. Petugas Peelaksana  Bidan

d. Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum pasien

diperhatikan
BIDAN PELAYANAN KB SUNTIK
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Defenisi Melayanai pasien yang ingin mendapatkan suntik KB

2. Tujuan  Melakukan penyuntikan obat kb pada akseptor

3. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan suntk KB harus sesuai


dengan SOP
4. Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

5. Prosedur 1. URAIAN UMUM


a. Bidan menerimaan pasien dari loket pendaftaran.
b. Bidan melakukan pengkajian data pasien dan pengisian
Kartu KB.
c. Melakukan pemeriksaan fisik akseptor KB suntik.
d. Melakuka konseling / penyuluhan kepada akseptor
tentang efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
e. mempersiapan alat dan pelaksanaan penyuntikan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Bidan menerima akseptor dari loket pendaftaran.
b. Melakukan anamnesis kepada akseptor tentang :
» Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).
c. Melakukan pengisian status sesuai dengan hasil
anamnesis.
d. Melakukan pemeriksaan :
» Mengukur berat badan.
» Mengukur tekanan darah.
» Melakukan pemeriksaan khusus :
- Mata : warna sklera ?
- Payudara : ada benjolan ?
- Leher : kelainan tyroid ?
- Perut : pembesaran uterus / benjolan ?
- Ekstremitas : varices ?
e. Melakukan konseling / penyuluhan tentang efek
samping dan jadwal kunjungan kembali.
f. Menyiapkan alat dan obat suntik KB.
g. Melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam spuit
disposible yang sesuai.

h. Melakukan aseptik dengan kapas alkohol pada lokasi


yang akan disuntik.
i. Bidan melakukan penyuntikan secara intra muskuler,
kemudian aspirasi untuk memastikan ujung jarum spuit
tidak masuk ke pembuluh darah, lanjut menyemprotkan
obat suntik KB sesuai dosis dan mencabut jarum spuit
dari tempat suntikan.
j. Melakukan anti septik kembali pada daerah bekas
suntikan.
k. Membuang spuit bekas ke tempat sampah medis
l. menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada
akseptor.
m. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan
Register KB.

6. Sikap Sopan
Teliti
Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
7. Petugas Peelaksana  Bidan

8..Hal-hal yang perlu Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum dan
privasi pasien
diperhatikan
BIDAN PENAGANAN SYOK ANAFILAKTIK
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan  Melakukan penanganan syok anafilaktik

2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan penanganan syok anafilaktik


harus sesuai dengan SOP
3. Referensi
1. Peralatan
4. Prosedur
Tabung Oksigen
Tensimeter
Ambulance (Jika di rujuk)
Adrenalin ampul
Dexamethason Vial
Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Penanganan utama dan SEGERA
I. Jauhkan antigen penyebab.
II. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign (tensi, nadi, napas)
sampai syok teratasi.
III. Segera baringkan penderita kaki lebih tinggi dari kepala.
IV. Segera berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1 : 1000 (1
mg/ml) untuk penderita dewasa atau 0,01 μg/kgBB untuk
penderita anak-anak, i.m.
V. Pemberian ini dapat diulang 2  3 kali tiap 15 menit sampai
keadaan membaik.
b. Penanganan tambahan :
 Bila terjadi bronkospasme, dimana pemberian adrenalin
kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 –
6 mg/kgBB i.v dosis awal selama 15 menit yang diteruskan
0,4 – 0,9 mg/kgBB/jam dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100
mg atau deksametason 5 – 10 mg i.v sebagai terapi
penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik
atau syok yang membandel.
 Bila perlu, rujuk pasien ke RS terdekat dengan pengawasan
bidan

5. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
6. Petugas Peelaksana  Bidan

7. yg perlu diperhatikan Selama tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi pasien

BIDAN EPISIOTOMI
PRAKTEK MEDIOLATERAL
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan Mempercepat kelahiran dan menghindari asfiksia pada bayi.


2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan episiotomi mediolateral harus
sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. PERLENGKAPAN
 Kassa steril
 Bethadine
 Gunting episiotomi
 Larutan klorin 0.5%
2. LANGKAH-LANGKAH
a. Melakukan teknik aseptik pada daerah perineum yang akan
dilakukan episiotomi
b. Saat yang tebaik untuk memotong episiotomi ialah pada saat
perineum sedang menipis dan pucat atau mengkilap.
Kehilangan darah akan lebih besar jika memotong lebih cepat.
Akan tetapi, jika memotong episiotomi atas indikasi
kegawatan bayi, maka lakukan pemotongan kapan saja
diperlukan untuk mempercepat kelahiran bayi.
c. Setelah pemberian 10 cc anestesi lokal ambil gunting
episiotomi yang tajam dengan satu tangan. Letakkan kedua
jari tangan lainnya di dalam vagina diantara gunting dan
kepala bayi untuk mencegah luka kepala bayi secara tidak
sengaja. Ujung mata gunting yang tumpul di dalam vagina.
Mulai pada titik tengah dari perineum dan miringkan gunting
sebesar 45 derajat. Potong ke arah bokong kanan ibu.
d. Buat episiotomi dengan satu atau dua potongan besar.
e. Putar gunting dan posisikan menghadap ke atas vagina.
Lindungi kepala bayi dengan tangan lalu masukkan gunting.
f. Tekan kain kassa ke daerah luka sementara ibu melanjutkan
meneran bersamaan dengan kontraksi untuk mencegah
kehilangan darah yang berkelanjutan.
c. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
d. Petugas Peelaksana  Bidan

7. yg perlu diperhatikan Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien

BIDAN AMNIOTOMI
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM
FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan Memecahkan ketuban pada saat persalinan dan pembukaan


lengkap.

2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan amniotomi harus sesuai


dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. PERALATAN
 Klem ½ Kocher
 Bengkok
 Lenec / dopler
 Larutan klorin 0.5 %
2. LANGKAH-LANGKAH
a. Sentuhlah selaput ketuban yang sedang menggelembung.
Pastikan bahwa kepala sudah (benar-benar masuk ke dalam
panggul) engaged & tidak adanya bagian-bagian kecil janin.
b. Memasukkan klem ½ kocher ke dalam vagina dengan jari tangan
kiri dituntun oleh tangan kanan yang memakai sarung tangan
hingga bisa merasakan / menyentuh selaput ketuban.
c. Apabila kontraksi melemah, pindahkan jari tangan kanan dan
gunakan klem ½ kocher untuk memecahkan selebar 1-2 cm dari
atas ke bawah selaput membran hingga pecah.
d. Keluarkan klem ½ kelly atau kocher dengan tangan kiri dan
masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%. Pertahankan jari tangan
kanan di dalam vagina untuk merasakan penurunan kepala janin
dan pastikan bahwa tidak meraba adanya tali pusat atau bagian-
bagian kecil dari janin. Kemudian keluarkan tangan kanan secara
lembut dari dalam vagina.
e. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium
atau darah. Jika ada, lakukan langkah-langkah gawat darurat.
f. Cucilah sekresi dari sarung tangan di dalam larutan klorin 0.5%.
g. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
h. Periksa kembali denyut jantung janin. Masukkan dalam partograf
waktu pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
e. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
f. Petugas Peelaksana  Bidan

7. yg perlu diperhatikan Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien

BIDAN PENJAHITAN PERINEUM


PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan Melakukan penjahitan pada luka perineum untuk mempercepat


penyembihan luka dan mencegah infeksi.

2. Kebijakan  Bidan yang melakukan penjahitan perineum harus sesuai


dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. Peralatan Penjahitan :


a. Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit otot dan kulit, chromic catgut
atau catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset, gunting benang dan
kassa steril
b. Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan dimasukkan ke
dalam heacting set
c. Satu ampul lidokain 1% dipatahkan
d. Kain bersih, Kapas DTT, Air DTT
e. Lampu sorot / senter yang diarahkan ke vuva/perineum ibu
f. Larutan klorin 0.5%

2. PERSIAPAN
a. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan
posisi litotomi
b. Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih dan
kering
c. Pakai sarung tangan DTT atau steril
d. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan
teknik satu tangan, letakkan kembali ke dalam wadah
heacting set
e. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
f. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari
darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan
dalamnya robekan pada daerah perineum
g. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum,
masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka
h. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila
ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi
lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh
darah dapat menyebabkan gangguan denyut jantung hingga
tidak teratur )
i. Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik
jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
j. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum
suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan
aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum
suntik. ( Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah
bagian dalam robekan – alur suntikan anastesi akan
berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi
mukosa vagina )
k. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anastesi.

3. LANGKAH-LANGKAH
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
Rabalah dengan ujung jari seluruh daerah luka & lihat dimana
ujung luka tersebut.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi,
pasang tampon atau kassa ke dalam vagina.
c. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum
d. Pasang benang jahit pada mata jarum
e. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
f. Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka di dalam
vagina ibu.
g. Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan
pemegang jarum (pinset) untuk menarik jarum melalui
jaringan. Jangan sekali-kali menggunakan jari tangn.
Menggunakan jari tangan untuk meraba jarum adalah
berbahaya. Anda bisa menusuk jari tangan anda atau
melobangi sarung tangan anda yang akan meningkatkan risiko
terkena infeksi kuman dari darah seperti HIV atau hepatitis B
h. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung
benang yang bebas ( ujung benang tampa jarum ) hingga
tersisa kira-kira 1 cm
i. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di belakang lingkaran himen.
j. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai
kebelakang lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka
perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak
lukanya.
k. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan
ototnya. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
Otot biasanya tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak
keras bila disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot.
Rasakan dasar dari luka, ketika anda sudah mencapai ujung
luka, berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam
l. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka,
putarlah arah jarum anda dan mulailah menjahit ke arah
vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup jaringan
subcuticuler. Carilah lapisan subcuticuler umumnya lembut
dan memiliki warna yang sama dengan mukosa vagina.
Kemudian membuat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut
jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan lebar luka
kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada
waktu proses penyembuhan berlangsung
m. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal
kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk diamankan,
diikat dan dipotong benangnya.
n. Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Agar simpul tersebut
benar-benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati
o. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-
masing 1 cm. Jika ujung dipotong terlalu pendek, jahitan
mungkin akan bisa terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh jahitan
episiotomi akan menjadi longgar dan terlepas
p. Masukkan jari anda ke dalam rektum
q. Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah ada
jahitan. Jika anda meraba ada jahitan, maka pastikan agar anda
memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu pasca kelahiran.
Jika belum sepenuhnya sembuh pada saat itu (yakni, anda
merasakan adanya fistula), maka rujuklah ibu tersebut ke
dokter
r. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak
meninggalkan apapun seperti kassa, tampon, instrumen di
dalam vagina ibu
s. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun
t. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
u. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan
daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali setiap
hari. Kalau tidak, ia harus menjaga agar perineumnya tetap
kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan
benda apapun ke dalam vaginanya
v. Mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar anda
bisa memeriksanya kembali.
g. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
h. Petugas Peelaksana  Bidan

7. Hal-hal yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien
diperhatikan

BIDAN DISTOSIA BAHU


PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan Mempercepat kelahiran bayi dan menghindari terjadinya


macet persalinan

2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan penyelesaian kasus distosia


bahu harus sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

4. Prosedur 1. PERALATAN
- Gunting episiotomi
- Apron plastik, masker, kacamata pelindung
- Sarung tangan DTT/steril dan Alas kaki/sepatu boot karet

2. LANGKAH-LANGKAH
a. Pakai sarung tangan DTT atau steril dan lakukan episiotomi
secukupnya
b. Lakukan manuver McRobert’s :
- Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu
untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya. Minta dua asisten untuk membantu ibu
- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke
arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu
anterior di bawah simfisis pubis. Hindari tekanan yang
berlebihan pada kepala bayi karena mungkin akan
melukainya
- Secara bersamaan mintalah salah satu asisten untuk
memberikan sedikit tekanan suprapubis ke arah bawah
dengan lembut. Jangan lalukan dorongan pada fundus,
karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa
menyebabkan ruptura uteri
c. Jika bahu tetap tidak lahir :
- Masukkan satu tangan ke dalam vagina & lakukan
penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi,
untuk memutar bahu bayi & mengurangi diameter bahu.
- Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah
sternum
d. Jika bahu masih tetap tidak lahir :
- Masukkan satu tangan ke dalam vagina & pegang tulang
lengan atas yang berada pada posisi posterior
- Fleksikan lengan bayi di bagian siku & letakkan lengan
tersebut melintang di dada bayi
e. Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-
manuver di atas, minta ibu untuk berganti posisi merangkak.
Coba bantu kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan
cara melakukan tarikan perlahan-lahan pada bahu anterior ke
arah atas dengan hati-hati; segera setelah bahu anterior lahir,
lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan-lahan ke arah
bawah dengan hati-hati. Jika tetap tidak berhasil, rujuk ibu.
5. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
6. Petugas  Bidan

Peelaksana
7.hal-hal yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien
diperhatikan
BIDAN KOMPRESI BIMANUAL
PRAKTEK UTERUS
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

7. Tujuan Menghentikan perdarahan dan mencegah syok anafilaktik.

8. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan kompresi bimanual uterus


harus sesuai dengan SOP dan protap
9. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

10. Prosedur 1. PERSIAPAN


Pasien :

 Perut bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan dengan air


dan sabun
 Cairan infus sudah terpasang jika diperlukan
 Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
 Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah

2. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


a. Kosongkan kandung kemih
b. Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut kateter dan
masukkan kedalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%
c. Pasang speculum dibawah dan diatas. Bila diperlukan,
pasang spekulum lateral kiri dan kanan
d. Tentukan bahwa perdarahan memang keluar melalui ostium
serviks, bukan dari laserasi atau robekan jalan lahir
e. Lepaskan spekulum dan letakkan di dalam wadah yang
tersedia
f. Bersihkan sarung tangan, lepas dan rendam secara terbalik
dalam larutan klorin 0,5%
g. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk
h. Pakai sarung tangan DTT yang baru dengan benar
i. Pastikan cairan infus berjalan baik dan uterotonika sudah
diberikan

3. PROSEDUR KERJA
3.1.KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
a. Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan
antiseptik pada sarung tangan kanan. Dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labium mayus
ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus.
b. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior, dorong uterus ke kranio-anterior.
c. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus
uteri.

d. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak


tangan kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks
anterior
e. Perhatikan perdarahan yang terjadi, bila perdarahan
berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
kontraksi uterus membaik. Bila perdarahan Belum
berhenti, lanjutkan ke tindakan berikut.
f. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan
rendam dalam klorin 0,5 %.
g. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk
h. Pakai sarung tangan DTT yang baru secara benar.
3.2.KOMPRESI BIMANUAL UTERUS EKSTERNA
a. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu.
b. Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus.
c. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak
tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian
depan
d. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan yang
terjadi.
e. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila
perdarahan belum berhenti, lanjutkan ke langkah
berikut
3.3. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
a. Raba pulsasi arteri femoralis pada lipatan paha
b. Kepalkan tangan kiri dan tekan bagian punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada umbilikus ke arah
kolumna vetebralis dengan arah tegak lurus
c. Dengan tangan lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk
mengetahui cukup tidaknya kompresi :
- Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan
kompresi masih belum cukup
- Jika kepalan tangan mencapai aorta abdominalis,
maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang /
berhenti
d. Jika perdarahan pervaginam berhenti, pertahankan
posisi tersebut dan pemijatan uterus (dengan bantuan
asisten) hingga uterus berkontraksi baik
e. Jika perdarahan masih berlanjut :
- Lakukan ligasi arteri uterina adan utero-ovarika
- Jika perdarahan masih terus banyak, lakukan
histerektomi supravaginal
11.Petugas  Bidan

Peelaksana
7.hal-hal yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien
diperhatikan

BIDAN MANUAL PLASENTA


PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

12. Tujuan Mengeluarkan placenta dari dalam uterus.

13. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan manusl placenta harus sesuai
dengan SOP dan protap untuk menghindari komplikasi
14. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

15. Prosedur
1. PERSIAPAN
Pasien :

b. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan


paha sudah dibersihkan
c. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
d. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup perut bawah
e. Medikamentosa :
 Analgetika ( Pethidin 1-2 mg/kg BB / Ketamin HCl 0,5
mg/kg BB / tramadol 1-2 mg/kg BB
 Sedativa ( Diazepam 10 mg )
 Uterotonika ( Oksitosin, Ergometrin, Prostaglandin )
 Bethadine
 Oksigen dan regulator
Penolong :

a. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot


b. Sarung tangan panjang DTT / Steril
c. Instrumen :
 Klem : 2 buah
 Spuit 5 cc dan jarum no. 23 : 4 buah
 Wadah Plasenta : 1 buah
 Kateter dan penampung air kemih : 1 buah
 Heacting set : 1 set
d. Larutan Klorin 0,5 %

2. LANGKAH-LANGKAH
2.1. Tindakan Penetrasi ke Kavum Uteri
a. Mencuci tangan hingga siku dengan air dan sabun
kemudian keringkan
b. Memberikan sedativa dan analgetik melalui karet
infus
c. Memakai sarung tangan hingga mencapai siku
d. Mengkaterisasi kandung kemih apabila ibu tidak
dapat berkemih sendiri
e. Menjepit tali pusat dengan klem dan tegangkan tali
pusat sejajar lantai

f. Memasukkan satu tangan secara obstetrik (punggung


tangan ke bawah) dalam vagina dengan menelusuri
bagian bawah tali pusat
g. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, meminta
asisten untuk memegang klem, kemudian tangan
penolong yang lain menahan fundus uteri
h. Sambil menahan fundus uteri, memasukkan tangan
dalam ke klavum uteri sehingga mencapai tempat
implatasi plasenta
i. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi
salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)
2.2. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
a. Menentukan tempat implantasi plasenta, temukan
tepi plasenta paling bawah
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah
atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke
bagian depan tali pusat dengan punggung tangan
menghadap ke atas
 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan
plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan
menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan
menghadap ke dinding dalam uterus
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang
sama (pungggung tangan pada dinding kavum
uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak
tangan kanan
b. Menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke kranial sehingga semua permukaan
maternal plasenta dapat dilepaskan
- Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan
ibu, lakukan penanganan yang seuai bila terjadi
penyulit
2.3. Mengeluarkan Plasenta

a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri,


lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada
bagian plasenta yang masih melekat pada dinding
uterus
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk
menahan uterus saat plasenta dikeluarkan
c. Instruksikan asisten yang memegang klem untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik
plasenta keluar (hindari percikan darah)
d. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah
disediakan
e. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan
luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir
- Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan yang keluar
f. Memeriksa kelengkapan plasenta

g. Dekontaminasi alat bekas pakai ke dalam larutan


klorin 0.5% dan membuka sarung tangan di dalam
larutan klorin 0.5%
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2.4. Perawatan Lanjutan

a. Memonitor perdarahan pervaginam dan memeriksa


tanda-tanda vital :
 setiap 15 menit pada jam pertama
 setiap 30 menit pada jam kedua
b. Meyakinkan bahwa uterus tetap berkontraksi
c. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
d. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal
penting untuk dipantau
e. Beritahukan kepada ibu dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan
perawatan
BIDAN Rujukan Neonatus
PRAKTEK
MANDIRI Dengan Asfiksia

SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-

Terbit Tanggal : Ditetapkan

10 Mei 2014 Penanggung jawab


BPM

FITRI YANTI, S.ST

1. Tujuan Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksia

2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan peanganan asfiksia bayi baru


lahir harus sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

4. Prosedur 1. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Selimut hangat/tebal yang bersih/popok serta kain penyeka
muka.
- Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.0 untuk bayi
kurang bulan
- Penghisap lendir.slym dan penekan lidah : 1 set
- Meja kering, bersih dan hangat
- Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
- Timer ( jam tangan yang ada detiknya )

Bahan : Oxygen, ventilasi dengan oxygen

2. INSTRUKSI KERJA
2.1. Penanganan Umum :
a. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus
dengan kain yang hangat yang kering.
b. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
c. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah
radiant – heater ) untuk resusitasi
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam
melakukan tindakan perawatan dan resusitasi
2.2. Resusitasi.
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit
pertama kehidupan. Indikator terpenting bahwa
diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi
lahir.
2.3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi, sbb
:
Posisi bayi :
- Terlentang
- Kepala lurus dan sedikit terngadah / ekstensi ( posisi
mencium bau )

- Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada


- Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu
hidung, jika terdapat darah / meconium dimulut atau
hidung, hisap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam
ditenggorokan, karena dapat mengakibatkan turunnya
rekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti
bernafas.
- Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.
- Nilai kembali keadaan bayi :
 Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.
 Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan
ventilasi.
2.4. Ventilasi bayi baru lahir.
a. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )
b. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
c. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan
hidung
d. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
e. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan
tergantung besarnya balon.
2.5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi
pengembangan dada. Pertahankan frekuensi ( sekitar 40
x / menit ) dan tekanan ( amati dada mudah naik dan
turun ).
a. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
b. Jika dada tidak naik :
- Cek kembali dan koreksi posisi bayi
- Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
- Remas balon lebih kuat untuk mukus, darah /
mekonium
2.6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti &
nilai apakah terjadi nafas spontan
a. Jika pernafasan normal ( frekuensi 30 – 60 x / menit ),
tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.

b. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan


ventilasi sampai nafas spontan terjadi.
2.7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan
amati nafas selama 5 menit setelah tangis berhenti.
a. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit),
tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.
c. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi
dengan oxygen, jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau
tempat pelayanan yangh dituju.
2.8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit
ventilasi :
a. Rujuk ke pelayanan yang dituju.
b. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan
ventilasi jika diperlukan.
2.9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap
atau tidak ada nafas setelah 20 menit ventilasi, hentikan
ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis
kepada keluarga.

5. Sikap Sopan
Teliti, Hati-hati
Tanggap dan peka terhadap respon pasien
Cekatan
6. Petugas  Bidan

Peelaksana
7. .hal-hal yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien
diperhatikan

You might also like