Professional Documents
Culture Documents
KEJANG DEMAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5%
anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di
jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, yaitu Maeda dkk,
1993 mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi
mendapatkan angka sekitar 7%.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika Selatan dan
Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
komplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang
demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam
komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali
kejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000).
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga,
campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika
kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan
agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko
terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan
obstruksi pada jalan nafas.
Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung
lebih dari setengah jam) baik bersifat umum maaupun fokal, kelumpuhannya sesuai dengan
kejang vokal yang terjadi. Mula-mula kelumpuhannya bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
spasitisitas. Milichap (1998) melaporkan dari 1990 anak menderita kejang demam, hanya 0,2
% saja yang mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturubkan
melalui upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada
anak. Dan perlu diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya
masalah di rumah sakit tetapi mencakup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu
anak tersebut, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apakah yang di maksud dengan kejang demam pada anak?
2. Apakah penyebab terjadinya kejang demam pada anak ?
3. Bagaimana fatofisiologi kejang demam pada anak ?
4. Bagaimana manifestasi klinis kejang demam pada anak
C. Tujuan
1. Tujuan umum:
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien kejang demamsecara
komprehensif, meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu menjelaskan konsep penyakit kejang demam pada anak
b) Mampu melaksanakan pengkajian pada klien kejang demam meliputi : pengumpulan data dan
analisa data.
c) Mampu menjelaskan proses terjadinya kejang demam
d) Mampu menjelaskan factor penyebab kejang demam
e) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien kejang demam
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai proses pembelajaran dan dengan
adanya makalah ini yang berjudul ‘Kejang Demam’ diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya, yang nantinya dapat diterapkan dalam
penanganan pasien di Rumah Sakit.
E. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Mengkaji
pustaka terhadap bahan–bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas
mengenai Kejang Demam Pada Anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Klasifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :
a. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun
pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria
Livingstone, yaitu :
- umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
- kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15
menit.
- Kejang bersifat umum
- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul
demam.
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukan kelainan.
- Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali
b. Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone.
Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini
anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa
kejang dalam riwayat keluarga.
4. Patofisiologi
Kelangsungan hidup sel atau organ otak memerlukan energi yang merupakan hasil
metabolisme. Pada keadaan demam, metabolisme dan kebutuhan oksigen terjadi peningkatan.
Pada anak kebutuhan sirkulasi otak lebih besar dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu
kondisi perbedaan potensial membran terganggu akan terjadi lebih besar pada anak
dibandingkan pada orang dewasa sebagai dampak terganggunya metabolisme. Dampak dari
terganggunya potensial membran akan menyebabkan terjadinya pelepasan muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan neurotarnsmiter sehingga menimbulkan kejang.
SKEMA PATOFISIOLOGI
Infeksi
↓
Demam
↓
Kenaikan Metabolisme kebutuhan oksigen
↓
Keseimbangan membrane sel terganggu
↓
Pompa Na dan K terganggu
↓
Gangguan mekanisme
↓
Listrik di otak
↓
Kejang
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik klien dengan kejang demam antara lain :
a. Suhu tubuh > 38⁰c
b. Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
c. Sifat bangkitan dapat berbentuk :
o Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh ke lantai atau tanah,
kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher ekstensi, tangisan melengking, apneu, peningkatan saliva
o Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas berada pada kontraksi dan
relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat mengalami inkontinensia urin dan feses
o Tonik Klonik
o Akinetik : tidak melakukan gerakan
d. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf
6. Komplikasi
a. Epilepsi
Terjadi akibat adanya kerusakan pada daerah lobus temporalis yang berlangsung lama dan
dapat menjadi matang
b. Retardasi mental
Terjadi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan
atau kelainan neurologis
c. Hemiparese
Biasanya terjadi padaa pasien yang mengalemi kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit)
d. Gagal pernapasan
Akibat dari ektivitas kejang yang menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi spasme.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien kejang demam antara lain :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Elektrolit
Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitaskejang
2. Glukosa
Hipoglikemia ( normal 80 - 120)
3. Ureum / kreatinin
Meningkat (ureum normal 10 – 50 mg/dL dan kreatinin normal =< 1,4 mg/dL)
4. Sel Darah Merah (Hb)
Menurun ( normal 14-18 g/dl, 12-16 g/dl )
b. EEG (electroencephalography)
EEG merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik otak melalui tengkorang yang
utuh untuk menentukan adanya kelainan pada SSP, EEG dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah
suhu normal. Tidak menunjukkan kelainan pada kejang demam sederhana, gelombang EEG
yang lambat di daerah belakang dan unilateral menunjukkan kejang demam kompleks
c. CT Scan
Tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi pada pertama kalinya
d. Pemeriksaan Radiologis
Foto tengkorak diperhatikan simetris tulang tengkorak, destruksi tulang peningkatan tekanan
intracranial
8. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena
atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2
mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila
diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg
(BB≤10 kg) atau 10 mg(BB≥10kg) bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 15 menit
kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara
intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan
pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk neonatus 30 mg, bayi 1 bulan -1 tahun 50
mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan
fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam
2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama
keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral.
Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah
hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan
fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
c. Pengobatan rumat
Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian:
1) Pengobatan profilaksis intermiten: untuk mencegah terulangnya kejadian demam dikemudian
hari, orang tua atau pengasuh harus cepat mengetahui bila anak menderita demam. Disamping
pemberian antipiretik, obat yang tepat untuk mencegah kejang waktu demam adalah diazepam
intrarektal. Diberiakan tiap 12 jam pada penderita demam dengan suhu 38,5oC atau lebih. Dosis
Diazepam diberikan 5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak lebih dari 3
tahun atau dapat diberikan Diazepam oral 0,5 mg/kgBB pada waktu penderita demam
(berdasarkan resep dokter).
2) Pengobatan profilaksis jangka panjang yaitu dengan pemberian antikonvulsan tiap hari. Hal
ini diberikan pada penderita yang menunjukkan hal berikut;
a. Sebelum kejang demam penderita sudah ada kelainan neurologis atau perkembangannya.
b. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau
menetap.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
d. Kejang demam pada bayi atau kejang multipel pada satu episode demam.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Hipertermi b/d adanya proses infeksi
b. Resiko tinggi cedera fisik b/d aktifitas motorik yang meningkat (kejang)
c. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b/d penurunan neuromuscular
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang
e. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhanan tubuh b/d pengeluaran yang
berlebihan
f. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak b/d penurunan suplai O2
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat Penyakit Saat Ini :
Pasien dating dengan keadaan umum lemah, dengan keluhan kejang-kejang + 5 menit dan
muntah setelah memasukkan makanan dan minuman kedalam mulut
2) Keluhan Utama:
Ibu klien mengatakan anaknya kejang-kejang demam (+), dan muntah-muntah.
d. genogram
3. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi
1) Cara makan :
Oral
NGT
2) Frekuensi :3- 4 kali/hari
3) Jenis diet :bubur
4) Nafsu makan :
Baik
Kurang
Tidak ada nafsu makan
5) Porsi makan :
1 porsi
½ porsi
¼ porsi
6) Alasan :
Mual
Nyeri ulu hati
Muntah
Sakit menelan
7) Intake cairan :
Oral____CC/hari
NGT____CC/hari
Parenteral ___CC/hari
9) Informasi lain :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___
b. Pola eliminasi
1) Buang Air Besar
a. Frekuensi : 3-4 kali/hari
b. Waktu : Tidak menentu
c. Keluhan : menceret/diare
e. Personal Hygiene :
1. Deficit perawatan diri :ya
2. Rambut :bau
3. Mulut :kotor
4. Kulit :_______________
5. Kuku :panjang dan kotor
6. Genetalia :_____________________
7. Informasi lain :_____________________
4. Aspek Sosial :
a. Pola interaksi :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________
b. Komunikasi :_________________________________________
c. Orang yang paling berarti:________________________________
d. Bahasa sehari-hari :___________________________________
5. Aspek Psikologis
a. Konsep diri :___________________________________
b. Hal yang dipikirkan :___________________________________
C. Pemeriksaan Penunjang :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_______________
D. Program Pengobatan :
Inj. -ampycilin 4x600 mg
- cloramfenikol 4x600 mg
Oral – luminal 2x30 mg
Zink 1x20 mg
Biostan sy 1x1
Domperidon 3x1
Paracetamol 4x120 mg
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 Ds : infeksi Hipertermi
Ibu klien mengatakan
anaknya demam /kejan-
kejang
Do :
T :38,6 c
Do :
Klien terlihat muntah
Saat memakan sesuatu
PERENCANAAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
2 06 juli 2013
Mengkaji status nutrisi, diet dan S:
pola makan. - Ibu klien mengatakan muntah pada
anaknya sudah berkurang
A wasi pemasukan diet O:
- Klien tampak masih lemah
Memberikan makanan dalam porsi A:
sedikit tapi sering - Masalah teratasi sebagian
3 06 juli 2013
Mengkaji kebersihan personal S:
hygiene klien - Ibu klien mengatakan sudah mengerti
tentang pentingnya personal hygiene
Menganjurkan klien menyikat gigi O:
dengan baik dan benar - kuku sudah bersih dan pendek
P:-
CATATAN PERKEMBANGAN
2 7/7/2013 S:
A wasi pemasukan diet - Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak lagi muntah dan nafsu
Memberikan makanan dalam porsi makan meningkat
sedikit tapi sering O:
- Klien menghabiskan ½ porsi
Memberikan makanan dalam kondisi makanan
hangat
- Klien sudah tampak sehat
Menganjurkan makan dalam posisi
tegak A:
- Masalah teratasi
Memberikan makanan yang berkalori
tinggi P:
- Kontrol ulang ke poli
Memberikan obat sesuai petunjuk
dokter
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah
lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang
bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya
terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera
normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat
terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan
sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini
sehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin
B. Saran
Untuk meningkatkan kulaitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut;
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta
senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap profesionl dalam menetapkan diagnosa keperawtan
3. Diharapkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dari tim kesehatan lainnya khususnya
dari pihak keluarga agar selalu mengunjungi klien dalam menunjang keberhasilan perawatan
dan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika
Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester.
Edisi: 3. Jakarta: ECG