You are on page 1of 5

ANALISA STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI STRATA

POHON DI KAWASAN HUTAN SEKUNDER KAMPUS


UNIVERSITAS RIAU MENGGUNAKAN METODE JARAK
Cindy Anggrainy
E-mail:cindyanggrainy81@gmail.com, phone: +6282384345171
FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Abstrak
Dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi strata
pohon di kawasan hutan sekunder kampus Universitas Riau menggunakan metode jarak
(distance method) pada 11 Juni 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
menggunakan riset lapangan yang dilakukan dengan metode survei. Pengukuran
dilakukan pada 16 point sampling. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum adalah parang, gunting tanaman, cutter, tali plastik, meteran, dan alat
tulis.Parameter pengukuran meliputi KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif), DR
(Dominansi relatif), NP (Nilai penting), dan H’(Indeks keanekaragaman). Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa vegetasi di kawasan Hutan Sekunder Universitas
Riau memiliki tingkat keanekaragaman yang sedang dan stabil, ditunjukkan dari nilai
indeks keanekaragamannya sebesar 1,22. Vegetasi hutan sekunder Universitas Riau
didominasi oleh spesies Alstonia scholaris. Hal ini dikarenakan kemampuan adaptasi
dan bertahan hidup yang berbeda-beda. Sehingga vegetasi di dominansi oleh spesies
yang mempunyai kemampuan adaptasi dan bertahan hidup lebih baik pada lokasi
pengamatan.
Kata Kunci : Vegetasi, Metode Jarak

Pendahuluan
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim
berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik.
Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda
pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis,
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung.
Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi
yang ada. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif

1
komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah berhubungan erat dan
pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Dalam ilmu vegetasi
telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini
suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala
yang ada (Anonim. 2009).
Dalam kegiatan analisis untuk komunitas, ada beberapa cara yang dapat
digunakan dalam pengambilan sampel antara lain metode kuadrat (quadran methods),
metode transek (transeck methods), metode loop (loop methods), dan metode titik (point
less/point methods). Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method”
merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan
petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon
atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau
belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon.
Pohon adalah tumbuhan berdiameter 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang,
diameter 10 cm dan tinggi pohon 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon 2,5 m adalah
anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan
dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam.
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana struktur dan
komposisi vegetasi strata pohon di kawasan hutan sekunder kampus Universitas Riau
menggunakan metode jarak? Oleh karena itu, maka perlu dilakukan percobaan dengan
tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi strata pohon di kawasan hutan
sekunder kampus Universitas Riau menggunakan metode jarak.

Bahan dan Metode


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2016 di Laboratorium
Alam Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Riau, Jl.
Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif menggunakan riset lapangan yang dilakukan dengan metode survei.
Pengukuran dilakukan pada 16 point sampling. Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum adalah parang, gunting tanaman, cutter, tali plastik, meteran, dan alat
tulis.
Cara kerja metode jarak yaitu (1) Penentuan lokasi sampling yang mewakili
karakteristik kawasan. (2) menentukan jalur pengamatan/transek berupa garis lurus yang
memotong area yang akan dianalisis (3) tentukan satu titik pengamatan pada transek
sebagi titik pengamtan . pada titik tersebut dibuat garis dengan arah tegak lurus (garis
imajiner) pada transek sehingga membagi daerah pengamatan menjadi empat kuadrat.
(4) lakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua pohon yang terdapat didalam
plot mencakup : nama jenis atau nama lokal pohon, diameter batang setinggi dada atau
keliling batang setinggi dada. (5) Data hasil pengamatan dicatat pada tabel data untuk
kemudian dianalisis untuk menghitung masing-masing parameter pengamatan.
Parameter pengukuran meliputi KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif),
DR (Dominansi relatif), NP (Nilai penting), dan H’(Indeks keanekaragaman).

2
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Data hasil pencacahan vegetasi pohon pada 16 point sampling
Jumlah titik
Jumlah Jumlah Kerapatan
No Jenis TP yang
Individu BA (cm2) (Pohon/Ha)
ditempati
1 Alstonia scholaris 42 16 20478,03 719,18
2 Tunjang Rusa 11 9 1278,34 188,36
3 Litsea accedentoides 4 4 1041,72 68,49
4 Rhodamnia cinerea 2 1 147,29 34,25
5 Caseria 3 1 293,08 51,37
6 Pisang pisang 1 1 66,96 17,12
Jumlah 63 32 23305,42 1078,77

Tabel 2. Rangkuman data hasil pencacahan vegetasi pohon pada 16 point sampling
No Jenis KR (%) FR (%) DR (%) NP D
1 Alstonia scholaris 65,63 50 87,87 203,49 350649,7
2 Tunjang Rusa 17,19 28,13 5,49 50,80 21888,87
3 Litsea accedentoides 6,25 12,5 4,47 23,22 17837,67
4 Rhodamnia cinerea 3,13 3,13 0,63 6,88 2521,918
5 Caseria 4,69 3,13 1,26 9,07 5018,322
6 Pisang pisang 1,56 3,13 0,29 4,97 1146,575
Jumlah 100,00 98,44 100 100 399063
H’ 1,22
Keterangan : KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif), DR (Dominansi relatif), NP (Nilai penting),
H’(Indeks keanekaragaman)

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh 63 pohon yang terdiri dari 6 spesies


pohon pada 16 plot pengamatan. Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu pulai
(Alstonia scholaris) sebanyak 42 pohon. Spesies ini menempati 16 titik dari total 32
titik poin yang ditempati. Basal area dari spesies ini yaitu 20478,03 dari total
keseluruhan basal area 23305,42 dengan kerapatan jenis 719,18 pohon/ha. Untuk nilai
kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan nilai penting tertinggi
didapatkan dari spesies Alstonia scholaris tersebut, yaitu dengan KR 65,63%, FR 50%,
DR 87,87%, NP 203,49.
Kerapatan relatif dari berbagai jenis pohon yang diamati pada setiap plot
menunjukkan bahwa spesies Alstonia scholaris mendominasi kerapatan area
pengamatan dengan persentase 65,63% yang kemudian diikuti oleh spesies pohon
tunjang rusa, Litsea accedentoides, Rhodamnia cinerea, Caseria, dan pisang pisang. Nilai
dominansi relatif untuk tiap tumbuhan pada lokasi pengamatan berbeda-beda,
dominansi terbesar ialah dari spesies Alstonia scholaris sebesar 87,87%. Dominansi
relatif merupakan persentase penutupan suatu spesies terhadap suatu areal yang
didapatkan dari nilai basal area untuk spesies pohon. Jika dominasi lebih terkonsentrasi
pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa
jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah.
Alstonia scholaris menunjukkan nilai dominansi yang tinggi, berarti kawasan ini

3
terkonsentrasi pada satu spesies saja. Nilai frekuensi relatif juga digunakan untuk
melihat kerapatan spesies dalam lokasi pengamatan.
Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana
ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Spesies Alstonia
scholaris memiliki nilai frekuensi relatif sebesar 50% yang merupakan nilai tertinggi
dibanding spesies lainnya. Frekuensi merupakan ukuran dari regularitas terdapatnya
suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu jenis,
apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya
penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel
(1977) membagi frekuensi dalam lima kelas berdasarkan besarnya persentase yaitu:
FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental)
FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori)
FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan)
FK = 75%-100% : Kehadiran absolut
Berdasarkan pembagian persentase frekuensi menurut Raunkiser maka spesies
Alstonia scholaris termasuk dalam kehadiran sedang (konstan). Hal ini menunjukkan
bahwa spesies ini konstan kehadirannya dalam setiap plot, dalam artian spesies ini
selalu ada dalam setiap plot pengamatan.
Pengukuran indeks Nilai Penting (NP) dilakukan untuk mengetahui dominasi
spesies di setiap tingkat pertumbuhan dalam suatu komunitas. Nilai NP yang tinggi
dapat menunjukkan suatu penguasaan atau dominasi yang tinggi pula (Saharjo dkk,
2011). Keanekaragaman spesies menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi
spesies tumbuhan dari suatu komunitas. Sementara itu, Indeks dominasi digunakan
untuk mengetahui kekayaan spesies serta keseimbangan jumlah individu setiap spesies
dalam ekosistem (Soerianegara dalam Marpaung, 2009). Pada pengamtan dilakukan
perhitungan indeks keanekaragaman berdasarkan Indeks Shannon-Wiener dan Indeks
Simpson. Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Simpson tidak menilai keanekaragaman
dan dominasi dari segi masing-masing spesies tumbuhan, melainkan menilai tingkat
keanekaragaman dan dominasi tumbuhan dari segi kondisi lahan. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’)
spesies tumbuhan penyusun pada lokasi pengamatan ialah 1,22. Dari nilai tersebut
berarti ekosistem hutan pada pengamatan mempunyai keanekaragaman yang termasuk
dalam kategori sedang. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ekosistem hutan tersebut
dalam keadaan stabil. Nilai 1 < H’ < 3 berarti keanekaragaman sedang, produktivitas
cukup, kondisi ekosistem seimbang, serta tekanan ekologis yang sedang. (Fitriana,
2006).
Jadi, untuk vegetasi pada lokasi pengamatan memiliki tingkat keanekaragaman
yang tergolong sedang, dan terdapat dominansi suatu spesies tertentu dalam vegetasi
tersebut. Indeks sedang pada komunitas Hutan Laboratorium Alam Pendidikan Biologi
ini menandakan bahwa vegetasi pada lokasi ini stabil. Hal ini juga menandakan spesies
tumbuhan penyusun vegetasi tersebut memiliki kemampuan adaptasi dan bertahan
hidup yang berbeda-beda. Sehingga terdapat dominansi dari spesies tertentu saja yang
dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang ada pada lokasi pengamatan tersebut.

KESIMPULAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa vegetasi di kawasan Hutan Sekunder
Universitas Riau memiliki tingkat keanekaragaman yang sedang dan stabil, ditunjukkan
dari nilai indeks keanekaragamannya sebesar 1,22. Vegetasi hutan sekunder Universitas

4
Riau didominasi oleh spesies Alstonia scholaris. Hal ini dikarenakan kemampuan
adaptasi dan bertahan hidup yang berbeda-beda. Sehingga vegetasi di dominansi oleh
spesies yang mempunyai kemampuan adaptasi dan bertahan hidup lebih baik pada
lokasi pengamatan.

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Analisis Vegetasi. (online) Http://cheabiofkip.blogspot.com. (Diakses 15


Juni 2016).
Fitriana, Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoo-bentos di Hutan
Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Biodiversitas
7(1):67-72.
Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian
Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Marpaung, A. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. (online)
http://boy marpaung.wordpress.com/2009/04/20/ apa-dan-bagaimana-
mempelajari- analisa-vegetasi/ (Diakses 13 Juni 2016)
Saharjo, B. H. and C. Gago. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan
Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera-Timor
Leste. Dalam Jurnal Silvikultur Tropika 02 (01): 40-45

You might also like