You are on page 1of 6

Dwika Martharina

Sabtu, 02 November 2013

Proses Pembentukan Tulang


Proses osifikasi terjadi dalam beberapa tahap:
a) kartilago,
b) ban periosteum terbentuk,
c) perkembangan pusat osifikasi primer,
d) masuknya pembuluh darah,
e) rongga sumsum tulang terbentuk,
f) penipisan dan pemanjangan ban,
g) pembentukan pusat osifikasi sekunder,
h) sisa kartilago sebagai lempeng epifisis,
i) pembentukan batas epifisis.
Pembentukan Tulang Selama perkembangan embrio, sebagian besar kerangka
manusia terdiri atas tulang rawan atau kartilago. Kartilago berwarna transparan dan
lebih lentur. Setelah dewasa, tulang rawan diganti dengan tulang. Tulang ini
disebut tulang pengganti tulang rawan. Selain tulang tersebut, pada manusia
dewasa juga terdapat tulang dermal yang berkembang di dalam atau tepat di bawah
kulit tanpa melalui tahap tulang rawan. Kedua jenis tulang ini (tulang pengganti
tulang rawan dan tulang) secara histologis adalah sama, tetapi hanya berbeda cara
perkembangannya.
Awal pembentukan rangka berupa tulang rawan, pada manusia terbentuk secara
sempurna pada akhir bulan kedua atau awal bulan ketiga pembentukan embrio.
Rangka tulang rawan dibentuk oleh jaringan mesenkim yang mengalami osifikasi
atau penulangan. Osifikasi adalah pembentukan tulang rawan menjadi tulang.
Osifikasi dimulai dari pembentukan sel-sel osteoblas (sel pembentuk tulang) pada
rongga yang ada di tengah tulang rawan. Pembentukan tulang ini bertahap dari
dalam ke luar. Sel-sel osteoblas juga menempati jaringan pengikat yang ada di
sekeliling rongga. Sel-sel tulang ini mengelilingi saluran haversi yang berisi
pembuluh darah kapiler arteri, vena, dan serabut saraf membentuk satu sistem yang
disebut sistem havers. Pembuluh darah sistem havers mengangkut zat fosfor dan
kalsium menuju matriks sehingga matriks tulang menjadi keras. Kekerasan tulang
diperoleh dari kekompakan sel-sel penyusun tulang. Apabila matriks tulang
berongga, maka akan membentuk tulang spons, contohnya tulang pipih.
Sedangkan, jika matriks tulang menjadi padat dan rapat, maka akan terbentuk
tulang keras atau tulang kompak, contohnya tulang pipa. Tulang pipa berbentuk
tabung dengan kedua ujung membulat. Sebagian besar terdiri atas tulang kompakta
dan sedikit tulang spongiosa serta sumsum tulang pada bagian dalamnya. Rongga
sumsum tulang dan rongga tulang spongiosa mengandung sumsum tulang kuning
(terdiri atas sel lemak) dan sumsum tulang merah (tempat pembentukan sel
darah merah).
Proses osifikasi pada tulang pipa terjadi dalam beberapa tahap, yaitu:
a) Penulangan diawali dari tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas. Bagian
yang paling banyak mengandung osteoblas adalah epifisis dan diafisis.
b) Terjadi perkembangan pusat osifikasi primer yang disertai dengan perluasan bone
collar.
c) Pada bagian sentral tulang terjadi perombakan sel-sel tulang (reabsorpsi tulang)
sehingga pembuluh darah mulai masuk dan terbentuk rongga sumsum tulang.
d) Pembentukan pusat osifikasi sekunder muncul pada setiap epifisis. Osifikasi
sekunder ini menyebabkan pemanjangan tulang.
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah
bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan umumnya akan bertumbuh
dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Osifikasi dimulai
dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut
banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila
tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Sampai
usia 30 atau 35 tahun ( tergantung individual ) pertumbuhan tulang
berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum
tentu bagus, tapi diumur itulah tercapai puncak massa tulang manusia. Bila
dari awal proses pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga, maka
tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari awal
pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta gizi yang seimbang, maka
puncak massa tulang tidak maksimal. Pada usia 0 – 30/35 tahun, disebut
Modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk MODEL
tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada
usia 30 – 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut Remodeling
dimana modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang
sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Secara alami
setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa
tulang. Hal ini bisa dicegah dengancara : Menjaga assupan kalsium 800 –
1200 mg perhari, maka puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Di
pasaran sudah beredar asupan kalsium dan vit.D3 yang dilengkapi EPO
dengan nama dagang EPOCALDI mengandung kalsium 400 mg, Vit D3 50
iu dan EPO 400 mg, dengan mengkonsumsi EPOCALDI 2 x sehari, bisa
mempertahankan puncak massa tulang.
Tulang yang menyusun rangka manusia berjumlah kurang lebih 206
buah. Di sisi lain terdapat sel osteoklas yang berfungsi mengukir tulang dan
mengubah bentuk sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Dapat
diibaratkan bahwa sel osteoblas dan osteoklas bertugas untuk membongkar
pasang tulang karena setiap saat sel-sel tulang ada yang mengalami
kerusakan.
Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi intra
membran dan osifikasi endokondral:
1. Osifikasi intra membran:
Osifikasi Intra membran / desmal Osifikasi ini terjadi pada tulang pipih.
Prosesnya:
a) Dibentuk langsung oleh sekelompok osteoblas yang terdapat di dalam membran
fibrosa ,
b) Bagian sisi tulang dibentuk oleh kelompok sel yang berbeda yang disebut
trabekula,
c) Trabekula membentuk jalinan seperti jala sebagai tulang spons 4. Tulang spons
menjadi tulang kompak.
2. Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral: Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-
sel mesenkim berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu
berubah menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang panjang, ruas
tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggung jawab pada
pembentukkan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang
(osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang
disebut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel
tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah
terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus
perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel
perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu
lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan
dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut
juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah
sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,
dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi
degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler
(termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini,
sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi
sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan
satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah
diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh
memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga
sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada
saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang
baru di daerah permukaan. Massa tulang dipertahankan untuk mencegah
penurunan massa tulang, dimana penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan
berkurangnya kepadatan tulang, dan tulang akan mengalami OSTEOPOROSIS.
Jadi, Selagi masih bisa, Jagalah massa tulang dari sekarang, jangan biarkan
menurun massanya, pertahankan puncak massanya, agar jangan terjadi
OSTEOPOROSIS. Karena OSTEOPOROSIS lebih baik dicegah dengan cara
asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35 tahun.
Osifikasi endokondral:
Osifikasi ini terjadi pada tulang pipa dan tulang pendek, prosesnya:
1) Pembuluh darah masuk ke perikondrium di tulang tungkai bagian diafisis,
2) Sel perikondrium menjadi osteoblas dan memproduksi tulang keras di baigian
tungkai,
3) Pusat osifikasi di dalam diafisis kemudian terisi pembuluh darah dan osteoklas,
4) Daerah ini mengalami erosi oleh osteoklas sehingga membentuk rongga sumsum,
5) Tulang rawan terus tumbuh di kedua ujung sehingga tulang memanjang,
6) Hasil pemanjangan akan digantikan oleh tulang spons Osteoblast : yang
mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan
dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid
atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek
Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu
pemberian nutrisi pada pembentukan tulang.
7) Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin yang terbesar. Kelenjar ini disebut
master of gland karena mempengaruhi aktivitas kelenjar yang lain.
8) Kelainan hormon ini ada 2 macam yaitu hipersekresi misalnya gigantisme dan
hiposekresi misalnya kekerdilan (kretinisme). Hipersekresi pada orang dewasa
menyebabkan terjadinya akromegali yaitu tulang bengkak ke samping.

You might also like