You are on page 1of 7

STUDI HASIL COR PADUAN ALUMINUM DENGAN BAHAN CETAKAN YANG

BERBEDA
Fitra Hermansyah , Prantasi Harmi Tjahjanti
1) 2)

Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA)


1,2)

Jalan Raya Gelam 250, Candi Sidoarjo 61217, Indonesia


Phone: 0062-31-8945444, Fax: 0062-31-8949333
1)

Email: fitrahermansyah50@yahoo.com prantasi@gmail.com ; prantasiharmi@umsida.ac.id


1) 2) 2)

ABSTRAK

Banyak pembuatan komponen mesin dalam industri otomotif yang dibuat dari bahan paduan
aluminum. Pada penelitian ini mencoba menganalisa coran dari bahan paduan aluminum yaitu
aluminum silikon (Al-Si) yang banyak dipakai untuk pembuatan piston pada sepeda motor, dan
aluminum magnesiun silikon (Al-Mg-Si) yang banyak dipakai untuk alat-alat industri kimia, kapal
laut dan pesawat terbang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hasil cor bahan paduan
aluminum tersebut dengan menggunakan tiga cetakan yang berbeda yaitu dari bahan besi cor
berupa cetakan permanen (permanent mold), cetakan dari pasir dan cetakan dari pasir keramik
(chamote sand). Cetakan dari besi cor dipakai secara permanen/terus menerus, sementara cetakan
dari pasir dan pasir keramik digunakan sekali pakai (expendable mold). Metode yang digunakan
adalah pengecoran gravitasi (gravity permanent mold casting) yaitu pengecoran dimana logam cair
yang dituangkan ke dalam saluran masuk menggunakan gravitasi. Cor yang dihasilkan berbentuk
plat dengan ukuran lebar 7cm, panjang 11cm dan tebal 2cm. Pengujian hasil cor yang dilakukan
adalah uji porositas, dan uji kekerasan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa cetakan
permanen dari besi cor memiliki kekerasan paling tinggi dan prosentase porositas paling rendah
baik untuk aluminum paduan Al-Si maupun Al-Mg-Si, dibandingkan cetakan dari pasir maupun
pasir keramik.

Kata kunci: Paduan aluminum Al-Si, paduan aluminum Al-Mg-Si, cetakan besi cor, cetakan pasir,
cetakan pasir keramik (chamote sand.)

1. PENDAHULUAN

Pengecoran logam adalah salah satu teknik pembentukan benda kerja yang telah dilakukan
jauh sebelum adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, ini dibuktikan dengan ditemukannya benda
kuno berupa koin-koin emas perak, dan perunggu dalam bentuk 3 dimensi. Ini dapat diartikan bahwa
proses pengecoran sudah ada sejak berkembangnya peradaban manusia. Benda-benda kerja yang
dibentuk dengan proses pengecoran memiliki keunggulan baik sifat dan efisiensinya
pembentukannya dari pada bahan yang dibentuk dengan cara lain. (Sudjana, 2008)
Proses pengecoran adalah proses pembentukan logam dengan cara dicairkan atau dileburkan
kemudian dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Proses pengecoran sering
dilakukan karena sering kali benda kerja atau produk yang diinginkan sulit sekali dibentuk dengan
proses permesinan, sehingga harus dibentuk dengan proses pengecoran. (Pratiwi, 2012). Proses
pengecoran merupakan penopang kemajuan dunia industri. Semakin besarnya kebutuhan dan
semakin berkurangnya sumber daya alam yang menjadi bahan pengecoran, maka efisiensi dalam
proses pengecoran perlu dipertimbangkan. Proses pengecoran yang baik, ekonomis serta efisien
dapat mengurangi adanya pemborosan bahan baku yang didapat dari sumber daya alam. Kualitas
produk hasil pengecoran sangat dipengaruhi oleh metode pengecoran yang dilakukan. (Budiyono,
Dkk, 2014)
Dari uraian di atas saya mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa jenis
cetakan untuk menganalisa hasil cor yang didapat apabila menggunakan bahan cor berupa logam
paduan Al-Si dan Al-Mg-Si. Jenis cetakan yang saya gunakan meliputi cetakan besi cor, cetakan
pasir dan cetakan keramik. Kemudian pengujian hasil cor meliputi uji porositas dan uji kekerasan.

242 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


Hal ini yang mendorong saya untuk melakukan sebuah analisa untuk mengetahui pengaruh dari hasil
cor terhadap jenis cetakn yang digunakan.

2. METODE

Prosedur Penilitian
A. Persiapan Material
1. Bahan cetakan yang digunakan meliputi 3 jenis bahan cetakan, antara lain : cetakan besi cor,
cetakan pasir dan cetakan logam.
2. Bahan cor berupa logam paduan Al-Si dan paduan Al-Mg-Si.
3. Bahan cor paduan Al-Si menggunakan komposisi sebesar Al 80% + Si 20%, sedangkang untuk
paduan Al-Mg-Si menggunakan komposisi sebesar Al 70% + Mg 10% + Si + 10%.

Gambar logam paduan Al-Si

Gambar magnesium murmi

B. Proses Pembuatan Cetakan


1. Proses pembuatan cetakan diawali dengan pelaksanaan pembuatan pola, pembuatan cetakan dan
persiapan peralatan pengecoran. Pola sangat diperlukan dalam pengecoran, karena sebagai
benda tiruan dari benda yang ingin dibuat. Pola yang dipakai terbuat dari kayu dengan
pertimbangan lebih murah, cepat dibuatnya dan mudah diolahnya. Pola kayu digunakan untuk
cetakan pasir dan cetakan keramik.

Gambar ukuran spesimen


2. Pembuatan cetakan menggunakan model cetakan belah untuk cetakan dari besi cor,
sedangkan untuk cetakan pasir dan keramik menggunakan model seperti pada gambar berikut.

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 243


Gambar cetakan besi cor

Gambar cetakan pasir

Gambar cetakan keramik

C. Persiapan Perangkat Pengecoran


proses pengecoran menggunakan tanur pengecoran beserta alat-alat pendukung lainnya
seperti pada gambar berikut.

244 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


Gambar alat pengecoran

D. Proses Pengecoran
1. Siapkan 3 jenis cetakan yang telah dibuat sebelumnya.
2. Proses peleburan bahan cor, bahan yang akan dilebur dimasukkan ke dalam tanur pengecoran
hingga bahan cor benar-benar meleleh atau melebur.
3. Tuangkan bahan cor yang sudah meleleh tersebut ke dalam 3 jenis cetakan yang telah dibuat
sebelumnya malalui saluran masuk.
4. Biarkan cetakan mengeras dan tunggu sekitar 20-30 menit tergantung dari ukuran cetakan yang
dibuat.
5. Bongkar cetakan dari kerangka, kemudian ambil benda hasil pengecoran dan bersihkan dari
bahan cetakan yang masih menempel. Kemudian lakukan finishing untuk mendapatkan benda
hasil pengecoran yang rapi menggunakan gerindra.
6. Setelah benda cor sudah jadi bisa dilakukan pengujian meliputi : uji porositas dengan
menggunakan rumus uji porositas dan uji kekerasan yang dilakukan di Laboratorium Prodi
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Gambar hasil pnegecoran

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Porositas
Untuk standart uji porositas menggunakan standart ASTM C 20-92. Porositas
adalah kandungan pori atau kepejalan dari bahan dengan satuan persen (%). Perhitungan
porositas menggunakan persamaan sebagai berikut :

....................................... (1)

Dimana : P = Porositas (%)


W = Berat kering (gram)
c

W = Berat basah di air (gram)


a

W = Berat basah di udara (gram)


b

Tahapan-tahapan perhitungannya sebagai berikut:


1. Berat kering (W ) diperoleh dengan cara memanaskan sampel pada 105 – 110 C
c
0

hingga ketelitian 0,1 gram, kemudian ditimbang.


2. Berat basah (W ) diperoleh dengan cara memanaskan sampel dalam air selama
b

2 jam tanpa menyentuh dasar dan kemudian didinginkan pada temperatur kamar
lalu ditimbang.
3. Berat basah dalam air (W ) diperoleh dengan cara memanaskan sampel dalam
a

air selama 2 jam tanpa menyentuh dasar dan kemudian didinginkan pada
temperature kamar lalu direndam selama 12 jam dalam air, kemudian ditimbang.

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 245


Tabel 3.1 Hasil Uji porositas

Jenis Berat Berat Berat Berat P Rata-Rata


Benda Spesimen Perc. Awal W b W aW (%) c P
(gram) (gram) (gram) (gram) (%)
1 57,46 57,48 57,46 57,44 1
1 Paduan Al-Si 2 52,20 52,22 52,20 52,18 1 1
Cetakan Besi Cor 3 51,22 51,24 51,22 51,20 1
1 59,14 59,24 59,16 59,04 1,5
2 Paduan Al-Si 2 65,70 65,76 65,72 65,64 2 2,5
Cetakan Pasir 3 59,38 59,42 59,40 59,32 4
1 62,62 62,64 62,62 62,58 2
3 Paduan Al-Si 2 61,02 61,04 61,02 60,98 2 1,66
Cetakan keramik 3 60,78 60,80 60,78 60,76 1
1 47,42 47,44 47,42 47,40 1
4 Paduan Al-Mg-Si 2 56,22 56,24 56,22 56,20 1 1
Cetakan Besi Cor 3 57,02 57,04 57,02 57,00 1
1 52,88 52,92 52,90 52,86 2
5 Paduan Al-Mg-Si 2 68,24 68,32 68,30 68,26 2 2,33
Cetakan Pasir 3 61,28 61,32 61,30 61,24 3
1 54,48 54,50 54,48 54,44 2
6 Paduan Al-Mg-Si 2 72,90 72,92 72,90 72,88 1 1,33
Cetakan Keramik 3 57,64 57,66 57,64 57,62 1

2. Uji Kekerasan
Alat uji kekerasan yang digunakan menggunakan model CV-700 Universl hardness tester
seperti pada gambar. sedangkan metode uji kekerasan yang digunakan menggunakan metode
vickers.

Gambar Alat uji kekerasan


Tahapan untuk uji kekerasan dengan metode vickers sebagai berikut :
1. Indentor diamond vickers.
2. Saklar lampu ke vickers.
3. Atur knop pada beban di 306 N.
4. Letakkan benda kerja ke meja test.
5. Lakukan pre load, sampai garis test.

246 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


6. Main load di aplikasikan menekan engkol, waktu penekanan vickers selama 15 detik.
Tabel 3.2 Hasil Uji Kekerasan
Jenis Beba Jara Jarak L I N Kekerasa Rata-
Bend Spesime Perc. n k Akhi (µ) n Rata
a n (N) Awa r (V) Kekerasa
l (µ) n
(µ) (V)
1 140 736 59 1,19 130,5
1 Paduan 2 980 178 716 6 0,002 2 160,2 135,63
Al-Si 3 120 750 53 1,07 116,2
Cetakan 8 6
Besi Cor 63 1,26
0 0
1 94 780 68 1,37 108,6
2 Paduan 2 980 169 722 6 0,002 2 151,6 132,5
Al-Si 3 177 758 55 1,10 137,3
Cetakan 3 6
Pasir 58 1,16
1 2
1 195 748 55 1,10 151,6
3 Paduan 2 980 176 800 3 0,002 6 119,1 132,3
Al-Si 3 152 758 62 1,24 126,2
Cetakan 4 8
keramik 60 1,21
6 2
1 191 728 53 1,07 160,8
4 Paduan 2 980 201 701 7 0,002 4 185,4 169
Al-Mg- 3 230 767 50 1 160,8
Si 0 1,07
Cetakan 53 4
Besi Cor 7
1 89 642 55 1,10 151,6
5 Paduan 2 980 161 700 3 0,002 6 159,6 155,36
Al-Mg- 3 172 719 53 1,07 154,9
Si 9 8
Cetakan 54 1,09
Pasir 7 4
1 180 692 51 1,02 176,8
6 Paduan 2 980 191 710 2 0,002 4 172,1 165,76
Al-Mg- 3 163 722 51 1,03 148.4
Si 9 8
Cetakan 55 1,11
Keramik 9 8

Ket : L : jarak akhir – jarak awal


N:LxI
I : 0,002 (pembesaran mikroskop 5x)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 247


1. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai porositas yang paling rendah adalah
menggunakan cetakan dari besi cor dibandingkan dengan cetakan dari pasir dan keramik baik
itu menggunakan bahan cor paduan Al-Si maupun paduan Al-Mg-Si.
2. Sedangkan untuk nilai kekerasan yang paling tinggi juga menggunakan cetakan dari besi cor
dari pada cetakan pasir dan keramik baik itu menggunakan bahan cor paduan Al-Si maupun
paduan Al-Mg-Si.
3. Untuk nilai porositas dari paduan Al-Mg-Si memiliki nilai porositas yang lebih rendah dari
pada paduan Al-Si baik menggunakan cetakan dari besi cor, pasir maupun keramik. Sedangkan
untuk nilai kekerasannya juga lebih tinggi dari pada paduan Al-Si.
4. Untuk nilai kekerasan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap nilai porositas setiap benda cor.
Apabila nilai kekerasannya tinggi maka nilai porositasnya juga kecil, begitu sebaliknya apbila
nilai kekerasan rendah maka nilai porositas juga akan besar.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sidiq Budiyono, Budi Harjanto, Yuyun Estriyanto. 2014. Perbandingan Kualitas Hasil
Pengecoran Pasir Cetak Basah Dengan Campuran Bentonit 3% dan 5% Pada Besi Cor
Kelabu..Prodi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan. UNS
Surakarta.
[2] Diah Kusuma Pratiwi. 2012. Hubungan Jenis Cetakan Terhadap Kualitas Produk Cor
Aluminium. Oktober 2012. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya.
[3] Hardi Sudjana. 2008. Teknin Pengecoran Logam Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
[4] Yusuf Umardani, Didi Sugiarto. 2012. Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Struktur
Mikro dan Kekerasan Besi Cor Kelabu. Jurnal Foundry. Vol. 2 No. 2, Oktober 2012. Jurusan
Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
[5] Haposan Situngkir. 2009. pengaruh Putaran Cetakan Terhadap Sifat Mekanik Besi Cor
Kelabu Pada Pembuatan Silinder Liner Mesin Otomotif Dengan Pengecoran Mendatar.
Jurnal Dinamis. Vol. 2 No. 4, Januari 2009. Program Studi Teknik Mesin. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
[6] I Made Astika, DNK Putra Negara, Made Agus Susantika. 2010. Pengaruh Jenis Pasir Cetak
dengan Zat Pengikat Bentonit Terhadap Sifat Permeabilitas dan Kekuatan Tekan
Basah Cetakan Pasir (Sand Casting). Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 4 No. 2, Oktober
2010. Hal 132-138. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Udayana.
[7] Sugeng Tirta Atmadja. 2006. Analisa Cacat Cor Pada Proses Pengecoran Burner Kompor.
Vol. 8 No. 3, Juli 2006.
[8] Nurhadi. 2010. Studi Karakteristik Material Piston Dan Pengembangan Prototipe Piston
Berbasis Limbah Piston Bekas. Progam Studi Magister Teknik Mesin. Progam Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
[9] Dian Sabit Purnomo. 2015. Studi Komparasi Karakteristik Piston Sepeda Motor 4 Tak dan
2 Tak. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
[10] Ika Wahyuni, Ahmad Barkati Rojul, Erlin Nasocha, Nindia Fauzia Rosyi, Nurul Khusnia,
Oktaviana Retna Ningsih. Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell. Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga Surabaya.
[11] Yudy Surya Irawan, Tjuk Oerbandono, Dian Fitria Agus Aristiyono, Pratikto. 2013.
Kekuatan Tarik Dan Porositas Silinder Al-Mg-Si Hasil Die Casting Dengan Variasi
Tekanan. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol. 4 No. 1, 2013. Hal 11-16. Laboratorium Pengecoran
Logam Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

248 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

You might also like