Professional Documents
Culture Documents
PENYAKIT INFEKSI
TUBERKULOSIS PARU KASUS KAMBUH
Disusun oleh:
Disusun oleh :
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Kedokteran Keluarga dengan
kasus Penyakit Menular Tuberkulosis Paru. Laporan ini dibuat guna melengkapi
tugas Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Tentunya penulis juga berharap agar studi
kasus Kedokteran Keluarga ini dapat bermanfaat untuk kemudian hari dalam hal
penatalaksanaan pasien secara komprehensif dan berkesinambungan, selain itu
juga melatih penulis dalam membangun komunikasi efektif kepada pasien dan
membangun pelayanan kedokteran yang bersifat pendekatan individual.
Untuk terlaksananya Laporan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yaitu
pasien dan keluarga, para dosen yang telah membimbing dan rekan-rekan satu
kelompok yang telah bekerjasa mamelaksanakan Laporan ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang
membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.
Penulis….….
iii
DAFTAR ISI
iv
16. Diagnosis Holistik ....................................................................................49
17. Manajemen Komprehensif .......................................................................51
18. Pola Konsumsi Makanan Pasien dan Keluarga .......................................52
v
BAB I
PENDAHULUAN
2
holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan terhadap penanganan
pasien dengan permasalahan penyakit tuberkulosis paru.
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien tuberkulosis,
keluarga serta lingkungan tempat tinggalnya.
I.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi, bentuk, dan siklus) keluarga serta
lingkungan tempat tinggal pasien tuberkulosis.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien tuberkulosis, keluarga serta lingkungan tempat
tinggalnya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien tuberkulosis, keluarga
serta lingkungan tempat tinggalnya.
I.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan kasus tuberkulosis dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien tuberkulosis dilakukan secara holistik dan
komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses
kesembuhan.
c. Bagi Pasien dan keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga
juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan dan
mencegah kekambuhan tuberkulosis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kedokteran keluarga memiliki kekhususan yaitu : 4
1. Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak membatasi disiplin
ilmu kedokteran tertentu.
2. Komprehensif dalam pelayanan kesehatan.
3. Sasarannya adalah individu yang bermasalah atau yang sakit, namun
disamping menganalisis fungsi organ tubuh secara menyeluruh, juga
fungsi keluarga.
4. Disusun secara komunal, sehingga setiap dokter dapat memanfaatkan
sesuai kebutuhan.
5. Bersifat universal terhadap manusia dan lingkungan.
5
II.1.4 Manfaat Kedokteran Keluarga
1. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia
seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik
dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan
saat ini.
4. Dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga
penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah
lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan maka segala
keterangan tentang keluarga tersebut baik keterangan kesehatan ataupun
keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah
kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya
penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang
lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan
biaya kesehatan.
8. Dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas
sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :4
1. Kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus
memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh CMC
(comprehensive medical services). Karakteristik CMC :
a) Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis
pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat.
6
b) Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak
ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu
(integrated) dan berkesinambungan (continu).
c) Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan
dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja,
melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.
d) Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya
dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait
(comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara
holistik).
2. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah keluarga sebagai suatu
unit. Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan
pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus
memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi oleh setiap anggota keluarga.
Batasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua
diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:4
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai satu unit,
dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak
dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ
tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang
bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai
disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak,
ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa
yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan yang terpadu,
diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu- ilmu klinik dan
karenanya mampu mempersiapkan setiap dokter agar mempunyai peranan
7
unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian
masalah, pelayanan konseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi
yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan Pada bentuk ini, pelayanan yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan
saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut
tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan
pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika
kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien
tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada
praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya
dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan
rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk
ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini
lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil
menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut
memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri
pasiennya di rumah sakit.
8
perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan
meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya. Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga
(Eight-Stage Family Life Cycle) :
1. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum
memiliki anak).
2. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga
dengan seorang anak pertama yang baru lahir).
3. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)”
(Keluarga dengan anak pertama yang berusia prasekolah).
4. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )”
(Keluarga dengan anak yang telah masuk sekolah dasar).
5. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga
dengan anak yang telah remaja).
6. “Families launching young adults (first child gone to last child’s
leaving home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan
telah menikah).
7. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga
dengan orang tua yang telah pensiun).
8. “Aging family members (retirement to death of both spouse)”
(Keluarga dengan orang tua yang telah lanjut usia)
II.2 Keluarga
II.2.1 Definisi
Menurut Duvall, Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
Menurut BKKBN tahun 1992, Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
II.2.2 Jenis/ Bentuk Keluarga
a. Tradisional
9
i. The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
ii. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
iii. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
yang sudah memisahkan diri.
iv. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
v. The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang
tua (kakek-nenek), keponakan.
vi. The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
vii. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
viii. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
Bersama dalam satu rumah.
ix. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
10
x. Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
xi. The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
b. Non-Tradisional
i. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
ii. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
iii. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
iv. The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
v. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana ”marital pathners”
vi. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu
vii. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
viii. Group network family
11
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
ix. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
x. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
xi. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
12
II.3 Tuberkulosis
II.3.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri jenis mycobacterium tuberculosis. Infeksi dapat bersifat lokal dan
sistemik, namun sebagian besar kasus infeksi bermanifestasi sebagai tuberkulosis
pada organ paru (NN, 2010) dan biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Amin, 2006; GTNP TB, 2009; PDPI, 2006).
II.3.2 Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berkapsul. Bakteri berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4/ um. Dinding
M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak (60%). Penyusun
utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-
waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi (PDPI, 2006).
II.3.4 Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
terlihat peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
13
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama dengan limfangitis regional dikenal
sebagai kompleks primer. Kompleks primer akan mengalami salah satu keadaan
yaitu:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya (biasanya bronkus lobus medius
sehingga menyebabkan epituberkulosis)
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa. Penyebaran ini
juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
tulang, ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini
mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma
- Meninggal (Amin, 2006).
Tuberkulosis Post-Primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberculosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang
14
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.
Selanjutnya sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut:
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kavitas
sklerotik). Nasib kaviti ini :
a. Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan
diatas.
b. Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kavitas lagi.
c. Kavitas bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity atau kavitas menyembuh dengan cara mem-bungkus diri, akhirnya
mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, dan
menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped) (Amin, 2006).
15
Gambar 3.1 Perkembangan sarang tuberkulosis post primer (Amin, 2006)
16
Berdasarkan tipe pasien, ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru: pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps): pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai
lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapa kemungkinan :
Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll). Dalam hal ini berikan
dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.
Infeksi jamur
TB paru kambuh
c. Kasus defaulted atau drop out : pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal : pasien BTA positif yang tetap positif atau kembali positif pada
akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau pasien dengan
hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke-2 pengobatan.
e. Kasus kronik / persisten : pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
17
II. 3.7 Dasar Penegakan Diagnosa Tuberkulosis (NN, 2010)
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
II. 3.7.1 Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratorik
a. Batuk kering > 3 minggu
b. Batuk dengan dahak atau darah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang
dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru : gejala tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala
sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
II. 3.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtivitis, anemis, kulit pucat karena anemia, demam subfebril, badan kurus
18
atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai
tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru
pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan
segmen posterior (S1 & S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa (efusi pleura), kelainan
pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Gambar 2.2 Letak TB pada paru : apeks lobus superior dan lobus inferior
19
Bahan pemeriksaan / spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan /
ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih
dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas,
spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
sebelum dikirim ke laboratorium.
Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /
BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan
cara mikroskopik dan biakan.
Pemeriksaan Mikroskopik :
- Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
- Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasiliti
foto toraks, kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif
bila 3 kali negatif BTA negatif.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis
and Lung Disease) :
20
dikarenakan foto toraks tuberkulosis dapat memberikan gambaran yang mirip
dengan pneumonia, karsinoma bronkus atau mungkin abses paru sehingga
dikatakan tuberculosis is the greatest imitator.
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (Destroyed Lung) :
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
Lesi minimal : Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kavitas
Lesi luas : Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
21
II. 3.7.5 Pemeriksaan Lain
1. Analisis Cairan Pleura : Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan
pleura perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan
diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis
adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan
2. Uji Tuberkulin : Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi
tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, uji
tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau
apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan
infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.
22
II. 3.8 Dasar Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin (R)
INH (H)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
Kapreomisin
Sikloserino PAS (dulu tersedia)
Derivat rifampisin dan INH
Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
23
Tabel 2.2 Dosis OAT Kombinasi Tetap
III TB paru BTA (-), lesi minimal 2 RHZ atau 2 R3H3Z 6 HE atau 2 HR/ 4 H
IV Kasus Kronik (BTA masih (+) Pertimbangkan untuk menggunakan OAT lini
setelah pengobatan ulang yang kedua, sesuai hasil uji resistensi kuman (minimal
disupervisi) 3 obat sensitif dengan H tetap diberikan), H dapat
diberikan seumur hidup (WHO).
Keterangan :
Kategori I : Apabila BTA tetap (+) selama 2 bulan, maka fase awal
diperpanjang menjadi 4 minggu lagi.
Kategori II : apabila sputum BTA masih (+) pada minggu ke-12 minggu, maka
4 jenis obat dilanjutkan 1 bulan lagi, bila pada akhir bulan ke – 4
BTA masih positif, maka semua obat dihentikan 2 – 3 hari dan
dilakukan uji resistensi obat.
Kategori III : Pasien TBP dengan BTA (-) dan lesi paru yang tidak luas (lesi
minimal)
Kategori IV : TBC kronik. Pada pasien mungkin dijumpai resistensi ganda,
sputumnya harus diuji resistensi obat. Untuk seumur hidup
diberikan INH saja atau sesuai rekomendasi WHO untuk
pengobatan multi drug resistance (MDR)
24
Efek Samping OAT
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.
Gatal dan kemerahan Semua jenis OAT Beri antihistamin & dievaluasi ketat
pada kulit
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan ganti etambutol
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan ganti etambutol
(vertigo dan nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai ikterik
(penyebab lain disingkirkan) hilang & boleh diberikan hepatoprotektor
Muntah dan confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT & lakukan uji fungsi
(suspected drug-induced pre- hati
icteric hepatitis)
Ethambutol Hentikan ethambutol
Gangguan penglihatan
Rifampisin Hentikan rifampisin
Kelainan sistemik, termasuk
syok dan purpura
Kriteria Sembuh
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan.
Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.
25
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat (PDPI, 2006;
NN,2010;Chandra,2010).
Evaluasi klinik
Pasien dievaluasi tiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya
tiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
26
Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula
darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila ada
keluhan)
Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan
audiometri (bila ada keluhan)
Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal
tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan
efek samping obat sesuai pedoman.
27
BAB III
III.1 Identitas
III.1.1 Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Tanggal Lahir : 5 Mei 1940
Usia : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Dusun Pesanggrahan,DesaMungkid
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal periksa ke Puskesmas : 30 Agustus 2018
Tanggal kunjungan rumah : 4 September 2018
28
III.2 Anamnesis Holistik
III.2.1 Aspek Klinis
Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2018, di puskesmas.
1. Keluhan Utama
Batuk berdahak sejak 1 bulan sebelum berobat ke puskesmas
29
- Anak laki-laki dan menantu yang tinggal satu rumah dengan pasien
merokok sejak SMA, kerap merokok di rumah.
- Pasien memasak dengan tungku sejak usia muda sampai saat ini
7. Riwayat Kesehatan reproduksi
- Pasien haid pertama kali usia 15 tahun. Siklus haid 28-30 hari. Lama haid
5-7 hari.
8. Riwayat Narkotika
- Disangkal
9. Riwayat Penggunaan Gadget
- Disangkal
10. Riwayat Generasi Berencana
- Pasien memiliki rencana tahun 2020 ingin menunaikan ibadah haji.
30
Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan mastoid (-
/-), cuping teling dbn
Tenggorokan : tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-), sekret (-)
Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas: ICS II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah: ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bunyi
jantung tambahan (-).
Pulmo : Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : ↓ ↓ - - + +
suara dasar vesikuler wheezing ronkhi
+ + - - - -
Abdomen :
Inspeksi : sejajar dinding dada, massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Ekstremitas : - -
+ +
+ + - -
31
III.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : BTA (+) (tanggal 31 Agustus 2018)
Thorax Photo PA (disarankan untuk malakukan foto)
III.4 Diagnosis
Tuberkulosis Paru kasus kambuh
III.5 Rencana Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
2 RHZES/1RHZE/5 R3H3E3
b. Non Medikamentosa
- Memakai masker saat bekerja atau saat berinteraksi untuk mencegah
penularan dan semakin buruknya kondisi
- Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar terjadi pertukaran udara.
- Membuka gorden jendela kamar agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
ruangan yang dapat membunuh bakteri TB.
- Motivasi agar kontrol dan minum OAT (obat anti TB) secara teratur
- KIE kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
Pentingnya pencegahan dan pengobatan serta bahaya komplikasi jika
pasien dan keluarga tidak patuh terhadap anjuran dokter.
- Istirahat serta asupan makanan yang cukup dan bergizi
Pada saat kunjungan ( 4 September 2018 pukul 09.00) pasien dalam keadaan
baik, bisa diajak komunikasi, hanya lebih banyak berbaring.
Faktor Pendukung :
Anak pasien mengingatkan meminum obat secara teratur, mengantar
pasien untuk mendapatkan suntikan obat setiap hari ke Puskesmas
Mungkid.
32
Faktor Penghambat :
- Kurangnya pengetahuan pasien dan anak pasien tentang pentingnya
memakai masker bagi pasien untuk mencegah penularan
- Kurangnya pengetahuan anak pasien tentang pentingnya ventilasi
dan paparan sinar matahari terhadap penyakit pasien
Indikator Keberhasilan :
- Pasien memahami pentingnya memakai masker, sehingga memakai
masker terus-menerus
- Anak pasien memahami pentingnya memakai masker, sehingga
mengingatkan jika pasien tidak memakai masker
- Anak pasien memahami pentingnya ventilasi dan paparan sinar
matahari terhadap penyakit pasien sehingga muncul perilaku
membuka jendela
33
tempat mandi. Pasien mandi menggunakan kamar mandi tersebut. Pasien dan
keluarga tidak memiliki jamban. BAB dilakukan di sebuah empang disamping
rumah korban, empang tersebut juga digunakan untuk BAB empat rumah
disekitar pasien. Sampah dibuang ke kebun lalu dibakar, karena tidak tersedianya
tempat pembuangan sampah di luar rumah. Kebersihan dapur kurang dan tidak
memiliki lubang asap di dapur, namun asap dapat keluar melalui sela lubang
dinding dan pintu belakang yang susunannya tidak rapat.
Kandang
Ternak
Jalan 4 meter
KAMAR
UTAMA
RUANG TAMU
DAPUR
KAMAR
MANDI
34
Tabel 3.1 Indikator Rumah Sehat
Skor Rumah
Indikator Variabel Skor Pasien
(tanda )
Lokasi a. Tidak rawan banjir 3
b. Rawan banjir 1
Kepadatan Rumah a. Tidak padat (>8m2/ orang) 3
b. Padat (<8m2/ orang 1
Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3
b. Tanah 1
Pencahayaan a. Cukup 3
b. Tidak cukup 1
Ventilasi a. Ada 3
b. Tidak ada 1
Air Bersih a. Air kemasan 3
b. Ledeng/ PAM 3
c. Mata air terlindung 2
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2
f. Sumur tidak terlindung 1
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
Pembuangan
a. Leher angsa 3
kotoran
b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubuk 2
d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
e. Tidak ada 1
Septic tank a. Jarak > 10 meter 3
b. Lainnya (tidak ada) 1
Kepemilikan WC a. Sendiri 3
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1
SPAL a. Saluran tertutup 3
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
Saluran got a. Mengalir lancar 3
b. Mengalir lambat 2
35
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1
Pengelolaan
a. Diangkut petugas 3
sampah
b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
Polusi udara a. Tidak ada 3
b. Ada gangguan 1
Bahan bakar masak a. Listrik, gas 3
b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/ batu bara 1
Total skor 29
36
III.9 Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
Kedudukan
No Nama dalam JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Keluarga
1 Ny.Widya Anak P 42 SMA IRT Hidup
tahun
2 Tn. Triono Anak L 47 SMP Petani Hidup
tahun
3 An.Widani Cucu L 10 SD Belum Hidup
tahun bekerja
4 An. Cucu P 1 - Belum Hidup
Adibah tahun bekerja
GENOGRAM
37
III. 11 Family Map
Ny.
Tn.M
M
38
III.12 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga (APGAR)
Hampir
Kadang- Hampir
tidak
Komponen Indikator kadang selalu
pernah
(1) (2)
(0)
Adaptation Saya puas bahwa saya dapat √
kembali pada keluarga
(teman-teman) saya, untuk
membantu saya pada waktu
saya mendapatkan kesusahan
Partnership Saya puas dengan cara √
keluarga (teman-teman) saya,
untuk membicarakan sesuatu
dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
Growth Saya puas bahwa keluarga √
(teman-teman) saya,
menerima dan mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah
baru
Affection Saya puas bahwa keluarga √
(teman-teman) saya,
mengekpresikan afek dan
berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih atau mencintai
Resolve Saya puas bahwa keluarga √
(teman-teman) saya, dan saya
menyediakan waktu Bersama-
sama
Skor total : 9
Klasifikasi :
39
III.13 Sumber Daya Keluarga (Family SCREEM)
40
III.14 Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)
Usia
Tahun Peristiwa Severity of Illness
(tahun)
1940 0 Pasien lahir -
1980 40 Ibunya meninggal -
2002 62 Suami meninggal -
2017 77 Sakit TB -
Pasien lebih
banyak berbaring
dan tidak
Agustus 2018 78 Sakit TB Kambuh
melakukan
aktivitas seperti
biasa
Menurut Duval keluarga pasien tergolong dalam tahap VIII yaitu keluarga
dengan orang tua yang telah lanjut usia.
Indikator/Pertanyaan Jawaban
No Keterangan
A. Perilaku Sehat Ya Tidak
1 Tidak Merokok Seluruh anggota keluarga tidak
merokok dalam 3 bulan
Ada yang memiliki terakhir √
kebiasaan merokok?
2 Persalinan Ditolong bidan, dokter,
Dimana ibu melakukan perawat.
persalinan? √
41
5 Sarapan Pagi Makanan yang dikonsumsi
Apakah anda dan anggota setiap hari
keluarga √
mempunyai kebiasaan
sarapan pagi?
6 Dana Sehat / JPKM Apakah memiliki ASKES,
/ASKES JPKM,
Apakah anda ikut menjadi Jamsostek. Askeskin, BPJS √
peserta dana
sehat/ASKES?
7 Cuci Tangan Seluruh anggota keluarga
Apakah anggota keluarga memiliki
mempunyai kebiasaan kebiasaan mencuci tangan
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √
menggunakan sabun
sebelum dan sesudah
buang air besar
8 Gosok Gigi Seluruh anggota keluarga
Apakah anggota keluarga melakukan
memiliki kebiasaan menggosok gigi (3x)
kebiasaan gosok gigi √
menggunakan
odol?
9 Aktifitas Fisik / Olah Seluruh anggota keluarga
Raga melakukan aktifitas fisik setiap
Apakah anggota keluarga hari minimal 30 menit ? atau √
melakukan minimal 3 kali seminggu
aktifitas fisik atau olah
raga teratur?
B. Lingkungan Sehat
1 Jamban Bila rumah tidak ada tapi
Apakah di rumah tersedia menggunakan MCK untuk
jamban dan seluruh BAB maka jawaban tetap “Ya”
anggota keluarga √
menggunakannya?
2 Air Bersih dan Bebas Bila rumah tidak memiliki
Jentik sumber air tetapi menggunakan
Apakah di rumah tersedia MCK / kran umum untuk
air bersih mendapatkan air berrsih maka √
dengan tempt/tandon air jawaban “Ya
tidak ada
42
jentik?
3 Bebas Sampah Rumah terlihat bersih/bebas
Apakah di rumah tersedia sampah dan tersedia tempat
tempat sampah? Dan di sampah di dalam/ di luar rumah √
lingkungan di sekitar
rumah tidak ada sampah
berserakan?
4 SPAL Lingkungan yang bersih tidak
Apakah ada/ tersedia ada air limbah yang
SPAL di sekitar rumah? menggenang √
C. Indikator Tambahan
1 ASI Ekslusif Hanya untuk bagi keluarga
Apakah ada bayi usia 0-6 yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan hanya mendapatkan bulan, bila rumah tangga tidak
ASI saja sejak lahir sampai ada bayinya jawaban tetap “ya” √
6 bulan? tetapi dicatat dalam lembar
catatan
2 Konsumsi Buah dan Semua anggota keluarga
Sayur mengkonsunsi buah dan sayur
Apakah anggota keluarga √
mengkonsumsi buah dan
sayur setiap hari?
Jumlah 11 7
Klasifikasi
43
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 16-18Pertanyaan (biru)
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab “Ya” ada 11 prtanyaan
yang berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya
masuk dalam klasifikasi SEHAT III
Genetik
Tidak adanya faktor
resiko genetik
Perilaku
44
3. Kekhawatiran
Anak khawatir keadaan pasien memburuk jika tidak mendapat pengobatan.
4. Persepsi
Pasien merasa tuberkulosisnya disebabkan karena dia tertular oleh teman
pengajiannya.
B. Aspek Klinis
Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2018, di puskesmas.
Batuk berdahak sejak 1 bulan sebelum berobat ke puskesmas. Batuk terjadi
terus-menerus dan dirasa mengganggu. Keluhan batuk disertai dengan keluhan
demam yang tidak terlalu tinggi, keluar keringat terutama saat malam hari,
kurang nafsu makan dan berat badan turun. Keluhan batuk tidak berkurang
walaupun sudah meminum obat batuk yang dibeli di Apotek. Keluhan batuk
disertai darah disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Suhu: 37.2oC HR: 82x/menit
RR: 18x/menit TD : 120/70 mmHg
Pulmo : Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan = dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi :
suara dasar vesikuler +↓ / +↓; wheezing - / - ; ronkhi + +
C. Aspek Internal
1. Genetik
Tidak terdapat faktor genetik yang berkaitan dengan keluhan yang dialami
pasien.
2. Pola Makan
Pola makan teratur namun dengan menu ala kadarnya, tidak memenuhi
kriteria gizi seimbang.
45
3. Kebiasaan
Pasien jarang membuka jendela rumahnya. Beberapa jendela rumah pasien
juga menggunakan jendela dengan kaca mati (tidak dapat dibuka).
D. Aspek Eksternal
Anak - anak pasien kurang memperhatikan tentang kesehatan pasien sehingga
pasien tidak langsung segera di bawa ke puskesmas. Tidak terdapat tempat
pembuangan sampah. Terdapat kandang ternak (ayam dan burung) di
halaman rumah pasien.
E. Derajat Fungsional
Menurut skala pasien termasuk derajat 1 yaitu pasien tidak memiliki
keterbatasan beraktifitas dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri.
C. Kuratif
Diberikam pelayanan pengobatan kepada pasien yang bertujuan untuk
meredakan keluhan batuk berdahak sehingga pasien tidak semakin infeksius
a. Medikamentosa
- Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
b. Non Medikamentosa
46
- Edukasi ke keluarga pasien mengenai penyakit pasien
- Edukasi mengenai pengobatan yang diberikan
- Edukasi mengenai cara bersin, etika batuk, dan penggunaan masker dikala
batuk
- Mengkonsusmi makanan yang bergizi dan bersih
- Kontrol ke puskesmas jika keluhan memburuk
D. Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan
E. Paliatif
Belum perlu dilakukan
47
BAB IV
ANALISIS KASUS
48
Tabel. 4.1 Komponen APGAR
Komponen Kondisi Pasien
Adaptation Pasien merasa puas terhadap
keberadaan keluarga dalam
menghadapi masalah
Partnership Pasien merasa kurang puas terhadap
cara keluarganya membahas dan
membagi masalah.
Growth Pasien merasa puas dengan cara
keluarganya yang mendukung
keinginan pasien untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
Affection Pasien merasa cukup mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari
keluarganya.
Resolve Pasien merasa puas dengan waktu yang
ada untuk menjalin kebersamaan
dengan keluarga karena jarang ada
kumpul bersama dengan keluarga.
2. Tidak mengerti etika bersin dan batuk, Edukasi kepada pasien dan
serta pentingnya masker keluarga pasien mengenai
cara bersin, batukj, dan
kegunaan masker.
49
dekat dengan rumah serta
akibat jika sampah
menumpuk atau dibiarkan
begitu saja.
4. Keluarga pasien tidak langsung membawa Edukasi pentingnya langsung
pasien ke puskesmas dengan alasan nanti membawa keluarga yang
akan sembuh sendiri sakit ke petugas kesehatan
agar tidak terjadi komplikasi
lanjutan dari penyakit yang
diderita sebelum terlambat.
4 September Edukasi mengenai pentingnya Pasien dan anak Pasien dan anak
2018 pemakaian masker bagi pasien, pasien pasien memahami
edukasi cara batuk dan bersin penjelasan yang
yang baik dan benar. diberikan.
4 September Edukasi mengenai pentingnya Pasien dan anak Pasien dan anak
2018 datang berobat untuk pasien pasien memahami
mendapatkan suntik ke penjelasan yang
puskesma dan mengkonsumsi diberikan.
obat setiap hari. Meminta anak
yang mengurus pasien untuk
berperan sebagai DOTS.
50
4 September Edukasi mengenai gizi Pasien dan anak Pasien dan anak
2018 seimbang, perilaku membuka pasien pasien memahami
pintu terus-menerus agar penjelasan yang
terdapat ventilasi diberikan
4 September Edukasi mengenai penyakit Pasien dan anak Pasien dan anak
2018 yang dapat ditimbulkan akibat pasien pasien memahami
hewan ternak yang telalu dekat penjelasan yang
dengan rumah serta akibat jika diberikan.
sampah menumpuk atau
dibiarkan begitu saja.
4 September Edukasi mengenai pentingnya Pasien dan anak Pasien dan anak
2018 langsung membawa keluarga pasien pasien memahami
yang sakit ke petugas kesehatan penjelasan yang
agar tidak terjadi komplikasi diberikan.
lanjutan dari penyakit yang
diderita sebelum terlambat.
51
4. Continuing Care
Pasien telah mendapatkan satu kali kunjungan rumah untuk
mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait faktor
resiko kebiasaan dan perilaku yang dapat memperburuk maupun
memperingan penyakitnya.
5. Patient Centered, family focused, and community oriented
Pasien telah melibatkan keluarga satu rumah (kepada anak pasien)
terhadap penyakit yang di derita pasien.
6. Emphasis of preventive medicine
Upaya pencegahan agar penyakit tidak semakin memberat dan tidak
menimbulkan komplikasi dengan mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter
serta mengubah pola makan dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
52
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan yang di dapat dari data dan kunjungan rumah
pada tanggal 4 September 2018, Ny. M di Dusun Pandalengan, Desa Mungkid,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. didapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan Ny. M terdiri dari empat hal yaitu faktor
perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Adapun faktor yang
paling berpengaruh adalah lingkungan dan perilaku yaitu tidak membuka
membuka jendela setiap hari, sementara faktor lingkungan yaitu terdapat tetangga
berjarak 50 meter yang meninggal dengan keluhan serupa. Menurut kelurga jarak
ke layanan kesehatan cukup jauh. Untuk meningkatkan derajat kesehatan
maka perlu adanya perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku dari
pasien maupun keluarga.
V.2 Saran
1. Diharapkan keluarga dapat berperilaku hidup bersih dan sehat dan
menciptakan lingkungan yang sehat.
2. Kepada tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan kedokteran
keluarga dalam menangani kasus infeksi khusunya tuberkulosis. Edukasi
sangat berguna bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran
untuk melakukan PHBS.
53
DAFTAR PUSTAKA
11. Anies. Buku Ajar Kedokteran keluarga & Pelayanan Kedokteran yang
Bermutu. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2006.
54
LAMPIRAN
55
56