You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun
1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada
masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk
147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke
atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831
(23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus
sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-otot
akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran
yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem
neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen
yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi,
mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas. Penyakit
inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada lansia.
Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang, lantai
yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/
adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka
perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien
(lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.

I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga klien.
Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga klien kemudian
menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga klien
I. 3 Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
b. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP LANSIA


1. Pengertian lansia
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang berumur
55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan umur
65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada pula yang
menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
3. Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
4. Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
1. Perubahan sel
2. Sistem pernafasan
3. Sistem pendengaran
4. Sistem penglihatan
5. Sistem kardiovaskuler
6. Sistem pengaturan temperature tubuh
7. Sistem respirasi
8. Sistem gastrointestinal
9. Sistem genitourinaria
10. Sistem endokrin
11. Sistem kulit
12. Sistem musculoskeletal
13. Perubahan-perubahan mental
14. Perubahan-perubahan psikososial
15. Peningkatan spiritual

2. 2 KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi
pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga.(Friedman, 1998).

2. Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
1. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
3. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
5. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

3. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan
pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta
berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan
baik fisik, mental dan spiritual.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat
yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga. Kebahagiaan
keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga
mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Proses
sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.

d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah
terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga
untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara
lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan.

2.3 KONSEP PENYAKIT


2.3.1 Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur
(Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan sering
kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan
pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan keluarga besar
inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya sangat beragam, lebih dari 100 jenis
arthritis. Istilah arthritis sendiri berasal dari bahasa Yunani /Greek: Arthon /sendi dan it is/radang
(www. wrm-Indonesia.org).

2.3.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan
tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi
pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin
berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha
pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
2.3.3 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan
dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

2.3.4 Tanda Dan Gejala


1) Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas,
kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam
sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer
Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih
besar seringkali terkena juga
d. Artritis erosif
sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang
dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar
e. Deformitas
Pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas b€outonniere
dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan
kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul
Merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang
bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval
atau bulat dan padat.

2) Tanda dan gejala sistemik


Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan
kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi
pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada
pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang

2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik


Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu
atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.

2.3.6 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
2.3.7 Pencegahan
a. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
b. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan tulang dan
otot kita kuat.
c. Makan makanan yang seimbang
d. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan

2.3.8 Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan
kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada
penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala
memperlambat progresivitas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
b. Istirahat
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
d. Diet/ Gizi
e. Obat-obatan
 Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 4 g/hari).
 Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
 Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2
dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20 mg.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas
Nama : Hamdan (Tn H )
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Melayu
Umur : 56 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Telp :-
Alamat : Jl. Lingkungan IV

b. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umu Hub.klrga Pekerjaan Pendidikan Status Kesehatan


r

1 Tn H L 56 Suami PNS SMA Artritis Reumatoid

2 Ny A P 51 Istri IRT SMA Artritis Reumatoid

3 An C P 22 Anak Mahasisw Sarjana Sehat


a

4 An.D P 17 Anak Pelajar SMA Sehat

5 An.F L 15 Anak Pelajar SMA Sehat

6 An.R P 13 Anak Pelajar SMP Sehat

7 An.Al P 9 Anak Pelajar SD Sehat


2. Data Khusus Keluarga
a. Type Keluarga
b. Tahap Perkembangan Keluarga
c. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

3. Biologis Keluarga

a. Riwayat keluarga inti


b. Reproduksi / Akseptor KB.

4. Psikologis Keluarga / stress Dan Koping Keluarga


a. Keadaan Emosi / Mental
b. Stres jangka pendek dan jangka panjang
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor/situasi
d. Koping Keluarga
e. Peran Informal
f. Pola Komunikasi keluarga
g. Pengambilan Keputusan
h. Rekreasi

5. Sosial Ekonomi Keluarga


a. Hubungan Dengan Orang Lain
b. Keadaan Ekonomi
c. Kegiatan Organisasi Sosialisasi

6. Spiritual Keluarga
a. Keadaan Beribadah
b. Nilai dan Norma

7. Lingkungan Rumah
a. Karakteristik rumah

- Denah rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


c. Mobilitas geografis keluarga

8. Pemeriksaan Fisik
No VARIABEL NAMA ANGGOTA KELUARGA

Tn.H Ny. A An.C An.D An.F An.R An.A

1 Riwayat Tn. H saat Ny. A saat ini Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penyakit saat ini mengalami
ini mengalami penyakit
penyakit reumatik.
reumatik

2 Keluhan yang Kaki sering Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dirasakan saat kebas dan kebas kebas,
ini nyeri pada kesemutan
saat dan nyeri di
melakukan daerah sendi
aktivitas sendi

3 Tanda dan Nyeri dan Nyeri dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gejala kesemutan kesemutan.

4 Riwayat Tidak ada Ny.A Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penyakit mengatakan
sebelumnya bahwa dia
konsumsi
makanan
yang tinggi
purin seperti
daun ubi,
jeroan dan
daging. Ny.A
tidak pernah
mengontrol
dengan baik
dengan cara
berobat ke
PUSKESMAS
sehingga
penulis
mengangkat
masalah
kesehatan
yang paling
penting
dalam
keluarga
Ny.A adalah
masalah
asam urat.

5 Tanda-tanda TD: 110/80 TD: 120/90 TD : Normal Normal Normal Normal


vital mmHg mmhg 110/80
mmHg
HR: 90x/i HR: 90x/i
HR: 87x/i
RR: 22x/i RR: 22x/
RR: 20x/i

6 Sistem cardio Simetris dan Simetris dan Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
bunyi bunyi dan dan dan dan dan
jantung “lup jantung “lup bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi
dup”, irama dup”, irama jantung jantung jantung jantung jantung
reguler reguler “lup “lup “lup “lup “lup
dup”, dup”, dup”, dup”, dup”,
irama irama irama irama irama
reguler reguler reguler reguler reguler

7 Sistem Thorax Thorax Thorax Thorax Thorax Thorax Thorax


respirasi nampak nampak nampak nampak nampak nampak nampak
simetris kiri simetris kiri simetris simetris simetris simetris simetris
kanan, suara kanan, suara kiri kiri kiri kiri kiri
paru paru paru kanan, kanan, kanan, kanan, kanan,
vesikuler vesikuler. suara suara suara suara suara
paru paru paru paru paru
vesikuler. vesikuler. vesikuler. vesikuler. vesikuler.

8 Sistem GI tract Abdomen Abdomen Abdomen Abdomen Abdomen Abdomen Abdomen


simetris kiri simetris kiri simetris simetris simetris simetris simetris
kanan, tidak kanan, tidak kiri kiri kiri kiri kiri
ada nyeri ada nyeri kanan, kanan, kanan, kanan, kanan,
tekan tekan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan

9 Sistem Tida ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
persyaratan kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan

10 Sistem Sering Sering Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
muskuloskletal kesemutan, kesemutan, kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
nyeri di nyeri di
sendi sendi sendi sendi
dan sakit dan sakit
saat saat
digerakkan. digerakkan.
Dilakukan Dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
asam urat asam urat
diperoleh diperoleh
nilai asam nilai asam
urat pada urat pada
Ny. A adalah Ny. A adalah
8,3dl/mg. 9,7dl/mg.

11 Sistem Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik


genetalia
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1 DS : Kurang Kurang informasi dan
- Keluarga mengatakan mengetahui pengetahuan, keterbatasan kemampuan
penyakit di keluarganya tetapi tidak ketidak tahuan mencapai informasi,
mengetahui sama sekali apa tentang penyakit ketidakmampuan keluarga
penyebabnya. Keluarga klien mengenal masalah
mengatakan hanya sedikit kesehatan
mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa-
apa saja yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya penyakit pada
klien.
- Jika ada keluarga yang sakit, hal
pertama yang dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Bidan
atau ke Puskesmas terdekat
Klien mengatakan tidak ada
pantangan makanan

DO :
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan
dan pengobatannya
- klien bertanya apa saja makanan
yang harus dihindari agar tidak
sakit. Klien tampak bingung.
2 DS : Hambatan Nyeri, gangguan muskulus
- Klien mengatakan sering merasa mobilitas fisik skeletal, kaku sendi (AR).
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Klien mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Klien mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
3 DS : Nyeri Distensi jaringan akibat
- Klien mengatakan sering merasa akumulasi cairan/proses
linu di persendian kakinya sehingga inflamasi, destruksi sendi
kaku untuk berjalan
- Klien mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Klien mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri
3.3 Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan
1 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
2 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,
gangguan sensori perseptual.
3 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3.4 Prioritas Masalah.


a. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 - Klien mengatakan sering
(bobot 1) merasa linu di persendian
Skala : kakinya sehingga kaku untuk
3 : Aktual berjalan. Ketika bangun pagi
2 : Resiko kakinya merasa senut-senut
1 : Sejahtera (nyeri) dan berat untuk
berjalan. Klien pernah
hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang
badannya
Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2 Keluarga Klien mengatakan
diubah (bobot 2) jika ada anggota keluarga
Skala : yang sakit segera dibawa ke
2 : Mudah Bidan atau Puskesmas
1 : Sebagian terdekat, namun belum ada
0 : Tidak dapat pertugas yang menjelaskan
bagaimana penyakitnya.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Klien mengatakan sudah
dicegah (bobot 1) mulai mengurangi
3 : Tinggi aktivitasnya agar
2 : Cukup penyakitnya tidak bertambah
1 : Rendah parah, Klien belum tahu
makanan apa yang harus
dihindari.
Menonjolnya masalah (bobot 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan
1) penyakitnya mengganggu
2 : Berat, segera ditangani aktivitas geraknya sehingga
1 : Tidak perlu segera menyusahkan keluarga yang
ditangani lain.
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

b. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan sensori
perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan
(bobot 1) penyakitnya mengganggu
Skala : aktivitas geraknya
3 : Aktual sehingga menyusahkan
2 : Resiko keluarga yang lain.
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga Klien
dapat diubah (bobot 2) mengatakan Klien sudah
Skala : bisa menyeimbangkan
2 : Mudah badannya walaupun
1 : Sebagian dengan gerakan yang
0 : Tidak dapat lambat.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Klien mengatakan
dicegah (bobot 1) aktivitasnya terganggu.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan capek
(bobot 1) dengan penyakitnya yang
2 : Berat, segera ditangani tidak sembuh-sembuh dan
1 : Tidak perlu segera mengganggu geraknya
ditangani sehingga menyusahkan
0 : tidak dirasakan keluarga.
Total 3 2/3

c. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)


KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan ketika
(bobot 1) bangun pagi kakinya
Skala : merasa senut-senut
3 : Aktual (nyeri) dan berat untuk
2 : Resiko berjalan
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Klien mengatakan
dapat diubah (bobot 2) nyerinya ketika bangun
Skala : pagi tidak hilang-hilang,
2 : Mudah padahal sudah minum
1 : Sebagian obat dari warung.
0 : Tidak dapat Keluarga mengatakan
Klien sering tidak mau
diajak ke tempat
pelayanan kesehatan,
kecuali benar-benar
parah.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan
dicegah (bobot 1) sakitnya tidak bertambah
3 : Tinggi parah jika banyak
2 : Cukup beristirahat.
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan
(bobot 1) sakitnya mengganggu
2 : Berat, segera ditangani aktivitasnya, kadang
1 : Tidak perlu segera Klien tidak tahan dengan
ditangani senut-senutnya.
0 : tidak dirasakan
Total 4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :


No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d penurunan fungsi tulang, proses inflamasi 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d 3 4/3
Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan
mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus 3 2/3
skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah 1. Selidiki keluhan 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
dilakukan nyeri, catat lokasi dan manajemen nyeri dan keefektifan program
asuhan intensitas (skala 0-10).2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
keperawatan Catat faktor-faktor akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
selama x yang mempercepat dan yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
hari, klien tanda-tanda rasa sakit sakit.
mengalami non verbal 3. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
penurunan rasa
2. Berikan menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di
nyeri atau matras/kasur keras, pagi hari.
dapat bantal kecil,. 4. meningkatkan relaksasi/mengurangi nyeri
mentolerir rasa Tinggikan linen 5. sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
nyeri dengan tempat tidur sesuai dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
kriteria : kebutuhan mobilitas.
klien 3. Anjurkan pasien 6. Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan
mengetahui untuk mandi air hangat otot/spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam
dan dapat atau mandi pancuran. terapi
memperagakan Sediakan waslap
teknik hangat untuk
distraksi dan mengompres sendi-
relaksasi sendi yang sakit
3. klien tidak beberapa kali sehari
banyak 4. Berikan masase
mengeluh yang lembut
tentang 5. Kolaborasi: Berikan
nyerinya obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil
salisilat)
6. Beri obat sebelum
aktivitas/latihan yang
direncanakan sesuai
petunjuk.
2 Setelah 1. Tinjau proses
1. Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat
dilakukan penyakit, prognosis, membuat pilihan berdasarkan informasi
pendidikan dan harapan masa
2. Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
kesehatan, depan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
keluarga 2. Diskusikan mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
mengetahui kebiasaan pasien deformitaS
tentang dalam penatalaksanaan
3. Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi
penyakit yang proses sakit melalui yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/
diderita diet,obat-obatan, dan efek samping yang berbahaya
keluarganya program diet
(AR), dengan seimbang, latihan dan
kriteria hasil : istirahat.
- Keluarga
3. Tekankan
dapat pentingnya membaca
menjelaskan label produk dan
tentang mengurangi
pengertian, penggunaan obat-obat
penyebab, yang dijual bebas tanpa
tanda dan persetujuan dokter.
gejala, serta
penalaksanaan
pada penyakit
AR.
- Keluarga
dapat
melakukan
perawatan
dengan
mengontrol
makanan-
makanan yang
harus dihindari
lansia
3 Setelah 1. Evaluasi/lanjutkan
1. Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari
dilakukan pemantauan tingkat perkembangan/resolusi dari peoses inflamasi
perawatan inflamasi/rasa sakit
2. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi
selama 5 hari pada sendi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk
klien mampu 2. Pertahankan istirahat mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
melakukan tirah baring/duduk jika
3. Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi,
mobilisasi diperlukan jadwal kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan
sesuai aktivitas untuk tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
kemampuan, memberikan periode karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak
klien dan istirahat yang terus sendi
keluarga menerus dan tidur
mampu malam hari yang tidak
melakukan terganmggu
perawatan 3. Bantu dengan
pada lansia rentang gerak
yang aktif/pasif, demikiqan
imobilisasi juga latihan resistif dan
dengan kriteria isometris jika
: memungkinkan
1. Mampu
memotivasi
diri untuk
melakukan
mobilisasi
sesuai
kemampuan

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA MANDIRI

T Masalah Masalah Keriteria Keluarga MSutiari Kategori / Simpulan


a Kesehatan Keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
n
g
g
a
l
Klien Nyeri v V v v v v V
mengalami
reumathik,
klien mengeluh Gangguan
kakinya nyeri, mobilisasi
linu dan susah fisik
digerakkan.
Klien tidak
megetahui Kurang
penyakitnya pengetahuan
Keterangan :
Kriteria Keluarga Mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis ( V ) pada kolom dengan
angka 1 – 10 sesuai dengan kriteria berikut :
A. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria :
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
b. Keluarga dapat menyebutkan masalah kesehatan
c. Keluarga dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi masalah kesehatan
d. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
B. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, dengan kriteria :
a. Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
b. Keluarga dapat mengungkapkan / menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
c. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan
tersebut
C. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria :
a. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
b. Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (promotif, preventif dan
caretive)
c. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukug kesehatan

Untuk kategori Keluarga Mandiri/ / Simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan criteria di atas,
masing-masing criteria memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan pengelompokkan
sebagai berikut :
Keluarga Mandiri I ( KM I ) : skornya 1 – 4
Keluarga Mandiri II ( KM II ) : skornya 5 – 7
Keluarga Mandiri III ( KM III ) : skornya 8- 10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang berumur
55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan umur
65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada pula yang
menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi
pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga.(Friedman, 1998).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur
(Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan sering
kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
DAFTAR PUSTAKA

Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta :
Nuha Medika.

You might also like