Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah mengenai Asam Basa dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas dalam mata
kuliah Kimia Anorganik II yang bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih
mudah memahami materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untukdapat
mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis menerima
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap
semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat memenuhi harapan kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam dan basa,
misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah lakmus biru menjadi
berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah menjadi berwarna biru.
Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau basa dapat juga menggunakan
indikator phenolphthalein. Jika setelah penambahan phenolphthalein warna larutan berubah menjadi
merah muda atau pink, maka larutan tersebut bersifat basa. Senyawa asam dan basa masing-masing
memiliki sifat spesifik yang dapat membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa
asam cenderung memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak pahit. Perbedaan
lain yang dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa
asam bersifat korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan senyawa basa dapat
melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang bersifat basa dapat digunakan untuk mencuci sisa
lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan sifat keras dan lunaknya.
Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion logamnya. Ligan (anion) keras dan lunak digolongkan
berdasarkan polarisabilitas anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat
medan listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan ion logam (kation) keras dan lunak
digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi
suatu anion dalam suatu ikatan. Penggolongan ini penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman
mengenai pengertian dari suatu asam atau basa yang keras dan lunak. Pemahaman sifat asam basa yang
keras dan lunak juga dibutuhkan untuk mengetahui interaksi yang terjadi diantara asam basa tersebut,
apakah interaksi yang bersifat ionik atau interaksi yang bersifat kovalen. Oleh karena itu maka dibuat
makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II agar mahasiswa lebih mampu
memahami segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.
1.2. Tujuan
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
7. Apa sajakah teori- teori yang menjelaskan tentang asam dan basa?
8. Apakah kekurangan dan kelebihan dari berbagai teori asam basa tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asam dan Basa
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru berkeyakinan
bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung
oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is
tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam) dan gennan
(menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin
teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada
tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu,
termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada
tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan
ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai
lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat
asam dan basa dihilangkan.
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam
cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang berasa pahit
dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi
menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut
melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.
Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan pada larutan berair (aqueous
solution).
Ø Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan berair.
Ø Basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
Secara umum :
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada
larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Keunggulan atau kelebihan dari teori asam basa Arrhenius yaitu mampu menyempurnakan teori asam
yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen
(asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
Ø Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan reaksi asam-
basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
Ø Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum mampu
menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.
Ø Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung hidrogen dengan bilangan oksidasi
+1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
Ø Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-, seperti Na2CO3 memiliki
karakteristik seperti basa.
Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan asam basa polivalen. Asam basa
monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah satu.
CH3COOH à H+ + CH3COO-
Sedangkan asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau basa adalah lebih dari satu. Asam
dan basa polivalen mengion secara bertahap dan tiap tahap memiliki nilai tetapan kesetimbangan
sendiri.
H2SO4 à H+ + HSO4-
HSO4- à H+ + SO42-
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa konjugasinya makin kuat.
Ka x Kb = Kw
Asam basa
Asam basa
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam ke basa dan membentuk
asam dan basa konjugasi.
H2PO4- à HPO42-
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yaitu:
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada
amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat
tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa.
Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
· Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
· Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl–
juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama
berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa
konjugat.
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat amfoter.
Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh reaksi zat
amfoter.
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep yang telah disampaikan Bronsted
dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak terbatas hanya pada pelarut air saja, namun konsepnya
dapat dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam dan basa dalam pelarut air,
bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan menggunakan pelarut benzena.
Reaksinya seperti ini :
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry memiliki
kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa dapat terjadi tanpa
adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke yang bersifat basa.
2.2.3. Teori Asam Basa Lewis (Lewis)
Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron (contohnya : pada ikatan kovalen
koordinasi) dan semua asam basa Arrhenius adalah asam basa Lewis
Ø Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam dengan
pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak mempunyai pelarut.
Ø Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam molekul atau
ion yang memiliki PEB atau pasangan elektron bebas. Contoh terdapat pada proses pembentukan
senyawa komplek.
Ø Teori asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu senyawa bersifat basa dari
zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan RNA didalamnya mengandung atom N, nitrogen, dimana
memiliki PEB atau pasangan elektron bebas
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki kelemahan yaitu hanya
mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau oktet.
2.2.4. Asam Basa Lux-Flood
Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori asam basa oksigen yang diusulkan
oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada tahun 1939, kemudian dikembangkan oleh Håkon Flood
sekitar tahun 1947 dan masih digunakan sampai sekarang pada bidang geokimia modern dan
elektrokimia lelehan garam. Konsep teori asam basa Lux-Flood ditinjau berdasarkan ion oksida (O2-).
Konsep ini digunakan untuk menerangkan sistem non proton yang tidak dapat dijelaskan dengan definisi
asam basa Bronsted-Lowry. Teori ini biasanya digunakan untuk meramalkan reaksi-reaksi yang
berlangsung pada suhu tinggi dan proses pengolahan serta perekayasaan mineral dan logam.
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu senyawa-senyawa yang menjadi
akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang bersifat basa yaitu senyawa-senyawa yang menjadi
pendonor ion oksida. Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2 (pasir) yang terjadi pada suhu tinggi.
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan berikut:
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan non logam
menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada senyawa-senyawa yang
memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat menjelaskan sifat kebasaan dan keasaman suatu senyawa
yang tidak memiliki ion oksida di dalamnya.
2.2.5. Asam Basa Keras dan Lunak (Konsep HSAB)
Asam basa Lewis diklasifikasikan menurut sifat keras dan lunaknya. Logam dan ligan dikelompokkan
menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan pada polarisabilitas unsur yang pada akhirnya
dikemukakanlah suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). R.G Pearson awal tahun
1960 mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat diklasifikasikan sebagai asam basa lunak (soft) atau
keras (hard). Asam basa lunak adalah asam basa yang elektron-elektron valensinya mudah terpolarisasi
atau terlepaskan, sedangkan asam basa keras adalah asam basa yang tidak mempunyai elektron valensi
atau yang elektron atau elektron valensinya sukar terpolarisasi. Dengan kata lain asam basa lunak
mempunyai sifat terpolarisasi tinggi dan asam basa keras mempunyai sifat terpolarisasi rendah. Konsep
ini kemudian dikenal dengan nama HSAB yang singkatan dari “hard soft acids and base” (asam basa keras
lemah) atau yang biasa dikenal sebagai asam basa pearson.
Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan memiliki ukuran kecil merupakan basa keras
(misalnya : OH-, F-), sebaliknya ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi
akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah (misalnya : S2O32-, I-). Sedangkan ion-ion logam
yang berukuran kecil, bermuatan positif besar, elektron terluar tidak mudah dipengaruhi oleh ion lain
dari luar, dikelompokkan ke dalam asam keras (contohnya : H+, Si4+), sebaliknya ion-ion logam yang
berukuran besar, bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain,
dikelompokkan ke dalam asam lemah (contohnya : Ag+, Cd2+). Selain dari asam basa keras dan lunak,
terdapat juga ligan dan ion logam yang tidak termasuk pada golongan keras ataupun lunak, yaitu
golongan intermediet. Di bawah ini adalah tabel ligan dan ion logam yang tergolong asam basa keras,
lunak, dan intermediet.
Asam Keras
Asam Lunak
Intermediet
Tl3+
[VO]2+, [VO2]+
Basa Keras
Basa Lunak
Intermediet
F-, Cl-
I-, H-, R-
Br-
C6H5NH2
c) Polaritasnya rendah
d) Elektronegatifitasnya tinggi
a) Jari-jari atom
c) Polaritasnya tinggi
d) Ekektronegatifitasnya rendah
Berdasarkan prinsip HSAB, asam keras cenderung lebih suka untuk berkoordinasi dengan basa keras, dan
demikian juga halnya dengan asam lunak yang cenderung lebih suka berkoordinasi dengan basa lunak.
Asam keras dan basa keras cenderung mempunyai atom yang kecil, oksidasi tinggi, kepolaran rendah,
dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam dan basa lunak cenderung mempunyai atom yang besar,
tingkat oksidasi rendah, dan elektronegatifan rendah. Interaksi antara asam keras dan basa keras disebut
dengan interaksi ionik, sedangkan interaksi antara asam lemah dan basa lemah lebih bersifat kovalen.
Contohnya antara Cr3+ dan OH-. Cr3+ merupakan asam kuat dan OH- merupakan basa kuat, sehinnga
kedua asam basa ini akan berinteraksi secara kuat melalui pembentukan ikatan koordinasi karena
pasangan elektron bebas unsur O pada OH- akan menempati orbital kosong yang ada di Cr3+.
Pada kenyataannya asam keras yang berikatan dengan dengan basa keras akan memiliki kestabilan yang
lebih tinggi dibandingkan asam keras yang berikatan dengan basa lunak. Asam keras (misalnya : Fe3+)
yang berikatan dengan halogen, kestabilannya akan menurun berdasarkan urutan : F- > Cl- > Br- > I-.
Sedangkan asam lunak (misalnya : Hg2+) yang berikatan dengan golongan halogen, kestabilannya akan
meningkat berdasarkan urutan : F- < Cl- < Br- < I-. Hal ini disebabkan karena F- dan Cl- merupakan basa
keras, sehingga akan lebih stabil jika berikatan dengan asam keras, sebaliknya I- yang merupakan basa
lunak, akan lebih stabil jika berikatan dengan asam lunak.
Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley. Berdasarkan teori ini, yaitu
· asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat
meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut tersebut.
Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia asam sistem pelarut
karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi menjadi NH4+ + Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation
karakteristik pelarut (KKP).
· Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu
dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion karakteristik pelarut (AKP).
Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang disebut AKP.
Kelebihan dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat ditingkatkan
karakteristiknya.
Kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau mampu meningkatkan karakteristik sifat
keasaman ataupun kebasaan suatu senyawa.
Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam Usanovich tidak diakui oleh dunia
atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini disebabkan teori yang diungkapkan tersebut merupakan
gabungan dari semua teori asam basa yang pernah diungkapkan ahli-ahli kimia yang lain.
Mikhail Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi keasaman suatu senyawa
yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih umum dari teori asam basa Lewis. Teori Usanovich
dapat diringkas:
· Asam didefinisikan sebagai spesies yang dapat menyumbangkan kation untuk kemudian
bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan basa menghasilkan garam.
· Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion (elektron) untuk bergabung
dengan kation atau menetralkan asam kemudian menghasikan garam .
Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada sebelumnya dan konsep redoks
(oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam reaksi asam-basa.
A. Reaksi Penetralan
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi penetralan, yaitu reaksi yang saling
meniadakan sifat asam dan basa yang menghasilkan garam dan air.
Contoh :
Oksida asam adalah oksida bukan logam yang saat bereaksi dengan air membentuk asam.
Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan menghasilkan basa:
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak....ada dua cara. Cara pertama
menggunakan tabel kelarutan (dengan menghitung nilai perbandingan Ksp dengan Qsp nya), contoh :
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak diuraikan).
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
reaksi di atas sebenarnya menghasilkan NH4OH akan tetapi segera terurai menjadi H2O(l) dan NH3(g)
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda plus (+) disebelah atas belakang
H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit (terutama jika asam pekat)
Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula merusak jaringan kulit/iritasi dan
melubangi benda yang terbuat dari kain, kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi,
kalian mau coba? Dio kayanya semangat nih)
Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik (dapat menghantarkan listrik
walau tidak selalu berbentuk ion)
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda minus (-) disebelah atas
belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan dalam air.
o Asam askorbat
o Asam karbonat
o Asam sitrat
o Asam etanoat
o Asam laktat
o Asam fosfat
Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan Basa Lemah
a. Basa Kuat yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure pembentuk basa
tersebut.
b. Basa Lemah yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan. Amonia
adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak mengandung ion hidroksida,
tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap ada sebagai
molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa lemah karena zat
terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi
OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah :
o Hydroksilamine (NH2OH)
Indikator asam – basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda dalam larutan asam dan
basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator asam – basa dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat
asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam – basa diantaranya fenolftalein, metil orange,
bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol merah, timolftalein dan metil orange. Jika kita
meneteskan larutan asam – basa kedalam larutan tersebut, kita akan melihat perubahan warna larutan
indikator. Perhatikan tabel berikut:
Larutan asam
Larutan basa
Fenolftalein
Bening
Merah muda
Metil oranye
Merah
Kuning
Bromotimol biru
Kuning
Biru
Metil ungu
Ungu
Hijau
Bromokresol ungu
Kuning
Ungu
Fenol merah
Kuning
Merah
Timolftalien
Bening
Biru
Metil oranye
Merah
Kuning
Indikator
Rentang pH
Asam Pikrat
0,1 – 0,8
Tanol Biru
Kuning
0,2 – 2,8
2,0 – 4,0
Metil Kuning
Kuning
2,9 – 4,0
Brompenol Biru
Kuning – Biru
3,0 – 4,6
Metil Orange
Merah – Kuning
3,7 – 4,4
Bromkesol Hijau
Kuning – Biru
3,8 – 5,4
Nietyl Merah
Merah – Kuning
4,2 – 6,8
Litmus
Merah – Biru
5,0 – 8,0
Metil Ungu
Ungu – Hijau
4,8 – 5,4
P. Nitropenol
5,6 – 7,6
Bromkesol Ungu
Kuning – Ungu
5,2 – 6,8
Bromtimol Biru
Kuning – Biru
6,0 – 7,6
Netral Merah
Merah – Kuning
6,8 – 8,0
Kenol Merah
Kuning – Biru
6,8 – 8,4
p-a-Noftalfttalein
Kuning – Biru
7,0 – 9,0
Tinolftalein
9,3 – 10,6
Alizarin Kuning R
Violet
10,1 – 12,0
Fenolfttalein
8,0 – 9,6
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam industri
adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan
kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak,
pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat
(H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat
dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat pekat
merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam
klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang
terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga yang
mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah
kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal
putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak
merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat mengganggu
saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan
pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.
BAB III
KESIMPULAN
1. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa adalah zat
yang dalam air melepaskan ion OH–.
2. Menurut Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton dan basa penerima proton.
3. Menurut Lewis asam sebagai akseptor pasangan elektron, dan suatu basa sebagai donor pasangan
tersebut.
4. Asam adalah zat yang berasa asam dengan pH dibawah tujuh sedangkan basa adalah zat yang bersifat
kaustik dengan pH diatas tujuh dan senyawa yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
5. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi asam sangat lemah di dalam
reaksi asam – basa, sedangkan basa lemah adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion
hidroksida dalam larutan.
6. Prinsip HSAB menggolongkan asam basa menjadi asam basa keras dan lunak.
7. Asam basa keras dan lunak dapar berinteraksi satu sama lain, namun asam keras akan cenderung
berinteraksi dengan basa keras dan asam lunak juga akan cenderung berinteraksi dengan basa lunak.
8. Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan basa. Indikator digunakan
untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat asam atau basa.
9. Empat macam asam yang paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat
dan asam klorida.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry. New York. HarperCollins College
Publisher.